Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit kusta atau lepra (leprosy) atau disebut juga Morbus Hansen, adalah sebuah
penyakit infeksi menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae.
Indonesia dikenal sebagai satu dari tiga negara yang paling banyak memiliki penderita
kusta. Dua negara lainnya adalah India dan ra!il.
akteri Mycobacterium leprae ditemukan oleh seorang ahli fisika "or#egia
bernama $erhard %rmauer Hansen, pada tahun &'() lalu. *mumnya penyakit kusta
terdapat di negara yang sedang berkembang, dan sebagian besar penderitanya adalah dari
golongan ekonomi lemah.
Penyakit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagai microbakterium,
dimana microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk
batang yang tidak mudah di#arnai namun jika di#arnai akan tahan terhadap dekolorisasi
oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil +tahan asam,.
Mekanisme penularan yang tepat belum diketahui. eberapa hipotesis telah
dikemukakan seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara. Dan diduga faktor
genetika juga ikut berperan, setelah melalui penelitian dan pengamatan pada kelompok
penyakit kusta di keluarga tertentu. elum diketahui pula mengapa dapat terjadi tipe
kusta yang berbeda pada setiap indi-idu.
Masa inkubasi pasti dari kusta belum dapat dikemukakan. eberapa peneliti
berusaha mengukur masa inkubasinya. Masa inkubasi minimum dilaporkan adalah
beberapa minggu, berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi muda.Masa inkubasi
maksimum dilaporkan selama ). tahun. Hal ini dilaporan berdasarkan pengamatan pada
-eteran perang yang pernah terekspos di daerah endemik dan kemudian berpindah ke
daerah non/endemik. 0ecara umum, telah disetujui, bah#a masa inkubasi rata/rata dari
kusta adalah )/1 tahun.
. TUJUAN UMUM
*ntuk memperoleh gambaran yang nyata tentang pelaksanaan %023P pada klien
dengan 2usta dengan menggunakan metode proses kepera#atan.
4. TUJUAN KHUSUS
&. Mendapatkan gambaran yang nyata tentang konsep penyakit kusta
5. Mampu membuat pengkajian kepera#atan pada klien dengan kusta
). Mampu membuat D6 kepera#atan berdasarkan anamnesa
7. Mampu membuat rencana kepera#atan berdasakan teori kepera#atan.
)
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR
&. Definisi
2usta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta
(mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya.
(Depkes 8I, &99').
2usta (lepra atau morbus Hansen) adalah penyakit kronis yang disebabkan
oleh infeksi Mycobacterium leprae (M. leprae). (2apita 0elekta 2edokteran, 5...).
5. Etiologi
Mikobakterium leprae merupakan basil tahan asam (:%) bersifat obligat
intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa saluran nafas
bagian atas, hati, sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat.
Masa membelah diri mikobakterium leprae &5/5& hari dan masa tunasnya
antara 7. hari/7. tahun. 2uman kusta berbentuk batang dengan ukuran panjang &/'
micro, lebar .,5/.,1 micro biasanya berkelompok dan ada yang disebar satu/satu,
hidup dalam sel dan :%.
). Patofisiologi (O!"
0etelah mikobakterium leprae masuk kedalam tubuh, perkembangan penyakit
kusta bergantung pada kerentanan seseorang. 8espon setelah masa tunas dilampaui
tergantung pada derajat sistem imunitas seluler (celuler midialet immune) pasien.
2alau sistem imunitas seluler tinggi, penyakit berkembang kearah tuberkoloid dan
bila rendah berkembang kearah lepromatosa. Mikobakterium leprae berpredileksi
didaerah/daerah yang relatif dingin, yaitu daerah akral dengan -askularisasi yang
sedikit.
Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan derajat infeksi karena imun
7
pada tiap pasien berbeda. $ejala klinis lebih sebanding dengan tingkat reaksi seluler
dari pada intensitas infeksi oleh karena itu penyakit kusta disebut penyakit
imonologik.
Microbakterium ;eprae
Menyerang saraf perifer, kulit, mukosa saluran pernafasan atas
Gangguan Fungsi Saraf
1
#. Manifestasi Klinis
Menurut <H= (&991) diagnosa kusta ditegakkan bila terdapat satu dari tanda
kardinal berikut >
a. %danya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas
;esi kulit dapat tunggal atau multipel biasanya hipopigmentasi tetapi
kadangkadang lesi kemerahan atau ber#arna tembaga biasanya berupa> makula,
papul, nodul. 2ehilangan sensibilitas pada lesi kulit merupakan gambaran khas.
2erusakan saraf terutama saraf tepi, bermanifestasi sebagai kehilangan sensibilitas
kulit dan kelemahan otot.
b. :% positif Pada beberapa kasus ditemukan :% dikerokan
jaringan kulit.
c. Penebalan saraf tepi, nyeri tekan, parastesi (kesemutan?kebas).
2lasifikasi bentuk klinis penyakit kusta dibedakan atas dua jenis
yaitu >
a. 2usta bentuk kering (tipe tuberkuloid)
Merupakan bentuk yang tidak menular. 2elainan kulit berupa bercak
keputihansebesar uang logam atau lebih, jumlahnya biasanya hanya beberapa,
sering di pipi,punggung, pantat, paha atau lengan. ercak tampak kering, perasaan
kulit hilangsama sekali, kadang/kadang tepinya meninggi.
Pada tipe ini lebih sering didapatkan kelainan urat saraf tepi, sering terjadi
gejala kulit tak begitu menonjoltetapi gangguan saraf lebh jelas. 2omplikasi saraf
serta kecacatan relati-e lebih sering terjadi sering terjadi dan timbul lebih a#al
dari bentuk basah.
Pemeriksaan bakteriologis sering kali negati-e, berarti tidak ditemukan
adanya kuman penyebab. entuk ini merupakan yang paling banyak yang
ditemukan di Indonesia dan terjadi pda orang yang daya tahan tubuhnya terhadap
@
kuman kusta cukup tinggi.
(
b. 2usta bentuk basah (tipe lepromatosa)
Merupakan bentuk menular karena banyak kuman dapat ditemukan baik
diselaput lendir hidung, kulit maupun organ tubuh lain. Aumlahnya lebih sedikit
dibandingkan kusta bentuk kering dan terjadi pada orang yang daya tahan
tubuhnya rendah dalam menghadapi kuman kusta.
2elainan kulit bisa berupa bercak kamarahan, bisa kecil/kecil dan tersebar
diseluruh badan ataupun sebagai penebalankulit yang luas (infiltrat) yang tampak
mengkilap dan berminyak. ila juga sebagaibenjolan/benjolan merah sebesar biji
jagung yang sebesar di badan, muka dan dauntelinga. 0ering disertai rontoknya alis
mata, menebalnya cuping telinga dan kadang/kadang terjadi hidung pelana karena
rusaknya tulang ra#an hidung. 2ecacatan padabentuk ini umumnya terjadi pada
fase lanjut dari perjalanan penyakit.
Pada bentuk yang parah bisa terjadi ,muka singa, (facies leonina). Diantara
kedua bentuk klinis ini, didapatkan bentuk pertengahan atau perbatasan(tipe
borderline) yang gejala/gejalanya merupakan peralihan antara keduanya. entuk
ini dalam pengobatannya dimasukkan jenis kusta basah.
1. Ko$%li&asi
4acat merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kusta baik akibat
kerusakan fungsi saraf tepi maupun karena neuritis se#aktu terjadi reaksi kusta.
@. Pe$e'i&saan %en(n)ang
a. Pemeriksaan akteriologis
2etentuan pengambilan sediaan adalah sebagai berikut>
&) 0ediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif.
5) 2ulit muka sebaiknya dihindari karena alasan kosmetik kecuali tidak
ditemukan lesi ditempat lain.
)) Pemeriksaan ulangan dilakukan pada lesi kulit yang sama dan bila perlu
ditambah dengan lesi kulit yang baru timbul.
'
7) ;okasi pengambilan sediaan apus untuk pemeriksaan mikobakterium leprae
ialah>
a) 4uping telinga kiri atau kanan
b) Dua sampai empat lesi kulit yang aktif ditempat lain
1) 0ediaan dari selaput lendir hidung sebaiknya dihindari karena>
a) :idak menyenangkan pasien
b) Positif palsu karena ada mikobakterium lain
c) :idak pernah ditemukan mikobakterium leprae pada selaput lendir
hidung apabila sedian apus kulit negatif.
d) Pada pengobatan, pemeriksaan bakterioskopis selaput lendir hidung
lebih dulu negatif dari pada sediaan kulit ditempat lain.
@) Indikasi pengambilan sediaan apus kulit>
a) 0emua orang yang dicurigai menderita kusta
b) 0emua pasien baru yang didiagnosis secara klinis sebagai pasien kusta
c) 0emua pasien kusta yang diduga kambuh (relaps) atau karena
tersangka kuman resisten terhadap obat
d) 0emua pasien M setiap & tahun sekali
() Pemerikaan bakteriologis dilakukan dengan pe#arnaan tahan asam, yaitu
!iehl neelsen atau kinyoun gabett
') 4ara menghitung :% dalam lapangan mikroskop ada ) metode yaitu cara
!ig !ag, huruf !, dan setengah atau seperempat lingkaran. entuk kuman
yang mungkin ditemukan adalah bentuk utuh (solid), pecah/pecah
(fragmented), granula (granulates), globus dan clumps.
b. Indeks akteri (I)>
Merupakan ukuran semikuantitatif kepadatan :% dalam sediaan
hapus. I digunakan untuk menentukan tipe kusta dan menge-aluasi hasil
pengobatan. Penilaian dilakukan menurut skala logaritma 8ID;3B sebagai
berikut>
9
. > bila tidak ada :% dalam &.. lapangan pandang
& > bila &/&. :% dalam &.. lapangan pandang
5 > bila &/&. :% dalam &. lapangan pandang
) > bila &/&. :% dalam rata/rata & lapangan pandang
7 > bila &&/&.. :% dalam rata/rata & lapangan pandang
1 > bila &.&/&... :% dalam rata/rata & lapangan pandang
@ > bila C&... :% dalam rata/rata & lapangan pandang
c. Indeks Morfologi (IM)
Merupakan persentase :% bentuk utuh terhadap seluruh :%. IM
digunakan untuk mengetahui daya penularan kuman, menge-aluasi hasil
pengobatan, dan membantu menentukan resistensi terhadap obat.
*. Penatala&sanaan
a. :erapi medik
:ujuan utama program pemberantasan kusta adalah penyembuhan pasien
kusta dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan dari
pasien kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan
insiden penyakit.
Program Multi Drug :herapy (MD:) dengan kombinasi rifampisin,
klofa!imin, dan DD0 dimulai tahun &9'&. Program ini bertujuan untuk mengatasi
resistensi dapson yang semakin meningkat, mengurangi ketidaktaatan pasien,
menurunkan angka putus obat, dan mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam
jaringan.
8ejimen pengobatan MD: di Indonesia sesuai rekomendasi <H= &991
sebagai berikut>
&) :ipe P ( P%*03 %0I;38)
Aenis obat dan dosis untuk orang de#asa >
a) 8ifampisin @..mg?bln diminum didepan petugas
b) DD0 tablet &.. mg?hari diminum di rumah
&.
Pengobatan @ dosis diselesaikan dalam @/9 bulan dan setelah selesai
minum @ dosis dinyatakan 8D: meskipun secara klinis lesinya masih aktif.
5) :ipe M ( M*;:I %0I;38)
Aenis obat dan dosis untuk orang de#asa>
a) 8ifampisin @..mg?bln diminum didepan petugas
b) 2lofa!imin )..mg?bln diminum didepan petugas dilanjutkan dengan
klofa!imin 1. mg ?hari diminum di rumah
c) DD0 &.. mg?hari diminum dirumah
Pengobatan 57 dosis diselesaikan dalam #aktu maksimal )@ bulan
sesudah selesai minum 57 dosis dinyatakan 8D: meskipun secara klinis
lesinya masih aktif dan pemeriksaan bakteri positif.
)) Dosis untuk anak
2lofa!imin>
a) *mur diba#ah &. tahun >
E ulanan &..mg?bln
E Harian 1.mg?5kali?minggu
b) *mur &&/&7 tahun >
E ulanan &..mg?bln
E Harian 1.mg?)kali?minggu
7) Pengobatan MD: terbaru
Metode 8=M adalah pengobatan MD: terbaru. Menurut <H=(&99'),
pasien kusta tipe P dengan lesi hanya & cukup diberikan dosis tunggal
rifampisin @.. mg, ofloksasim 7..mg dan minosiklin &.. mg dan pasien
langsung dinyatakan 8D:, sedangkan untuk tipe P dengan 5/1 lesi diberikan @
dosis dalam @ bulan. *ntuk tipe M diberikan sebagai obat alternatif dan
dianjurkan digunakan sebanyak 57 dosis dalam 57 jam.
&&
1) Putus obat
Pada pasien kusta tipe P yang tidak minum obat sebanyak 7 dosis dari
yang seharusnya maka dinyatakan D=, sedangkan pasien kusta tipe M
dinyatakan D= bila tidak minum obat &5 dosis dari yang seharusnya.
b. Pera#atan umum
Pera#atan pada morbus hansen umumnya untuk mencegah kecacatan.
:erjadinya cacat pada kusta disebabkan oleh kerusakan fungsi saraf tepi, baik
karena kuman kusta maupun karena peradangan se#aktu keadaan reaksi netral.
&) Pera#atan mata dengan lagophthalmos
a) Penderita memeriksa mata setiap hari apakah ada kemerahan atau
kotoran
b) Penderita harus ingat sering kedip dengan kuat
c) Mata perlu dilindungi dari kekeringan dan debu.
5) Pera#atan tangan yang mati rasa
a) Penderita memeriksa tangannya tiap hari untuk mencari tanda/ tanda
luka, melepuh
b) Perlu direndam setiap hari dengan air dingin selama lebih kurang
setengah jam
c) 2eadaan basah diolesi minyak
d) 2ulit yang tebal digosok agar tipis dan halus
e) Aari bengkok diurut agar lurus dan sendi/sendi tidak kaku
f) :angan mati rasa dilindungi dari panas, benda tajam, luka
)) Pera#atan kaki yang mati rasa
a) Penderita memeriksa kaki tiap hari
b) 2aki direndam dalam air dingin lebih kurang &?5 jam
c) Masih basah diolesi minyak
d) 2ulit yang keras digosok agar tipis dan halus
e) Aari/jari bengkok diurut lurus
&5
f) 2aki mati rasa dilindungi
7) Pera#atan luka
a) ;uka dibersihkan dengan sabun pada #aktu direndam
b) ;uka dibalut agar bersih
c) agian luka diistirahatkan dari tekanan
d) ila bengkak, panas, bau ba#a ke puskesmas
B. PROSES KEPERAATAN
+. Peng&a)ian
a. iodata
*mur memberikan petunjuk mengenai dosis obat yang diberikan, anak/
anak dan de#asa pemberian dosis obatnya berbeda. Pekerjaan, alamat
menentukan tingkat sosial, ekonomi dan tingkat kebersihan lingkungan. 2arena
pada kenyataannya bah#a sebagian besar penderita kusta adalah dari golongan
ekonomi lemah.
b. 8i#ayat penyakit sekarang
iasanya klien dengan morbus hansen datang berobat dengan keluhan
adanya lesi dapat tunggal atau multipel, neuritis (nyeri tekan pada saraf) kadang/
kadang gangguan keadaan umum penderita (demam ringan) dan adanya
komplikasi pada organ tubuh.
c. 8i#ayat kesehatan masa lalu
Pada klien dengan morbus hansen reaksinya mudah terjadi jika dalam
kondisi lemah, kehamilan, malaria, stres, sesudah mendapat imunisasi.
d. 8i#ayat kesehatan keluarga
Morbus hansen merupakan penyakit menular yang menahun yang
&)
disebabkan oleh kuman kusta ( mikobakterium leprae) yang masa inkubasinya
diperkirakan 5/1
&7
tahun. Aadi salah satu anggota keluarga yang mempunyai penyakit morbus hansen
akan tertular.
e. 8i#ayat psikososial
2lien yang menderita morbus hansen akan malu karena sebagian besar
masyarakat akan beranggapan bah#a penyakit ini merupakan penyakit kutukan,
sehingga klien akan menutup diri dan menarik diri, sehingga klien mengalami
gangguan ji#a pada konsep diri karena penurunan fungsi tubuh dan komplikasi
yang diderita.
f. Pola akti-itas sehari/hari
%ktifitas sehari/hari terganggu karena adanya kelemahan pada tangan dan
kaki maupun kelumpuhan. 2lien mengalami ketergantungan pada orang lain
dalam pera#atan diri karena kondisinya yang tidak memungkinkan.
g. Pemeriksaan fisik
2eadaan umum klien biasanya dalam keadaan demam karena reaksi berat
pada tipe I, reaksi ringan, berat tipe II morbus hansen. ;emah karena adanya
gangguan saraf tepi motorik.
0istem penglihatan. %danya gangguan fungsi saraf tepi sensorik, kornea
mata anastesi sehingga reflek kedip berkurang jika terjadi infeksi mengakibatkan
kebutaan, dan saraf tepi motorik terjadi kelemahan mata akan lagophthalmos jika
ada infeksi akan buta. Pada morbus hansen tipe II reaksi berat, jika terjadi
peradangan pada organ/organ tubuh akan mengakibatkan irigocyclitis. 0edangkan
pause basiler jika ada bercak pada alis mata maka alis mata akan rontok.
0istem pernafasan. 2lien dengan morbus hansen hidungnya seperti pelana
dan terdapat gangguan pada tenggorokan.
&1
,. Diagnosa
a. 2erusakan integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan proses inflamasi
b. $angguan rasa nyaman, nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi
jaringan
c. Intoleransi akti-itas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
d. $angguan konsep diri (citra diri) yang berhubungan dengan ketidakmampuan
dan kehilangan fungsi tubuh
e. 8esiko tinggi kecacatan berhubungan dengan proses perjalanan penyakit
-. Inte'.ensi
a. diagnosa &
&) :ujuan > setelah dilakukan tindakan kepera#atan proses inflamasi berhenti
dan berangsur/angsur sembuh.
5) 2riteria >
a) Menunjukkan regenerasi jaringan
b) Mencapai penyembuhan tepat #aktu pada lesi
)) Inter-ensi>
a) 2aji? catat #arna lesi,perhatikan jika ada jaringan nekrotik dan kondisi
sekitar luka
E 8asional > Memberikan inflamasi dasar tentang terjadi proses
inflamasi dan atau mengenai sirkulasi daerah yang terdapat lesi.
b) erikan pera#atan khusus pada daerah yang terjadi inflamasi
E 8asional > menurunkan terjadinya penyebaran inflamasi pada
jaringan sekitar.
c) 3-aluasi #arna lesi dan jaringan yang terjadi inflamasi perhatikan
adakah penyebaran pada jaringan sekitar
E 8asional > Menge-aluasi perkembangan lesi dan inflamasi dan
mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
d) ersihan lesi dengan sabun pada #aktu direndam
&@
8asional > 2ulit yang terjadi lesi perlu pera#atan khusus untuk
mempertahankan kebersihan lesi
e) Istirahatkan bagian yang terdapat lesi dari tekanan
E 8asional > :ekanan pada lesi bisa maenghambat proses penyembuhan
b. Diagnosa 5
&) :ujuan>setelah dilakukan tindakan kepera#atan proses inflamasi berhenti
dan berangsur/angsur hilang
5) 2riteria>setelah dilakukan tindakan kepera#atan proses inflamasi dapat
berkurang dan nyeri berkurang dan beraangsur/angsur hilang
)) Inter-ensi>
a) =bser-asi lokasi, intensitas dan penjalaran nyeri
E 8asional>Memberikan informasi untuk membantu dalam memberikan
inter-ensi.
b) =bser-asi tanda/tanda -ital
E 8asional>*ntuk mengetahui perkembangan atau keadaan pasien
c) %jarkan dan anjurkan melakukan tehnik distraksi dan relaksasi
E 8asional>Dapat mengurangi rasa nyeri
d) %tur posisi senyaman mungkin
E 8asional>Posisi yang nyaman dapat menurunkan rasa nyeri
e) kolaborasi untuk pemberian analgesik sesuai indikasi
E 8asional>menghilangkan rasa nyeri
c. Diagnosa )
&) :ujuan>0etelah dilakukan tindakan kepera#atan kelemahan fisik dapat
teratasi dan akti-itas dapat dilakukan
5) 2riteria>
a) Pasien dapat melakukan akti-itas sehari/hari
b) 2ekuatan otot penuh
)) Inter-ensi>
&(
a) Pertahankan posisi tubuh yang nyaman
E 8asional> meningkatkan posisi fungsional pada ekstremitas
b) Perhatikan sirkulasi, gerakan, kepekaan pada kulit
E 8asional> oedema dapat mempengaruhi sirkulasi pada ekstremitas
c) ;akukan latihan rentang gerak secara konsisten, dia#ali dengan pasif
kemudian aktif
E 8asional> mencegah secara progresif mengencangkan jaringan,
meningkatkan pemeliharaan fungsi otot? sendi
d) Aad#alkan pengobatan dan aktifitas pera#atan untuk memberikan
periode istirahat
E 8asional> meningkatkan kekuatan dan toleransi pasien terhadap
aktifitas
e) Dorong dukungan dan bantuan keluaraga? orang yang terdekat pada
latihan
E 8asional> menampilkan keluarga ? oarng terdekat untuk aktif dalam
pera#atan pasien dan memberikan terapi lebih konstan.
d. Diagnosa 7
&) :ujuan > setelah dilakukan tindakan kepera#atan tubuh dapat berfungsi
secara optimal dan konsep diri meningkat
5) 2riteria>
a) Pasien menyatakan penerimaan situasi diri
b) Memasukkan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negatif
)) Inter-ensi
a) 2aji makna perubahan pada pasien
E 8asional > episode traumatik mengakibatkan perubahan tiba/tiba. Ini
memerlukan dukungan dalam perbaikan optimal
b) :erima dan akui ekspresi frustasi, ketergantungan dan kemarahan.
Perhatikan perilaku menarik diri.
E 8asional > penerimaan perasaan sebagai respon normal terhadap apa
yang terjadi membantu perbaikan
&'
c) erikan harapan dalam parameter situasi indi-idu, jangan memberikan
kenyakinan yang salah
E 8asional > meningkatkan perilaku positif dan memberikan
kesempatan untuk menyusun tujuan dan rencana untuk masa
depan berdasarkan realitas
d) erikan penguatan positif
E 8asional > kata/kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku
koping positif
e) erikan kelompok pendukung untuk orang terdekat
E 8asional > meningkatkan -entilasi perasaan dan memungkinkan
respon yang lebih membantu pasien
e. Diagnosa 1
&) :ujuan > Mencegah terjadinya kecacatan pada penyakit kusta
5) 2riteria hasil > tidak terjadinya kecacatan pada penyakit kusta
)) Inter-ensi >
a) Pera#atan mata dengan lagophthalmos
E Penderita memeriksa mata setiap hari apakah ada kemerahan atau
kotoran
E Penderita harus ingat sering kedip dengan kuat
E Mata perlu dilindungi dari kekeringan dan debu.
b) Pera#atan tangan yang mati rasa
E Penderita memeriksa tangannya tiap hari untuk mencari tanda/ tanda
luka, melepuh
E Perlu direndam setiap hari dengan air dingin selama lebih kurang
setengah jam
E 2eadaan basah diolesi minyak
E 2ulit yang tebal digosok agar tipis dan halus
E Aari bengkok diurut agar lurus dan sendi/sendi tidak kaku
E :angan mati rasa dilindungi dari panas, benda tajam, luka
&9
c) Pera#atan kaki yang mati rasa
E Penderita memeriksa kaki tiap hari
E 2aki direndam dalam air dingin lebih kurang
&?5 jam
E Masih basah diolesi minyak
E 2ulit yang keras digosok agar tipis dan halus
E Aari/jari bengkok diurut lurus
E 2aki mati rasa dilindungi
d) Pera#atan luka
E ;uka dibersihkan dengan sabun pada #aktu
direndam
E ;uka dibalut agar bersih
E agian luka diistirahatkan dari tekanan
E ila bengkak, panas, bau ba#a ke puskesmas
5.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
2usta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta
(mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya.
2usta merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh infeksi mikobakterium
leprae.
%dapun cirri/ciri sesorang terkena kusta ialah sbagai berikut >
&. %danya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas
5. ;esi kulit dapat tunggal atau multipel biasanya hipopigmentasi tetapi kadang/
kadang lesi kemerahan atau ber#arna tembaga biasanya berupa> makula, papul,
nodul. 2ehilangan sensibilitas pada lesi kulit merupakan gambaran khas.
2erusakan saraf terutama saraf tepi, bermanifestasi sebagai kehilangan
sensibilitas kulit dan kelemahan otot.
). :% positif
7. Pada beberapa kasus ditemukan :% dikerokan jaringan kulit.
1. Penebalan saraf tepi, nyeri tekan, parastesi.
B. SARAN
&. Dengan mengetahui perjalanan penyakit kusta, diharapkan agar dapat menangani
kasus tersebut dengan tepat.
5. Dengan adanya pengkajian serta diagnose dan inter-ensi kepera#atan terhadap
penyakit kusta, diaharapkan agar pasien mengidap penyakit ini dapat dira#at
dengan tepat.
5&
DA/TAR PUSTAKA
Mansjoer, %rif, 5..., Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III, media %euscualpius, Aakarta
Auall, ;ynda, Rencana Asuan Kepera!atan "an "okumentasi Kepera!atan Edisi II,
3$4. Aakarta, &991
55
LAMPIRAN GAMBAR
2omplikasi 2usta
5)
57

Anda mungkin juga menyukai