Anda di halaman 1dari 7

JURNAL

Comparison of Noncontrast-Enhanced Computed


Tomography and Intravenous Pyelogram for Detection of
Patients With Urinary Calculi



Disusun oleh:
FARIS WANANDI
1102010095
FK YARSI



KEPANITERAAN RADIOLOGI PASAR REBO
PERIODE 31 MARET 19 APRIL 2014

Perbandingan antara Non-contrast enhanced computed
tomography (NECT) dengan Intravenous Pyelogram (IVP)
untuk mendeteksi pasien yang menderita batu ginjal
(urinary calculi)

Tujuan: Maksud daripada penelitian ini adalah untuk menginvestigasi pola yang berubah dalam
penggunaan Intravenous Pyelogram (IVP), Tomografi computer tradisional (CT), dan Non-
contrast enhanced computed tomography (NECT) untuk mengevaluasi pasien dengan nyeri
pinggang akut.
Materi dan Metode: Kami telah mengulas secara retrospektif catatan medis dari 2.180 pasien
penderita nyeri pinggang akut yang dirawat di rumah sakit umum Bundang Jesaeng antara bulan
Januari 2008 hingga Desember 2012 dan telah menganalisa penggunaan IVP, CT tradisional dan
NECT untuk pasien-pasien ini.
Hasil: Selama periode penelitian ada peningkatan yang signifikan dalam penggunaan NECT
(p<0.001) dan penurunan yang signifikan dalam penggunaan IVP (p<0.001). Penggunaan CT
tradisional juga meningkat secara signifikan (p=0.001). Pada waktu ini proporsi pasien penderita
nyeri pinggang akut yang telah didiagnosa dengan batu ginjal tidak berubah secara signifikan
(p=0.971).
Kesimpulan: Ada sebuah pergeseran besar dalam penggunaan studi pencitraan dari IVP ke
NECT antara tahun 2008 dan tahun 2012 untuk pasien penderita sakit pinggang akut.
Kata kunci: Nyeri pinggang, Non-contrast-enhanced computed tomography, Urinary calculi

Kata Pengantar
Nyeri pinggang akut adalah alasan umum bagi pasien untuk mengunjungi klinik urologi atau unit
gawat darurat dan Intravenous Pyelogram (IVP) telah lama menjadi pilihan untuk modalitas
pencitraan bagi para pasien-pasien ini . Dalam mengevaluasi nyeri pada pinggang, penting untuk
mempertimbangkan ketepatan, efektivitas biaya, keamanan, persediaan, dan penyesuaian
daripada modalitas diagnosa. IVP mempunyai beberapa kelebihan termasuk diantaranya
perkiraan fungsi fisiologis, perkiraan derajat gangguan kemih, dan deteksi terhadapan kelainan
anatomis pada saluran kemih. Bagaimanapun IVP punya beberapa keterbatasan, termasuk
diantaranya kesulitan dalam identifikasi radiolusen batu ginjal; mengakibatkan reaksi
merugikan, seperti pusing, muntah dan anafilaksis; dan seringkali membutuhkan waktu penilitian
yang lama dan membosankan untuk mencari tahu secara pasti ukuran dan letak batu ginjal.
Penerapan non-contract-enhanced computed tomography (NECT) untuk evaluasi nyeri pinggang
akut memungkinkan evaluasi yang cepat dan akurat terhadap calculi di saluran kemih. Setelah di
peloporkannya studi prospektif terhadap peran NECT dalam evaluasi nyeri pinggang pinggang
akut oleh Smith dkk pada tahun 1995, beberapa penelitian melaporkan bahwa NECT adalah
modalitas pencitraan yang aman, cepat, dan sangat sensitif untuk mengevaluasi nyeri pinggang
akut dibandingkan dengan IVP atau ultrasonography. Sensitivitasnya dilaporkan lebih dari 95%
dan spesifisitas 98%. Dalam penelitian ini, kami menginvestigasi penggunaan IVP, Computed
Tomography tradisional (CT), dan NECT untuk evaluasi nyeri pinggang akut.
Materi dan Metode
Kami meninjau secara retrospektif catatan medis dan hasil penelitian radiologis dari 2.243 pasien
penderita nyeri pinggang akut yang telah mengunjungi klinik urologi atau unit gawat darurat di
rumah sakit umum Bundang Jesaeng antara bulan Januari 2008 dan bulan Desember 2012. Dari
kelompok ini, 63 pasien tidak diikutsertakan karena tidak adanya studi radiologis dan akhirnya
2.180 pasien terdaftar. Batu ginjal dapat dipastikan melalui reaksi spontan yang dialami pasien
terhadap batu ginjal tersebut, operasi pengangkatan, atau hilangnya batu tersebut setelah kejutan
gelombang lithotripsy dari luar tubuh (extracorporeal shock wave lithotripsy).
IVP dulu dilakukan dengan cara standar menggunakan 100mL bahan kontras nonionik. NECT
dulu dijalankan menggunakan mesin Brilliance 16 (Philips, Eindhoven, Belanda). Wilayah
anatomi antara margin atas tulang punggung T12 dan Simfisis diperiksa (discan) selama double-
breath hold. Pasien berada dalam kondisi kantung kemih penuh pada saat pemeriksaan
(scanning). Pemeriksaan (scan) dijalankan dengan collimation 3-mm dengan nada 1.5. Tidak ada
bahan kontras yang digunakan, baik lewat mulut ataupun pembuluh darah.

Seluruh analisis statistik di laksanakan dengan menggunakan SPSS versi 13.0 (SPSS Inc.,
Chicago, IL, USA). Untuk menganalisa apakah ada perubahan pada proporsi pasien yang
menjalani studi pencitraan (imaging study) selama periode penelitian, kami menjalankan sebuah
tes kecenderungan menggunakan analisa regresi logistic dan menggunakan tes chi-square untuk
menentukan perbedaan antara proporsi-proporsi pasien. Nilai p<0.05 dinilai penting secara
statistik dalam seluruh analisis.
Hasil
Usia rata-rata para pasien adalah 45.1014.1 tahun, dan 1.458 pasien (66,9) adalah laki-laki. Dari
380 kunjungan pasien yang di evaluasi pada tahun 2008, NECT di jalankan pada 2 pasien
(0,5%). Pada tahun 2012, total 542 kunjungan telah dievaluasi dan 361 pasien (66.6%) menjalani
NECT (Fig. 1). Diantara para pasien yang studi radiologisnya dijalankan untuk nyeri pinggang
akut, 46.6% didiagnosa dengan batu ureter pada tahun 2008 dan 47.4% didiagnosa pada tahun
2012. Proporsi pasien yang didiagnosa dengan batu ureter tidak berubah dengan signifikan
selama periode penelitian (p=0.971) (Table 1). Garis bawah karakterisik batu ginjal diringkas
pada Table 2. Penyebab lain nyeri pinggang akut adalah Pyelonephritis akut, Pyelonephritis
kronis, Radang usus buntu, tumor ginekologis, penyakit radang panggul, dan pancreatitis (Table
3).

Penggunaan NECT meningkat derastis selama penelitian (p<0.001), sebaliknya ada penurunan
drastic pada penggunaan IVP: 93.7% pasien menjalankan IVP pada tahun 2008 vs. 21.4% pada
tahun 2012 (p<0.001). Sebagain tambahan, ada peningkatan drastic pada penggunaan CT
tradisional: 5,8% pasien menjalankan CT tradisional pada tahun 2008 vs. 12.0% pada tahun 2012
(p=0.001).

Biaya, waktu penelitian, dan paparan radiasi dari IVP, CT tradisional, dan NECT diilustrasikan
pada Table 4. Walaupun NECT menunjukan waktu penelitian yang singkat, IVP
mengindikasikan dosis radiasi yang rendah dan efektivitas biaya yang lebih baik. IVP
menunjukan 81% sensitivitas dan 89% spesifisitas. NECT memiliki 96% sensitivitas dan 99%
spesifisitas. Pada CT tradisional, sensitifitas dan spesifisitasnya berturut-turut adalah 98% dan
100%.

Diskusi
Penelitian kami menunjukan bahwa ada peningkatan drastis dalam penggunaan NECT pada
pasien penderita nyeri pinggang akut antara tahun 2008 dan 2012. Beberapa penelitian juga telah
mendemonstrasikan peningkatan penggunaan CT untuk evaluasi nyeri pinggang akut. Dalam
beberapa tahun terakhir, NECT telah di perkenalkan untuk mengevaluasi nyeri pinggang dan
telah terbukti sebagai modalitas efektif untuk diagnosa batu ginjal. Sensitivitas NECT yang
tercatat dalam mengevaluasi pasien dengan dugaan batu ginjal adalah 97% hingga 98%, dan
spesivisitasnya 96% hingga 100%. NECT menunjukan sensitivitas dan spesifisitas yang lebih
tinggi daripada IVP dalam hal ini, karena seluruh calculi pada saluran kemih bias di identifikasi
oleh NECT. Sebagai tambahan, NECT juga bisa mengevaluasi seberapa parah gangguan pada
saluran kemih

Pada penelitian ini, kami menginvestigasi penggunaan modalitas pencitraan alternatif seperti CT
tradisional dan IVP dan menunjukan bahwa penggunaan CT tradisional telah meningkat dan
penggunaan IVP berkurang secara derastis selama periode penelitian. Dalam setiap tahun antara
tahun 2008 dan 2012, semakin sedikit prosedur IVP di tujukan untuk pasien penderita nyeri
pinggang akut dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Walaupun jumlah prosedur CT
tradisional meningkat secara drastic, kami menganggap hal tersebut tidak berarti karena CT
tradisional dipraktekan hanya sekitar 6% pada kasus-kasus tahun 2008 dan 12% pada tahun
2012. Tambah lagi, jumlah prosedur CT tradisional tidak berubah banyak setelah tahun 2010.

NECT merupakan sebuah modalitas yang sangat berguna untuk beberapa alasan. Dibandingkan
dengan IVP, NECT mempunyai aksesibilitas yang mudah, waktu perolehan pencitraan yang
cepat, kualitas pencitraan terdepan, dan tidak membutukan material kontras. Tidak memakainya
material kontras dapat menghindari resiko reaksi merugikan yang disebabkan material kontras
(contrast-induced adverse reactions), yang terjadi dalam 1% hingga 10% pasien yang menjalani
IVP. Penggunaan NECT bisa mengeliminasi biaya material kontras. Lebih lagi, NECT lebih
dianjurkan dibanding IVP terhadap pasien penderita nyeri pinggang akut yang sudah memiliki
insufisiensi ginjal karena pasien pasien tersebut memiliki kontradiksi terhadap IVP dikarenakan
kemungkinan nephrotoxicity dari material kontras.

Ketepatan IVP dianggap tinggi dalam mendiagnosa gangguan ureter, tetapi ketepatan pastinya
tidak diketahui. Smith dkk melaporkan batu ginjal sebagai penyebab daripada gangguan ureter
mungkin saja tidak bisa didiagnosa melalui IVP terhadap 58% pasien yang telah mengalami
penemuan urografis gangguan ureter sepihak disebabkan oleh ukuran batu yang kecil, kurangnya
kekeruhan ureter, atau rediolusensi pada batu. Lebih lagi, kelebihan urin pada kemih yang
menyebabkan nyeri pinggang akut biasanya tidak bisa didiagnosa dengan IVP. Bagaimanapun,
penelitian kami tidak menunjukan perubahan signifikan dalam diagnosa batu ginjal, yang mana
tetap bertahan stabil pada sekitar 50% kendati meningkatnya penggunaan NECT dan
berkurangnya penggunaan IVP selama penelitian. Hasil ini menunjukan bahwa meningkatnya
penggunaan NECT tidak terkait langsung dalam peningkatan diagnose batu ginjal.

Kerugian yang mungkin terjadi pada NECT adalah pada biaya dan paparan radiasi. Meskipun
biaya keuangan bervariasi pada berbagai institusi, banyak instiusi memberi biaya lebih ringan
untuk scan CT yang dijalankan tanpa kontras, dan biaya NECT sepadan dibandingkan dengan
IVP. Biaya sebenarnya untuk NECT pada institusi kami tercatat 40% lebih besar daripada biaya
untuk IVP, tetapi kami percaya bahwa lebih tingginya biaya NECT sepadan dengan
meningkatnya keakuratan, waktu penilitian yang sigkat, dan kegunaan dalam menilai penyebab
kelebihan urin. Remer dkk membandingkan CT helical dengan radiografi polos terkombinasi dan
ultrasonografi pada pasien setelah gelombang kejut lithotripsy dari luar (extracorporeal shock
wave lithotripsy). Waktu rata-rata mereka untuk scan CT adalah 15.3 menit, dibandingkan
dengan 37.2 menit untuk radiografi polos terkombinasi dan sonografi. Biaya teknis langsung
mereka untuk CT helical adalah $36.86, dibandingkan dengan $57.60 untuk radiografi polos
terkombinasi dan ultrasonografi, sebagaimana dihitung dengan system perhitungan biaya (cost
accounting system). Para penulis itu berpendapat bahwa biaya untuk peralatan CT adalah empat
kali lipat lebih besar daripada peralatan untuk IVP, tetapi waktu kamar untuk city adalah
sepertiganya IVP.

Ada kekhawatiran terhadap peningkatan resiko kanker yang didapat dari paparan radiasi yang
terkait dengan pencitraan medis dan CT. Pasien dengan batu ginjal mengalami peningkatan
resiko terhadap paparan radiasi berlebihan disebabkan sifat penyakit yang sering kambuh dan
hasil dari eksaminasi radiografis yang berulang-ulang. Ferrandino dkk melaporkan hingga 20%
dari jumlah pasien penderita batu ginjal melebihi batas aman tahunan terhadap paparan radiasi.
Hasilnya, protocol CT dosis rendah, yang mana mengurangi paparan radiasi terhadap pasien,
telah dikembangkan.

Penelitian kami memiliki beberapa keterbatasan. Penelitian ini telah retrospektif pada dasarnya
dan ukuran populasi penelitian lebih kecil dari penelitian multicenter yang belum lama ini
dilaporkan karena kami mengumpulkan pengalaman sendiri terhadap penyakit ini. Lebih lagi,
data tersebut tidak menyertakan informasi terhadapan perawatan atau hasil-hasil klinikal, yang
mana berguna untuk memahami bagaimana pola diagnose dan perawatan mungkin terkait, dan
periode penindak lanjutan mungkin tidak cukup panjang. Juga, pasien-pasien pada penelitian ini
hanya menjalani IVP, CT tradisional atau NECT. Penelitian lebih lanjut mungkin di butuhkan
untuk menyelidiki sampel yang mana seluruh pasien menjalani penelitian NECT juga IVP untuk
menentukan ketepatan IVP pada populasi ini.

Kesimpulan
Ada sebuah peningkatan drastic pada penggunaan NECT untuk evaluasi nyeri pinggang akut
antara tahun 2008 dan 2012. Sesitifitas daripada IVP, CT tradisional, dan NECT berturut-turut
adalah 81%, 98%, dan 96%. Ditambah, spesifisitasnya berturut-turut adalah 89%, 99%, dan
100%. Hasil-hasil ini menunjukan bahwa NECT dianggap sebagai modalitas pencitraan untuk
evaluasi nyeri pinggang akut, walaupun tidak ada perubahan signifikan pada proporsi diagnosa
batu ginjal selama durasi penelitian. Sebagain tambahan, NECT bisa mengevaluasi pasien
dengan tingkat kreantinin yang tinggi, reaksi merugikan terhadap material kontras, dan
insuffisiensi ginjal yang sudah ada. Oleh karena itu, NECT bisa menjadi pilihan evaluasi untuk
pasien pasien penderita batu ginjal. IVP bisa digunakan sebagai pengganti untuk NECT ketika
pasien membutuhkan sejumlah eksaminasi ulang dikarenakan paparan radiasi rendah miliknya
dibandingkan dengan NECT.

*Catatan
Keterangan:
Fig. 1
Perubahan tren dalam penggunaan pencitraan pada pasien-pasien penderita nyeri pinggang akut.
Garis berlian melambangkan Intravenous Pyelogram (IVP). Persegi melambangkan non-
contrast-enhanced computed tomography (NECT). Segitiga melambangkan Computed
tomography tradisional (CT). Tanda kali melambangkan diagnosa radiologis (Dx).

Table 1
Pasien-pasian yang didiagnosa dengan batu ginjal selama periode penelitian.

Table 2
Garis dasar karakteristik batu ginjal selama periode penelitian.

Table 3
Penyebab-penyebab nyeri pinggang akut yang lain.

Anda mungkin juga menyukai