Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR URIN KELINCI DAN MACAM PENGAJIRAN

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.)


VARIETAS BELLA F1

Joni Wiguna

Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti
Absrak
Percobaan dilaksanakan pada lahan sawah di Desa Jemah Kecamatan Jatigede Kabupaten
Sumedang dengan ketinggian tempat 400 meter dari permukaan laut. Percobaan dilaksanakan dari bulan
September 2011 sampai dengan bulan November 2011. Tujuan percobaan ini adalah untuk mempelajari
pengaruh interaksi pupuk organik cair urin kelinci dan pengunaan macam pengajiran terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun varietas bella F1. Rancangan percobaan yang digunakan
adalah rancangan acak kelompok (RAK), pola faktorial, yang terdiri atas dua faktor dan dua ulangan.
Faktor pertama adalah konsentrasi pupuk organik urin kelinci (U) dengan empat taraf, yaitu : u
0
= 0 ml L
-1

larutan (control), u
1
= 150 ml L
-1
larutan, u
2
= 300 ml L
-1
larutan, u
3
= 450 ml L
-1
larutan. Faktor kedua
adalah macam pengajiran (A) dengan empat jenis, yaitu : a
0
= rambatan segi tiga, a
1
= rambatan tunggal,
a
2
= rambatan piramid, a
3
= rambatan para-para. Hasil percobaan menunjukan bahwa secara efek
mandiri pemberian konsentrasi pupuk organik cair urin kelinci pada konsentrasi 450 ml L
-1
memberikan
pengaruh lebih baik terhadap panjang tanaman, jumlah daun, jumlah bunga betina, jumlah bunga jantan,
jumlah buah, bobot buah segar per tanaman dan bobot buah segar per petak. Penggunaan rambatan para-
para memberikan pengaruh lebih baik terhadap panjang tanaman umur 21 HST dan 28 HST, jumlah daun
umur 21 HST dan 28 HST, jumlah bunga betina, jumlah bunga jantan, jumlah buah, bobot buah segar
pertanaman dan bobot buah segar per petak.

Kata kunci: Pupuk Organik Cair Urin Kelinci, Macam Pengajiran, Mentimun Varietas Bella F1.


Pendahuluan
Mentimun (Cucumis sativus L) adalah
salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal
hampir disetiap negara. Kebutuhan buah
mentimun cenderung terus meningkat sejalan
dengan pertambahan penduduk, peningkatan
taraf hidup, tingkat pendidikan, dan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya nilai gizi
(Cahyono, 2003).
Produksi sayuran di Indonesia pada tahun
2010 adalah 10.367.279 ton dengan jumlah
penduduk pada tahun yang sama telah mencapai
237,641,326 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010).
Dengan demikian penyediaan sayuran pada
tahun 2010 baru mencapai 114,80 gram hari
-1

kapita
-1
. Dalam seminar gizi tahun 1963 dan Work
Shop on Food tahun 1968 ditetapkan bahwa
masing-masing orang Indonesia memerlukan
sayuran sebanyak 150 gram hari
-1
kapita
-1

sehingga produksi sayuran perlu ditingkatkan
(Hendro Sunarjono, 2003).
Pertanian organik merupakan suatu
system pertanian yang mendorong terbentuknya
tanah dan tanaman yang sehat dengan
melakukan praktek-praktek budidaya tanaman
seperti penggunaan kotoran hewan dan urin
hewan, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang
tepat serta mengurangi penggunaan pupuk
buatan dan pestisida sintetik.
Kegunaan budidaya organik pada
dasarnya adalah meniadakan atau membatasi
kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan
oleh budidaya kimiawi. Pupuk organik dan pupuk
hayati mempunyai berbagai keunggulan nyata
dibanding dengan pupuk kimia. Pupuk organik
dan pupuk hayati berdaya ameliorasi ganda
dengan bermacam-macam proses yang saling
mendukung dalam menyuburkan tanah dan
sekaligus mengkonservasi dan menyehatkan
ekosistem tanah serta menghindarkan
kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan
(Sutanto, 2002).
Susan Lusiana, koordinator Pusat
Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIKLAT) Pertanian
Berkelanjutan Serikat Petani Indonesia (SPI)
mengungkapkan bahwa hasil penelitian Badan
Penelitian Ternak (Balitnak) pada tahun 2005
menjelaskan kalau kotoran dan urin kelinci
memiliki kandungan unsur N, P, K yang lebih
tinggi (2,72%, 1,1%, dan 0,5%) dibandingkan
dengan kotoran dan urin ternak lainnya seperti
kuda, kerbau, sapi, domba, babi dan ayam.
Hasil riset tiga peneliti dari Balai
Penelitian Ternak (BALITNAK Bogor), dikutip Faiz
Manshur. 2009.) menyimpulkan, pupuk kandang
dari kotoran kelinci berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan maupun produksi rumput
P.maximum dan leguminosa S.hamata setelah 6
kali panen (umur 258 hari). Sedangkan dengan
penambahan probiotik pada pupuk kelinci
interaksinya telah memberikan pengaruh nyata
pada tanaman pakan dan meningkatkan produksi
hijauan sebesar 34,8%-38,0%.
Tanaman yang telah dicoba
menggunakan pupuk cair (Biobanci) urin kelinci
sebelumnya adalah tanaman Jagung Manis
Jepang, Edamane, dan Brokoli. Pada tanaman
Brokoli takaran pupuk cair urin kelinci 300 ml
tanaman
-1
sebanyak 8 kali aplikasi selama tanam
memberikan pengaruh dalam meningkatkan
bobot dan tinggi tanaman (Abdurahman, 2008).
Penggunaan ajir merupakan hal yang
harus diperhatikan dalam manipulasi lingkungan
dalam budidaya mentimun, karena ajir berfungsi
merambatkan tanaman, memudahkan
pemeliharaan, dan tempat menopang buah yang
letaknya bergelantungan (Rahmat Rukmana,
1994).
Pada budidaya mentimun memerlukan
ajir untuk menopang pertumbuhan tanaman
secara vertikal. Sebab, tanaman mentimun
memiliki batang yang kurang kuat dan tumbuh
menjalar sehingga jika tidak diberi ajir akan
roboh. Dengan pemberian ajir maka tanaman
tidak mudah kotor sehingga tidak mudah
terserang hama dan penyakit (Cahyono, 2003).
Pemberian ajir pada budidaya mentimun
dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan
produksi, karena dengan dirambatkan secara
vertikal (ke atas), setiap tanaman bisa
mendapatkan penyinaran cahaya matahari lebih
baik dibandingkan jika tanaman dibiarkan
menjalar secara horisontal di atas permukaan
tanah. Dengan demikian tanaman metimun yang
dirambatkan secara vertikal, proses fotosintesis
dapat berjalan dengan baik (cahyono, 2003).
Pemasangan ajir berpengaruh positif
terhadap produksi mentimun. Berdasarkan hasil
penelitian Hendro Sunarjono (2003), pemakaian
ajir pada tanaman mentimun dapat mengurangi
jumlah bunga betina, tetapi produksinya
meningkat sampai 22,9%. Tanaman mentimun
tanpa ajir menghasilkan bunga betina 16,0% dan
buah 9,6 ton ha
-1
. Sedangkan dengan diberi ajir,
bunga betinanya hanya 12%, tetapi produksi
buah mencapai 11,8 ton ha
-1
.
Ajir merupakan media atau sarana yang
diperlukan untuk membantu agar tanaman dapat
tumbuh tegak dan leluasa. Rambatan ini dapat
berupa tanaman hidup, dahan kering, atau
belahan bambu (Heri Purwanto dan Abdjad,
1998).

Metode Penelitian
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan: benih tanaman
mentimun varietas Bella F1, pupuk organik urin
kelinci, ajir dari bambu, NPK Mutiara (16 : 16 :
16), Curacron 500 EC, Antrakol 70 WP, air, dan
media tanam yaitu tanah.
Peralatan yang digunakan adalah cangkul,
ajir, hand sprayer, meteran, timbangan analitik,
mistar, ember, gelas ukur, alat tulis, timbangan
100 kg, kertas label, jangka sorong dll.

Rancangan Lingkungan
Rancangan yang digunakan pada
percobaan ini adalah rancangan acak kelompok
(RAK), pola faktorial, yang terdiri atas dua faktor
yaitu konsentrasi pupuk organik urin kelinci dan
macam pengajiran, dengan 16 kombinasi
perlakuan diulang 2 kali.

Rancangan Perlakuan
1. Faktor pertama adalah macam pengajiran (A)
dengan empat jenis, yaitu :
a
0
= rambatan segi tiga
a
1
= rambatan tunggal
a
2
= rambatan piramid
a
3
= rambatan para-para
2. Faktor kedua adalah konsentrasi pupuk
organik urin kelinci (U) dengan empat taraf,
yaitu:
u
0
= 0 ml L
-1
larutan (control)
u
1
= 150 ml L
-1
larutan
u
2
= 300 ml L
-1
larutan
u
3
= 450 ml L
-1
larutan

Hasil dan Pembahasan
1. Panjang Tanaman (cm)
Hasil analisis menunjukan tidak terjadi
interaksi antara konsentrasi pupuk organik urin
kelinci dan macam pengajiran terhadap panjang
tanaman pada umur 14 HST, 21 HST dan 28 HST.
Hasil analisis secara mandiri (main effect) pada
pengamatan tinggi tanaman umur 14 HST, 21 HST
dan 28 HST dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Kelinci dan Macam Pengajiran Terhadap Panjang
Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Varietas Bella F1 Umur 14 HST, 21 HST dan 28 HST

Perlakuan
Rata-rata Panjang Tanaman
14 HST 21 HST 28 HST
Macam pengajiran .....................................(cm)....................................
a
0
= rambatan segi tiga 16,80 a 35,92 a 144,93 a
a
1
= rambatan tunggal 17,27 a 37,44 ab 151,24 b
a
2
= rambatan piramid 17,89 a 39,16 b 154,38 b
a
3
= rambatan para-para 17,92 a 42,04 c 160,02 c
Pupuk urin kelinci
u
0
= 0 ml L
-1
larutan 15,66 a 31,69 a 137,89 a
u
1
= 150 ml L
-1
larutan 17,32 b 37,97 b 152,21 b
u
2
= 300 ml L
-1
larutan 17,70 b 40,25 c 156,21 b
u
3
= 450 ml L
-1
larutan

19,20 c 44,64 d 164,26 c
Keterangan : Angka rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukan
perbedaan yang tidak nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

Pada tabel 1 menunjukan bahwa
perlakuan macam pengajiran berpengaruh tidak
nyata terhadap panjang tanaman pada umur 14
HST. Pada umur 21 HST menunjukan pengaruh
yang nyata, taraf a
3
menunjukan panjang
tanaman lebih panjang dan berbeda nyata
dengan taraf a
0
, a
1
dan a
2
. Sedangkan pada umur
28 HST , taraf a
3
menunjukan panjang tanaman
lebih panjang dan berbeda nyata dengan taraf a
0
,
a
1
dan a
2
tetapi antara taraf a
1
dan a
2
menunjukan perbedaan yang tidak nyata.
Perlakuan konsentrasi pupuk urin kelinci
menunjukan pengaruh yang nyata terhadap
panjang tanaman pada umur 14 HST dan 21 HST,
taraf u
3
menunjukan panjang tanaman lebih
panjang dan berbeda nyata dengan taraf u
0
, u
1

dan u
2
. dan pada umur 28 HST, taraf u
3

menunjukan panjang tanaman lebih panjang dan
berbeda nyata dengan taraf u
0
, u
1
dan u
2
tetapi
antara taraf u
1
dan u
2
menunjukan perbedaan
yang tidak nyata.
2. Jumlah Daun per tanaman (helai)
Hasil analisis menunjukan tidak terjadi
interaksi antara konsentrasi pupuk organik urin
kelinci dan macam pengajiran terhadap jumlah
daun pada umur 14 HST, 21 HST dan 28 HST.
Hasil analisis secara mandiri (main effect) pada
pengamatan jumlah daun umur 14 HST, 21 HST
dan 28 HST dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Kelinci dan Macam Pengajiran Terhadap Jumlah
daun Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Varietas Bella F1 Umur 14 HST, 21 HST dan 28 HST

Perlakuan
Rata-rata Jumlah Daun
14 HST 21 HST 28 HST
Macam pengajiran ....................................(helai)...................................
a
0
= rambatan segi tiga 1,83 a 4,08 a 8,69 a
a
1
= rambatan tunggal 1,84 a 4,20 b 9,52 b
a
2
= rambatan piramid 1,89 a 4,22 b 9,66 bc
a
3
= rambatan para-para 1,89 a 4,45 c 10,07 c
Pupuk urin kelinci
u
0
= 0 ml L
-1
larutan 1,63 a 3,89 a 8,75 a
u
1
= 150 ml L
-1
larutan 1,88 b 4,16 b 9,09 ab
u
2
= 300 ml L
-1
larutan 1,95 c 4,33 c 9,34 b
u
3
= 450 ml L
-1
larutan 2,00 c 4,56 d 10,77 c
Keterangan : Angka rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukan
perbedaan yang tidak nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

Pada tabel 2 menunjukan bahwa
perlakuan macam pengajiran berpengaruh tidak
nyata terhadap jumlah daun pada umur 14 HST.
Pada umur 21 HST menunjukan pengaruh yang
nyata, taraf a
3
menunjukan jumlah daun lebih
banyak dan berbeda nyata dengan taraf a
0
, a
1
dan
a
2
tetapi antara taraf a
1
dan a
2
menunjukan
perbedaan yang tidak nyata. Sedangkan pada
umur 28 HST , taraf a
3
menunjukan jumlah daun
lebih banyak dan berbeda nyata dengan taraf a
0
,
a
1
tetapi berbeda tidak nyata dengan taraf a
2
.

Perlakuan konsentrasi pupuk urin kelinci
menunjukan pengaruh yang nyata terhadap
jumlah daun pada umur 14 HST, taraf u
3

menunjukan jumlah daun lebih banyak dan
berbeda nyata dengan taraf u
0
, dan u
1
tetapi
berbeda tidak nyata dengan taraf u
2
. Sedangkan
pada umur 21 HST, taraf u
3
menunjukan jumlah
daun lebih banyak dan berbeda nyata dengan
taraf u
0
, u
1
dan u
2
dan pada umur 28 HST, taraf u
3

menunjukan jumlah daun lebih banyak dan
berbeda nyata dengan taraf u
0
, u
1
dan u
2
tetapi
antara taraf u
1
dan u
2
menunjukan perbedaan
yang tidak nyata.

3. Jumlah Bunga Jantan per tanaman (buah)
Hasil analisis menunjukan tidak terjadi
interaksi antara konsentrasi pupuk organik urin
kelinci dan macam pengajiran terhadap jumlah
bunga jantan per tanaman. Hasil analisis secara
mandiri (main effect) pada pengamatan jumlah
bunga jantan per tanaman, dapat dilihat pada
tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Kelinci dan Macam Pengajiran Terhadap Jumlah
Bunga Jantan Per Tanaman
Perlakuan Rata-rata Jumlah Bunga Jantan
Macam pengajiran ....................................(buah)...................................
a
0
= rambatan segi tiga 4,87 a
a
1
= rambatan tunggal 6,21 b
a
2
= rambatan piramid 6,27 b
a
3
= rambatan para-para 6,89 c
Pupuk urin kelinci
u
0
= 0 ml L
-1
larutan 5,34 a
u
1
= 150 ml L
-1
larutan 6,73 b
u
2
= 300 ml L
-1
larutan 8,07 c
u
3
= 450 ml L
-1
larutan 9,35 d
Keterangan : Angka rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukan
perbedaan yang tidak nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

Pada tabel 3 menunjukan bahwa
perlakuan macam pengajiran menunjukan
pengaruh yang nyata terhadap jumlah bunga
jantan per tanaman, taraf a
3
menunjukan jumlah
bunga jantan lebih banyak dan berbeda nyata
dengan taraf a
0
, a
1
dan a
2
tetapi antara taraf a
1

dan a
2
menunjukan perbedaan yang tidak nyata.
Perlakuan konsentrasi pupuk urin kelinci
menunjukan pengaruh yang nyata terhadap
jumlah bunga jantan per tanaman, taraf u
3

menunjukan jumlah bunga jantan lebih banyak
dan berbeda nyata dengan taraf u
0
, u
1
dan u
2
.

4. Jumlah Bunga Betina per tanaman (buah)
Hasil analisis menunjukan tidak terjadi
interaksi antara konsentrasi pupuk organik urin
kelinci dan macam pengajiran terhadap jumlah
bunga betina per tanaman. Hasil analisis secara
mandiri (main effect) pada pengamatan jumlah
bunga betina per tanaman, dapat dilihat pada
tabel 4.








Tabel 4. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Kelinci dan Macam Pengajiran Terhadap Jumlah
Bunga Betina Per Tanaman
Perlakuan Rata-rata Jumlah Bunga Betina
Macam pengajiran ....................................(buah)...................................
a
0
= rambatan segi tiga 12,07 a
a
1
= rambatan tunggal 13,45 b
a
2
= rambatan piramid 14,03 b
a
3
= rambatan para-para 14,32 b
Pupuk urin kelinci
u
0
= 0 ml L
-1
larutan 11,69 a
u
1
= 150 ml L
-1
larutan 13,30 b
u
2
= 300 ml L
-1
larutan 14,09 bc
u
3
= 450 ml L
-1
larutan 14,78 c
Keterangan : Angka rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukan
perbedaan yang tidak nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

Pada tabel 4 menunjukan bahwa
perlakuan macam pengajiran menunjukan
pengaruh yang nyata terhadap jumlah bunga
betina per tanaman, taraf a
1
,a
2
dan a
3

menunjukan perbedaan yang tidak nyata tetapi
berbeda nyata dengan taraf a
0
.
Perlakuan konsentrasi pupuk urin kelinci
menunjukan pengaruh yang nyata terhadap
jumlah bunga betina per tanaman, taraf u
3

menunjukan jumlah bunga betina lebih banyak
dan berbeda nyata dengan taraf u
0
dan u
1
tetapi
berbeda tidak nyata dengan taraf u
2
.

5. Jumlah Buah Segar per tanaman (buah)
Hasil analisis menunjukan tidak terjadi
interaksi antara konsentrasi pupuk organik urin
kelinci dan macam pengajiran terhadap jumlah
buah segar per tanaman. Hasil analisis secara
mandiri (main effect) pada pengamatan jumlah
buah segar per tanaman, dapat dilihat pada tabel
5.

Tabel 5. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Kelinci dan Macam Pengajiran Terhadap Jumlah
Buah Segar Per Tanaman
Perlakuan Rata-rata Jumlah Buah Segar Per Tanaman
Macam pengajiran ....................................(buah)...................................
a
0
= rambatan segi tiga 4,12 a
a
1
= rambatan tunggal 4,45 a
a
2
= rambatan piramid 4,63 b
a
3
= rambatan para-para 4,90 c
Pupuk urin kelinci
u
0
= 0 ml L
-1
larutan 4,14 a
u
1
= 150 ml L
-1
larutan 4,34 a
u
2
= 300 ml L
-1
larutan 4,57 b
u
3
= 450 ml L
-1
larutan 5,05 c
Keterangan : Angka rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukan
perbedaan yang tidak nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

Pada tabel 5 menunjukan bahwa
perlakuan macam pengajiran menunjukan
pengaruh yang nyata terhadap jumlah buah segar
per tanaman, taraf a
3
menunjukan jumlah buah
segar lebih banyak dan berbeda nyata dengan
taraf a
0
, a
1
dan a
2
tetapi antara taraf a
0
dan a
1

menunjukan perbedaan yang tidak nyata.
Perlakuan konsentrasi pupuk urin kelinci
menunjukan pengaruh yang nyata terhadap
jumlah buah segar per tanaman, taraf u
3

menunjukan jumlah buah segar lebih banyak dan
berbeda nyata dengan taraf u
0
, u
1
dan u
2
tetapi
antara taraf u
0
dan u
1
menunjukan perbedaan
yang tidak nyata.

6. Bobot Buah Segar Per Tanaman (g)
Hasil analisis menunjukan tidak terjadi
interaksi antara konsentrasi pupuk organik urin
kelinci dan macam pengajiran terhadap bobot
buah segar per tanaman. Hasil analisis secara
mandiri (main effect) pada pengamatan bobot
buah segar per tanaman, dapat dilihat pada tabel
6.


Tabel 6. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Kelinci dan Macam Pengajiran Terhadap Bobot Buah
Segar Per Tanaman
Perlakuan Rata-rata Bobot Buah Segar Per Tanaman
Macam pengajiran ......................................(g)......................................
a
0
= rambatan segi tiga 235,65 a
a
1
= rambatan tunggal 248,32 b
a
2
= rambatan piramid 257,31 b
a
3
= rambatan para-para 271,87 c
Pupuk urin kelinci
u
0
= 0 ml L
-1
larutan 218,75 a
u
1
= 150 ml L
-1
larutan 249,37 b
u
2
= 300 ml L
-1
larutan 259,72 b
u
3
= 450 ml L
-1
larutan 285,31 c
Keterangan : Angka rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukan
perbedaan yang tidak nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

Pada tabel 6 menunjukan bahwa
perlakuan macam pengajiran menunjukan
pengaruh yang nyata terhadap bobot buah segar
per tanaman, taraf a
3
menunjukan bobot buah
segar lebih banyak dan berbeda nyata dengan
taraf a
0
, a
1
dan a
2
tetapi antara taraf a
1
dan a
2

menunjukan perbedaan yang tidak nyata.
Perlakuan konsentrasi pupuk urin kelinci
menunjukan pengaruh yang nyata terhadap
bobot buah segar per tanaman, taraf u
3

menunjukan bobot buah segar lebih banyak dan
berbeda nyata dengan taraf u
0
, u
1
dan u
2
tetapi
antara taraf u
1
dan u
2
menunjukan perbedaan
yang tidak nyata.

7. Bobot Buah Segar Per Petak (kg)
Hasil analisis menunjukan tidak terjadi
interaksi antara konsentrasi pupuk organik urin
kelinci dan macam pengajiran terhadap bobot
buah segar per petak. Hasil analisis secara
mandiri (main effect) pada pengamatan bobot
buah segar per petak, dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Kelinci dan Macam Pengajiran Terhadap Bobot Buah
Segar Per Petak
Perlakuan Rata-rata Bobot Buah Segar Per Petak
Macam pengajiran ......................................(kg)....................................
a
0
= rambatan segi tiga 13,70 a
a
1
= rambatan tunggal 14,12 ab
a
2
= rambatan piramid 14,59 b
a
3
= rambatan para-para 15,64 c
Pupuk urin kelinci
u
0
= 0 ml L
-1
larutan 11,66 a
u
1
= 150 ml L
-1
larutan 14,85 b
u
2
= 300 ml L
-1
larutan 15,18 b
u
3
= 450 ml L
-1
larutan 16,37 c
Keterangan : Angka rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukan
perbedaan yang tidak nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

Pada tabel 7 menunjukan bahwa
perlakuan macam pengajiran menunjukan
pengaruh yang nyata terhadap bobot buah segar
per petak, taraf a
3
menunjukan bobot buah segar
lebih banyak dan berbeda nyata dengan taraf a
0
,
a
1
dan a
2
tetapi antara taraf a
2
dan a
3

menunjukan perbedaan yang tidak nyata.
Perlakuan konsentrasi pupuk urin kelinci
menunjukan pengaruh yang nyata terhadap
bobot buah segar per petak, taraf u
3
menunjukan
bobot buah segar lebih banyak dan berbeda
nyata dengan taraf u
0
, u
1
dan u
2
tetapi antara
taraf u
1
dan u
2
menunjukan perbedaan yang tidak
nyata.

Kesimpulan
1. Tidak terjadi interaksi antara konsentrasi
pupuk organik cair urin kelinci dan macam
pengajiran terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman mentimun (Cucumis sativus L.)
varietas bella F1.
2. Secara efek mandiri konsentrasi pupuk organik
cair urin kelinci pada konsentrasi 450 ml L
-1

memberikan pengaruh lebih baik terhadap
panjang tanaman, jumlah daun, jumlah bunga
betina, jumlah bunga jantan, jumlah buah,
bobot buah segar pertanaman dan bobot
buah segar per petak. Penggunaan rambatan
para-para memberikan pengaruh lebih baik
terhadap panjang tanaman umur 21 HST dan
28 HST, jumlah daun umur 21 HST dan 28 HST
jumlah bunga betina, jumlah bunga jantan,
jumlah buah, bobot buah segar pertanaman
dan bobot buah segar per petak, namun tidak
berpengaruh terhadap panjang tanaman umur
14 HST dan jumlah daun umur 14 HST.

Saran
1. Untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman mentimun yang baik pada tempat
yang memiliki kondisi lingkungan yang sama
dengan tempat percobaan disarankan untuk
menggunakan penggunaan macam ajir
dengan sistem para-para dan pemberian
pupuk organik cair urin kelinci dengan
konsentrasi 450 ml L
-1
larutan dan untuk
mendapatkan informasi mengenai pengaruh
konsentrasi pupuk organik cair urin kelinci
dan sistem macam pengajiran terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun
disarankan untuk melakukan penelitian
sejenis.
2. Untuk memperoleh informasi lebih lengkap
perlu dilakukan penelitian lanjutan pada
konsentrasi yang lebih tinggi pada
penggunan pupuk organik cair urin kelinci
sehingga konsentrasi optimun dari
pemberian pupuk organik cair urin kelinci
dapat diketahui.

Daftar Pustaka

Abdurahman. 2008. Pengaruh Takaran Pupuk
Biobanci Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Kubis. Bandung.

Badan Pusat Statistik. 2010. Luas Pertanaman dan
Produksi Nasional Tanaman Mentimun.
Melalui (http://faostat.fao.org).

Cahyono, B. 2003. Timun. Aneka Ilmu. Semarang.

Faiz Manshur. 2009.
http://kelinci.wordpress.com. Pupuk
Dahsyat Kelinci Untuk Agribisnis. Diakses
tanggal 24 Juni 2011.

Hendro Sunarjono. 2003. Bertanam 30 Jenis
Sayuran. Penebar Swadaya, Jakarta.

Heri Purwanto Imdad dan Abdjad Asih
Nawangsih. 1998. Sayuran Jepang.
Penebar Swadaya, Jakarta.

Rahmat Rukmana. 1994. Budidaya Mentimun.
Kanisius, Yogyakarta.

Susan Lusiana. 2005. Air Kencing Kelinci Cairan
Ajaib Untuk Pertanian. Pusat Pendidikan
dan Pelatihan (Pusdiklat) Pertanian
Berkelanjutan Serikat Petani Indonesia
(SPI). Diakses tanggal 24 Juni 2011.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik.
Kanisius. Yogyakarta.











Lampiran. Gambar Macam-macam Bentuk Rambatan







Rambatan segi tiga Rambatan tunggal






Rambatan piramid Rambatan para-para

Keteranagn: Setiap bentuk rambatan terdapat 4 tanaman.

Anda mungkin juga menyukai