PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR URIN KELINCI DAN MACAM PENGAJIRAN
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.)
VARIETAS BELLA F1
Joni Wiguna
Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti Absrak Percobaan dilaksanakan pada lahan sawah di Desa Jemah Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang dengan ketinggian tempat 400 meter dari permukaan laut. Percobaan dilaksanakan dari bulan September 2011 sampai dengan bulan November 2011. Tujuan percobaan ini adalah untuk mempelajari pengaruh interaksi pupuk organik cair urin kelinci dan pengunaan macam pengajiran terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun varietas bella F1. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK), pola faktorial, yang terdiri atas dua faktor dan dua ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi pupuk organik urin kelinci (U) dengan empat taraf, yaitu : u 0 = 0 ml L -1
larutan (control), u 1 = 150 ml L -1 larutan, u 2 = 300 ml L -1 larutan, u 3 = 450 ml L -1 larutan. Faktor kedua adalah macam pengajiran (A) dengan empat jenis, yaitu : a 0 = rambatan segi tiga, a 1 = rambatan tunggal, a 2 = rambatan piramid, a 3 = rambatan para-para. Hasil percobaan menunjukan bahwa secara efek mandiri pemberian konsentrasi pupuk organik cair urin kelinci pada konsentrasi 450 ml L -1 memberikan pengaruh lebih baik terhadap panjang tanaman, jumlah daun, jumlah bunga betina, jumlah bunga jantan, jumlah buah, bobot buah segar per tanaman dan bobot buah segar per petak. Penggunaan rambatan para- para memberikan pengaruh lebih baik terhadap panjang tanaman umur 21 HST dan 28 HST, jumlah daun umur 21 HST dan 28 HST, jumlah bunga betina, jumlah bunga jantan, jumlah buah, bobot buah segar pertanaman dan bobot buah segar per petak.
Kata kunci: Pupuk Organik Cair Urin Kelinci, Macam Pengajiran, Mentimun Varietas Bella F1.
Pendahuluan Mentimun (Cucumis sativus L) adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal hampir disetiap negara. Kebutuhan buah mentimun cenderung terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, peningkatan taraf hidup, tingkat pendidikan, dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya nilai gizi (Cahyono, 2003). Produksi sayuran di Indonesia pada tahun 2010 adalah 10.367.279 ton dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama telah mencapai 237,641,326 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010). Dengan demikian penyediaan sayuran pada tahun 2010 baru mencapai 114,80 gram hari -1
kapita -1 . Dalam seminar gizi tahun 1963 dan Work Shop on Food tahun 1968 ditetapkan bahwa masing-masing orang Indonesia memerlukan sayuran sebanyak 150 gram hari -1 kapita -1
sehingga produksi sayuran perlu ditingkatkan (Hendro Sunarjono, 2003). Pertanian organik merupakan suatu system pertanian yang mendorong terbentuknya tanah dan tanaman yang sehat dengan melakukan praktek-praktek budidaya tanaman seperti penggunaan kotoran hewan dan urin hewan, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat serta mengurangi penggunaan pupuk buatan dan pestisida sintetik. Kegunaan budidaya organik pada dasarnya adalah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi. Pupuk organik dan pupuk hayati mempunyai berbagai keunggulan nyata dibanding dengan pupuk kimia. Pupuk organik dan pupuk hayati berdaya ameliorasi ganda dengan bermacam-macam proses yang saling mendukung dalam menyuburkan tanah dan sekaligus mengkonservasi dan menyehatkan ekosistem tanah serta menghindarkan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan (Sutanto, 2002). Susan Lusiana, koordinator Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIKLAT) Pertanian Berkelanjutan Serikat Petani Indonesia (SPI) mengungkapkan bahwa hasil penelitian Badan Penelitian Ternak (Balitnak) pada tahun 2005 menjelaskan kalau kotoran dan urin kelinci memiliki kandungan unsur N, P, K yang lebih tinggi (2,72%, 1,1%, dan 0,5%) dibandingkan dengan kotoran dan urin ternak lainnya seperti kuda, kerbau, sapi, domba, babi dan ayam. Hasil riset tiga peneliti dari Balai Penelitian Ternak (BALITNAK Bogor), dikutip Faiz Manshur. 2009.) menyimpulkan, pupuk kandang dari kotoran kelinci berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan maupun produksi rumput P.maximum dan leguminosa S.hamata setelah 6 kali panen (umur 258 hari). Sedangkan dengan penambahan probiotik pada pupuk kelinci interaksinya telah memberikan pengaruh nyata pada tanaman pakan dan meningkatkan produksi hijauan sebesar 34,8%-38,0%. Tanaman yang telah dicoba menggunakan pupuk cair (Biobanci) urin kelinci sebelumnya adalah tanaman Jagung Manis Jepang, Edamane, dan Brokoli. Pada tanaman Brokoli takaran pupuk cair urin kelinci 300 ml tanaman -1 sebanyak 8 kali aplikasi selama tanam memberikan pengaruh dalam meningkatkan bobot dan tinggi tanaman (Abdurahman, 2008). Penggunaan ajir merupakan hal yang harus diperhatikan dalam manipulasi lingkungan dalam budidaya mentimun, karena ajir berfungsi merambatkan tanaman, memudahkan pemeliharaan, dan tempat menopang buah yang letaknya bergelantungan (Rahmat Rukmana, 1994). Pada budidaya mentimun memerlukan ajir untuk menopang pertumbuhan tanaman secara vertikal. Sebab, tanaman mentimun memiliki batang yang kurang kuat dan tumbuh menjalar sehingga jika tidak diberi ajir akan roboh. Dengan pemberian ajir maka tanaman tidak mudah kotor sehingga tidak mudah terserang hama dan penyakit (Cahyono, 2003). Pemberian ajir pada budidaya mentimun dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produksi, karena dengan dirambatkan secara vertikal (ke atas), setiap tanaman bisa mendapatkan penyinaran cahaya matahari lebih baik dibandingkan jika tanaman dibiarkan menjalar secara horisontal di atas permukaan tanah. Dengan demikian tanaman metimun yang dirambatkan secara vertikal, proses fotosintesis dapat berjalan dengan baik (cahyono, 2003). Pemasangan ajir berpengaruh positif terhadap produksi mentimun. Berdasarkan hasil penelitian Hendro Sunarjono (2003), pemakaian ajir pada tanaman mentimun dapat mengurangi jumlah bunga betina, tetapi produksinya meningkat sampai 22,9%. Tanaman mentimun tanpa ajir menghasilkan bunga betina 16,0% dan buah 9,6 ton ha -1 . Sedangkan dengan diberi ajir, bunga betinanya hanya 12%, tetapi produksi buah mencapai 11,8 ton ha -1 . Ajir merupakan media atau sarana yang diperlukan untuk membantu agar tanaman dapat tumbuh tegak dan leluasa. Rambatan ini dapat berupa tanaman hidup, dahan kering, atau belahan bambu (Heri Purwanto dan Abdjad, 1998).
Metode Penelitian Bahan dan Alat Bahan yang digunakan: benih tanaman mentimun varietas Bella F1, pupuk organik urin kelinci, ajir dari bambu, NPK Mutiara (16 : 16 : 16), Curacron 500 EC, Antrakol 70 WP, air, dan media tanam yaitu tanah. Peralatan yang digunakan adalah cangkul, ajir, hand sprayer, meteran, timbangan analitik, mistar, ember, gelas ukur, alat tulis, timbangan 100 kg, kertas label, jangka sorong dll.
Rancangan Lingkungan Rancangan yang digunakan pada percobaan ini adalah rancangan acak kelompok (RAK), pola faktorial, yang terdiri atas dua faktor yaitu konsentrasi pupuk organik urin kelinci dan macam pengajiran, dengan 16 kombinasi perlakuan diulang 2 kali.
Rancangan Perlakuan 1. Faktor pertama adalah macam pengajiran (A) dengan empat jenis, yaitu : a 0 = rambatan segi tiga a 1 = rambatan tunggal a 2 = rambatan piramid a 3 = rambatan para-para 2. Faktor kedua adalah konsentrasi pupuk organik urin kelinci (U) dengan empat taraf, yaitu: u 0 = 0 ml L -1 larutan (control) u 1 = 150 ml L -1 larutan u 2 = 300 ml L -1 larutan u 3 = 450 ml L -1 larutan
Hasil dan Pembahasan 1. Panjang Tanaman (cm) Hasil analisis menunjukan tidak terjadi interaksi antara konsentrasi pupuk organik urin kelinci dan macam pengajiran terhadap panjang tanaman pada umur 14 HST, 21 HST dan 28 HST. Hasil analisis secara mandiri (main effect) pada pengamatan tinggi tanaman umur 14 HST, 21 HST dan 28 HST dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Kelinci dan Macam Pengajiran Terhadap Panjang Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Varietas Bella F1 Umur 14 HST, 21 HST dan 28 HST
Perlakuan Rata-rata Panjang Tanaman 14 HST 21 HST 28 HST Macam pengajiran .....................................(cm).................................... a 0 = rambatan segi tiga 16,80 a 35,92 a 144,93 a a 1 = rambatan tunggal 17,27 a 37,44 ab 151,24 b a 2 = rambatan piramid 17,89 a 39,16 b 154,38 b a 3 = rambatan para-para 17,92 a 42,04 c 160,02 c Pupuk urin kelinci u 0 = 0 ml L -1 larutan 15,66 a 31,69 a 137,89 a u 1 = 150 ml L -1 larutan 17,32 b 37,97 b 152,21 b u 2 = 300 ml L -1 larutan 17,70 b 40,25 c 156,21 b u 3 = 450 ml L -1 larutan
19,20 c 44,64 d 164,26 c Keterangan : Angka rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.
Pada tabel 1 menunjukan bahwa perlakuan macam pengajiran berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tanaman pada umur 14 HST. Pada umur 21 HST menunjukan pengaruh yang nyata, taraf a 3 menunjukan panjang tanaman lebih panjang dan berbeda nyata dengan taraf a 0 , a 1 dan a 2 . Sedangkan pada umur 28 HST , taraf a 3 menunjukan panjang tanaman lebih panjang dan berbeda nyata dengan taraf a 0 , a 1 dan a 2 tetapi antara taraf a 1 dan a 2 menunjukan perbedaan yang tidak nyata. Perlakuan konsentrasi pupuk urin kelinci menunjukan pengaruh yang nyata terhadap panjang tanaman pada umur 14 HST dan 21 HST, taraf u 3 menunjukan panjang tanaman lebih panjang dan berbeda nyata dengan taraf u 0 , u 1
dan u 2 . dan pada umur 28 HST, taraf u 3
menunjukan panjang tanaman lebih panjang dan berbeda nyata dengan taraf u 0 , u 1 dan u 2 tetapi antara taraf u 1 dan u 2 menunjukan perbedaan yang tidak nyata. 2. Jumlah Daun per tanaman (helai) Hasil analisis menunjukan tidak terjadi interaksi antara konsentrasi pupuk organik urin kelinci dan macam pengajiran terhadap jumlah daun pada umur 14 HST, 21 HST dan 28 HST. Hasil analisis secara mandiri (main effect) pada pengamatan jumlah daun umur 14 HST, 21 HST dan 28 HST dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Kelinci dan Macam Pengajiran Terhadap Jumlah daun Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Varietas Bella F1 Umur 14 HST, 21 HST dan 28 HST
Perlakuan Rata-rata Jumlah Daun 14 HST 21 HST 28 HST Macam pengajiran ....................................(helai)................................... a 0 = rambatan segi tiga 1,83 a 4,08 a 8,69 a a 1 = rambatan tunggal 1,84 a 4,20 b 9,52 b a 2 = rambatan piramid 1,89 a 4,22 b 9,66 bc a 3 = rambatan para-para 1,89 a 4,45 c 10,07 c Pupuk urin kelinci u 0 = 0 ml L -1 larutan 1,63 a 3,89 a 8,75 a u 1 = 150 ml L -1 larutan 1,88 b 4,16 b 9,09 ab u 2 = 300 ml L -1 larutan 1,95 c 4,33 c 9,34 b u 3 = 450 ml L -1 larutan 2,00 c 4,56 d 10,77 c Keterangan : Angka rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.
Pada tabel 2 menunjukan bahwa perlakuan macam pengajiran berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun pada umur 14 HST. Pada umur 21 HST menunjukan pengaruh yang nyata, taraf a 3 menunjukan jumlah daun lebih banyak dan berbeda nyata dengan taraf a 0 , a 1 dan a 2 tetapi antara taraf a 1 dan a 2 menunjukan perbedaan yang tidak nyata. Sedangkan pada umur 28 HST , taraf a 3 menunjukan jumlah daun lebih banyak dan berbeda nyata dengan taraf a 0 , a 1 tetapi berbeda tidak nyata dengan taraf a 2 .
Perlakuan konsentrasi pupuk urin kelinci menunjukan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun pada umur 14 HST, taraf u 3
menunjukan jumlah daun lebih banyak dan berbeda nyata dengan taraf u 0 , dan u 1 tetapi berbeda tidak nyata dengan taraf u 2 . Sedangkan pada umur 21 HST, taraf u 3 menunjukan jumlah daun lebih banyak dan berbeda nyata dengan taraf u 0 , u 1 dan u 2 dan pada umur 28 HST, taraf u 3
menunjukan jumlah daun lebih banyak dan berbeda nyata dengan taraf u 0 , u 1 dan u 2 tetapi antara taraf u 1 dan u 2 menunjukan perbedaan yang tidak nyata.
3. Jumlah Bunga Jantan per tanaman (buah) Hasil analisis menunjukan tidak terjadi interaksi antara konsentrasi pupuk organik urin kelinci dan macam pengajiran terhadap jumlah bunga jantan per tanaman. Hasil analisis secara mandiri (main effect) pada pengamatan jumlah bunga jantan per tanaman, dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Kelinci dan Macam Pengajiran Terhadap Jumlah Bunga Jantan Per Tanaman Perlakuan Rata-rata Jumlah Bunga Jantan Macam pengajiran ....................................(buah)................................... a 0 = rambatan segi tiga 4,87 a a 1 = rambatan tunggal 6,21 b a 2 = rambatan piramid 6,27 b a 3 = rambatan para-para 6,89 c Pupuk urin kelinci u 0 = 0 ml L -1 larutan 5,34 a u 1 = 150 ml L -1 larutan 6,73 b u 2 = 300 ml L -1 larutan 8,07 c u 3 = 450 ml L -1 larutan 9,35 d Keterangan : Angka rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.
Pada tabel 3 menunjukan bahwa perlakuan macam pengajiran menunjukan pengaruh yang nyata terhadap jumlah bunga jantan per tanaman, taraf a 3 menunjukan jumlah bunga jantan lebih banyak dan berbeda nyata dengan taraf a 0 , a 1 dan a 2 tetapi antara taraf a 1
dan a 2 menunjukan perbedaan yang tidak nyata. Perlakuan konsentrasi pupuk urin kelinci menunjukan pengaruh yang nyata terhadap jumlah bunga jantan per tanaman, taraf u 3
menunjukan jumlah bunga jantan lebih banyak dan berbeda nyata dengan taraf u 0 , u 1 dan u 2 .
4. Jumlah Bunga Betina per tanaman (buah) Hasil analisis menunjukan tidak terjadi interaksi antara konsentrasi pupuk organik urin kelinci dan macam pengajiran terhadap jumlah bunga betina per tanaman. Hasil analisis secara mandiri (main effect) pada pengamatan jumlah bunga betina per tanaman, dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Kelinci dan Macam Pengajiran Terhadap Jumlah Bunga Betina Per Tanaman Perlakuan Rata-rata Jumlah Bunga Betina Macam pengajiran ....................................(buah)................................... a 0 = rambatan segi tiga 12,07 a a 1 = rambatan tunggal 13,45 b a 2 = rambatan piramid 14,03 b a 3 = rambatan para-para 14,32 b Pupuk urin kelinci u 0 = 0 ml L -1 larutan 11,69 a u 1 = 150 ml L -1 larutan 13,30 b u 2 = 300 ml L -1 larutan 14,09 bc u 3 = 450 ml L -1 larutan 14,78 c Keterangan : Angka rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.
Pada tabel 4 menunjukan bahwa perlakuan macam pengajiran menunjukan pengaruh yang nyata terhadap jumlah bunga betina per tanaman, taraf a 1 ,a 2 dan a 3
menunjukan perbedaan yang tidak nyata tetapi berbeda nyata dengan taraf a 0 . Perlakuan konsentrasi pupuk urin kelinci menunjukan pengaruh yang nyata terhadap jumlah bunga betina per tanaman, taraf u 3
menunjukan jumlah bunga betina lebih banyak dan berbeda nyata dengan taraf u 0 dan u 1 tetapi berbeda tidak nyata dengan taraf u 2 .
5. Jumlah Buah Segar per tanaman (buah) Hasil analisis menunjukan tidak terjadi interaksi antara konsentrasi pupuk organik urin kelinci dan macam pengajiran terhadap jumlah buah segar per tanaman. Hasil analisis secara mandiri (main effect) pada pengamatan jumlah buah segar per tanaman, dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Kelinci dan Macam Pengajiran Terhadap Jumlah Buah Segar Per Tanaman Perlakuan Rata-rata Jumlah Buah Segar Per Tanaman Macam pengajiran ....................................(buah)................................... a 0 = rambatan segi tiga 4,12 a a 1 = rambatan tunggal 4,45 a a 2 = rambatan piramid 4,63 b a 3 = rambatan para-para 4,90 c Pupuk urin kelinci u 0 = 0 ml L -1 larutan 4,14 a u 1 = 150 ml L -1 larutan 4,34 a u 2 = 300 ml L -1 larutan 4,57 b u 3 = 450 ml L -1 larutan 5,05 c Keterangan : Angka rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.
Pada tabel 5 menunjukan bahwa perlakuan macam pengajiran menunjukan pengaruh yang nyata terhadap jumlah buah segar per tanaman, taraf a 3 menunjukan jumlah buah segar lebih banyak dan berbeda nyata dengan taraf a 0 , a 1 dan a 2 tetapi antara taraf a 0 dan a 1
menunjukan perbedaan yang tidak nyata. Perlakuan konsentrasi pupuk urin kelinci menunjukan pengaruh yang nyata terhadap jumlah buah segar per tanaman, taraf u 3
menunjukan jumlah buah segar lebih banyak dan berbeda nyata dengan taraf u 0 , u 1 dan u 2 tetapi antara taraf u 0 dan u 1 menunjukan perbedaan yang tidak nyata.
6. Bobot Buah Segar Per Tanaman (g) Hasil analisis menunjukan tidak terjadi interaksi antara konsentrasi pupuk organik urin kelinci dan macam pengajiran terhadap bobot buah segar per tanaman. Hasil analisis secara mandiri (main effect) pada pengamatan bobot buah segar per tanaman, dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Kelinci dan Macam Pengajiran Terhadap Bobot Buah Segar Per Tanaman Perlakuan Rata-rata Bobot Buah Segar Per Tanaman Macam pengajiran ......................................(g)...................................... a 0 = rambatan segi tiga 235,65 a a 1 = rambatan tunggal 248,32 b a 2 = rambatan piramid 257,31 b a 3 = rambatan para-para 271,87 c Pupuk urin kelinci u 0 = 0 ml L -1 larutan 218,75 a u 1 = 150 ml L -1 larutan 249,37 b u 2 = 300 ml L -1 larutan 259,72 b u 3 = 450 ml L -1 larutan 285,31 c Keterangan : Angka rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.
Pada tabel 6 menunjukan bahwa perlakuan macam pengajiran menunjukan pengaruh yang nyata terhadap bobot buah segar per tanaman, taraf a 3 menunjukan bobot buah segar lebih banyak dan berbeda nyata dengan taraf a 0 , a 1 dan a 2 tetapi antara taraf a 1 dan a 2
menunjukan perbedaan yang tidak nyata. Perlakuan konsentrasi pupuk urin kelinci menunjukan pengaruh yang nyata terhadap bobot buah segar per tanaman, taraf u 3
menunjukan bobot buah segar lebih banyak dan berbeda nyata dengan taraf u 0 , u 1 dan u 2 tetapi antara taraf u 1 dan u 2 menunjukan perbedaan yang tidak nyata.
7. Bobot Buah Segar Per Petak (kg) Hasil analisis menunjukan tidak terjadi interaksi antara konsentrasi pupuk organik urin kelinci dan macam pengajiran terhadap bobot buah segar per petak. Hasil analisis secara mandiri (main effect) pada pengamatan bobot buah segar per petak, dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Kelinci dan Macam Pengajiran Terhadap Bobot Buah Segar Per Petak Perlakuan Rata-rata Bobot Buah Segar Per Petak Macam pengajiran ......................................(kg).................................... a 0 = rambatan segi tiga 13,70 a a 1 = rambatan tunggal 14,12 ab a 2 = rambatan piramid 14,59 b a 3 = rambatan para-para 15,64 c Pupuk urin kelinci u 0 = 0 ml L -1 larutan 11,66 a u 1 = 150 ml L -1 larutan 14,85 b u 2 = 300 ml L -1 larutan 15,18 b u 3 = 450 ml L -1 larutan 16,37 c Keterangan : Angka rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.
Pada tabel 7 menunjukan bahwa perlakuan macam pengajiran menunjukan pengaruh yang nyata terhadap bobot buah segar per petak, taraf a 3 menunjukan bobot buah segar lebih banyak dan berbeda nyata dengan taraf a 0 , a 1 dan a 2 tetapi antara taraf a 2 dan a 3
menunjukan perbedaan yang tidak nyata. Perlakuan konsentrasi pupuk urin kelinci menunjukan pengaruh yang nyata terhadap bobot buah segar per petak, taraf u 3 menunjukan bobot buah segar lebih banyak dan berbeda nyata dengan taraf u 0 , u 1 dan u 2 tetapi antara taraf u 1 dan u 2 menunjukan perbedaan yang tidak nyata.
Kesimpulan 1. Tidak terjadi interaksi antara konsentrasi pupuk organik cair urin kelinci dan macam pengajiran terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) varietas bella F1. 2. Secara efek mandiri konsentrasi pupuk organik cair urin kelinci pada konsentrasi 450 ml L -1
memberikan pengaruh lebih baik terhadap panjang tanaman, jumlah daun, jumlah bunga betina, jumlah bunga jantan, jumlah buah, bobot buah segar pertanaman dan bobot buah segar per petak. Penggunaan rambatan para-para memberikan pengaruh lebih baik terhadap panjang tanaman umur 21 HST dan 28 HST, jumlah daun umur 21 HST dan 28 HST jumlah bunga betina, jumlah bunga jantan, jumlah buah, bobot buah segar pertanaman dan bobot buah segar per petak, namun tidak berpengaruh terhadap panjang tanaman umur 14 HST dan jumlah daun umur 14 HST.
Saran 1. Untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun yang baik pada tempat yang memiliki kondisi lingkungan yang sama dengan tempat percobaan disarankan untuk menggunakan penggunaan macam ajir dengan sistem para-para dan pemberian pupuk organik cair urin kelinci dengan konsentrasi 450 ml L -1 larutan dan untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh konsentrasi pupuk organik cair urin kelinci dan sistem macam pengajiran terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun disarankan untuk melakukan penelitian sejenis. 2. Untuk memperoleh informasi lebih lengkap perlu dilakukan penelitian lanjutan pada konsentrasi yang lebih tinggi pada penggunan pupuk organik cair urin kelinci sehingga konsentrasi optimun dari pemberian pupuk organik cair urin kelinci dapat diketahui.
Daftar Pustaka
Abdurahman. 2008. Pengaruh Takaran Pupuk Biobanci Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kubis. Bandung.
Badan Pusat Statistik. 2010. Luas Pertanaman dan Produksi Nasional Tanaman Mentimun. Melalui (http://faostat.fao.org).
Cahyono, B. 2003. Timun. Aneka Ilmu. Semarang.
Faiz Manshur. 2009. http://kelinci.wordpress.com. Pupuk Dahsyat Kelinci Untuk Agribisnis. Diakses tanggal 24 Juni 2011.
Hendro Sunarjono. 2003. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya, Jakarta.
Heri Purwanto Imdad dan Abdjad Asih Nawangsih. 1998. Sayuran Jepang. Penebar Swadaya, Jakarta.
Susan Lusiana. 2005. Air Kencing Kelinci Cairan Ajaib Untuk Pertanian. Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Pertanian Berkelanjutan Serikat Petani Indonesia (SPI). Diakses tanggal 24 Juni 2011.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.
Lampiran. Gambar Macam-macam Bentuk Rambatan
Rambatan segi tiga Rambatan tunggal
Rambatan piramid Rambatan para-para
Keteranagn: Setiap bentuk rambatan terdapat 4 tanaman.