Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Tanaman merupakan sumber kekayaan alam yang banyak dijumpai di
lingkungan sekitar kita, khususnya di daratan Aceh. Tanaman itu sendiri terdiri
dari akar, batang, daun dan biji. Setiap akar, batang, daun dan biji memiliki
senyawa kimia yang berbeda - beda. Senyawa kimia inilah yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Tanaman obat merupakan jenis tanaman
yang dipercaya masyarakat mempunyai khasiat dan telah digunakan sebagai
bahan baku obat tradisional. Obat tradisional digunakan untuk berbagai macam
tujuan seperti menjaga kesegaran dan kesehatan tubuh secara keseluruhan,
menyembuhkan penyakit tertentu, mengatur kehamilan dan kosmetik (Liu,
1999). Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat dan dapat
dikonsumsi oleh manusia adalah berasal dari genus Glycine yaitu Glycine max
( Kacang Kedelai ). Pada kedelai, kandungan senyawa kimia yang lebih tinggi
terdapat pada biji kedelai, khususnya pada bagian hipokotil yang akan tumbuh
menjadi tanaman (Anderson 1997).
Kacang kedelai merupakan salah satu tanaman terna dikotil semusim
dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang
berkambium serta jenis tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar
makanan dari asia timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Biji kedelai atau
kacang kedelai banyak diolah menjadi tempe, tahu, toucho dan kecap oleh para
2

masyarakat dan bidang perindustrian. Salah satu produk olahan kedelai yang
banyak dikonsumsi masyarakat adalah Tempe. Tempe adalah bahan makanan
tradisional Indonesia hasil fermentasi kedelai atau jenis kacang kacangan
lainnya yang menggunakan jamur Rhizopus oligosporus atau Rhizopus oryzae
(ragi). Kacang kedelai menjadi produk tempe di olah dengan cara fermentasi,
Fermentasi tempe terjadi karena aktivitas kapang Rhizophus sp Pada kedelai
sehingga membentuk massa yang kompak dan padat.
Tempe merupakan makanan bergizi tinggi sehingga makanan ini
mempunyai arti yang sangat penting dan strategis untuk pemenuhan gizi,
menjaga kesegaran dan menyembuhkan penyakit tertentu. Di bandingkan
dengan kedelai mentah, tempe tidak hanya flavornya yang lebih dapat di
terima, tetapi juga lebih mudah di cerna, diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh
serta ketersediaan dari semua nutrisi dalam kedelai menjadi lebih baik, Hal ini
dikarenakan kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-
senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna dan di
serap oleh usus. Proses fermentasi dalam pembuatan tempe dapat
mempertahankan sebagian besar zat-zat gizi yang terkandung dalam kedelai,
meningkatkan daya cerna proteinnya, meningkatkan kadar beberapa macam
vitamin B dan mengandung berbagai nutrisi yang diperlukan oleh tubuh seperti
protein, lemak, karbohidrat, dan mineral.


3

Selain zat gizi yang terdapat pada tempe, tempe juga mempunyai
keunggulan keunggulan lainnya yaitu mengandung senyawa bioaktif.
Khususnya senyawa bioaktif yang terdapat dalam tempe merupakan kandungan
senyawa yang berpotensi untuk pengobatan maupun kesehatan. Senyawa yang
terkandung pada tempe kacang kedelai tersebut merupakan senyawa metabolit
sekunder, salah satunya adalah senyawa Isoflavon. Senyawa isoflavon pada
tempe berfungsi sebagai anti bakteri, antioksidan yang sangat tinggi,
antikolesterol, antihemolitik, dan antikanker. Dalam tempe kedelai telah di
temukan beberapa senyawa isoflavon diantaranya genistein, daidzein, glisitein
dan faktor-2. Salah satu faktor yang penting dalam perubahan selama
fermentasi adalah terbentuknya senyawa isoflavon dalam bentuk bebas
(aglikon) dan terutama terbentuk senyawa baru yaitu faktor -2 yang terdapat
pada tempe tetapi tidak terdapat pada kedelai ( genistein, daidzein dan
glisitein).
Kandungan kimia pada tempe kacang kedelai dapat diidentifikasi
dengan uji kualitatif terhadap senyawa metabolit, baik senyawa metabolit
primer maupun senyawa metabolit sekunder. Karena pada umumnya senyawa
metabolit sekunder merupakan senyawa bioaktif yang berperan penting untuk
kesehatan.
Pada penelitian ini, dilakukan identifikasi untuk menentukan senyawa
metabolit sekunder dari ekstrak tempe kacang kedelai. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul : Identifikasi
Isoflavon Pada Tempe Kacang Kedelai ( Glicine Max ) dan Manfaatnya
4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan
masalah pada penelitian ini adalah
1. Apakah pada tempe kacang kedelai ( Glicine Max ) terdapat senyawa
isoflavon
2. Apakah manfaat senyawa Isoflavon pada kacang kedelai

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulisan koloqium ini
bertujuan
1. Untuk mengetahui kandungan isoflavon pada tempe kacang kedelai
( Glicine Max ).
2. Untuk mengetahui manfaat senyawa isoflavon pada tempe kacang kedelai.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penulisan koloqium ini adalah untuk :
1. Dapat menambah wawasan bagi penulis sendiri
2. Dapat memberikan informasi tentang adanya kandungan senyawa Isoflavon
pada tempe kacang kedelai ( Glicine Max ) serta apa manfaatnya bagi
manusia apabila mengkonsumsi tempe.



5

E. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami istilah yang di
maksud oleh penulis, maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah , antara
lain :
1. Identifikasi adalah penentuan ada tidaknya suatu senyawa dalam suatu
bahan.
2. Isoflavon adalah salah satu golongan senyawa metabolit sekunder yang
banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan, khususnya dari golongan
leguminoceae (tanaman berbunga kupu-kupu / kacang kacangan ). Seperti
kacang kedelai. Isoflavaon termasuk dalam golongan flavonoid (kelompok
senyawa fenol) dengan kerangka dasar 1,2-diarilpropan.
3. Tempe adalah bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis
kacang-kacangan lainnya menggunakan jamur Rhizopus oligosporus dan
Rhizopus oryzae.









6

BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Kacang Kedelai
Kedelai atau Glycine max termasuk familia Leguminoceae, sub famili
Papilionaceae, genus Glycine max, berasal dari jenis kedelai liar yang disebut
Glycine unriensis ( Samsudin, 1985 ). Menurut Ketaren (1986), secara fisik
setiap kedelai berbeda dalam hal warna, ukuran dan komposisi kimianya.
Perbedaan secara fisik dan kimia tersebut dipengaruhi oleh varietas dan kondisi
dimana kedelai tersebut dibudidayakan. Biji kedelai tersusun atas tiga komponen
utama, yaitu kulit biji, daging (kotiledon), dan hipokotil dengan perbandingan
8:90:2. Sedangkan komposisi kimia kedelai adalah 40,5% protein, 20,5% lemak,
22,2% karbohidrat, 4,3% serat kasar, 4,5% abu, dan 6,6% air (Snyder and Kwon,
1987).

Gambar : 2.1 Kacang Kedelai
Kandungan protein dalam kedelai kuning bervariasi antara 31-48%
sedangkan kandungan lemaknya bervariasi antara 11-21%. Antosianin kulit
kedelai mampu menghambat oksidasi LDL kolesterol yang merupakan awal
7

terbentuknya plak dalam pembuluh darah yang akan memicu berkembangnya
penyakit tekanan darah tinggi dan berkembangnya penyakit jantung koroner.
Protein kedelai sangat peka terhadap perlakuan fisik dan kemis,
misalnya pemanasan dan perubahan pH dapat menyebabkan perubahan sifat fisik
protein seperti kelarutan, viskositas dan berat molekul. Perubahan-perubahan pada
protein ini memberikan peranan sangat penting pada pengolahan pangan
(Cahyadi, 2006).
Kulit kedelai mengandung 87 serat makanan (dietary fiber), 40 -
53 persen selulosa kasar, 14 - 33 persen hemiselulosa kasar dan 1 - 3 persen serat
kasar. Serat kedelai adalah bukan kulit atau sekam kedelai, tetapi produk kedelai
yang tidak berbau, tawar dan bentuknya dapat disesuaikan dengan tujuan
penggunaanya, yang terutama sebagai sumber serat makanan.
Efek fisiologis dan manfaat klinis serat kedelai pada manusia telah
banyak diteliti. Hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut : (1). Menurunkan
kolesterol pada penderita hiperkolesterolamia, (2). Memperbaiki toleransi
terhadap glukosa dan respon insulin pada penderita hiperlipidemia dan diabetes,
(3). Meningkatkan volume tinja, sehingga mempercepat waktu transit makanan
(waktu yang diperlukan sejak dimakan sampai dikeluarkan berupa tinja), dan (4).
Tidak berakibat negatif terhadap retensi mineral (penyerapan mineral).
Dengan kandungan gizi yang tinggi, terutama protein, menyebabkan
kedelai diminati oleh masyarakat. Protein kedelai mengandung asam amino yang
paling lengkap dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan lainnya (Wolf and
Cowan,1971).
8

B. Tempe Kacang Kedelai
Menurut Standar Nasional Indonesia 01-3144-1992, tempe kedelai
adalah produk makanan hasil fermentasi biji kedelai oleh kapang tertentu,
berbentuk padatan kompak dan berbau khas serta berwarna putih atau sedikit
keabu-abuan.
Tempe merupakan bahan makanan tradisional Indonesia hasil fermentasi
kedelai rebus atau jenis kacang kacangan lainnya yang menggunakan jamur
Rhizopus oligosporus atau Rhizopus oryzae.
Tempe telah lama digunakan sebagai bagian dari diet, selain karena
kandungan zat gizi juga mengandung senyawa isoflavon yang mempunyai
aktivitas biologis terhadap peningkatan kesehatan. Kedelai sebagai sumber
senyawa bioaktif, dan produk fermentasinya diketahui mengandung 3
senyawa isoflavon, yaitu daidzein, genistein dan glisitein baik dalam bentuk
bebas (aglikon) maupun dalam bentuk terikat (glukosida) (Nakajima et al.,
2005).
1

Selama proses fermentasi dalam pembuatan tempe, banyak bahan
dalam kedelai menjadi bersifat lebih larut dan lebih mudah dicerna. Setengah
dari kandungan protein awal dipecah menjadi produk yang lebih kecil dan
larut dalam air, misalnya asam amino, peptida, asam lemak dan
monosakarida.


1
Nyoman Suarsana, dkk. 2012 Ketersediaan hayati Isoflavon dalam plasma dan pengaruhnya terhadap
nilai biokimia darah pada tikus Hiperglikemia. Jurnal Veteriner 13: 87.
9

Penyajian kedelai menjadi tempe adalah unik dibandingkan dengan
berbagai bentuk penyajian sebagai pangan yang lain. Keunikan tersebut ialah
karena sebagai tempe, kedelai dikonsumsi utuh, berbeda dengan tahu atau
susu kedelai misalnya, yang dikonsumsi hanya sebagai ekstrak protein saja
(Kasmidjo, 1990).

C. Ciri Ciri Tempe
Tempe merupakan makanan hasil fermentasi tradisional berbahan
baku kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus oligosporus. Adapun ciri ciri
tempe yang baik adalah Mempunyai ciri-ciri berwarna putih, ada lapisan
putih di sekitar kedelai pada saat di potong, tempe tidak hancur, tekstur
kompak dan flavor spesifik. Warna putih disebabkan adanya miselia jamur
yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur yang kompak juga
disebabkan oleh miselia-miselia jamur yang menghubungkan antara biji-biji
kedelai tersebut. Terjadinya degradasi komponen-komponen dalam kedelai
dapat menyebabkan terbentuknya flavor (penyimpanan cita rasa dan aroma
pada produk pengolahan kedelai ) spesifik setelah fermentasi (Kasmidjo,
1990).
Menurut Hidayat (2008), gangguan pada pembuatan tempe
diantaranya adalah tempe tetap basah, jamur tumbuh kurang baik, tempe
berbau busuk, ada bercak hitam dipermukaan tempe, dan jamur hanya
tumbuh baik di salah satu tempat.

10

Tabel 2.1. Syarat Mutu Tempe Kedelai Menurut Standar Nasional Indonesia
01-3144 1992
Kriteria Uji Persyaratan
Keadaan
Bau
Warna
Rasa
Air (%b/b )
Abu (%b/b )
Protein (% b/b ) ( N x 6,25 )
Cemaran Microba
E coli
Salmonela

Nomal ( khas tempe )
Normal
Normal
Maks 65 % b/b
Maks 1,5 % b/b
Min 20 % b/b

Maks 10
Negatif
Sumber : Badan Standarisasi nasional (1992 )
2



Gambar : 2.2 Tempe kacang kedelai

D. Kandungan Gizi dan Senyawa Kimia Pada Tempe
1. Kandungan Gizi pada Tempe
Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan
karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun,
karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka
protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di
dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu,

2
Erena A dwiningsih. 2010. Karakteristik kimia dan sensori tempe dengan variasi bahan baku kedelai /
beras dan penambahan angkak serta variasi lama fermentasi. Hal. 35 (Skripsil)
11

tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi
hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.
Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang
menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari
meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas,
asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya.
Tabel 1.1. Kandungan Gizi antara Kedelai dan Tempe (100 g)
Kandungan gizi Kedelai Tempe
Protein 46,2 46,5
Lemak 19,1 19,7
Karbohidrat 28,2 30,2
Kalsium (mg) 254 347
Besi (mg) 11 9
Fosfor (mg) 781 724
Vitamin B1 0,48 0,28
Vitamin B12 0,2 3,9
Serat 3,7 7,2
Abu 6,1 3,6
Sumber : Sutomo (2008)
3


a. Karbohidrat
Selama proses pembuatan tempe terjadi penurunan kadar
karbohidrat penyebab flatulensi, yaitu stakiosa dan rafinosa. Sehingga
daya cerna tempe meningkat dan bebas dari masalah flatulensi. Fermentsi
kedelai menjadi tempe juga akan meningkatkan kandungan fosfor. Hal
ini disebabkan hasil kerja enzim fitase yang diproduksi kapang tempe,

3
Ibit....Hal. 40
12

yang mampu menghidrolisa asam fitat menjadi inositol dan fosfat yang
bebas.
4

Selama fermentasi kedelai menjadi tempe, perubahan utama
yang terjadi pada karbohidrat adalah kehilangan heksosa secara cepat dan
pemecahan stakhiosa secara lambat ( shallenberger et al, 1971 ).
5

b. Asam Lemak
Lemak yang terkandung dalam tempe tidak mengandung
kolesterol. Disamping itu, lemak dalam tempe juga tahan terhadap
ketengikan, yang disebabkan oleh produksi antioksidan alami oleh
kapang tempe. Antioksidan tersebut telah diidentifikasi dan dikenal
dengan nama genestein, daidzein dan 6.7.4'-trihidroksiisoflavon. (
Santoso, 2005 )
Selama proses fermentasi tempe, adanya peningkatan derajat
ketidakjenuhan terhadap lemak. Dalam proses itu asam palmitat dan
asam linoleat sedikit mengalami penurunan, sedangkan kenaikan terjadi
pada asam oleat dan linolenat (asam linolenat tidak terdapat pada
kedelai). Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap
kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif
sterol di dalam tubuh.



4
Santoso. Teknologi Pengolahan Kedelai (teori dan Praktek). 2005. Hal. 26
5
Deddy Muchtadi. Kedelai komponen Bioaktif untuk Kesehatan. Bogor: Anggota Ikatan Penerbit
Indonesia. 2010. (hal. 27).

13

c. Vitamin
Vitamin yang terdapat pada tempe yaitu bagian vitamin yang
larut dalam air adalah vitamin B kompleks dan bagian vitamin yang larut
dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K. Tempe merupakan sumber
vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam
tempe antara lain vitamin B1 ( tiamin ), B2 ( riboflavin ), asam
pantotenat, asam nikotinat ( niasin ), vitamin B6 ( piridoksin ), dan B1 (
sianokobalamin ).
Pada tempe adanya vitamin B12, vitamin B12 aktivitasnya
meningkat sampai 33 kali selama fermentasi dari kedelai, riboflavin naik
sekitar 8-47 kali, piridoksin 4-14 kali, niasin 2-5 kali, biotin 2-3 kali,
asam folat 4-5 kali, dan asam pantotenat 2 kali lipat. Vitamin ini tidak
diproduksi oleh kapang tempe, tetapi oleh bakteri kontaminan seperti
Klebsiella pneumoniae dan Citrobacter freundii.
d. Mineral
Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah
yang cukup. Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah
9,39; 2,87; dan 8,05 mg setiap 100 g tempe. Kapang tempe dapat
menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang
mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan
terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium,
magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh.

14

2. Kandungan Senyawa Kimia pada Tempe
Tempe sebagai bahan pangan yang di konsumsi manusia juga
mengandung superoksida desmutase yang dapat menghambat kerusakan sel
dan proses penuaan. Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan
dalam bentuk isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid,
isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk
menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas. Dalam kedelai terdapat
tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, di
samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor II
(6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat
dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai ( sebelum fermentasi ).
Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai
menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium.
Meskipun tempe merupakan sumber gizi yang baik tetapi ada dua
masalah utama dalam pemanfaatan tempe sebagai bahan pangan:
1) Tempe termasuk golongan bahan pangan yang mudah rusak, tempe segar
yang baru jadi hanya dapat di simpan selama 1 2 hari pada suhu ruang,
setelah itu tempe akan rusak. Kerusakan yang terjadi terutama di
sebabkan oleh aktivitas enzim proteolitik yang mendegradasi protein
sehingga terbentuk amoniak yang menyebabkan tempe tidak layak lagi
untuk di konsumsi manusia.
2) Pandangan masyarakat yang rendah terhadap tempe, tempe di anggap
sebagai bahan makanan bagi masyarakat yang tingkat sosialnya rendah,
15

hal ini berhubungan dengan teknologi pembuatan tempe yang masih
sangat sederhana dan tradisional, serta harganya lebih murah di
bandingkan dengan sumber protein lain seperti daging, ikan dan telor.
6

E. Isoflavon
Isoflavon adalah golongan flavonoid ( kelompok senyawa fenol )
dengan kerangka dasar 1,2-diarilpropan. Isoflavon merupakan salah satu
golongan senyawa metabolit sekunder yang banyak terdapat pada tumbuh-
tumbuhan, khususnya dari golongan leguminoceae (tanaman berbunga kupu-
kupu). Senyawa isoflavon pada umumnya berupa senyawa kompleks atau
konjugasi dengan senyawa gula melalui ikatan glikosida (Snyder, 1987).
Struktur isoflavon sangat menentukan aktivitas biologis, ketersediaan
hayati, dan efek fisiologis di dalam tubuh. Menurut Cassidy et al. (2005) dan
Kano et al. (2006), isoflavon bentuk gkukosida di dalam usus akan dihidrolisis
oleh enzim -glukosidase sehingga terbentuk aglikon (daidzein, genistein dan
glisitein).
Akibat proses ini maka jumlah isoflavon aglikon akan bertambah
sehingga ketersediaan dalam tubuh mencukupi dan lebih mudah diserap bila
dibandingkan dalam bentuk glukosida.

Gambar : 2.3 Struktur senyawa isoflavon

6
Koswara sutrisno. Teknologi Pengolahan Kedelai. Pustaka sinar : jakarta . 1992. Hal. 99
16


Menurut nakajima at al (2005). Pada kedelai bentuk isoflavon yang
utama adalah isoflavon glukosida (daidzin, genistin dan glisitin). Selama
fermentasi terjadi pelepasan isoflavon bentuk glukosida menjadi bentuk
isoflavon aglikon (daodzein, genistein dan glisitein) dan terakumulasi pada
produk tempe.
Kenaikan jumlah isoflavon aglikon yang di bebaskan dari bentuk
glukosidanya dapat di hasilkan pada proses perendaman kedelai dan fermentasi
oleh Rhizopus sp. Menurut Ewan et al (1992), proses perendaman dapat
mengaktifkan enzim -glukosidase yang terdapat pada kedelai dan
menyebabkan terjadinya hidrolisis senyawa isoflavon glukosida menjadi
senyawa isoflavon aglikon.

Daidzin glukosida Daidzein Glukosa
(Isoflavon Glukosida) (isoflavon aglikon)

Gambar : 2.4 Proses hidrolisis glukosa menjadi aglikon oleh enzim -
glukosidase


Pada tempe terdapat 12 isomer isoflavon, yaitu 3 bentuk aglikon (
daidzein, genistein dan glisitein ) dan 9 bentuk glukosida. Masing masing
jenis aglikon memiliki bentuk glukosida konjugasi. Aglikon daidzein dengan
tiga glukosida konjugasinya yaitu daidzin, asetildaidzin dan malonildaidzin;
17

genistein dengan tiga glukosida konjugasinya yaitu genistin, asetilgenistin dan
malonilgenistin; dan glisitein dengan tiga glukosida konjugasinya yaitu glisitin,
asetilglisitin dan malinilglisitin ( Song et al. 1998; Nakajima et al. 2005 ).
Struktur Senyawa I soflavon aglikon






Struktur Senyawa I soflavon Glukosida





Gambar : 2.5 Struktur senyawa isoflavan agliko dan isoflavon glukosida

Isoflavon yang terdiri atas struktur dasar C6- C3-C6, secara alami
disintesis oleh tumbuh-tumbuhan dan senyawa asam amino aromatik
fenilalanin atau tirosin. Biosintesis ini berlangsung secara bertahap dan melalui
sederetan senyawa antara, yaitu asam sinamat, asam kumarat, kalkon, dan
isoflavon. Berdasarkan biosintesis tersebut, maka isoflavon digolongkan
sebagai senyawa metabolit sekunder yang berfungsi mengendalikan
R1 R2 Senyawa
H H Daidzein
OH H Genistein
H OCH
3
Glisitein
H OH Faktor-2
18

pertumbuhan (fitohormon) dan mempertahankan diri dari makhluk lain, seperti
insektisida (Achmadi et al. 1990).


Gambar : 2.6 Biosintesis kelompok isoflavon.
7


Isoflavon termasuk dalam kelompok flavonoid (1,2-diarilpropan) dan
merupakan kelompok yang terbesar dalam kelompok tersebut. Meskipun
isoflavon merupakan salah satu metabolit sekunder, tetapi ternyata pada mikroba
seperti bakteri, algae, jamur dan lumut tidak mengandung isoflavon, karena
mikroba tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk mensintesanya. Namun

7
Http//www.scribd.com/doc//06157760/isoflavon-darikedelai. Diakses 25 Desember 2012. 21:12 WIB
19

pada mikroba-mikroba tertentu mampu melakukan transformasi senyawa
isoflavon (Lucker, 1984).
1. Jenis- Jenis Isoflavon pada Tempe
Selama proses pengolahan (kedelai), baik melalui proses fermentasi
maupun proses non-fermentasi, senyawa isoflavon dapat mengalami
transformasi, terutama melalui proses hidrolisis sehingga diperoleh senyawa
isoflavon bebas yang disebut dengan senyawa isoflavon aglikon yang
memiliki aktivitas lebih baik. Senyawa aglikon tersebut adalah genestein,
dan daidzein. Dan di tambah satu jenis isoflavon minor yaitu glisitein. Hasil
transformasi lebih lanjut dari senyawa aglikon menghasilkan senyawa yang
mempunyai aktivitas biologi lebih tinggi yaitu faktor-2 (6,7,4-trihidroksi
isoflavon).
a. Genistein ( 5,7,4-trihidroksi isoflavon )
Genistein merupakan salah satu senyawa polifenol golongan
isoflavon yang ditemukan pada beberapa tanaman. Jenis tanaman yang
paling banyak mengandung senyawa ini adalah kacang kedelai (Glycine
max) atau hasil olahannya seperti tempe. Secara kimiawi, struktur
genistein menyerupai struktur esterogen sehingga senyawa ini disebut
juga senyawa fitoestrogen. Kemiripan struktur ini menyebabkan
beberapa sifat genistein menyerupai estrogen.

20

Dengan demikian, genistein dapat digunakan sebagai
pengganti estrogen apabila terjadi gangguan produksi estrogen misalnya
pada wanita pascamenopause.

Gambar : 2.7 Struktur Genistein


b. Daidzein (7,4-dihidroksiisoflavon )
Isoflavon utama dalam tempe adalah daidzein dan genistein.
Daidzein mempunyai aktivitas melindungi sel dari proses oksidasi atau
stress oksidatif yang menginduksi toksisitas.
8
Daidzein dan Genistein
adalah sebuah isoflavon dari produk kedelai yang memiliki sifat
antitumor. Zat ini adalah salah satu fitoestrogen.
9


Gambar : 2.8 Struktur Daidzein




8
Http://www.scribd.com/doc/73260470/6-Senyawa-Bioaktif. diakses 03 Januari 2013. 10.00 WIB
9
Http://kamuskesehatan.com/arti/genistein/ ). diakses 03 Januari 2013. 10.20 WIB.

21

c. Glisitein
Produk olahan kedelai ( tempe ) yang memiliki senyawa
isoflavon aglikon (bebas dari ikatan glukosida) yaitu genistein, daidzein
dan glisitein, dimana glisitein merupakan senyawa isoflavon minor
yang jumlahnya sangat sedikit dalam tempe.

Gambar : 2.9 Struktur Glisiten

d. Faktor - 2 (6,7,4-trihidroksi isoflavon )
Hasil transformasi lebih lanjut dari senyawa aglikon ( selama
fermentasi tempe) menghasilkan senyawa yang mempunyai aktivitas
biologi lebih tinggi yaitu faktor-2 (6,7,4-trihidroksi isoflavon). Hal ini
ditunjukkan oleh Murata yang membuktikan bahwa faktor-2 (6,7,4-
trihidroksi isoflavon) mempunyai aktivitas antioksidan dan
antihemolitik lebih baik dari daidzein dan genistein (Murata, 1985).

Gambar : 3.0 Struktur Faktor -2




22

Menurut penelitian (Barz dkk, 1985). Faktor-2 dibentuk
melalui demetilasi glisitein atau melalui reaksi hidroksilasi daidzein.
Daidzein dan glisitin pada biji kedelai yang terikat dengan glukosa
melalui ikatan glikosida dapat dihidrolisis oleh enzim -glukosidase
selama proses perendaman kedelai. Gugus dihidroksi pada posisi orto
menyebabkan faktor-2 mempunyai sifat antioksidan yang lebih kuat
dibandingkan dengan genistein, daidzein dan glisitein (Prat, 1985).
Menurut Handayani (2006), faktor-2 memiliki afinitas ikatan
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan isoflavon lain karena memiliki
tiga gugus hidroksil pada posisi C-6, C-7 dan C-4, sehingga probabilitas
untuk berinteraksi secara ikatan hidrogen menjadi lebih tinggi. Ikatan
hidrogen penting dalam pengikatan ligan oleh reseptor/protein.
2. Sifat- Sifat Isoflavon
a. Sifat Kimia
1) Genistein dan daidzein memiliki sifat seperti estrogen sehingga di
sebut senyawa fitoestroge.
2) Beberapa isoflavon seperti daidzein memberikan warna biru muda
cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amoniak, tetapi kebanyakan
yang lain seperti genistein tampak sebagai bercak lembayung pudar
yang dengan amoniak berubah menjadi coklat pudar.
10

3) bergerak pada kertas dengan pengembangan air.
11


10
Harborne. Metode Fitokimia. (Bandung : ITB, 1987), Hal. 99
11
Ibit....Hal. 69
23

4) Senyawa isoflavon ditambah dengan HCL dan Mg akan menghasilkan
warna hijau sampai biru ( di panaskan pada penangas air)
5) Sifat dari genistein adalah larut dalam pelarut organik umum, hampir
tidak larut dalam air, larut dalam alkali encer dan membentuk warna
kuning.
6) Senyawa genisten dengan berat molekulnya 270,23.
7) Uji spesifik pada senyawa isoflavon menggunakan larutan NaOH,
HCL pekat dan Mg di tambah HCl menghasilkan larutan berwaran
kuning
8) Warna Isoflavon dengan sinar tampak dan UV.
12

Warna Warna dengan sinar UV
Nihil UV sendiri UV +
amoniak
Petunjuk
Merah Senduduk
Tua
Coklat Lemah Kebanyakan
Isoflavon dan
Flavanol
Pada uji KLT (Kromatografi Lapis Tipis )

b. Sifat Fisika
1) Pada senyawa isoflavon maksimum utama (nm) 255 265 dan
maksimum tambahan(nm) (dengan intensitas nisbi) 310 330
(25%).
13

2) Senyawa genistein mempunyai titik leleh antara 297 - 298 C.
3) Sifat dari daidzein adalah titik lebur 315 ~ 323 C (dekomposisi),
Puncak penyerapan UV 250 nm. Titik leleh 315 ~ 316.

12
Ibit....Hal. 70
13
Ibit...Hal. 71
24

3. Bioaktivitas dan Metabolisme Senyawa Isoflavon
Bioaktivitas fisiologis senyawa isoflavon telah banyak diteliti dan
ternyata menunjukkan berbagai aktivitas berkaitan dengan struktur
senyawanya (Oilis, 1962). Aktivitas suatu senyawa ditentukan pula oleh
gugus-gugus yang terdapat dalam struktur tersebut.
Murakami (1984) mengemukakan bahwa aktivitas antioksidan
ditentukan oleh bentuk struktur bebas (aglikon) dari suatu senyawa.
Menurut Hudson (Ahmad, 1990), aktvitas suatu senyawa ditentukan pula
oleh gugus OH ganda, terutama dengan gugus C=O pada posisi C-3
dengan gugus OH pada posisi C-2 atau pada posisi C-5. Hasil tranformasi
isoflavon selama fermentasi tempe, yaitu daidzein, genistein, glisitein dan
Fakor-II, memenuhi kriteria sebagai senyawa aktif. Menurut Oilis (1962
dalam Pawiroharsono, 2007) menunjukkan bahwa daidzein merupakan
senyawa isoflavon yang aktivitas estrogeniknya lebih tinggi dibandingkan
dengan senyawa isoflavon lainnya. Aktivitas estrogenik tersebut terkait
dengan struktur isoflavon yang dapat ditransformasikan menjadi equol,
dimana equol mempunyai struktur fenolik yang mirip dengan hormon
estrogen.





25

a. Ekuol
Ekuol adalah suatu estrogen non steroidal yang terbentuk dari
isoflavon oleh bakteri usus (Setchell et al, 2002). Sumber utama equol
pada manusia adalah kedelai dan produk hasil olahannya (tempe), karena
mengandung banyak prekursor equol, yaitu daidzein.

Gambar : 3.1 Struktur senyawa equol

F. Manfaat Senyawa Isoflavon Tempe Kedelai
Senyawa isoflavon telah diidentifikasi struktur kimianya dan diketahui
fungsi fisiologisnya, serta telah dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan.
Berbagai potensi senyawa isoflavon untuk keperluan kesehatan antara lain :

1. Anti Kolesterol
Anti kolesterol oleh isoflavon dijelaskan melalui pengaruh
peningkatan katabolisme sel lemak untuk pembentukan energi yang
berakibat pada penurunan kandungan kolesterol (Sekiya 2000 dalam
Pawiroharsono, 2007).



26

2. Anti-Tumor/Anti-Kanker
Senyawa isoflavon yang berpotensi sebagai antitumor/antikanker
adalah genistein yang merupakan isoflavon aglikon (bebas). Genistein
merupakan salah satu komponen yang banyak terdapat pada kedelai dan
tempe. Penghambatan sel kanker oleh genistein diterangkan oleh Peterson
et al. (1997), melalui mekanisme sebagai berikut : (a) penghambatan
pembelahan/proliferasi sel (baik sel normal, sel yang terinduksi oleh faktor
pertumbuhan sitokinin, maupun sel kanker payudara yang terinduksi
dengan nonil-fenol atau bi-fenol A) yang diakibatkan oleh penghambatan
pembentukan membran sel, khususnya penghambatan pembentukan
protein yang mengandung tirosin; (b) penghambatan aktivitas enzim DNA
isomerase II; (c) penghambatan regulasi siklus sel; (d) sifat antioksidan
dan anti-angiogenik yang disebabkan oleh sifat reaktif terhadap senyawa
radikal bebas.

3. Anti-Allergi
Aktivitas anti-allergi bekerja melalui mekanisme sebagai berikut :
(1) penghambatan pembebasan histamin dari sel-sel mast, yaitu sel yang
mengandung granula, histamin, serotonin, dan heparin. (Pawiroharsono,
2007).



27

4. Penyakit Kardiovaskuler
Khususnya isoflavon pada tempe yang aktif sebagai antioksidan,
yaitu 6,7,4- trihidroksi isoflavon (Faktor-II), terbukti berpotensi sebagai
anti kotriksi pembuluh darah (konsentrasi 5g/ml) dan juga berpotensi
menghambat pembentukan LDL (low density lipoprotein). Dengan
demikian isoflavon dapat mengurangi terjadinya arterosclerosis pada
pembuluh darah (Jha, 1997).
Pengaruh isoflavon terhadap penurunan tekanan darah dan resiko CVD
(cardio vascular deseases) banyak dihubungkan dengan sifat
hipolipidemik dan hipokholesteremik senyawa isoflavon (Teramoto, et al.
2000).

5. Anti-Osteoporosis
Konsumsi kedelai, dapat membantu mencegah osteoporosis.
Dimana protein kedelai berperan penting dalam pengendalian jumlah
kalsium pada tulang. Hal yang menyebabkan adanya hubungan antara
protein kedelai dan kalsium adalah kandungan asam amino bersulfur yang
rendah pada kedelai. Asam amino bersulfur dapat menghambat reabsorpsi
kalsium oleh ginjal, sehingga menyebabkan lebih banyak kehilangan
kalsium dalam urine.



28

6. Isoflavon sebagai Pengganti Esterogen pada Pasca Menopause
Isoflavon yang terdapat dalam tempe, terbukti dapat meniru
peranan dari hormon wanita yaitu estrogen. Estrogen berikatan dengan
reseptor estrogen sebagai bagian dari aktivitas hormonal, menyebabkan
serangkaian reaksi yang menguntungkan tubuh. Pada saat kadar hormon
estrogen menurun, akan terdapat banyak kelebihan reseptor estrogen yang
tidak terikat, walaupun afinitasnya tidak sebesar estrogen, isoflavon yang
merupakan phitoestrogen dapat juga berikatan dengan reseptor tersebut.

7. Anti Aterosklerosis
Anthoniy et al (1998) memberikan arahan bahwa mekanisme yang paling
mungkin bagaimana isoflavon dapat mencegah timbulnya aterosklerosis,
adalah sebagai berikut : (a) mempengaruhi konsentrasi lipid dalam plasma
darah, (b) berfungsi sebagai anti oksidan, (c) mencegah sel-sel otot halus
untuk berproliferasi dan bermigrasi, (d) mencegah terbentuknya trombus
dan (e) memelihara reaktivitas vaskuler yang normal.
14








14
Ibit.....Hal. 171-172
29

BAB III
APLIKASI TEORITIS


A. Lokasi dan Jadwal percobaan
Penelitian ini dilakukan di Laboratoriun Kimia Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh. Penelitian
ini di laksanakan pada hari senin dan selasa tanggal 14 - 15 Januari 2013.

B. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah tempe kacang kedelai segar
yang di beli di pasar lamnyong sebanyak 2165 gram.
2. Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah tempe kacang
kedelai segar sebanyak 70,8 gram.







30

C. Alat dan Bahan Praktikum
1. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
lumpang dan alu, gelas kimia, tabung reaksi dan rak tabung reaksi,
perangkat pemanas ( kaki tiga, kasa, dan lampu spritus), pipet tetes,
corong dan kertas saring, erlenmeyer dan kertas kromatografi lapis
tipis.
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percoban ini adalah sampel
tempe kacang kedelai segar sebanyak 70,8 gram, Serbuk
Magnesium, Asam Klorida, Natrium Hidroksida, Asam Sulfat pekat,
aquades, asam asetat.
D. Prosedur Kerja
1. Persiapan Sampel
Tempe kacang kedelai di beli dalam keadaan segar sebanyak
2165 gram dan digunakan sebanyak 70,8 gram, kemudian tempe di iris-
iris dan di masukkan ke dalam mortal untuk di gerus, dan kemudian di
masukkan ke dalam gelas kimia, lalu di ekstrak dengan cara maserasi
dengan menggunakan metanol selama kurang lebih dua hari. Tujuan
sampel di gerus agar permukaan bertambah besar sehingga pelarut lebih
mudah menarik senyawa-senyawa yang terdapat pada sampel tersebut.

31

2. Cara kerja
a. Identifikasi Golongan Flavonoid ( Isoflavon ) dengan uji warna
1) Tempe segar sebanyak 70,8 gram yang telah di gerus di
masukkan ke dalam gelas kimia kemudian di tambahkan metanol
sebanyak setengah liter sampai terendam dan kemudian biarkan
terendam selama lebih kurang 1 hari.
2) Dipisahkan ekstrak dengan residu ( sisa perendaman ) dengan
cara di saring dan di peroleh ekstrak metanol tempe.
3) Ekstrak metanol tempe di ambil kemudian dimasukkan de dalam
empat tabung reaksi, lalu di panaskan (diuapkan), agar metanol
dalam ekstrak tempe menguap.
4) Tabung 1 sebagai pengontrol, sedangkan tabung 2 di tambahkan
dengan serbuk magnesium dan 2-4 tetes Asam Klorida, tabung 3
ditambahkan dengan Natrium Hidroksida dan tabung 4 di
tambahkan dengan Asam Sulfat.
5) Diamati perubahan warna yang terjadi dan di bandingkan dengan
warna tabung pengontrol.






32

b. Identifikasi golongan Isoflavon ( genistein dan daidzein ) dengan
KLT
1) Untuk mengidentifikasi jenis isoflavon maka digunakan KLT
(kromatografi Lapis Tipis )
2) Fase diam digunakan plat KLT dan sebagai fasa gerak di gunakan
larutan n-heksana, kloroform, etil asetat dan n-butanol, sebelum
di gunakan untuk elusi, larutan tersebut di jenuhkan dulu di dalam
gelas kimia.
3) Sampel di totolkan pada plat kromatografi lapis tipis menggunaka
pipa kapiler kemudian dielusi
4) Setelah kering lalu dimasukkan dalam bejana. Bila fase gerak
telah mencapai batas yang ditentukan, plat diangkat, dan
dikeringkan di udara terbuka.
5) Kemudian di lihat di bawah sinar UV dan UV diuapi oleh
amoniak atau asam sulfat untuk penampak noda
6) Amati perubahan warna yang terjadi baik pada UV sendiri
maupun pada UV dengan uap amoniak atau asam sulfat.






33

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Sebelum Percobaan
Tabel : Sebelum percobaan
No Nama Bahan Warna Bentuk
1 Tempe kacang
kedelai
Kuning Padatan
2 Asam Sulfat Tidak berwarna Larutan
3 Natrium Hidroksida Tidak berwarna Larutan
4 Asam Klorida Tidak berwarna Larutan
5 Magnesium Hitam Serbuk
6 Kloroform dan
n-heksana
Tidak berwarna Larutan

2. Sesudah Percobaan
Setelah di lakukan hasil penelitian tentang identifikasi senyawa
Isoflavon pada tempe kacang kedelai, maka di peroleh hasil sebagai
berikikut :
Tabel : Hasil ekstraksi tempe kacang kedelai
No Nama Bahan Warna Bentuk

1
Ekstrak tempe kacang kedelai
dengan mengunakan pelarut
metanol dan diuapkan

Kuning

Larutan

34

a. Identifikasi Golongan Flavonoid ( Isoflavon ) dengan uji warna
Tabel : Hasil penelitian identifikasi senyawa isoflavon
No Senyawa metabolit
Sekunder
Pereaksi yang
di gunakan
Hasil
Pengamatan
ket

1

Isoflavon
Mg + HCl Kuning pudar
dan berbusa
+
NaOH Kuning kental +
H
2
SO
4
Larutan kuning
dan ada endapan
di atas
+
Keterangan : (+) : Terdeteksi, (-) : Tidak Terdeteksi

b. Identifikasi golongan Isoflavon ( genistein dan daidzein ) dengan KLT
Tabel : Uji senyawa isoflavon dengan KLT
Warna Warna dengan sinar UV

Tidak
berwarna
UV sendiri UV +
amoniak
Petunjuk
Merah Senduduk
Tua / agak
kekuningan

Coklat pudar
Kebanyakan
Isoflavon


8.0
6,5 4.0


0,1
Penotolan sampel Sampel dengan UV sendiri Sampel dengan
Untuk di elusi UV + uap amoniak

Gambar : Uji UV dan UV + uap amoniak pada uji KLT

35

Nilai Rf =



=

= 0,8125 cm



B. Pembahasan Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan, kita dapat
mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak tempe
kacang kedelai melalui uji warna sfesifik dan uji noda pada kromatografi lapis
tipis, kedua cara identifikasi ini menunjukkan hasil yang positif mengenai
senyawa isoflavon. Pada ketiga uji warna sfesifik dengan reagen pereaksi
menunjukkan larutan berwarna kuning yang berbeda beda, sedangkan uji KLT
pada UV sendiri dan uap amoniak masing masing menunjukkan bercak
berwarna merah senduduk tua atau kekuningan ( daidzein ) dan warna coklat
pudar ( genistein ). Sesuai dengan teori yang didapatkan bahwasanya pada tempe
kacang kedelai mengandung senyawa metabolit sekunder golongan flavonoid
yaitu senyawa isoflavon yang bermanfaat untuk kesehatan. Di mana senyawa
isofavon ini merupakan senyawa isoflavon aglikon ( bebas dari gula ) yang di
hidrolisis oleh enzim -Glukosidase pada saat fermentasi kedelai menjadi
tempe, diantara senyawa isoflavon aglikon tersebut adalah genistein, daidzein ,
glisitein dan Faktor -2 ( transformasi senyawa lebih lanjut dengan prekursornya
genistein atau daidzein ).
Senyawa isoflavon ini boleh dibilang hanya terdapat pada kedelai saja
atau hasil olahannya seperti tempe. Isoflavon ini berfungsi melakukan regulasi
untuk menghambat pertumbuhan kanker terutama kanker prostat pada laki laki
36

dan kanker payudara pada wanita. Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi
jumlah penyebarannya sangat sedikit dan sebagai fitoaleksin yaitu senyawa
pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai pertahanan terhadap
serangan penyakit.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang berjudul Isolasi dan
identifikasi Komponen Bioaktif Isoflavon dari Tempe Koro benguk, dengan
menggunakan metode ekstraksi, kromatografi dan uji warna sehingga
menunjukkan hasil isolasinya adalah senyawa isoflavon, dan uji gula
menunjukkan hasil negatif sehingga senyawa ini merupakan senyawa isoflavon
aglikon.
15
Isoflavon pada kedelai dan hasil olahannya juga terbukti melalui
penelitian in vitro dapat menghambat enzim tirosin kinase, oleh karena itu dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan sel-sel kanker.
16
American Heart
Association mengeluarkan rekomendasi agar setiap orang mengkonsumsi
kedelai dan olahannya. Setelah tiga bulan mengkonsumsi kedelai atau
olahannya, diketahui bahwa terjadinya peningkatan high density lipoprotein
(HDL) rata-rata 4,7%, sehingga HDL mampu menurunkan kadar kolesterol
dalam tubuh. Sebuah penelitian pernah dilakukan di Universitas North Carolina,
USA. Disana disebutkan bahwa kandungan genistein dan fitoestrogen yang
terdapat dalam tempe, berkhasiat untuk membantu mencegah kanker prostat,
kanker payudara dan juga anti penuaan dini.
17


15
Meiny Suzeri,dkk. Komponen bioaktif isoflavon dari tempe koro benguk. 2001. FMIPA UP
16
Http://www.kacangkedelai.com/isoflavon-senyawa-multifungsi-dalam-kedelai/.di akses 30 Januari
2013 10:25 WIB
17
Http://www.manjur.net/21/11/2012/mengupas-manfaat-isoflavon-dalam-tempe. di akses 30 Januari
10.35 WIB
37

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah di lakukan maka dapat di
simpulkan bahwa :
1. Tempe kacang kedelai ( Glycine Max ) mengandung senyawa isoflavon,
merupakan senyawa metabolit sekunder yang dapat di manfaatkan untuk
kesehatan.
2. Manfaat senyawa isoflavon pada tempe kacang kedelai adalah sebagai anti
kolesterol, anti tumor atau anti kanker, anti alergi, penyakir
kardiovaskuler, anti osteoporosis, isoflavon sebagai pengganti estrogen
pada pasca menopause dan anti aterosklerosis.

B. Saran
Dari uraian di atas penulis memiliki beberapa saran, di antaranya :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penentuan kadar
senyawa isoflavon pada tempe kacang kedelai.
2. Perlu di ulangi lagi percobaan mengenai identifikasi senyawa isoflavon
pada kromatografi lapis tipis dengan menggunakan reagen pendeteksi
asam sulfat pekat dan uap yodin
3. Pentingnya menciptakan karya tulis agar mahasiswa terbiasa dalam
membuat karya ilmiah.
38

DAFTAR PUSTAKA

Koswara sutrisno. 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai. : Jakarta : Pustaka sinar.
Santoso. 2005. Teknologi Pengolahan Kedelai (teori dan Praktek).
Ernawati. 2006. Perbaikan Kinerja Reproduksi Akibat Pemberian Isoflavon Dari
Tanaman Kedelai. Jakarta, FMIPA Universitas Indonesia.
Deddy Muchtadi. 2010. Kedelai komponen Bioaktif untuk Kesehatan. Bogor:
Anggota Ikatan Penerbit Indonesia.
Harborne. 1987. Metode Fitokimia. Bandung : ITB.
Trevor Robinson. 1993. Kandungan Senyawa Organik Tumbuhan Tinggi.
Bandung : ITB.
Http://www.scribd.com/doc/73260470/6-Senyawa-Bioaktif. diakses 03 Januari
2013. 10.00 WIB
Http://kamuskesehatan.com/arti/genistein/ ). diakses 03 Januari 2013. 10.20 WIB.
Http//www.scribd.com/doc//06157760/isoflavon-darikedelai. Diakses 25
Desember 2012. 21:12 WIB
Erena A dwiningsih. 2010. Karakteristik kimia dan sensori tempe dengan variasi
bahan baku kedelai beras dan penambahan angkak serta variasi lama
fermentasi. Hal. 35 (Skripsil)
Nyoman Suarsana, dkk. 2012 Ketersediaan hayati Isoflavon dalam plasma dan
pengaruhnya terhadap nilai biokimia darah pada tikus Hiperglikemia.
Jurnal Veteriner 13: 87.
Http//www.wiki.tempe/com. Di akses 25 Desember 2012.
Meiny Suzeri,dkk. Komponen bioaktif isoflavon dari tempe koro benguk. 2001.
FMIPA UP
Http://www.kacangkedelai.com/isoflavon-senyawa-multifungsi-dalam-kedelai/.di
akses 30 Januari 2013 10:25 WIB
Http://www.manjur.net/21/11/2012/mengupas-manfaat-isoflavon-dalam-tempe. di
akses 30 Januari 10.35 WIB

Anda mungkin juga menyukai