Anda di halaman 1dari 17

Menggunakan Pembelajaran berbasis masalah untuk Mengeksplorasi Potensi Akademik Yang

Tak Terlihat

Shelagh A. Gallagher dan James J. Gallagher


Abstrak

Salah satu tujuan dari Departemen Wawasan Proyek Pendidikan Yang Didanai Amerika Serikat
adalah untuk melihat apakah penggunaan Pembelajaran Berbasis Masalah ( PBL ) akan
mendorong siswa untuk mengungkapkan potensi akademik yang tak terlihat sebelumnya. Dua
unit PBL diajarkan kepada 271 siswa kelas enam di 13 ruang kelas . Setelah itu , guru
mengidentifikasi siswa yang mendemonstrasikan potensi akademik yang tak terlihat sebelumnya
selama unit PBL. Kelompok potensi akademik maju ini dibandingkan dengan siswa yang
diidentifikasi sebagai berbakat dengan menggunakan kriteria kecamatan dan siswa kelas enam
yang tersisa. Pengukuran termasuk standar nilai tes prestasi , peringkat guru dari keterlibatan
murid dalam PBL , dan peringkat independen dari kinerja siswa pada tugas PBL tertentu. Hasil
perbandingan mendukung identifikasi guru dari siswa potensial akademik maju sebagai
kelompok yang berbeda dari kedua dari siswa yang diidentifikasi secara tradisional dan siswa
pendidikan umum . Penemuan menunjukkan bahwa terdesign secara baik, melibatkan kurikulum
seperti PBL dapat menciptakan konteks belajar yang mendorong lebih banyak siswa untuk
mengungkapkan potensi akademik.

Kata kunci : berbakat , pembelajaran berbasis masalah, PBL , identifikasi , sekolah menengah ,
kurang beruntung

Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Mengeksplorasi Potensi Akademik
Yang Tak Terlihat
Mayoritas dari penelitian dalam pembelajaran berbasis masalah (PBL) mengejar dua garis
penemuan. Garis pertama dari penemuan menginvestigasi apakah murid-murid dalam kelas PBL
belajar sama banyaknya dengan murid-murid di kelas dengan instruksi tradisional. Penelitian ini
telah mendemonstrasikan anak-anak dan pemuda pemudi di dalam kelas PBL bisa belajar
setidaknya seperti murid yang lain jika masalahnya dibangun secara hati-hati disekitar isi tujuan
(Davis, Oh, Anderson Gruppen, & Nairn, 1994; Gallagher & Stepien, 1996; Goodnough &
Cashion, 2003), dengan penuh pertimbangan disampaikan (Schmidt & Moust, 1995; Van Berkel
& Dolmans, 2006), dan secara sesuai dirancang (Belland, 2010; Gallagher, 2009a; Hmelo-Silver,
2004; Hmelo-Silver, Duncan, & Chin, 2007; Vardis & Ciccarelli, 2008).
Garis kedua dari penemuan menginvestigasi apakah murid-murid bisa mempelajari keahlian
belajar yang berbeda melalui kurikulum PBL. Penemuan mendukung PBL sebagai metode
pengajaran berbagai jenis keahlian termasuk penemuan masalah (Gallagher, Stepien, &
Rosenthal, 1992), peraturan peraturan argumentasi (Belland, Glazewski, & Richardson, 2008),
metode eksperimental (Feng, VanTassel-Baska, Quek, Bai, & ONeill, 2005), kolaborasi
(Visschers-Pleijers, Dolmans, De Leng, Wolfhagen, & Van Der Vleuten, 2006) dan tutor teman
sebaya dan metakognisi (Shamir, Zion, & Spector-Levi, 2008). Penemuan yang paling kuat dan
konsisten pada cabang penelitian ini adalah murid-murid di kelas PBL dikelas PBL menemukan
pembelajaran lebih memotivasi, lebih menarik, dan memuaskan (e.g., Faessler, Hinterberger,
Dahinden, & Wyss, 2006; Hmelo-Silver, 2004; Lieberman, Stroup-Benham, Peel, & Camp,
1997; MacKinnon, 1999; Maxwell, Bellisimo, & Mergendoller, 2001). Ketertarikan yang
dialami siswa di PBL mengarahkan kepada pencapaian seperti dibuktikan dalam model
persamaan structural dimana ketertarikan siswa berkontribusi secara langsung dan tidak langsung
kepada pencapaian (Van Berkel & Dolmans, 2006; Schmidt & Moust, 1995). Setidaknya bagian
dari pencapaian ini kelihatan menjadi ketertarikan situasi ditimbulkan oleh masalah itu sendiri.
Masalah tersebut mengajak siswa, membangunkan minat, dan anak belajar sebagai hasil dari
keingintahuan (Schmidt, Rotgans, & Yew, 2011).

Sedikit penelitian telah dicurahkan kepada kemungkinan keuntungan tambahan dari PBL,
khususnya apakah PBL menyediakan guru-guru dengan kesempatan untuk melihat potensi
akademik pada murid mereka yang tak terlihat sebelumnya. Pertanyaan tentang persepsi guru
penting sekali, khususnya dalam identifikasi pendapatan rendah, murid berkemampuan tinggi
(Siegle & Powell, 2004).

Penemuan Murid Berpendapatan Rendah Dengan Potensi Akademik Maju
Sementara bangsa ini telah memfokuskan dengan sungguh-sungguh dalam meningkatkan standar
pada murid pencapaian rendah dengan dengan pendapatan rendah, kebutuhan murid dengan
pendapatan rendah tetapi berpotensi akademik maju sebagian besar telah diabaikan. Hasilnya
telah menjadi kehilangan besar bagi sumber daya manusia. Analisis data dari Penelitian
Longitudinal Awal Anak-Anak dan Penelitian Longitudinal Pendidikan Nasional
mengungkapkan bahwa hampir 44% murid berpendapatan rendah yang diklasifikasikan sebagai
pencapai tinggi di kelas satu tidak lagi mencapai nilai tinggi di kelas lima (Wyner, Bridgeland, &
Dijulio, 2007). Penelitian longitudinal nasional yang kedua dari pencapai tinggi mereplikasi
trend ini dalam kedua kelompok dasar dan sekolah menengah, penemuan lebih sedikit
berpendapatan rendah dbanding pencapai berpendapatan tinggi pada awalnya dan mengamati
kemunduran 15-20% dalam jumlah pencapai tinggi dalam kelompok berpendapatan rendah
selama lima tahun penelitian (Theaker, Xiang, Dahlin, Cronin, & Durant, 2011). Trend yang
hampir serupa juga ditemukan dalam hasil Kemajuan Pendidikan dari Penilaian Nasional dimana
lebih sedikit nilai murid berpendapatan rendah dibanding berpendapatan tinggi pada tingkat
advanced (Plucker, Burroughs, & Song, 2010).

Satu penjelasan tentang dibawah pencapaian dari berpendapatan rendah, murid berkemampuan
tinggi adalah kelas berpendapatan rendah tidak dirancang untuk pencapai tinggi. Dalam banyak
kelas berpendapatan rendah, kurikulum hampir berbanding lurus dengan test
pertanggungjawaban, adalah sangat sederhana dan berorientasi fakta (Gamoran, 2000). Guru
guru dalam kelas berpendapatan rendah jarang menyesuaikan kurikulum mereka untuk
menciptakan pelajaran yang menantang (Archambault et al., 1993; Westberg, Archambault, &
Brown, 1997; Whitton, 1997), sebagian karena mereka tidak percaya mereka memiliki murid
advanced (Callahan, 2005). Sementara penghambat yang dapat dibantah, keadaan kelas ini
secara khusus yang mengganggu pada penemuan pembagian murid berkemampuan tinggi
(Coleman & Gallagher, 1995; Heller, Calderon & Medrich, 2003; Van Tassel Baska &
Stambaugh, 2007). Kebudayaan kawan sebaya dalam kelas berpendapatan rendah juga sering
menghalangi pencapaian, mengecilkan hati murid dengan potensi akademik (Garcia-Reid, Reid,
& Peterson, 2005; Rycraft, 1991). Pada waktunya murid berpendapatan rendah, berkemampuan
tinggi mencapai sekolah menengah, banyak telah menjadi tak kelihatan, dibawah pencapaian
relative kepada kemampuan mereka dan tidak mampu atau tidak bersedia untuk menggambarkan
perhatian kepada potensi mereka (Bishop & Pflaum, 2005; Cross, Coleman, & Terhaar Yonkers,
1991; Van Tassel-Baska & Stambaugh, 2007).
Literatur khusus kepada PBL dan tidak beruntungnya murid sekolah menengah jarang
ditemukan, tapi secara umum mendukung penemuan kalau kebanyakan murid menemukan PBL
menarik (Dicintio & Gee, 1999; Gordon, Rogers, Comfort, Gavula, & McGee, 2001). Hal ini
menyarankan bahwa tantangan dalam mengidentifikasi murid berpendapatan rendah dengan
potensi akademik advance bisa diselesaikan dikelas PBL. Pembelajaran berbasis masalah
berhasil kepada semua murid, tapi khususnya lebih sesuai kepada gaya pembelajaran yang
berorientasi penemuan pada murid berbakat (Gallagher, 2008; Sak, 2004), membuatnya
memungkinkan bahwa PBL akan menjengkelkan ketartarikan dari murid berbakat dengan
pendapatan rendah. Memulai pembelajaran dengan pertanyaan siswa tentang masalah struktur
bermasalah membuka pintu kepada partisipasi penuh, tanpa menghiraukan pengetahuan latar
belakang siswa. Pertanyaan siswa membangkitkan ketertarikan siswa yang mengarah kepada
perilaku kelas yang lebih tertarik (Schmidt, Rotgans, & Yew, 2011). Jawaban dari pertanyaan
siswa membentuk isi inti dai pembelajaran, mengizinkan guru-guru untuk mengamati seberapa
baik murid-murid mengaplikasikan tingkat pemikiran tinggi kepada disiplin informasi khusus
tanpa pengharapan pengetahuan nyata sebelumnya. Murid-murid dengan kemampuan dan latar
belakang berbeda beroperasi dalam lingkungan yang lebih pantas dimana kemampuan kognitif
dapat lebih mudah dibedakan dari kesempatan pendidikan sebelumnya. Jenis identifikasi konteks
ini memiliki keuntungan tambahan dengn menjadi tidak menyerbu, biaya rendah, dan kurang
mengkonsumsi waktu dibanding tes formal (Swanson, 2006).
Proyek wawasan didanai oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat untuk menguji metode
mengidentifikasi dan melayani murid berbakat yang berpendapatan rendah. Pembelajaran
berbasis masalah dipilih sebagai panggung untuk menciptakan ketertarikan, kurikulum berbasis
standard yang akan menguntungkan semua siswa dan juga membantu menggali talenta akademik
yang tidak diamati sebelumnya. Dua pertanyaan penelitian mengarahkan investigasi ini : (1)
Dapatkah penggunaan kurikulum PBL didalam kelas biasa memfasilitasi identifikasi murid
berpendapatan rendah dengan potensi akademik advanced ? (2) Bagaimana performa akademik
murid-murid dengan potensi akademik advanced dibandingkan dengan performa murid berbakat
tradisional yang diidentifikasi dan murid pendidikan umum pada akademik tradisional dan
pengukuran PBL khusus.

Metode
Peserta
Kepala sekolah dari dua sekolah menengah berpendapatan rendah di masyarakat Carolina Utara
kecil setuju untuk memiliki sekolah mereka berpartisipasi di Wawasan Proyek. Sekolah 1
mengarahkan 96% minoritas dan 84% murid memenuhi syarat makan siang gratis. Sekolah 2
mengarahkan 75% minoritas dan 57 % murid memenuhi syarat makan siang gratis. Keduanya
dirancang Sekolah Judul 1 berdasarkan persentase dari murid berpendapatan rendah dalam
kehadiran. Meskipun unit pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk setiap tingkatan
sebagai bagian dari Proyek Wawasan, penelitian ini berfokus pada kelas enam karena guru kelas
enam telah mempelajari pengalaman dan merasa nyaman dengan PBL.



Guru-guru
Bersama, dua sekolah memiliki 14 mata pelajaran inti dikelas enam yang berada diantara satu
dan 31 tahun pengalaman kelas. Semua gurunya adalah wanita ; dua minoritas dan 11 Kaukasia.
TIdak ada satupun guru kelas biasa dinyatakan untuk mengajar murid berbakat, tapi setiap
sekolah memperkerjakan guru konsultan yang dinyatakan berbakat. Konsultan berbakat dari
setiap sekolah melayani sebagai pemimpin kelompok, coordinator, dan bantuan kelas untuk guru
kelas biasa seperti mereka mengajar unit PBL. Semua 14 guru kelas enam mengajar unit PBL ;
13 guru berpartisipasi didalam penelitian. Guru yang tersisa mengajar unit tersebut tapi pergi
meninggalkan selama proyek tersebut ; kelasnya dikeluarkan dari analisis.

Murid-murid
Semua murid kelas enam di dua sekolah berpartisipasi dalam penelitian tersebut ; 271 termasuk
dalam analisis tersebut dari 13 kelas. Kelompoknya termasuk 136 pria dan 135 wanita. Seratus
dan enam puluh Sembilan dari 271 murid didaftarkan dalam program Makan Siang Gratis. Dua
puluh satu dari 271 murid merupakan orang Kaukasia. Dua puluh dari 271 murid diidentifikasi
sebagai berbakat menggunakan criteria daerah. Identifikasi didasarkan pada kombinasi nilai pada
Test Kemampuan Sekolah Otis-Lennon (OLSAT), Test Pertanggungjawaban North Carolina End
of Grade (EOG), pengukuran perform kelas, dan rekomendasi guru. 20 murid kelas enam
diidentifikasi sebagai berbakat oleh kecamatan sekolah terdiri dari kelompok teridentifikasi
tradisional (TI) dalam analysis tersebut.

Kurikulum
Unit PBL dirancang untuk Proyek Wawasan mengikuti model yang dipresentasikan oleh
Barrows dan Tamblyn (1980) yang peling penting : (1) penelitian dimulai menggunakan
masalah struktur bermasalah, (2) pertanyaan siswa mendorong penemuan, dan (3) instruksi
menekankan metakognisi dan refleksi diri. Murid-murid diminta untuk memulai pandangan
pegawai tertentu dalam masalah tersebut, sejajar latihan dengan murid medis mengadopsi
peranan dari medis yang professional. Konsisten dengan latihan yang direkomendasikan di PBL,
perancah akademik disatukan untuk memastikan kalau murid-murid tertarik dalam pembelajaran
yang menantang tapi dapat diakses. (Gallagher, 2009b; Hmelo-Silver, Duncan & Chin, 2007).
Sebagai contoh, murid-murid dalam Wawasan Proyek tak biasa untuk mengarahkan diri sendiri
dan mensyaratkan bantuan nyata seperti mereka membuat usaha pertama mereka dalam
mengarahkan investigasi mereka sendiri. Perancah menyediakan termasuk panduan mengambil
catatan terstruktur, pusat penelitian dengan penyesuaian informasi tingkat membaca mereka, dan
latihan pemikiran kritis yang membantu murid-murid membangun kesimpulan yang beralasan
dari informasi penelitian mereka. Pekerjaan murid-murid dikumpulkan dalam portofolio yang
disebut buku harian masalah (Gallagher, 2011). Buku harian masalah mengandung catatan
pertanyaan murid-murid kejar, catatan penelitian aktivitas pemikiran kritis, dan momen reflektif
yang menarik siswa dalam refleksi metakognitif tentang proses penyelesaian masalah.
Kedua unit PBL mengalamatkan pertanyaan penyakit dan respon public kepada resiko yang
sebenarnya atau dianggap. Kematian Hitam(Gallagher, 2011) adalah unit pembelajaran social
tentang terjangkitnya penyakit pes pada tahun 1348. Pada unit ini, murid-murid diberikan
peranan pegawai untuk orang desa pada dewan lebih tua di kota utara Italia. Pertemuan tetua
dirapatkan dimana mereka belajar bahwa wabah yang menghancurkan bergerak menuju kota
mereka ; tugas mereka adalah untuk menemukan bagaimana untuk mencegah penyakit tersebut
atau meminimalkan efeknya pada kota mereka. Aktivitas di unit dirancang untuk merespon
kepada pertanyaan siswa yang bisa diprediksi : Bagaimana penyakitnya akan datang ? Apakah
ada pengobatan ? Bagaimana ia ditularkan ? Apa yang dilakukan oleh kota lain untuk mencoba
untuk melindungi penyakit pada teluk ? Penelitian siswa mengarahkan mereka ke dalam geografi
Eropa dan Asia, pemahaman primitive tentang penyakit, dan efek melemahkan penyakit pes pada
individu, keluarga dan infrastruktur kota kecil dan kota besar. Kematian Hitam diikuti oleh
Nyamuk Pesisir (Gallagher, dalam cetakan) unit PBL sains jaman sekarang. Pada unit ini, murid-
murid dalam peranan ahli serangga medis menginvestigasi kasus Virus Sungai Nil Barat.
Sepanjang mereka mengamati kasus mereka mereka mempelajari tentang penyakit tersebut,
meratanya, dan pengaruh dari penutupan media terhadap risiko public yang merasa. Mereka
mempelajari bahwa Virus Sungai Nil Barat memiliki symptom permukaan serupa dengan
penyakit pes. Mereka adalh penyakit yang sangat berbeda. Kemudian, mereke menemukan
bahwa beberapa orang tua dalam komunitas menginginkan skeolah anak-anak dekat dengan
pencegahan penyakit pes yang akan datang mereka merubah perhatian mereka kepada vector
penyakit, dengan penekanan specific pada lingkaran hidup nyamuk dan habitat member makan.
Mereka juga mengadakan pengecekan tempat dari lapangan sekolah untuk mengakses
kemungkinan kalau itu merupakan habitat akomodasi tidak biasa untuk nyamuk. Sebagai
aktivitas puncak, murid-murid mempersembahkan penilaian bahaya yang dipresentasikan oleh
penyakit pada konferensi pers tiruan. Setiap unit di test pilot sedikitnya satu kali dan direvisi
dalam tahun sebelum pembelajaran.

Prosedur
Guru-guru menerima perkembangan professional dalam PBL sebelum mereka mengajar unit-unit
termasuk : (a) pelatihan sepanjang hari di PBL di awal hari di tahun sekolah (b) 2-3 sesi khususu
setengah hari untuk unit proyek, dan (c) pelatihan dan pemecahan masalah yang sedang
berlangsung selama mereka mengjarkan unit tersebut. Pelatihan termasuk pengalaman simulasi
di unit PBL, bagaimanapun, tidak semua guru memiliki pengalaman simulasi dengan unit yang
akan mereka ajarkan nanti. Guru-guru dari sekolah 2 memiliki kesempatan untuk melihat guru-
guru dari sekolah 1, yang mengajarkan unit lebih awal pada tahun sekolah. Guru proyek juga
menerima pelatihan dalam sikap berhubungan dengan potensi akademik advanced. Semua guru
kelas enam mengajarkan unit PBL selama berkas 90 menit biasa. Mereka menggunakan periode
rencana mereka untuk bertemu dengan konsultan guru yang berbakat untuk mendekati rencana,
mangantisipasi materi yang diperlukan untuk hari berikutnya, dan mendiskusikan perubahan
apapun yang diperlukan untuk merespon pertanyaan siswa yang dimunculkan saat kelas. Guru
sering mengajar dalam kelompok element yang berbeda dari unit-unit tersebut. Kematian Hitam
diajarkan pertama kali dan berlangsung sekitar periode enam kelas. Nyamuk Pesisir memulai
hari setelah Kematian Hitam dan diselesaikan dalam periode tujuh kelas.

Pemilihan Guru Untuk Murid Dengan Potensi Akademik Advanced

Pada kesimpulan di unit kedua, 13 guru proyek disuruh untuk mengidentifikasi murid-murid
yang menunjukkan sikap-sikap konsisten dengan 0otensi akademik advanced selama unit PBL.
Guru-guru diberitahu untuk memilih hanya dari murid-murid yang tidak diidentifikasi sebagai
berbakat. Kelompok yang terdiri dari 34 murid diidentifikasi oleh guru dikatakan sebagai potensi
akademik advanced (AAP) karena mereka menunjukkan sifat kemajuan, tingkt pemikiran tinggi
selama PBL walaupun mereka tidak bertemu criteria daerah untuk keberbakatan.

Pengukuran
Dua jenis pengukuran digunakan pada penelitian sekarang : (1) pengukuran pencapaian
tradisional secara rutin dikumpulkan oleh system sekolah, dan (2) pengukuran dirancang secara
khusus untuk penelitian ini.

Pengukuran Pencapaian Yang Terstandar
Nilai matematika dan bahasa seni anak kelas lima pada test North Carolina End
of Grade (EOG) termasuk dalam analisis untuk membandingkan tingkat pencapaian dari murid
yang berpotensi akademik advanced dengan pencapaian murid berbakat yang teridentifikasi dan
murid pendidikan umum yang tersisa.

Pengukuran PBL
Pengukuran Pembelajaran Berbasis Masalah termasuk nilai guru menggunakan Rubrik
Ktertarikan Kelas dan rubric PBL untuk menilai performa murid-murid dalam pelajaran sains
dan social.

Penilaian Guru. Guru menggunakan Rubrik Ketertarikan Kelas (Gallagher, 2011) sebagai alat
untuk menilai tingkat ketertarikan siswa dalam unit PBL. Rubriknya termasuk skala penilaian 5
point speanjang tiga dimensi dari ketertarikan kelas : kualitas partisipasi insividu, keefektifan
dalam kerja kelompok, dan partisipasi dalam kelas. Guru-guru diminta untuk menilai setiap
murid pada ujung setiap unit ; jumlah dari penilaian ini digunakan sebagai variable penilaian
Guru. Fotokopian dari Rubric Ketertarikan Kelas termasuk dalam table 1.

Performa Akademik selama PBL. Tabel 2 menunjukkan tiga variable performa akademik yang
dibangun dari tugas ditanamkan dalam unit PBL. Setiap vriabel wawasan dibangun dari dua
tugas terpisah : Wawasan Sains dibangun dari penilaian pada Nyamuk Pesisir, Wawasan
Pendidikan Sosial dibangun dari tugas dalam Kematian Hitam, dan Wawasan dalam variable
Pengetahuan PBL menggabungkan satu tugas dari setiap unit.

Pengumpulan Data
Penilaian guru tentang validasi tujuan potensi akademik yang disyaratkan. Penilaian Tujuan
dicapai dengan mengirimkan respons siswa kepada kelompok 3 penguji mandiri. Guru-guru
mengumpulkan response siswa dari tiga tugas yang telah terancang dari setiap unit PBL ; sumber
guru untuk setiap sekolah menggantikan mengidentifikasi informasi dengan kode nomor yang
mewakilkan murid dan guru. Tugas ini dikirim kepada kelompok evaluasi yang terletak di daerah
berbeda dari nasional dan tidak ada interaksi dengan proyek siswa.










Dimensi Patut DiContoh Pada Standar Dalam Perkembangan
Kualitas Pekerjaan Tepat Waktu,
Pekerjaan berkualitas
TInggi. Secara sadar
bertemu atau melebihi
standard.


Menyelesaikan
pekerjaan pada
waktunya ; bertemu
standard yang telah
ditetapkan untuk tugas
Berubah Menjadi
tidak cukup atau
pekerjaan tidak
lengkap
Menggunakan bahasa
mata pelajaran secara
sering dan nyaman
Menggunakan bahasa
mata pelajaran ketika
diinstruksikan
Tidak mneggunakan
bahasa mata pelajaran
Motivasi diri : Murid
mengambil peranan
yang aktif, ingin tahu
dalam pembelajaran
Mengambil tanggung
jawab pekerjaan dan
nilai
Menghindari
tanggungjawab
pekerjaan dan nilai
Pekerjaan asli Pekerjaan adalah
replica yang bagus
dari model guru
Pekerjaan kurang
struktur organisasi

Partisipasi Kelas Bertanya untuk
memperluas diskusi
dan mengklarifikasi
ketika diperlukan
Bertanya untuk
mengklarifikasi
instruksi dan
informasi ketika
diperlukan
TIdak bertanya ketika
diperlukan
Secara konsisten
menawarkan
pandangan dan
terbuka pada
pandangan orang lain
Menjawab pertanyaan
dan berpartispasi
ketika dipanggil ;
menghormati
pandangan orang lain
Jarang berpartisipasi
dalam cara apapun
Menggunakan waktu
kelas dengan baik :
menggunakan sumber
kelas
Menggunakan waktu
kelas dengan baik :
tetap pada tugas
TIdak menggunakan
waktu kelas dengan
baik

Pekerjaan Kelompok /
Sikap
Konsisten didalam
kelas : Tidak Gagal
karena masalah
absensi
Konsisten didalam
kelas : Mengejar
Keteringgalan ketika
absen
Pembolosan,
Kelambatan dan/ atau
masalh absensi : jatuh
dalam pekerjaan
Membantu Orang
Lain Belajar
Tidak mengganggu
orang lain dikelas
Menggangu kelas
Mencatat dengan
sangat baik di kelas
Mmbuat catatan yang
berguna dikelas
Catatan yang tidak
berguna atau tidak ada
catatan
Mengambil peranan
kepemimpinan dalam
pekerjaan kelompok
Anggota kelompok
yang positif, produktif
Tidak berkontribusi
dalam pekerjaan
kelompok, merengek
dan mengkomplen;
tidur dikelas
Table 1. Rubrik Manajemen Kelas
*diadaptasi dari rancangan asli oleh William C. Stepien, St. Charles School District, St. Charles,
IL

Variabel Tingkat Kognitif Deskripsi
Wawasan Pendidikan Sosial
Pendeta atau dokter ?


Bersiap-siap





Wawasan Sains

Termometer resiko






Pilihan Mengevaluasi




Pemahaman PBL

Memikirkan Kembali




Memikirkan Kembali
Menganalisa



Evaluasi







Mengevaluasi






Menganalisa






Mengevaluasi




Mengevaluasi
Murid membandingkn
informasi yang
dipersemabhakn oleh dokter
dan pendeta
Murid menilai pilihan yang
tersedia dan memilih apa yang
akan mereka lakukan untuk
menghindari wabah yang
mengkontrak



Murid menilai tingkat resiko
komunitas yang diciptakan
oleh kehadiran kasus tunggal
dari Virus Sungai Nil Barat
dan membenarkan pilihan
mereka.

Murid menggambarkan
plihan yang memungkinkan
Memilih yang kelihat lebih
mudah dan benar




Murid menggambarkan apa
yang mereka pelajari tenang
Menyelesaikan masalh nyata
melalui masalh penyakit pes.

Murid-murid ditanya apa yang
mereka pelajari tentang
penyelesain masalh nyata
melalui masalah Sungai Nil
Barat.

Tabel 2 : Komponen dari variable yang dibangun yang digunakan untuk Analysis




Tim evaluasi, terdiri dari penulis muda dan dua lulusan pembantu, mengembangkan lima point
rubric untuk mengukur kualitas dari response siswa untuk setiap tugas. Tabel 3 merupakan
contoh rubric penilaian untuk satu penilaian dalam Kematian Hitam. Tanda merespon untuk
setiap lima tingkat dari rubric digambarkan dari pekerjaan siswa dikumpulkan selama pengujian
pilot tahun sebelumnya ; contoh respon tanda dipresentasikan dalam table 4. Tiga penilai secara
mandiri menilai setiap respon siswa dibantu oleh rubric. Penilaian persetujuan pengkritik sekitar
80% ; ketidaksetujuan dalam penelitian diselesaikan melalui diskusi dan consensus dari
penilaian.

Analisis Data
TIga kelompok merupakan bagian dari analisis ; murid kelas enam secara tradisional
teridentifikasi murid berbakat (TI) (n=20), identifikasi guru murid berpotensi akademik (AAP) (n
= 34), dan pendidikan umum yang tersisa (GE) (n=217). Kemungkinan perbedaan dalam
komposisi kelompok pada variable demografis dianalisis menggunakan satu cara Analisis
Perbedaan (ANOVA). Analisis chi-kuadrat dilakukan untuk menentukan perbedaan spesifik
diantara kelompok.



























Dorongan : Kamu dirumah dari pertemuan panjang, dengan peraturan yang didebatkan sekarang
oleh Dewan Tetua. Dengan semua yang telah kamu pelajari, kamu melihat sekitar rumahmu dan
berpikir, Aku harus bersiap. Apa yang akan kamu lakukan untuk melindungimu dirimu sendiri
dan keluargamu dari wabah tersebut? Mengapa kamu melakukan semua ini?

5
Bukti dari
pemahaman kuat
dan pemikiran
maju. Dorongn itu
secara penuh
dialamatkan dalam
perilaku yang jelas.

Response ini
menyediakan ide
beragam tentang
bagaimana penulis
berusaha
melindungi
melawan wabah
tersebut. Ide-ide ini
menawarkan saran
pendekatan segi
beragam untuk
melawan wabah
tersebut, yang
mengkombinasikan
beragam
pandangan.
Kebanyakan atau
semua ide-ide
didukung dengan
penjelasan yang
mengucapkan
mengapa rencana
aksi itu sesuai.
Semua ide
beralasan,
mengingat
informasi di abad
13
th
tersedia. Ide-
ide dijelaskan
secara baik dan
jelas.

4
Bukti dari
pemikiran maju,
tapi beberapa
kesimpulan
pembaca atau
penjelasan lebih
lanjut perlu
untuk nilai yang
lebih tinggi.
Response ini
menyediakan
beragam ide
tentang
bagaimana
penulis
melindungi
melawan wabah
tersebut.
Kebanyakan atau
semua ide
didukung dengan
penjelasan yang
mengungkapkan
mengapa rencan
aksi sesuai.
Semua ide-ide
beralasan
mengingat era
informasi di abad
13
th
. Jumlah
minimal dari
kesimpulan
pembaca perlu
karena
kehilangan
dalam kejelasan
atau penjelasan
ide yang lemah.
3
Bukti dari
beberapa
pemahaman, tapi
tidak pemikiran
maju.
Responsenya
menyediakan
beragam ide
tentang
bagaimana
penulis
melindungi
melawan wabah.
Dukungan
penjelasannya
lemah. Semua
ide beralasan,
mengingat abad
13
th
informasi
tersedia.
Responsenya
menyediakan ide
yang dijelaskan
dengan baik
tentang
bagaimana
penulis
melindungi
melawan wabah
tersebut. Idenya
beralasan,
mengingat
informasi di
abad 13
th

tersedia.
2
Dorongan yang
ditujukan lemah,
terbatas, atau
perilaku yang
tidak realistis.
Responsenya
menyediakan
setidaknya satu
ide beralasan
tentang
bagaimana
penulis
melindungi
melawan wabah
tersebut.
Penjelasan yang
didukung kurang
atau
membutuhkan
lebih banyak
kesimpulan
pembaca.
Responsenya
menyediakan
satu ide
beralasan
tentang
bagaimana
penulis
melindungi
melawan wabah
tersebut.
Penjelasan
dukungannya
lemah.

1
Dorongannya
tidak ditujukan
dengan
penjelasan.
Responsenya
tidak
menyediakan ide
yang beralasan
tentang
bagaiman
penulis mungkin
melindungi
melawan wabah
tersebut.

Tabel 3. Wawasan rubric penilaian untuk tugas Kematian Hitam Bersiap-siap
Catatan : Kontaminasi : Response harus kehilangan point jika dikontaminasi dengan (1)
informasi yang salah, (2) informasi atau ide yang tidak beralasan, (3) komen yang berlawanan,
atau (4) persentase tinggi atau komen yang keluar dari topic.
Tingkat 5
(tertinggi)
Aku sangat letih dari pertemuan tersebut. Aku perlu sesuatu untuk makan
dan minum. Aku menghadiri pertemuan tersebut untuk 4jam.
Pertama, perlu sesuatu untuk menjaga wabah tersebut keluar. Kita harus
tetap menjaga rumah kita bersih dan tidak perlu untuk meninggalkan
makanan apapun dilantai atau diluar, karena jika kita tidak melakukannya,
tikus akan datang.
Kedua, kita tidak perlu membawa apapun dari luar atau tempat lain, karena
tikus itu akan menangkap wabah tersebut dan membawanya pada kita, dan
kita bisa mati.
Ketiga, kita perlu memberitahu tetanggaa kita jadi mereka juga menjaga
rumah dan luarnya bersih. Kita perlu untuk semua datang bersama dan
menyimpan semua makanan kita dalam satu titik dan kita bisa membunuh
semua tikus dalam satu tempat pada satu waktu. Jika kita melakukan semua
hal ini kita mungkin bisa menghentikan wabah tersebut datang ke kota kita.
Tingkat 4 Apa yang akan aku lakukan? Aku akan membunuh semua kutu pada hewan,
orden, dan aku akan mengisi rumahku dengan pembersih ruangan.
Aku juga akan menggunakan metode lain yang telah aku pelajari. Aku akan
mengubah dietku dan makan sedikit makanan dan lebih banyak sayur.
Hal ini akan kulakukan untuk mencegah keluargaku dari terinfeksi.
Kucing, anjing, atau binatang lain yang akan menarik kutu, atau tikus akan
dibawa keluar dari rumahku.
Aku akan mendengarkan apapun untuk mencegah keluargaku dari infeksi,
aku bahkan akan memagar rumahku dengan batu bata dan batu.
Tingkat 3 Aku akan menghindar dari hewan yang memiliki Kematian Hitam tersebut.
Aku juga akan memakai kostum burung gagak yang akan melindungi
seluruh tubuhku. Aku akan makan yang benar dan tetap sehat jadi akan sulit
bagiku dan keluargaku untuk terjangkit Kematian Hitam. Aku melakukan
semua hal tersebut jadi keluargaku dan aku tidak akan berada dalam bahaya
terjangkitnya Kematian Hitam.

Tingkat 2 Aku tidak akan membiarkan orang-orang memasuki rumah atau kotaku.
Aku akan melakukan hal ini jadi keluargaku tidak terjangkit wabah tersebut.
Karena aku cinta mereka dan aku tidak ingin keluargaku sakit dan mati.
Aku juga tidak akan membiarkan temanku terjangkit wabah tersebut karena
kami akan memerlukan sesuatu untuk lakukan dibandingkan pergi ke
pemakaman setiap dua minggu. Temanku sangat berarti bagiku seperti
keluargaku sendiri. Itulah yang akan kulakukan jadi keluargaku dan
temanku tidak terjangkit wabah tersebut.

Tingkat 1 Apa yang akan aku lakukan untuk melindungi keluargaku adalah tetap
dirumah dan tidak pergi keluar untuk apapun kecuali masuk kedalam
mobilmu. Kamu bisa mendapat penyakit dari lalat hal yang terpenting
adalah mereka tidak mandi jadi itu akan membuka limpahannya.
Tabel 4. Tanda response digunakan untuk menilai jawaban siswa untuk dorongan Kematian
Hitam Bersiap-siap
Catatan : Ejaan diwakilkan sebagai respon siswa
Analisis yang tepat dari penelitian in situ sulit karena tugas siswa dalam kelas ditentukan pada
awal tahun sekolah, secara sesuai berdasarkan kebutuhan siswa dibandingkan kebutuhan
penelitian. Dalam penelitian sekarang, analisis statistic yang akurat mensyaratkan pengkontrollan
untuk perhatian diantara perbedaan kelas dan fakta bahwa majoritas dari murid TI
dikelompokkan dalam dua kelas. Analisis Model Linear Umum menggunakan model efek sarang
yang sudah siap dengan serangkaian dua belas model variable mewakilkan efek dari setiap kelas
yang dianggap sebagai pendekatan yang paling tepat. Tes tipe III digunakan untuk melaporkan
perbedaan nyata dalam ukuran cabang kelompok. Perbandingan pasangan bijaksana yang berikut
dari mean yang disesuaikan digunkan untuk menentukan perbedaaan mana dlam mean yang
cukup besar untuk menolak hipotesis kosong kalau kelompok tersebut sama. Efek ukuran
dihitung dengan membagi perbedaan mean pasangan bijaksana yang disesuaikan oleh standar
deviasi dari variable yang dihasilkan. Jumlah ini hampir menyerupai Cohens d (Cohen, 1988),
Dan membawa interpretasi serupa. Sementara petunjuk untuk menterjemahkan besarnya variasi
efek ukuran, yang paling menerima standar kalau efek ukuran .25 berarti secara pendidikan
(Slavin, 1990) ; kalau standar tersebut digunakan ketika menterjemahkan hasil penelitian.

Hasil
Dua pertanyaan menyusun penelitian terkini : (1) Bisakah penggunaan dari kurikulum PBL
dalam kelas biasa memfasilitasi identifikasi dari murid berpendapatan rendah dengan potensi
akademik maju ? dan (2) Bagaimana performa akademik murid dengan potensi akademik maju
dibandingkan dengan performa dari murid berbakat teridentifikasi secara tradisional (TI) dan
murid pendidikan umum yang tersisa (GE) pada akademik tradisional dan pengukuran PBL-
khusus?
Distribusi Demografis
Tabel 5 mempresentasikan distribusi demografis dari murid-murid dalam kelompok TI, AAP,
dan GE. Tiga kelompok terssebut memiliki proporsi yang serupa dari murid pria dan wanita tapi
proporsi bervariasi dari minoritas murid dan peserta Makan Siang Gratis. Minoritas murid terdiri
dari 45% dari murid TI dibandingkan dengan 82% murid AAP dan 99% murid GE. Hanya 5%
dari murid TI dan 7% dari AAP berkualifikasi untuk program Makan Siang Gratis, berlawanan
dengan 76% murid GE.









Secara
Tradisional
Teridentifikasi
(n= 20)
Potensi
Akademik Maju
(n= 37)
Pendidikan
Umum
(n= 217)

Variabel % n % n % n


Pria 45 9 35 12 53 115 4.17
Minoritas 45 9 82 28 99 215 20.98*
Makan Siang
Gratis
5 1 7 3 76 165 24.56*
Tabel 5. Proporsi pria, minoritas dan makan siang gratis mengkualifikasi murid dalam
teridentifikasi tradisional, potensi akademik maju, dan kelompok pendidikan umum
*p < .01



Perbandingan Model Linear Umum
Perbedaan yang signifikan muncul ketika mean skor untuk tiga kelompok penelitian
dikumpulkan kepada analisis Model Linear Umum menggunakan sarang model efek yang sudah
diperbaik. Skor rata-rata yang tidak disesuaikan untuk setiap kelompok pada semua variable
penelitian dipresentasikan dalam Tabel 6. Setelah menyesuaikan untuk kelas hubungan diantara
variabel pengeluaran dan kelompok TI, PG, atau kelompok GE menjadi signifikan : Bahasa
Inggriss EOG F (2, 235) = 8.30, p < < .0003, Wawasan Pemahaman PBL F (2, 210) = 3.85, p <
.0229, Wawasan Sains F (2, 212) = 4.39, p < .0136, Penelitian Wawasan Sosial F (2, 210) =
3.85, p < .0229, Wawasan Penelitian Siswa F (2, 233) = 30.62, p < .001. Perbedaan pada EOG
matematik dibingkai pada perbedaan F (2, 235) = 2.83, p < .06. Karena ini membingkai pada
perbedaan itu termasuk dalam analisis post hoc untuk menginvestigasi perbedaan memungkinkan
dalam efek ukuran dalam perbandingan pasangan bijaksana.

Perbandingan Pasangan Bijaksana

Untuk menkontrol kelas dan tingkat kemampuan analisis Model Linear Umum menggunakan
model sarang efek fix yang diaplikasikan dalam data. Tabel 7 menunjukkan perbandingan
pasangan bijaksana yang telah disesuaikan diantara kelompok pada pengukuran penelitian.

Pencapaian yang distandarkan. Pada akhir Pengukuran Tingkat (EOG) Bahasa Inggris dan
Matematika terdapat celah diantara secara tradisional teridentifikasi (TI) dan

Secara Tradisional
Teridentifikasi
Potensi Akademik
Maju
Pendidikan
Umum

Variabel Mean SD Mean SD Mean SD df F
Akhir dari
Tingkat
Bahasa
Inggris
270.0 5.26 257.97 6.28 256.43 6.04 2, 235 8.30**
Akhir dari
Tingkat
278.70 5.44 265.09 6.54 263.14 7.12 2, 235 2.83
Matematika
Wawasan
Pemahaman
PBL
3.84 0.93 4.33 0.64 3.25 1.09 2, 210 3.85*
Wawasan
Sains
6.84 2.32 6.04 2.90 4.66 2.27 2, 212 4.39**
Wawasan
Penelitian
Sosial
8.77 2.72 6.46 2.47 5.59 2.11 2, 253 3.33*
Penilaian
Wawasan
Guru
8.72 2.56 5.67 2.22 5.16 2.14 2, 233 30.62**
Table 6. Mean skor dari murid teridentifikasi tradisional, potensi akademik maju, dan
pendidikan umum pada test pencapaian terstandarisasi dan wawasan performa variabel
*p < .05, **p < .01

Variabel TI vs. GE TI vs. AAP GE vs. AAP
Mean SD d Mean SD d Mean SD d
Akhir
tingkat
Bahasa
Inggris
5.55*** 1.49 0.79 3.64* 1.72 0.52 -1.91 0.99 0.27
Akhir
Tingkat
Matematika
3.10 - 1.45 0.38 1.93 1.68 0.24 1.17 0.96 0.14
Pemahaman
Wawasan
PBL
1.46* - 0.58 0.61 0.90 0.65 0.38 0.56 0.37 0.23
Wawasan
Sains
0.61 0.64 0.25 - 0.65 0.74 0.26 - 1.26** 0.44 0.51
Wawasan
Penelitian
Sosial
0.84 0.53 0.36 0.08 0.6 0.03 - 0.76* 0.34 0.32
Penilaian
Wawasan
Guru
0.02 0.25 0.01 - 1.21*** 0.28 1.11 1.22*** 0.16 1.12

Tabel 7. Perbedaan Mean Pasangan bijaksana yang telah disesuaikan dari model linear
yang telah digeneralisasikan dengan kelas sebagai beragam variable

Pendidikan Umum ( GE ) kelompok yang disukai siswa berbakat di EOG English M = 5.55 , SD
= 1,49 , p <.001 , d = 0,79 . Perbedaan antara TI dan GE siswa pada EOG Matematika tidak
signifikan tetapi memiliki ukuran moderat efek ( M = 3.10 , SD = 1,45 , d = 0,38 ) . Perbedaan
mendukung mahasiswa TI selama siswa AAP ditemukan untuk EOG English ( M = 3.64 , SD =
1,72 , p <.05 , d = 0,52 ) dan EOG Math ( M = 1,93 , SD = 1,68 , d = 0,24 ) . Perbedaan kecil
disukai siswa AAP atas siswa GE pada ukuran EOG English ( M = 1.91 , SD - 0,99 , d = 0,27 ) ,
dan tidak ada perbedaan pada EOG Math ( M - 1,17 , SD = 0,96 , d = 0.14 ) . AAP dan GE siswa
tampil cukup mirip satu sama lain , perbedaan yang diamati secara umum dari besarnya lebih
kecil dari perbedaan antara salah satu dari kelompok-kelompok ini dan kelompok TI tampaknya
lebihmampu .

Wawasan variabel . Sebuah gambar yang berbeda muncul dalam data yang diambil dari
peringkat tujuan pelajaran PBL . Kelompok TI masih berbeda dari kelompok GE pada semua
tiga ukuran ( PBL Memahami M = 1,46 , SD = 0,58 , p <.05 , d = 0 .61 , Wawasan Ilmu M =
0,61 , SD = 0,64 , d = 0,25 , wawasan Sosial M = 0,84 , SD = 0,53 , d = 0,36 ) . Kelompok AAP
juga berbeda dari kelompok GE pada dua dari tiga langkah PBL . Perbedaan pada Science ( M =
1,26 , SD = 0,44 , p <.01 , d = 0.51) adalah besarnya sedang, dan kecil tapi bermakna perbedaan
juga diamati untuk Studi Wawasan Sosial ( M = 0,90 , SD = 0,65 , d = 0,38 ) , tetapi pada Ilmu
ada perbedaan kecil yang menguntungkan kelompok AAP atas kelompok TI ( M = 0,65 , SD =
0,74 , d = 0.26 ) . Tidak ada perbedaan yang ditemukan antara kelompok pada Wawasan Ilmu
Sosial(M=0,08,SD=0,60,d=0,03) .

Wawasan Guru Penilaian . Wawasan Guru Rating, dibangun dari nilai guru di Kelas Engagement
Rubrik , menunjukkan perbedaan yang signifikan antara substansial mendukung kelompok AAP
atas kedua kelompok GE ( M = 1.22 , SD = 0,16 , p <.001 , d = 1.12 ) dan TI kelompok ( M =
1,21 , SD = 0,28 , d = 1,11 ) , tetapi tidak ada perbedaan antara TI dan GE kelompok ( M = 0,02 ,
SD = 0,25 , p <.001 , d = 0,01 ) . Perbedaan pada variabel ini menunjukkan bahwa guru yang
diakui kualitas yang berbeda dari pertunjukan yang unik dengan kelompok AAP selama
pelajaran PBL .



Diskusi
Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa menggunakan PBL di kelas reguler dapat membantu
mengidentifikasi siswa dengan potensi akademik lanjutan yang mungkin diabaikan
menggunakan standar pengujian , khususnya siswa berpenghasilan rendah . Perbedaan yang
berarti dalam prestasi akademik diamati antara tiga kelompok . Bila dilihat melalui lensa standar
tes , para siswa AAP tampak mirip dengan siswa GE , bila dilihat melalui lensa tugas PBL siswa
AAP tampak lebih mirip dengan siswa TI . Para siswa AAP mencetak lebih tinggi daripada siswa
GE pada dua ukuran independen : Wawasan Guru Penilaian , yang mengukur keterlibatan kelas ,
dan Wawasan Sains dan Ilmu Sosial tugas , yang diukur pekerjaan siswa dengan disiplin khusus
konten . Para guru dinilai siswa AAP tinggi dalam keterlibatan kelas dari baik TI atau siswa GE .
Peringkat tinggi guru dari siswa AAP yang reflektif kegembiraan mereka diekspresikan pada
melihat kualitas baru pada siswa ini selama PBL unit . Umpan balik yang dikumpulkan dari
diskusi kelompok fokus dengan para guru selama proyek evaluasi memberikan suara kepada
perubahan yang mereka lihat pada siswa mereka , seperti dalam perwakilan ini komentar :
Pada awalnya [ mahasiswa saya ] mengharapkan saya untuk memberikan informasi , tapi setelah
itu , menyadari bahwa mereka berada di mereka sendiri , saya berpikir bahwa mereka benar-
benar menikmati bertanggung jawab untuk sementara waktu . Saya tidak punya murid tunggal
yang berkata, "Aku tidak bisa melakukan ini , " dan itu tidak biasa . Aku punya seorang
mahasiswa , hampir semua yang kita lakukan dia akan mengeluh , tapi kali ini dia mengambil itu
pergi . Dia bahkan bangun dan menjelaskan kepada siswa dalam kelompoknya .
Saya mempunyai seorang mahasiswa yang sangat pemalu, tidak suka dipanggil di kelas. Anda
bisa melihat perjuangannya melalui ini, tetapi pada akhirnya ia menceritakannya. Sejak saat itu ,
ketika ia menyadari bahwa ia benar-benar mendapatkan nilai. . . Anda bisa melihat tingkat
kepercayaan dirinya naik . Taktik saya benar-benar berhasil. Anak-anak saya bahkan
mengatakan , " Dia sudah benar . " Dan aku berkata , " Ya , " Mereka tidak melakukan apa-apa
di kelas tidak ada- dan mereka mengangkat tangan mereka untuk [ Belajar Isu Dewan ] ,
mereka melakukannya semua . Penilai independen yang tidak pernah bertemu dengan siswa
divalidasi oleh pilihan guru : Mereka menilai produk AAP dengan kualitas yang sama dengan
mahasiswa TI pada Wawasan Ilmu Sosial dan unggul pada siswa TI di ilmu wawasan . hal ini
menunjukkan bahwa meskipun siswa AAP mungkin kurang memahami isi dinilai pada tes
standar , mereka memiliki kapasitas untuk menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi
yang sekelas GE tidak terbukti. Lingkungan kelas yang diciptakan oleh PBL tampaknya telah
menarik peserta didik , menarik keluar perilaku akademik yang lebih diamati seperti yang dinilai
dalam studi termasuk penelitian aktif , membuat perbandingan , dan menarik kesimpulan. Hasil
ini memiliki implikasi bagi pendidik dengan penduduk berpenghasilan rendah, bagi pendidik
yang tertarik dalam mengidentifikasi kemampuan tinggi pada populasi berpenghasilan rendah,
dan bagi para praktisi yang tertarik pada PBL. Hasil saat ini memberikan bukti lebih lanjut
bahwa pendapatan keluarga merupakan hambatan yang lebih keras terhadap kinerja akademik
daripada ras atau etnis . Hanya tiga siswa dalam kelompok AAP , 7 % , memenuhi syarat untuk
Makan siang gratis, secara dramatis lebih rendah dari makan siang gratis 76 % siswa yang
memenuhi syarat pada populasi GE yang tersisa . Sebagai perbandingan , 82 % dari kelompok
AAP adalah minoritas , tidak cukup pada paritas dengan 99 % pada populasi GE , tetapi secara
substansial lebih dekat dari 45 % pada kelompok TI . Kesenjangan pendidikan yang diciptakan
oleh disparitas pendapatan membutuhkan intervensi lebih intensif dari tiga minggu IPA dan IPS
dapat disediakan . Jumlah siswa yang diidentifikasi sebagai AAP oleh guru selama unit PBL
hampir dua kali jumlah TI siswa berbakat . Bahkan jika setengah dari siswa tersebut akhirnya
menjadi " positif palsu " - tidak mungkin mengingat independen validasi - jumlah siswa
dianggap berbakat akan berlipat ganda . Ini memvalidasi anggapan laporan nasional bahwa
sejumlah besar siswa berbakat tetap tidak teridentifikasi dan di bawah menantang ( VanTassel -
Baska & Stambaugh , 2007) . Hasil penelitian juga menunjukkan kebutuhan untuk metode
identifikasi pengujian penelitian yang lebih yang organik ke kelas dan kurikulum berbasis . Para
guru sering diminta untuk mencalonkan siswa untuk mengikutu program berbakat berdasarkan
kualitas yang berhubungan dengan keterlibatan akademik , hasil yang disajikan di sini
memberikan bukti bahwa beberapa siswa tidak akan menunjukkan keterlibatan akademik tanpa
adanya melibatkan tugas . Hasil saat ini menunjukkan bahwa PBL harus terus menjadi bagian
integral dalami penelitian ini.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa manfaat dari kelas PBL melampaui pengiriman konten
, pengembangan keterampilan , dan meningkatkan keterlibatan . Dalam penelitian ini gestalt
dibentuk dengan menggabungkan masalah struktur yang salah, pembelajaran mandiri dan
instruksi dipandu menciptakan perubahan positif dalam cara guru melihat siswa mereka , dan
perubahan dapat dilihat dalam kinerja pada tugas-tugas akademik . Temuan yang disajikan di sini
dari badan penelitian yang menunjukkan bahwa kurikulum PBL berbasis standar kualitas tinggi
adalah tambahan yang berharga untuk kelas. Studi ini mendokumentasikan upaya pertama untuk
menilai manfaat tambahan menggunakan PBL di kelas reguler . Salah satu manfaat ini
tampaknya menjadi kesempatan untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki potensi akademik
maju . Namun, upaya pertama juga selalu mengungkapkan cara-cara untuk meningkatkan di
masa depan . Misalnya, guru melakukannya dengan baik sebagai instruktur PBL pemula , tetapi
mereka akan diuntungkan dari pengembangan profesional tambahan. Seperti yang sering terjadi
dalam penelitian berbasis kelas itu tidak mungkin untuk mengontrol penempatan mahasiswa di
kelas . Statistik Umum Model Linear dapat membantu menjelaskan kurangnya tugas acak tetapi
tugas acak masih lebih baik . Keterbatasan akhir berkaitan dengan ruang lingkup temuan .
Sedangkan hasil tampaknya menjanjikan , mereka tidak menetapkan dengan pasti bahwa para
siswa secara akademis berbakat . Mereka justru memberikan bukti bahwa mereka memiliki
kualitas yang terkait dengan keberbakatan , terutama kecenderungan untuk merespon dengan
baik untuk membuka keterbatasan lingkungan belajar , dan kemampuan untuk menerapkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk himpunan informasi . Sekarang mereka telah melihat ,
para siswa ini perlu paparan lanjutan untuk PBL dan model penyelidikan berbasis lain, baik
karena melanjutkan kinerja tingkat tinggi akan konfirmasi terbaik dari hasil dan karena
pengakuan potensi akademik harus selalu membuka pintu untuk instruksi lanjutan . Replikasi
dan perpanjangan penelitian ini adalah diperlukan untuk menentukan apakah atau tidak hasil ini
dapat digeneralisasi untuk kelas yang berbeda , bidang studi , dan populasi mahasiswa . Terlepas
dari keterbatasan , hasil menunjukkan lagi-lagi untuk nilai potensi PBL membawa ke kelas.
Dalam penelitian ini siswa sangat sibuk dengan masalah ill-structured mereka tidak menyadari
bahwa mereka bekerja lebih keras dan berpikir lebih . Dibebaskan dari peran diseminasi
informasi , guru memiliki kesempatan untuk menonton siswa mereka berinteraksi dengan
informasi . Pada akhirnya mereka melihat potensi yang lebih akademis lebih siswa . Fakta bahwa
Proyek Wawasan sekolah terus menggunakan model ini setelah penyelesaian proyek
menunjukkan bahwa pendekatan ini memegang janji sebagai resep layak, terjangkau , dan efektif
untuk dipraktekkan .

Anda mungkin juga menyukai