Anda di halaman 1dari 7

1.

Faal paru
Pengukuran Faal Paru merupakan salah satu uji fungsi paru. Pada beberapa tahun
belakangan ini alat tersebut menunjukkan peningkatan dalam jumlah pemakaiannya, yakni
untuk menaksir berbagai parameter dari fungsi paru.
Adapun indikasi pemeriksaan dengan memakai alat tersebut antara lain :
a. Menilai status faal paru yaitu menentukan apakah seseorang mempunyai Faal Paru
normal, hiperinflasi, obstruksi atau bentuk campuran.
b. Menilai manfaat pengobatan yaitu menentukan apakah suatu pengobatan
memberikan perubahan terhadap nilai Faal Paru.
c. Evaluasi penyakit yaitu menilai laju perkembangan penyakit terdapat perbaikan atau
perubahan nilai Faal Paru.
d. Menentukan prognosis yaitu meramalkan kondisi penderita selanjutnya dengan
melihat Faal Paru yang ada.
e. Menentukan toleransi tindakan bedah.
f. Menentukan apakah seseorang mempunyai risiko ringan, sedang atau berat pada
tindakan bedah.
g. Menentukan apakah dapat dilakukan tindakan reseksi paru.
1. Spirometri
1.1 Defenisi
Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif
kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang digunakan
disebut spirometer.





Tujuan:
a. Mengukur volume paru secara statis dan dinamik
b. Menilai perubahan atau gangguan pada faal paru
c. Menilai status faal/fungsi paru -paru : normal, restriksi, obstruksi, campuran
d. Menentukan diagnosis penyakit : asma, penyakit paru obstrukstif kronik
(PPOK), dll
e. Menilai manfaat pengobatan : memadai atau belum
f. Memantau perjalanan penyakit apakah mengalami perbaikan atau perburukan
g. Menentukan prognosis : memprediksi kondisi penyakit di masa mendatang
h. Menentukan toleransi/risiko tindakan bedah atau anestesi umum
Sebelum dilakukan spirometri, terhadap pasien dilakukan anamnesa, pengukuran
tinggi badan dan berat badan. Pada spirometer terdapat nilai prediksi untuk orang Asia
berdasarkan umur dan tinggi badan. Bila nilai prediksi tidak sesuai dengan standar
Indonesia, maka dilakukan penyesuaian nilai prediksi menggunakan standar Indonesia.
Volume udara yang dihasilkan akan dibuat prosentase pencapaian terhadap angka prediksi.
Spirometri merupakan suatu alat sederhana yang digunakan untuk mengukur volume
udara dalam paru. Alat ini juga dapat digunakan untuk mengukur volume statik dan volume
dinamik paru. Volume statik terdiri atas volume tidal (VT), volume cadangan inspirasi
(VCI), volume cadangan ekspirasi (VCE), volume residu (VR), kapasitas vital (KV),
kapasitas vital paksa (KVP), kapasitas residu fungsional (KRF) dan kapasitas paru total
(KPT). Contoh volume dinamik adalah volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP
1
) dan
maximum voluntary ventilation (MVV). Nilai normal setiap volume atau kapasitas paru
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, ras dan bentuk tubuh.




Spirometri dapat digunakan untuk mengevaluasi dan memonitor penyakit yang
berhubungan dengan penyakit paru dan jantung sehingga pemeriksaan spirometri rutin
digunakan di rumah sakit dengan pasien penyakit paru dan atau jantung.
Pemeriksaan spirometri sering dianggap sebagai pemeriksaan sederhana namun
sebenarnya merupakan pemeriksaan yang sangat kompleks. Variabilitas hasil pemeriksaan
spirometri lebih besar daripada pemeriksaan lain karena tidak konsistennya usaha subjek.
Karena itu sangat diperlukan pemahaman, koordinasi dan kerjasama yang baik antara teknisi
dan subjek agar didapatkan hasil yang optimal. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan
hasil pemeriksaan spirometri adalah peralatan yang akurat, prosedur pemeriksaan yang
baik, program pengendalian mutu berkelanjutan, nilai acuan yang tepat, dan algoritma
interpretasi hasil yang baik.
1.2 Persiapan Pemeriksaan Spirometri
Spirometri merupakan pemeriksaan yang relative mudah namun sering kali hasilnya
tidak dapat digunakan. Karena itu perlu beberapa persiapan sebagai berikut;
a. Operator, harus memiliki pengetahuan yang memadai , tahu tujuan pemeriksaan
dan mampu melakukan instruksi kepada subjek dengan manuver yang benar
b. Persiapan alat, spirometer harus telah dikalibrasi untuk volume dan arus udara
minimal 1 kali seminggu
c. Persiapan subjek, selama pemeriksaan subjek harus merasa nyaman. Sebelum
pemeriksaan subjek sudah tahu tentang tujuan pemeriksaan dan manuver yang
akan dilakukan. Subjek bebas rokok minimal 2 jam sebelumnya, tidak makan
terlalu kenyang, tidak berpakaian terlalu ketat, penggunaan obat pelega napas
terakhir 8 jam sebelumnya untuk aksi singkat dan 24 jam untuk aksi panjang.
d. Kondisi lingkungan, ruang pemeriksaan harus mempunyai sistem ventilasi yang
baik dan suhu udara berkisar antara 17 40
0
C

1.3 Manuver Spirometri
Hasil spirometri berupa spirogram yaitu kurva volume paru terhadap waktu akibat
manuver yang dilakukan subjek. Usaha subjek diobservasi di layar monitor untuk
meyakinkan bahwa usaha yang dilakukan subjek benar dan maksimal.
a. Manuver KV, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian udara
dikeluarkan sebanyak mungkin tanpa manuver paksa.
b. Manuver KVP, subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian udara
dikeluarkan dengan dihentakkan serta melanjutkannya sampai ekspirasi maksimal.
Apabila subjek merasa pusing maka manuver segera dihentikan karena dapat
menyebabkan subjek pingsan. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan venous
return ke rongga dada.
c. Manuver VEP
1
(volume ekspirasi paksa detik pertama). Nilai VEP
1
adalah
volume udara yang dikeluarkan selama 1 detik pertama pemeriksaan KVP.
Manuver VEP
1
seperti manuver KVP.
d. Manuver APE (arus puncak ekspirasi). APE adalah kecepatan arus ekpirasi
maksimal yang dapat dicapai saat ekspirasi paksa. Tarik napas semaksimal
mungkin, hembuskan dengan kekuatan maksimal segera setelah kedua bibir
dirapatkan pada mouthpiece.
e. Manuver MVV (maximum voluntary ventilation). MVV adalah volume udara
maksimal yang dapat dihirup subjek. Subjek bernapas melalui spirometri dengan
sangat cepat, kuat dan sedalam mungkin selama minimal 10-15 detik

1.4 Hasil Spirometri
Minimal terdapat 3 hasil acceptable:
a. Inspirasi penuh sebelum pemeriksaan dimulai
b. Memenuhi syarat awal ekspirasi yaitu dengan usaha maksimal dan tidak ragu-
ragu
c. Tidak batuk atau glottis menutup selama detik pertama
d. Memenuhi lama pemeriksaan yaitu minimal 6 detik atau sampai 15 detik pada
subjek dengan kelainan obstruksi
e. Tidak terjadi kebocoran

Hasil yang reproducible
a. Nilai KVP dan VEP1, diambil dua nilai terbesar dengan perbedaan diantaranya
kurang dari 5% atau 0,1 liter
b. Jika tidak memenuhi kriteria ulangi pemeriksaan
c. Jika tidak didapat setelah 8 kali pemeriksaan maka pemeriksaan dihentikan dan
interpretasi hasil yang didapat dengan menggunakan 3 hasil terbaik yang
acceptable

Seleksi nilai untuk interpretasi
a. Pilih hasil yang acceptable dan reproducible
b. Pilih nilai KVP dan VEP1 yang terbesar tanpa memperhatikan pemeriksaan
yang digunakan
c. Untuk indeks rerata kecepatan aliran menggunakan nilai pemeriksaan dengan
nilai terbesar kombinasi KVP dan VEP1.

Spirometri dapat dilakukan dalam bentuk social vital capacity (SVC) atau forced
vital capacity (FVC). Pada SCV, pasien diminta bernafas secara normal 3 kali (mouthpiece
sudah terpasang di mulut) sebelum menarik nafas dalam-dalam dan dihembuskan secara
maksimal. Pada FVC, pasien diminta menarik nafas dalam-dalam sebelum mouth piece
dimasukkan ke mulut dan dihembuskan secara maksimal.

Pengukuran fungsi paru yang dilaporkan :
a. Forced vital capacity (FVC) adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara
paksa setelah inspirasi secara maksimal, diukur dalam liter.
b. Forced Expiratory volume in one second (FEV1) adalah jumlah udara yang dapat
dikeluarkan dalam waktu 1 detik, diukur dalam liter. Bersama dengan FVC
merupakan indikator utama fungsi paru-paru.
c. FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa sehat nilainya sekitar
75% - 80%
d. FEF 25-75% (forced expiratory flow), optional
e. Peak Expiratory Flow (PEF), merupakan kecepatan pergerakan udara keluar dari
paru-paru pada awal ekspirasi, diukur dalam liter/detik.
f. FEF 50% dan FEF 75%, optional, merupakan rata-rata aliran (kecepatan) udara
keluar dari paru-paru selama pertengahan pernafasan (sering disebut juga sebagai
MMEF(maximal mid-expiratory flow)
Bentuk spirogram adalah hasil dari spirometri. Beberapa hal yang menyebabkan
spirogram tidak memenuhi syarat :
a. Terburu-buru atau penarikan nafas yang salah
b. Batuk
c. Terminasi lebih awal
d. Tertutupnya glottis
e. Ekspirasi yang bervariasi
f. Kebocoran
Setiap pengukuran sebaiknya dilakukan minimal 3 kali. Kriteria hasil spirogram
yang reprodusibel (setelah 3 kali ekspirasi) adalah dua nilai FVC dan FEV1 dari 3 ekspirasi
yang dilakukan menunjukkan variasi/perbedaan yang minimal (perbedaan kurang dari 5%
atau 100 mL)
2. Peak Flow Meter
Peak Flow Meter (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan
napas (PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi beberapa faktor misalnya posisi tubuh, usia,
kekuatan otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin. Peak Flow Meter adalah alat
ukur kecil, dpat digenggam, digunakan untuk memonitor kemampuan untuk menggerakkan
udara, dengan menghitung aliran udara bronki dan sekarang digunakan untuk mengetahui
adanya obtruksi jalan napas.
Peak Flow Meter (PFM) mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas. Peak
Flow Rate (PFR) adalah kecepatan (laju) aliran udara ketika seseorang menarik napas
penuh, dan mengeluarkannya secepat mungkin. Agar uji (tes) ini menjadi bermakna, orang
yang melakukan uji ini harus mampu mengulangnya dalam kelajuan yang sama, minimal
sebanyak tiga kali.
Terdapat beberapa jenis alat PFM. Alat yang sama harus senantiasa digunakan, agar
perubahan dalam aliran udara dapat diukur secara tepat. Pengukuran PFR membantu
menentukan apakah jalan napas tebuka atau tertutup. PFR menurun (angka dalam skala
turun ke bawah) jika asma pada anak memburuk. PFR meningkat (angka dalam skala naik
ke atas) jika penanganan asma tepat, dan jalan napas menjadi terbuka. Pengukuran PFR
dapat membantu mengetahui apakah jalan napas menyempit, sehingga penanganan asma
dapat dilakukan dini, juga membantu mengenali pemicu (penyebab) asma pada anak,
sehingga dapat dihindari. Terdapat perbedaan nilai pengukuran (siklus) PFR dalam satu
harinya. Dengan mengukur nilai PFR dua kali dalam sehari menunjukkan gambaran PFR
sepanjang hari. Anak yang berbeda usia dan ukuran badan memiliki nilai PFR yang
berbeda.

Anda mungkin juga menyukai