Puji syukur kehadirat Allah SWT disampaikan karena berkat karunia-Nya jualah
maka Laporan Akhir ini dapat diselesaikan.
Laporan Akhir ini kami sampaikan sebagai laporan ke empat dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran, pada
Satuan Kerja Pengembangan Lalu Lintas dan Angkutan Perkotaan, Direktorat
Bina Sistem Transportasi Perkotaan, Direktorat J enderal Perhubungan Darat,
Departemen Perhubungan.
Laporan ini memuat antara lain : pendahuluan, pendekatan dan metodologi,
kebijakan perparkiran, standar kebutuhan parkir, desain parkir di badan jalan,
fasilitas parkir di luar milik jalan, perizinan pengawasan dan pemeliharaan
parkir dan penutup.
Lampiran merupakan keluaran dari laporan ini berupa draft peraturan menteri
tentang pedoman pelayanan perpakiran.
Demikian semoga dapat bermanfaat dan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
J akarta, Desember 2009
PT. QORINA KONSULTAN INDONESIA
D
I
T
.
B
S
T
P
Bab
Pendahuluan
1.1. LATAR BELAKANG
Setiap perjalanan yang menggunakan kendaraan akan diawali dan diakhiri di
tempat parkir, baik itu berupa garasi mobil, pelataran parkir ataupun ruang
parkir gedung dan taman parkir
Dewasa ini pembangunan pusat kegiatan pada kota-kota sangat pesat
sehingga menimbulkan tarikan perjalanan yang tinggi dan tentunya
berdampak pada kebutuhan ruang parkir yang nyaman dan aman. Untuk
memberikan kenyamanan dan keamanan kepada pengguna fasilitas parkir
untuk umum, diperlukan suatu standar pelayanan Perpakiran yang dapat
dipergunakan oleh Pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap
penyediaan fasilitas parkir yang disediakan oleh masyarakat, swasta maupun
pemerintah daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor: 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota: Lampiran I huruf G Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang
Perhubungan, angka 21: bahwa Pemerintah bertanggung jawab menyusun dan
menetapkan Pedoman Persyaratan Teknis, Tata Cara, Penentuan Lokasi,
Rancang Bangun dan Pengoperasian Fasilitas Parkir Untuk Umum.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 43 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, Direktorat J enderal
Perhubungan Darat dalam hal ini Direktorat Bina Sistem Transportasi
Perkotaan (Dit.BSTP) mempunyai fungsi dalam penyiapan penyusunan
standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang lalu lintas
1
2
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Pendahuluan 1 - 2
perkotaan umumnya, khususnya dibidang Perpakiran.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka Direktorat Bina Sistem Transportasi
Perkotaan (Dit. BSTP) Direktorat J enderal Perhubungan Darat melakukan
kegiatan PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN PERPAKIRAN yang sangat
dibutuhkan untuk oleh Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tugas dibidang
lalu lintas jalan di perkotaan maupun instansi lain yang berkenaan dengan
masalah Perpakiran.
Adapun dasar hukum yang melandasi kegiatan ini adalah Undang-Undang
Nomor: 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan J alan dan
Peraturan Pemerintah Nomor: 43 tahun 1994 tentang Prasarana Lalu Lintas.
1.2. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
Kegiatan yang dilaksanakan dalam studi Penyusunan Standar Pelayanan
Perpakiran adalah sebagai berikut
a. Melakukan studi referensi dan pengumpulan bahan yang berkaitan
dengan Kebijakan Perpakiran yang digunakan di negara lain;
b. Melkukan evaluasi terhadap pedoman Perpakiran yang sudah ada (yang
dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan dan instansi lain);
c. Menyusun Kebijakan Perpakiran untuk parkir on street maupun off
street meliputi penyediaan dan pembatasan Perpakiran yang
terintegrasi dengan Kebijakan penyusunan dan manajemen sistem
transportasi;
d. Kegiatan penyediaan parkir yang terdiri dari persyaratan-persyaratan
teknis dasar (lokasi parkir, ukuran, gradien, daerah bebas manuver
kendaraan, tanjakan, ketinggian lantai parkir, ketersediaan fasilitas
pendukung (rambu, marka, papan tarif) dan lain-lain) dengan
mempertimbangkan aspek keselamatan dan keamanan;
e. Melakukan simulasi manajemen pembatasan Perpakiran terhadap
kinerja transportasi secara keseluruhan seperti:
zoning system (berdasarkan area),
pembatasan waktu (berdasarkan jam sibuk),
ruang parkir (berdasarkan dimensi ruang parkir).
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Pendahuluan 1 - 3
f. Merencanakan implementasi Kebijakan Perpakiran pada kota Surakarta
- J awa Tengah.
Selanjutnya agar kegiatan pada pekerjaan ini menjadi lebih terarah, maka
diadakan pembatasan kegiatan, yaitu :
a. Kegiatan memfokuskan pada kebijakan parkir yang terdiri dari kegiatan
penyediaan dan pembatasan Perpakiran.
b. Kegiatan lain dari studi ini adalah memperbaharui pedoman standar
Perpakiran di ruas jalan (on street parking) dan parkir di luar badan
jalan (off street parking) yang meliputi persyaratan-persyaratan teknis
dasar (lokasi parkir, ukuran, gradien, daerah bebas manuver
kendaraan, tanjakan, ketinggian lantai parkir, ketersediaan fasilitas
pendukung (rambu, marka, papan tarif) dan lain-lain) dengan
mempertimbangkan aspek keselamatan dan keamanan.
c. Parkir di ruas badan jalan meliputi jenis jenis parkir di ruas badan jalan
yang diperbolehkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
d. Parkir di luar badan jalan meliputi parkir umum yang berada di taman
parkir, gedung parkir dan tempat-tempat lain yang diperbolehkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
e. Merencanakan penerapan kebijakan implementasi pada studi kasus.
f. Pengoperasian fasilitas parkir untuk umum dalam hal ini memuat lembaga
pengelola, tata cara pengaturan, tatacara penentuan tarif parkir dan hal-
hal lain yang diperbolehkan berdasarkan perundang-undangan.
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari kegiatan Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
adalah sebagai berikut
1. Maksud kegiatan ini adalah sebagai berikut
Maksud dari pekerjaan Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran adalah
menyusun kebijakan Perpakiran yang dapat digunakan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota untuk menjalankan tugas dibidang
penyelenggaraan parkir untuk umum.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Pendahuluan 1 - 4
2. Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut
a. Menyusun Kebijakan Perpakiran dan Standar Pelayanan Perpakiran yang
terdiri dari kegiatan perencanaan (penyediaan parkir on street dan off
street) dan kegiatan manajemen Perpakiran (pembatasan parkir)
dengan rencana implementasi pada daerah contoh.
b. Melakukan studi literatur berkaitan dengan penyelenggaraan Perpakiran
yang ada dibeberapa negara lain yang relevan dengan kondisi di
Indonesia.
c. Melakukan evaluasi terhadap pedoman Perpakiran yang ada saat ini, baik
yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan maupun intansi lain.
1.4. INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN
Indikator keluaran dan keluaran kegiatan Penyusunan Standar Pelayanan
Perpakiran adalah sebagai berikut
1. Indikator Keluaran (Kualitatif)
Tersedianya Kebijakan Perpakiran dan Standar Pelayanan Perpakiran yang
terdiri dari kegiatan perencanaan (penyediaan parkir on street dan off
street) dan kegiatan manajemen Perpakiran (pembatasan parkir).
2. Keluaran (Kuantitatif)
Beberapa keluaran yang diharapkan dalam kajian ini adalah:
a. Terinventarisasikan kekurangan dari Pedoman Perpakiran yang ada saat
ini, baik yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan maupun
instansi lain.
b. Terinventarisasikan permasalahan-permasalahan yang ada di lapangan
yang berkaitan dengan penyelenggaraan Perpakiran yang belum
tertampung dalam Pedoman Perpakiran.
c. Terkumpulnya Kebijakan Perpakiran dan Standar Pelayanan Perpakiran
yang ada di beberapa negara yang secara teknis dan non teknis
memungkinkan untuk diterapkan di Indonesia.
d. Tersedianya Kebijakan Perpakiran dan Standar Pelayanan Perpakiran
yang telah mempertimbangkan hal-hal sebagaimana huruf a, b dan c di
atas.
D
I
T
.
B
S
T
P
Pendekatan dan Metodologi 2 - 1
Bab
Pendekatan dan
Metodologi
2.1. PENGERTIAN
Penyusunan standar pelayanan Perpakiran diperlukan agar dapat dipergunakan oleh
Pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap penyediaan fasilitas parkir yang
disediakan oleh masyarakat, swasta maupun pemerintah daerah. Diharapkan dengan
adanya standar pelayanan ini akan memberikan fasilitas parkir yang nyaman dan aman
kepada para pengguna fasilitas parkir.
Agar maksud dan tujuan tercapai serta menghasilkan keluaran yang diharapkan,
diperlukan suatu metodologi pendekatan dalam melaksanakan pekerjaan. Secara umum
metode pendekatan yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan adalah dengan
membagi pekerjaan menjadi empat tahapan utama, yaitu :
1. Tahap Pendahuluan
2. Tahap Pengumpulan Data
3. Tahap Analisis dan Usulan
4. Tahap Finalisasi
Metodologi pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini
disajikan pada Gambar 2.1.
2
2
D
I
T
.
B
S
T
P
Pendekatan dan Metodologi 2 - 2
Gambar 2.1. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Pengumpulan Data: Identifikasi, pengolahan dan
Analisa Data:
Analisa Standar
Pelayanan Parkir:
Draft Konsep Standar
Pelayanan Perpakiran
Konsep Standar
Pelayanan Perpakiran
2. Data Primer:
a. volume lalu lintas
b. demand dan supply parkir
on street dan off street
c. tata guna lahan
d. geometric jalan
e. dimensi parkir
1. Data Sekunder:
a. Peraturan parkir yang ada
b. Referensi yang terkait
c. Kebijakan Negara lain
1. Analisa permasalahan
1. Identifikasi permasalahan
2. Kebutuhan peraturan parkir
3. Kebijakan perparkiran on street
dan off street
4. Penentuan Benchmark
kebijakan parkir on street dan off
street.
1. Analisa dan
Penyusunan Standar
Pelayanan Perparkiran
2. Diskusi dengan
pemberi tugas
Draft Konsep Standar
Pelayanan Perparkiran
Konsep Standar
Pelayanan Perparkiran
Rencana Penerapan
Kebijakan Perparkiran
Pada Daerah Contoh
D
I
T
.
B
S
T
P
Pendekatan dan Metodologi 2 - 3
2.1. TAHAPAN KEGIATAN
2.1.1. Tahap pendahuluan
Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam tahap pendahuluan merupakan kegiatan
yang harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan pengumpulan
data yang menjadi dasar dalam melakukan pekerjaan selanjutnya
Mobilisasi Personil
Mobilisasi personil yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan seperti
tercantum dalam jadwal penugasan tenaga ahli.
Pemantapan Metodologi
Pemantapan metodologi dimaksudkan untuk mempertajam metodologi yang
disampaikan dalam Kerangka Acuan Kerja. serta dilengkapi dengan rencana kerja
yang lebih operasional.
Penyiapan Program Kerja
Setelah penajaman metodologi selanjutnya adalah melengkapi dengan rencana
kerja yang lebih operasional.
Pengumpulan Data Awal
Pengumpulan data awal yang dimaksud adalah melakukan pengumpulan informasi
yang relevan yang nantinya akan digunakan sebagai dasar dalam melakukan tahap
pengumpulan data yang sebenarnya baik data sekunder maupun data primer.
Perumusan Masalah
Berdasarkan data awal yang diperoleh dilakukan perumusan masalah yang
berkenaan dengan parkir baik itu yang menyangkut pedoman teknis maupun
kebijakan.
Penyiapan Survey
Meliputi kegiatan penyusunan daftar kebutuhan data, survey pendahuluan dan
rencana survey lapangan. Kegiatan survey pendahuluan diperlukan dalam rangka
mengetahui fakta-fakta di lapangan baik pada parkir on street maupun parkir off
D
I
T
.
B
S
T
P
Pendekatan dan Metodologi 2 - 4
street sebelum menentukan lokasi survey yang tepat dan menyusun rencana
survey.
Penyiapan Laporan Pendahuluan
Seluruh kegiatan di atas akan disusun ke dalam Laporan Pendahuluan
2.1.2. Tahap Pengumpulan Data
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut :
Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan adalah :
Pedoman tentang parkir yang telah dikeluarkan oleh Departemen
Perhubungan atau instansi lain terkait serta studi referensi tentang parkir
dari negara lain.
Kebijakan-kebijakan mengenai parkir yang ada di Indonesia
Kebijakan-kebijakan parkir di negara lain yang relevan sebagai bahan
perbandingan
Disamping data sekunder yang bersifat umum berupa pedoman dan kebijakan,
diperlukan juga data sekunder yang berkitan dengan lokasi survey parkir yang
meliputi:
Lokasi-lokasi parkir di badan jalan (on-street) maupun di luar badan jalan
(off-street)
Data inventarisasi jaringan jalan
Kapasitas parkir
Tarif parkir
Tata guna lahan di sekitar lokasi parkir
Sistem kelembagaan perparkiran
J umlah PAD dari sektor perparkiran
Data sekunder terkait peruntukan lahan (jumlah karyawan, luas gedung,
jumlah mahasiswa/pelajar, dan lain-lain)
Permasalahan perparkiran yang ada di lapangan
D
I
T
.
B
S
T
P
Pendekatan dan Metodologi 2 - 5
Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan berupa survey pada parkir di badan jalan (on
street parking) dan parkir di luar badan jalan (off street parking)
Tujuan survey ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang pola permintaan
parkir. Informasi yang didapat biasanya diperlukan dalam perencanaan fasilitas
parkir, penentuan tarif parkir atau pengaturan parkir yang sudah ada.
Metode survey
Metode survey parkir yang dilakukan terdiri dari dua macam, yaitu :
a. Survey pada tempat parkir dengan titik akses terbatas
Biasanya tempat parkir yang demikian berada di luar badan jalan (off street
parking). Survey dilakukan dengan cara mencatat nomor kendaraan yang
masuk /keluar tempat parkir. Pencatatan dapat dilakukan dengan cara
manual, data logger atau tape recorder.
b. Survey pada tempat parkir dengan titik akses tidak terbatas
Survey biasanya dilakukan pada parkir di badan jalan. Wilayah survey yang
diamati dibagi dalam beberapa zona dan setiap zona diamati oleh seorang
enumerator. Enumerator tersebut berjalan berkeliling dan mencatat nomor
kendaraan yang sedang parkir. Hal ini dilakukan setiap interval waktu
tertentu, misalnya 15 menit, 30 menit atau 1 jam. Pencatatan dilakukan
secara manual (mencatat nomor kendaraan pada saat pertama kali terlihat
dan memberi tanda bila terlihat pada interval waktu berikutnya.
Jenis Survei
J enis survey yang dilakukan untuk studi ini diantaranya meliputi:
1. Survei Parkir
Survei parkir dilakukan untuk menentukan karakteristik sistem parkir di suatu
tempat baik di badan jalan (on-street) maupun di luar badan jalan (off-street).
Beberapa informasi yang akan dihasilkan dari survey parkir ini adalah sebagai
berikut:
a. Durasi parkir
b. Akumulasi parkir
D
I
T
.
B
S
T
P
Pendekatan dan Metodologi 2 - 6
c. Parking turn-over dan occupancy rate
d. Indeks parkir
Formulir yang digunakan untuk survey parkir adalah seperti ditunjukkan pada
Gambar di bawah ini.
Survey di luar badan jalan dilakukan pada lokasi-lokasi yang mempunyai
peruntukan:
a. Pusat perdagangan
b. Pusat perkantoran
c. Pasar swalayan
d. Sekolah/perguruan tinggi
e. Tempat rekreasi
f. Hotel
g. Rumah sakit
2. Survei Volume Lalu Lintas
Tujuan utama dari survey volume lalu lintas adalah untuk mengumpulkan data
dasar yang berkaitan dengan volume dan karakteristik lalu lintas pada koridor
utama transportasi di wilayah yang akan distudi. Survey volume lalu lintas
dilakukan pada lokasi yang sama dengan survey parkir.
J enis kendaraan yang akan disurvei meliputi:
a. Sepeda motor
b. Mobil penumpang
c. Angkutan Kota (Angkot)
d. Pick-Up
e. Bus sedang
f. Bus besar
g. Truk
h. Truk Besar
i. Truk 3 sumbu
j. Truk gandeng, trailer
Formulir yang digunakan untuk survey volume lalu lintasr adalah seperti
ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.
D
I
T
.
B
S
T
P
Pendekatan dan Metodologi 2 - 7
3. Survei Kecepatan Tempuh Kendaraan
Survey ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kecepatan tempuh
rata-rata kendaraan (travel speed) pada lokasi dimana dilakukan survey parkir.
Formulir yang digunakan untuk survey kecepatan tempuh kendaraan adalah
seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.
4. Survei Geometrik Jalan
Survei geometric jalan dilakukan untuk mendapatkan data umum mengenai
kondisi jalan dan persimpangan yang terdapat di wilayah studi. Data survai ini
akan digunakan untuk melakukan analisis terhadap kapasitas sistem jaringan
jalan yang ada di lokasi studi.
Survai inventarisasi kondisi geometric jalan yang akan dilakukan meliputi
pencatatan terhadap:
Lebar perkerasan jalan yang ada (m)
J enis dan kondisi perkerasan jalan
J umlah lajur
Lebar bahu jalan (m)
Pemanfaatan bahu jalan
Lebar trotoar (m)
Lebar median (m)
D
I
T
.
B
S
T
P
Pendekatan dan Metodologi 2 - 8
Lokasi Survei :. Tanggal Survei :
Ruas Jalan :. Surveyor : ..
Arah dari ke..
Waktu Plat Nomor Kendaraan Jenis Kendaraan Masuk/Keluar Kondisi Cuaca
Jenis Kendaraan : Kondisi Cuaca :
1. Mobil Penumpang 1. Cerah
2. Taksi 2. Mendung
3. Sepeda Motor 3. Hujan
4. Lainnya
SURVEI PARKIR
Gambar 2.2. Formulir Survei Parkir
Hari : Jam Berangkat :
Tanggal : Jam Selesai :
No. & Rute : Cuaca :
Arah dari : Nama Surveyor :
Arah Ke :
Keterangan
Lalu-lintas: L = lancar, S = sedang, T = macet
Nomor
Kontrol
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
(Nama Simpang)
Waktu
Kumulatif
Jarak dari
(dalam detik)
Keterangan Titik Awal
(x 100 m)
SURVAI WAKTU TEMPUH
Titik Kontrol
Gambar 2.3. Formulir Survei Waktu Tempuh Kendaraan
D
I
T
.
B
S
T
P
Pendekatan dan Metodologi 2 - 9
Gambar 2.4. Formulir Survei Lalu Lintas
D
I
T
.
B
S
T
P
Kompilasi dan Analisis Awal
Setelah data-data survey diperoleh maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan
kompilasi data dan analisis awal terhadap data yang diperoleh.
Penyusunan Laporan Sementara
Hasil pengumpulan data dan kompilasi data disampaikan dalam Laporan Sementara.
2.1.3. Tahap Analisis Dan Usulan
Tahap analisis dan usulan merupakan inti dari pekerjaan Penyusunan Standar Perpakiran
dimana di dalamya terdapat serangkaian kegiatan yang akan dilakukan, yaitu :
Identifikasi Permasalahan
Setelah data sekunder dan data primer diperoleh maka kegiatan selanjutnya adalah
melakukan identifikasi permasalahan yang ada.
Analisis Hasil Survai Lapangan
Hasil survey lapangan selanjutnya dilakukan analisis lebih dalam guna mendapatkan
parameter-parameter yang digunakan dalam perencanaan fasilitas parkir.
Evaluasi Terhadap Pedoman Yang Ada Di Indonesia
Setelah pedoman-pedoman parkir yang ada di Indonesia terinventarisir maka dilakukan
evaluasi terhadap substansi yang ada di dalamnya untuk mengetahui efektivitas
penerapan pedoman tersebut.
Kajian Terhadap Referensi Yang Ada di Negara Lain
Pada tahapan ini dilakukan kajian terhadap referensi berupa kebijakan tentang parkir di
negara lain yang relevan untuk dapat diterapkan di Indonesia.
Penyusunan Outline Standar Pelayanan Perpakiran dan rencana muatan
substansi / kebijakan Perpakiran
Setelah dilakukan analisis terhadap hasil survey, evaluasi pedoman dan kajian referensi
dari negara lain, maka disusunlah outline Standar Pelayanan Perpakiran dan rencana
muatan substansi / kebijakan Perpakiran.
Penyusunan Konsep Standar Pelayanan Perpakiran, Kebijakan Perpakiran
Apabila usulan outline di atas telah setujui maka kegiatan selanjutnya adalah menyusun
Konsep Standar Pelayanan Perpakiran, Kebijakan Perpakiran.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Pendekatan dan Metodologi 2 - 11
Draft perencanaan implementasi Kebijakan Perpakiran pada Lokasi Contoh
Setelah kebijakan tentang Perpakiran tersusun maka kegiatan selanjutnya adalah
menyusun draft perencanaan implementasi dari Kebijakan Perpakiran pada Lokasi Contoh
dalam hal ini yang menjadi tempat kegiatan percontohan adalah Kota Surakarta-J awa
Tengah.
Penyusunan Konsep Laporan Akhir
Semua hasil yang diperoleh pada tahap analisis dan usulan akan disajikan dalam bentuk
Konsep Laporan Akhir pada akhir bulan ke-5.
2.1.4. Tahap Finalisasi
Tahap finalisasi penyelesaian yang meliputi kegiatan-kegiatan :
- Penyempurnaan Standar Pelayanan Perpakiran dan Kebijakan Perpakiran setelah
melalui diskusi dengan pemberi tugas
- Perencanaan implementasi Kebijakan Perpakiran pada Lokasi Contoh (Kota
Surakarta - J awa Tengah)
- Penyusunan Laporan Akhir
Dari pekerjaan Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran akan diperoleh :
1. Kebijakan Perpakiran
2. Standar Pelayanan Perpakiran
3. Perencanaan Implementasi Kebijakan Perpakiran pada Kota Surakarta J awa
Tengah
Dalam bentuk bagan konsultan menyusun metodologi pendekatan seperti disajikan pada
Gambar 2.1.
2.2. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
2.2.1. Satuan Ruang Parkir (SRP)
Satuan Ruang Parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif yang digunakan untuk mengukur
kebutuhan ruang parkir bagi kendaraan sehingga merasa aman dan nyaman dengan
seefisien mungkin.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Pendekatan dan Metodologi 2 - 12
1. Dimensi Kendaraan Standar
Penentuan kendaraan standar perlu dilakukan karena hasil survei di lapangan
menunjukkan ketidakseragaman ukuran kendaraan. Dalam penelitian ini diambil
kendaraan standar yaitu kendaraan yang berasal dari J epang. Dimensi kendaraan
dari J epang tidak jauh beda dengan dimensi kendaraan yang digunakan NAASRA
maupun Bina Marga. Ditetapkan kendaraan penumpang standar dengan dimensi
4,70 x 1,70 m.
2. Ruang Bebas Kendaraan Parkir
Ruang bebas ini diberikan agar tidak terjadi benturan antara pintu kendaraan dan
kendaraan yang parkir di sampingnya pada saat penumpang turun dari kendaraan.
Ruang bebas arah memanjang diberikan di depan kendaraan untuk menghindari
benturan dengan dinding atau dengan kendaraan yang lewat jalur gang (aisle).
J arak bebas arah lateral diambil sebesar 5 cm dan jarak bebas arah longitudinal
sebesar 30 cm, dengan perincian 10 cm bagian depan dan 20 cm bagian belakang
kendaraan.
3. Lebar Bukaan Pintu
Menurut Direktorat J enderal Perhubungan Darat, ukuran lebar bukaan pintu
merupakan fungsi karakteristik pemakai kendaraan yang memanfaatkan fasilitas
parkir.
Satuan Ruang Parkir (SRP) yang ditempati oleh tiga jenis kendaraan yaitu mobil
penumpang, bus/truk, dan sepeda motor dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1. Satuan Ruang Parkir (SRP)
No. Nama Jenis Kendaraan SRP (m
2
)
1. a. Mobil penumpang golongan I
b. Mobil penumpang golongan II
c. Mobil penumpang golongan III
2,30 x 5,00
2,50 x 5,00
3,00 x 5,00
2. Bus / truk 3,4 x 12,5
3. Sepeda Motor 0,75 x 2,00
Sumber : Direktorat J enderal Perhubungan Darat, 1996
2.2.3. Analisis kebutuhan parkir
Analisis kebutuhan parkir dilakukan dengan memperhatikan berbagai faktor yang
mempengaruhi, yaitu sebagai berikut:
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Pendekatan dan Metodologi 2 - 13
1. Pertumbuhan penduduk dan jumlah kendaraan bermotor
2. Kecenderungan pertumbuhan kawasan bisnis atau komersil.
3. Kebijakan umum yang menyangkut penyediaan parkir, transit umum dan struktur
tarif parkir.
Bagan alir dalam melakukan analisa kebutuhan parkir disajikan dalam Gambar 2.2.
Gambar 2.5. Analisis dan Penyusunan Konsep Standar Pelayanan Perpakiran
Dalam melakukan analisa kebutuhan parkir dilakukan berbagai perhitungan dari data
yang diperoleh, yaitu:
a. Akumulasi Parkir
Informasi ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui jumlah kendaraan yang sedang
berada pada suatu lahan parkir pada selang waktu tertentu. Informasi ini dapat
Persediaan
parkir saat ini
Penggunaan
parkir saat ini
Kebijakan kendali
di jalan
Tempat yang
tersedia dan
kebijakan parkir
Perencanaan
untuk
pengembangan
parkir baru
Persediaan parkir
yang diharapkan
Keseimbangan
mendatang
(kemungkinan tidak
mendapat parkir)
Perlunya parkir
tambahan
dan kebijakan
pendukung
Kebutuhan perjalanan
perkotaan
Tingkat kedatangan
pada durasi parkir
Kebutuhan parkir
mendatang
Penyusunan Konsep
Standar Pelayanan
Perpakiran
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Pendekatan dan Metodologi 2 - 14
diperoleh dengan cara menjumlahkan kendaraan yang telah menggunakan lahan
parkir ditambah dengan kendaraan yang masuk serta dikurangi dengan kendaraan
yang keluar.
Akumulasi parkir kendaraan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Akumulasi = Ei Ex + X
Ei = Entry = kendaraan yang masuk lokasi parkir
Ex = Exit = kendaraan yang keluar lokasi parkir
X = jumlah kendaraan yang telah parkir sebelum pengamatan
b. Durasi Parkir
Informasi ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui lama suatu kendaraan parkir.
Informasi ini diperoleh dengan cara mengamati waktu kendaraan masuk dan waktu
kendaraan tersebut keluar. Selisih dari waktu tersebut adalah durasi parkir.
Durasi parkir dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Durasi = Extime Entime
Extime = jumlah waktu kendaraan yang keluar dari lokasi parkir
Entime = jumlah waktu kendaraan yang masuk ke lokasi parkir
c. Volume Parkir
J umlah kendaraan yang telah menggunakan ruang parkir pada suatu lahan parkir
tertentu dalam satuan waktu tertentu (biasanya per hari).
Volume parkir dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Volume = Ei + X
Ei = Kendaraan yang masuk ke dalam lokasi parkir
X = Kendaraan yang sudah ada sebelum pengamatan
d. Tingkat pergantian (parking turn-over) dan tingkat penggunaan
(occupancy rate)
Tingkat pergantian diperoleh dari jumlah kendaraan yang telah memanfaatkan
lahan parkir pada selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia.
Sedangkan tingkat penggunaan diperoleh dari akumulasi kendaraan pada selang
waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan dengan 100%.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Pendekatan dan Metodologi 2 - 15
Parking Turnover menunjukkan tingkat penggunaan ruang parkir, dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Turnover = Volume Parkir .
Ruang parkir yang tersedia
e. Indeks Parkir
Merupakan persentase dari akumulasi jumlah kendaraan pada selang waktu
tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan 100%.
Indeks parkir dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Indeks parkir = Akumulasi parkir . x 100 %
Luas ruas parkir yang tersedia
f. Kapasitas Parkir
Banyaknya kendaraan yang dapat dilayani oleh suatu lahan parkir selama waktu
pelayanan.
g. Searching Time Kendaraan
Sct = Ei Ti
Sct = searching time
Ei = waktu kendaraan masuk ruang parkir
Ti = waktu kendaraan masuk gate utama
h. Rata-Rata Durasi Parkir
D = di
N
D = rata-rata durasi N = jumlah kendaraan yang parkir
di = durasi parkir kendaraan ke-i
i. Kebutuhan Ruang Parkir Dengan Rumus Pendekatan (Z)
Z = Y x D
T
Z = ruang parkir yang dibutuhkan
D = rata-rata durasi (jam)
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Pendekatan dan Metodologi 2 - 16
Y = jumlah kendaraan yang parkir dalam suatu pengamatan
T = lama survei dilaksanakan (jam)
j. Kebutuhan Ruang Parkir Dengan Cara Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat
Pada Laporan Akhir Studi Kriteria Perancangan dan Kebutuhan Ruang Parkir Pada
Pusat-pusat Kegiatan (Ditjendat 1992), besarnya ruang parkir dapat dihitung dengan
rumus :
KRP = F1 x F2 x VPH
KRP = kebutuhan ruang parkir untuk tiap jenis kendaraan (SRP)
F1 = faktor akumulasi
F2 = faktor fluktuasi
VPH = volume parkir harian (pada suatu pengamatan)
Faktor akumulasi (F1) adalah nilai (faktor angka) yang diambil dari jumlah akumulasi
kendaraan dalam suatu pengamatan. Nilai faktor akumulasi di dapat dari nilai rata-
rata prosentase akumulasi maksimum.
Faktor fluktuasi (F2) adalah nilai (faktor angka) yang disediakan berupa range angka
yang dipengaruhi oleh perubahan (naik turunnya) kepadatan kendaraan yang
menempati suatu ruang parkir. Nilai faktor fluktuasi kendaraan bernilai antara 1.1
sampai 1.25 tergantung karakteristik pusat kegiatan kriteria pemakainya.
Karakteristik pusat kegiatan yang dimaksud adalah padat atau tidaknya pusat
kegiatan. Untuk pusat kegiatan yang padat (sibuk) atau pada saat hari yang padat
(sibuk) seperti hari libur, diambil nilai faktor fluktuasi maksimum sebesar 1,25. Nilai
faktor fluktuasi disesuaikan dengan perubahan (naik turunnya) kepadatan kendaraan
di pusat kegiatan tersebut.
2.3. PELAPORAN
Untuk melaksanakan pekerjaan Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran, ada
empat tahapan tahapan yang akan dilaksanakan oleh konsultan, yaitu Tahap
Pendahuluan, Tahap Pengumpulan Data dan Analisa, Tahap Analisis dan Usulan serta
Tahap Finalisasi. Dalam setiap tahapan, terdapat sejumlah rencana kerja yang lebih teknis
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Pendekatan dan Metodologi 2 - 17
dan rinci yang akan dilaksanakan sebagai suatu proses yang satu dengan lainnya saling
terkait dan menerus hingga mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan dalam
kegiatan ini. Keempat tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut :
2.3.1 Laporan pendahuluan
Pada tahapan pendahuluan, rincian kegiatan yang akan dilaksanakan adalah
menyelesaikan serangkaian kegiatan dalam kurun waktu 3 minggu masa penugasan
seperti yang disampaikan berikut ini :
1. Mobilisasi Personil
2. Pemantapan Metodologi
3. Penyiapan Program Kerja
4. Pengumpulan Data Awal
5. Perumusan Masalah
6. Penyiapan Survey
7. Penyiapan Laporan Pendahuluan
Hasil Kegiatan dari 1 hingga 7 akan dirangkum dan disampaikan dalam Laporan
Pendahuluan.
2.3.2 Laporan Antara
Pada tahap pengumpulan data dan analisa, terdapat kegiatan yang akan dilaksanakan
dan diselesaikan dalam waktu 2 bulan setelah penyelesaian Laporan Pendahuluan.
Kegiatan-kegiatan tersebut adalah dikemukakan sebagai berikut :
1. Survey Pendahuluan
2. Pengumpulan Data Sekunder berupa inventarisasi pedoman parkir yang ada di
Indonesia serta studi referensi dari negara lain
3. Pengumpulan Data Primer berupa survey parkir on street / off street
4. Kompilasi dan Analisis Awal
5. Penyusunan Laporan Sementara
Hasil Kegiatan dari 1 hingga 4 di atas akan dirangkum dan disampaikan dalam Laporan
Antara pada akhir bulan ke 3 masa penugasan.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Pendekatan dan Metodologi 2 - 18
2.3.3 Konsep laporan akhir
Pada pekerjaan tahap analisis dan usulan, terdapat serangkaian kegiatan yang harus
diselesaikan dalam waktu 2 bulan setelah penyampaian Laporan Sementara. Kegiatan
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi Permasalahan
2. Analisis Hasil Survai Lapangan
3. Evaluasi terhadap pedoman yang ada di Indonesia
4. Kajian terhadap referensi yang ada di negara lain
5. Penyusunan Outline Standar Pelayanan Perpakiran dan rencana muatan substansi /
kebijakan Perpakiran
6. Penyusunan Konsep Standar Pelayanan Perpakiran, Kebijakan Perpakiran
7. Draft perencanaan implementasi Kebijakan Perpakiran pada Lokasi Contoh (Kota
Surakarta-J awa Tengah)
8. Penyusunan Konsep Laporan Akhir
Hasil kegiatan Tahap III ini akan merangkum seluruh kegiatan tersebut dan selanjutnya
disajikan dalam bentuk Konsep Laporan Akhir pada akhir bulan ke-5.
2.3.4 Laporan akhir
Pekerjaan Tahap Finalisasi akan diselesaikan selama 2 bulan. Kegiatan finalisasi meliputi
tahapan-tahapan seperti :
1. Penyempurnaan Standar Pelayanan Perpakiran, Kebijakan Perpakiran dan rencana
implementasi kota contoh
2. Perencanaan implementasi Kebijakan Perpakiran pada Lokasi Contoh (Kota Surakarta
- J awa Tengah)
3. Penyusunan Laporan Akhir
Hasil kegiatan Tahap IV akan dirangkum setelah disempurnakan berdasarkan masukan
dari hasil pembahasan dan akan menghasilkan Laporan Akhir serta Pedoman Standar
Pelayanan Perpakiran, Kebijakan Perpakiran dan rencana implementasi pada kota
contoh.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Pendekatan dan Metodologi 2 - 19
Gambar 2.1. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Gambar 2.2. Formulir Survei Parkir
Gambar 2.3. Formulir Survei Waktu Tempuh Kendaraan
Gambar 2.4. Formulir Survei Lalu Lintas
Gambar 2.5. Analisis dan Penyusunan Konsep Standar Pelayanan Perpakiran
D
I
T
.
B
S
T
P
Bab
Kebijakan Perpakiran
3.1. KETENTUAN UMUM
Beberapa pengertian yang berhubungan dengan ketentuan umum tentang
kebijakan perparkiran diambil berdasarkan pedoman parkir terdahulu dan
disesuaikan dengan ketentuan perundangan yang baru yaitu Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan J alan.
Pengertian-pengertian yang telah disesuaikan adalah sebagai berikut:
(1) Lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan
(2) J alan adalah seluruh bagian J alan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan
tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan
kabel ; (sumber: UU 22/2009)
(3) Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor;
(4) J alur adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan;
(5) Lajur adalah bagian jalur yang memanjang, dengan atau tanpa marka
jalan, yang memiliki lebar cukup untuk satu kendaraan bermotor sedang
berjalan, selain sepeda motor;
(6) Parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk
beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya (sumber: UU 22/2009)
(7) Berhenti adalah keadaan kendaraan tidak bergerak untuk sementara dan
tidak ditinggalkan pengemudinya (sumber: UU 22/2009)
3
2
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 2
(8) Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat
pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan
kegiatan pada suatu kurun waktu.
(9) Fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan (on street parking) adalah fasilitas
parkir yang menggunakan ruang milik jalan.
(10) Fasilitas parkir di luar ruang milik jalan (off street parking) adalah fasilitas
parkir kendaraan di luar ruang milik jalan yang dibuat khusus atau
penunjang kegiatan yang dapat berupa tempat parkir dan/atau gedung
parkir.
(11) Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan
kendaraan (mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor), termasuk
ruang bebas dan lebar buka pintu. Untuk hal-hal tertentu bila tanpa
penjelasan, SRP adalah SRP untuk mobil penumpang.
(12) J alur sirkulasi adalah tempat yang digunakan untuk pergerakan kendaraan
yang masuk dan keluar dari fasilitas parkir.
(13) J alur gang merupakan jalur antara dua deretan ruang parkir yang
berdekatan.
(14) Kawasan parkir adalah kawasan atau areal yang memanfaatkan badan
jalan sebagai fasilitas parkir dan terdapat pengendalian parkir melalui pintu
masuk.
3.2. TUJUAN DAN RUANG LINGKUP PENYELENGGARAAN FASILITAS
PARKIR
Di dalam pedoman terdahulu disebutkan bahwa tujuan penyelenggaraan fasilitas
parkir adalah:
(1) memberikan tempat istirahat kendaraan;
(2) menunjang kelancaran arus lalu-lintas.
Sedangkan di dalam UU No. 22 Tahun 2009 disebutkan bahwa untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan ruang lalu lintas dan
mengendalikan pergerakan lalu lintas dapat diselenggarakan manajemen
kebutuhan lalu lintas. Manajemen kebutuhan lalu lintas tersebut dapat
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 3
dilaksanakan dengan cara pembatasan ruang parkir pada kawasan tertentu
dengan batasan ruang parkir maksimal (maximum parking provision).
Berdasarkan kondisi tersebut maka pada draft Permenhub diusulkan tujuan
penyelenggaraan fasilitas parkir adalah:
(1) memberikan tempat istirahat kendaraan;
(2) menunjang kelancaran arus lalu lintas;
(3) meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan ruang lalu lintas;
(4) mengendalikan pergerakan lalu lintas
Selain tujuan, di dalam draft pedoman perlu ditambahkan ruang lingkup
penyelenggaraan fasilitas parkir. Ruang lingkup penyelengaraan fasilitas parkir
adalah meliputi kegiatan-kegiatan: pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan fasilitas parkir.
Gambar 3.1. di bawah ini menunjukkan proses / tahapan dalam
penyelenggaraan fasilitas parkir baik di dalam maupun di luar ruang milik jalan.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 4
Kebijakan
Pengembangan
Sistem Perparkiran
Survei Lalu Lintas
Survei Kebutuhan
Ruang Parkir
Survei Ketersediaan
Ruang Parkir
Survei Inventarisasi
Jalan
Analisis Supply Demand Parkir
Desain Parkir Di Dalam Ruang
Milik Jalan
Desain Parkir Di Luar Ruang
Milik Jalan
Implementasi
Penyelenggaraan Parkir
Pemeliharaan Fasilitas Parkir
PEMBANGUNAN
PENGOPERASIAN
PEMELIHARAAN
Evaluasi
Gambar 3.1. Alur Proses Penyelenggaraan Fasilitas Parkir
3.3. KEBIJAKAN UMUM SISTEM PERPAKIRAN
Kebijakan umum sistem perparkiran akan mengatur tentang hal-hal yang
berkaitan dengan:
a. Konsep penyediaan dan pembatasan parkir;
b. Sistem zonasi parkir;
c. Sistem pentarifan parkir.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 5
Ketiga hal diatas dpat diaplikasikan baik untuk fasilitas parkir di dalam ruang
milik jalan (on-street parking) maupun fasilitas parkir di luar milik jalan (off-street
parking).
3.3.1. Konsep Penyediaan dan Pembatasan Parkir
A. Konsep Penyediaan Parkir
Dilihat dari sisi penyediaan fasilitas parkir, maka fasilitas parkir bisa
dikelompokkan menjadi fasilitas parkir umum dan khusus. Fasilitas parkir umum
meliputi parkir di dalam ruang milik jalan dan parkir di luar ruang milik jalan, baik
di taman parkir maupun di gedung parkir.
Penggunaan lokasi-lokasi parkir di dalam ruang milik jalan, dimana sesuai
dengan amanat Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu-lintas dan
Angkutan J alan, hanya boleh di jalan kabupaten/kota dan jalan desa,
bertujuan agar parkir tidak menjadi penghambat di jalan nasional dan jalan
provinsi yang didesain dengan level of service (LoS) yang tinggi. Penggunaan
ruang milik jalan untuk fasilitas parkir juga harus didesain dan dikendalikan
sedemikian rupa agar tata cara parkir tidak menghambat lalu-lintas.
Parkir di luar ruang milik jalan, baik di taman parkir maupun di gedung
parkir, harus didesain dan dikendalikan agar penggunaan parkir dilakukan
secara optimal dan arus kendaraan keluar/masuk lokasi parkir tidak
menimbulkan kemacetan di jalan raya.
Penyediaan fasilitas parkir harus memenuhi syarat dalam penyediaan fasilitas
satu gedung sesuai dengan standar pembangunan fasilitas umum, dan selalu
memperhatikan hak pejalan kaki, desain yang memadai untuk penyandang
cacat, menjamin faktor keamanan dan aspek teknis lainnya.
Masalah penyediaan fasilitas parkir saat ini sudah tidak bisa lagi dilihat sebagai
masalah yang berdiri sendiri. Dimensi pengelolaan parkir merupakan bagian yang
tidak bisa dipisahkan dari pengelolaan sistem transportasi secara komprehensif.
Disamping tujuan utama penyediaan fasilitas parkir adalah untuk tempat parkir
kendaraan karena pengendara melakukan aktivitas lain di sekitar lokasi parkir,
maka penyediaan parkir harus tetap bisa menjamin lalu-lintas berjalan dengan
lancar.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 6
Konsep penyediaan parkir pada peraturan/pedoman yang terdahulu menganut
sistem pola penyediaan parkir minimum (minimum parking provision). Dengan
sistem ini maka terdapat jumlah kebutuhan minimum ruang parkir yang harus
disediakan oleh pengelola/pengembang untuk suatu pusat kegiatan tertentu.
Sistem pola penyediaan minimum juga diterapkan pada beberapa negara lain,
seperti: Singapura, Australia, USA.
Dengan pengelolaan yang baik, maka parkir bisa menjadi salah satu alat dalam
pembatasan penggunaan kendaraan pribadi. Pola penyediaan parkir yang
menganut pola penyediaan minimum (minimum parking provision), seiring
dengan meningkatnya kebutuhan ruang parkir dan prediksi akan terjadinya
permasalahan dalam penyediaan ruang parkir, maka secara bertahap perlu
dilakukan perubahan dalam pola penyediaan parkir, dimana pola penyediaan
parkir tidak lagi menganut pola penyediaan minimum (minimum provision), akan
tetapi berubah menjadi pola penyediaan maksimum (maximum provision).
Dengan pola penyediaan maksimum (maximum provision), maka jumlah ruang
parkir di suatu gedung akan menjadi sangat terbatas, sehingga pengguna
kendaraan pribadi akan selalu mempertimbangkan apakah perlu menggunakan
kendaraan pribadi atau tidak. Akan tetapi penerapan pola ini harus bisa
menjamin bahwa masyarakat tetap bisa mengakses lokasi-lokasi tersebut, antara
lain dengan angkutan umum yang sudah dikembangkan dengan baik.
Di dalam UU 22 Tahun 2009 juga dijelaskan bahwa pola penyediaan batasan
ruang parkir maksimal merupakan salah satu upaya dari manajemen kebutuhan
lalu lintas (transportation demand management).
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, dalam draft permenhub diusulkan pola
penyediaan parkir yang merupakan gabungan antara pola penyediaan parkir
minimum dan pola penyediaan parkir maksimum.
Pola penyediaan parkir minimum adalah jumlah satuan ruang parkir minimum
yang harus disediakan sesuai dengan peruntukan bangunan. Kebijakan
penerapan batasan parkir minimum adalah untuk menjamin tersedianya areal
yang cukup untuk parkir sehingga tidak ada kendaraan yang tumpah di jalan
raya akibat tidak mendapatkan ruang parkir.
Sedangkan pola penyediaan parkir maksimum adalah jumlah satuan ruang parkir
maksimum yang harus disediakan sesuai dengan peruntukan bangunan.
Kebijakan penerapan batasan parkir maksimum adalah untuk membatasi
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 7
pergerakan kendaraan pribadi menuju ruang parkir dan mendorong penggunaan
moda angkutan umum.
B. Konsep pembatasan parkir
Kecenderungan perkembangan kota-kota di dunia terkait dengan masalah parkir
adalah dengan melakukan pembatasan-pembatasan parkir. Masyarakat
dikondisikan untuk tidak terlalu sering menggunakan kendaraan pribadi, dan
secara bertahap beralih menggunakan angkutan umum. Pada sisi ini pemerintah
berkewajiban menyediakan fasilitas angkutan umum yang baik dan mempunyai
jangkauan yang luas, serta mempromosikan penggunaan angkutan umum dan
penggunaan angkutan tidak bermotor.
Pembatasan yang dilakukan antara lain adalah dengan:
Pembatasan jumlah ruang parkir di dalam ruang milik jalan (on street
parking) dan zona-zona tertentu;
Pembatasan parkir pada jam-jam tertentu;
Merencanakan fasilitas tempat parkir di luar daerah tersebut seperti park and
ride;
Pengaturan tarif parkir progresif;
Denda yang tinggi terhadap pelanggar parkir.
C. Retribusi kekurangan ruang parkir (deficiency charge)
Konsep deficiency charge mengacu pada konsep serupa yang diberlakukan di
Singapura dimana pengembang harus membayar retribusi kepada pemerintah
atas kekurangan jumlah ruang parkir yang seharusnya disediakan oleh
pengembang tersebut. J umlah deficiency charge yang harus dibayarkan adalah
berkisar antara S$16,000.00 S$32,000.00 setiap kekurangan satu ruang parkir.
Untuk kondisi di Indonesia konsep deficiency charge diusulkan pada lokasi
dengan pola penyediaan parkir minimum. Kondisi yang ada adalah sering
berubahnya tata ruang di dalam gedung sehingga berakibat berkurangnya
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 8
kapasitas atau daya tampung parkir pada gedung tersebut. Pada kondisi tersebut
pengelola gedung dapat dikenakan retribusi kekurangan ruang parkir.
Sehingga untuk kondisi di Indonesia retribusi kekurangan ruang parkir
(deficiency charge) atau kontribusi parkir dapat dikenakan kepada penyelenggara
parkir apabila penyediaan parkir minimum sudah terpenuhi dan pada saat
pengoperasian parkir terdapat perubahan peruntukan bangunan yang
mengakibatkan tidak terpenuhinya jumlah minimum kebutuhan ruang parkir.
Dana yang diperoleh dari retribusi kekurangan ruang parkir selanjutnya dapat
digunakan oleh pemerintah daerah untuk memberikan insentif bagi pengguna
jalan, dalam bentuk: penyediaan ruang parkir di lokasi lain dalam bentuk taman
parkir, subsidi angkutan umum dan sebagainya.
3.3.2. Sistem Zonasi Parkir
Sistem zona parkir diperlukan untuk menentukan kebutuhan ruang parkir yang
berbeda-beda tergantung dari karakteristik lalu lintas dan wilayahnya. Kebijakan
parkir saat ini dalam menentukan kebutuhan ruang parkir tidak membedakan
antara zona satu dengan zona lainnya.
Sistem zona yang digunakan oleh kebijakan parkir saat ini berkaitan dengan
golongan untuk penetapan tarif parkir, yaitu:
1. Golongan A
a. Badan jalan tanpa untuk maksud pengendalian parkir
b. Daerah dengan frekuensi parkir relatif rendah (1,5 kendaraan/SRP/hari)
c. Parkir dengan waktu yang lama
d. Daerah perumahan, parkir dapat tanpa pembayaran atau dengan tarif
yang rendah
e. Daerah dengan derajat pengendalian lalu lintas rendah
2. Golongan B
a. Badan jalan tanpa untuk maksud pengendalian parkir
b. Daerah dengan frekuensi parkir relatif tinggi (20 kendaraan/SRP/hari)
c. Daerah komersial atau pertokoan, tarif parkir dapat diberlakukan relatif
tinggi, untuk mengendalikan lalu lintas
d. Daerah dengan derajat pengendalian lalu lintas tinggi
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 9
3. Golongan C
a. Kawasan parkir pada fasilitas parkir umum dengan maksud
pengendalian parkir
b. Keluar masuk kendaraan yang dikendalikan melalui karcis dengan waktu
tercatat, dapat diberlakukan tarif parkir secara progresif yang dapat
meningkat sesuai dengan lamanya parkir
c. Daerah dengan derajat pengendalian lalu lintas tinggi
Sistem zonasi parkir telah diberlakukan pada negara-negara lain di dunia. Di
Singapura terdapat 3(tiga) zona parkir, yaitu: zona 1 meliputi pusat kota
(restricted zone) dan marina bay, zona 2 meliputi daerah diluar zona 1 yang
dekat dengan sistem angkutan umum massal (mass rapid transit/MRT) dan zona
3 meliputi daerah di luar zona 1 dan zona 2 di dalam wilayah negara Singapura.
Sistem zona parkir yang diusulkan berdasarkan hasil studi literatur dan ketentuan
perundangan yang berlaku adalah sebagai berikut:
Zona I Kawasan Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas (Transport
Demand Management).
Didalam Undang-Undang No.22 Tahun 2009 disebutkan bahwa manajemen
kebutuhan lalu lintas salah satunya dilakukan dengan cara pembatasan
ruang parkir pada kawasan tertentu dengan batasan ruang parkir maksimal
(maximum parking provision).
Di dalam UU tersebut juga disebutkan kriteria lokasi diterapkannya
manajemen kebutuhan lalu lintas adalah:
Perbandingan volume lalu lintas kendaraan bermotor dengan kapasitas
jalan
Ketersediaan jaringan dan pelayanan angkutan umum, dan
Kualitas lingkungan
Zona II Kawasan diluar zona I yang berada diwilayah pusat kota
(Central Business District).
Pada umumnya zona ini berada di pusat kegiatan kota yang terdiri dari
beberapa lahan peruntukan yang mempunyai jumlah bangkitan perjalanan
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 10
tinggi seperti pusat jasa dan perdagangan, pusat perkantoran, super blok
(lahan campuran), kawasan industri, fasilitas umum dengan aktifitas tinggi.
Zona III Kawasan diluar zona I dan zona II di dalam suatu
wilayah perkotaan.
Pada umumnya zona ini terdiri dari beberapa lahan peruntukan yang
mempunyai jumlah bangkitan perjalanan sedang dan rendah seperti lahan-
lahan pertokoan/ruko, kavling industri, lahan perkantoran, perumahan,
fasilitas umum dengan aktifitas sedang dan rendah.
Sistem zonasi parkir tersebut selanjutnya akan digunakan secara konsisten
berkaitan dengan penerapan kebijakan untuk:
a. Tarif parkir;
b. Pola penyediaan parkir;
c. Pembatasan dan/atau pelarangan parkir.
Penerapan kebijakan pola penyediaan parkir yang terkait dengan sistem zonasi
parkir adalah sebagai berikut:
a. Pada Zona 1 diterapkan ketentuan pola penyediaan parkir maksimum
(maximum parking provision);
b. Pada Zona 2 diterapkan ketentuan pola penyediaan parkir minimum
(minimum parking provision);
c. Pada Zona 3 diterapkan ketentuan pola penyediaan parkir minimum
(minimum parking provision).
3.3.3. Sistem Pentarifan Parkir
Pada Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir tahun 1996 disebutkan
bahwa penetapan tarif parkir adalah salah satu cara untuk pengendalian lalu-
lintas. Namun untuk beberapa kawasan tertentu tidak memerlukan pembayaran
atau dengan tarif parkir yang rendah karena keberadaan parkir di jalan seperti di
kawasan perumahan tidak memerlukan pengendalian lalu lintas.
Sementara itu pada lokasi dengan frekuensi parkir (parking turnover) tinggi
sementara lahan untuk parkir didalam ruang milik jalan terbatas maka
pemberlakukan parkir jangka pendek (short time parkir) dengan menggunakan
meter parkir dapat diberlakukan.
Berkaitan dengan penetapan tarif parkir, di zona 1 dan zona 2 dapat
diberlakukan tarif parkir yang lebih tinggi dibandingkan tarif parkir pada zona 3.
Pendapatan dari selisih tarif parkir antara zona 1 dan zona 2 dengan zona 3
digunakan untuk peningkatan pelayanan transportasi di pusat kota.
Peningkatan pelayanan transportasi yang dapat dibiayai melalui selisih
pendapatan parkir adalah:
a. Peningkatan pelayanan angkutan umum;
b. Pengembangan fasilitas pejalan kaki dan jalur sepeda;
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 11
c. Pengurangan dampak lingkungan.
Pemanfaatan dana selisih pendapatan parkir diperoleh melalui proses earmarked
dari selisih pendapatan parkir.
Pada panduan tersebut di atas, penetapan kebijakan tarif parkir suatu kawasan
dikaitkan dengan jumlah kendaraan/SRP/hari. Namun kebijakan ini pun tidak
serta merta dapat digunakan sebagai instrumen pengendalian lalu lintas
kawasan. Salah satu contoh sederhana adalah bila ada dua ruas jalan yang
memiliki volume lalu lintas dan jumlah kapasitas/lajur yang hampir sama perarah
namun pengaturan parkir di ruang milik jalan dengan sudut yang berbeda akan
memberikan konsekuensi LoS ruas jalan yang berbeda pula. Sehingga jelas
bahwa sudut parkir yang lebih kecil akan mengakibatkan LoS yang lebih baik
(lalu lintas lebih lancar) dibandingkan dengan sudut parkir yang lebih besar. Oleh
karena itu, pengendalian lalu lintas dapat diwujudkan melalui penetapan besaran
tarif parkir, jumlah kendaraan/SRP/hari dan besaran LoS ruas jalan.
Permasalahan parkir kendaraan lainnya yang sangat mendasar adalah masalah
keamanan kendaraan (termasuk isinya) yang tidak terjamin maka dimasa datang
diperlukan panduan teknis yang dapat menjamin keamanan kendaraan yang
parkir sehingga tarif parkir yang dikenakan sudah termasuk biaya asuransi
keamanan (kerusakan dan kehilangan) kendaraan dan secara tersirat jaminan
asuransi parkir kendaraan ini harus tertera pada karcis parkir.
Dengan keanekaragaman fisik yang sangat berbeda maka perlu dibedakan
besaran tarif parkir yaitu dengan mempertimbangkan faktor-faktor di bawah :
(1) J enis Kendaraan
Kendaraan ringan/kecil dikenakan beban tarif yang lebih murah bila
dibandingkan dengan kendaraan yang lebih besar, karena kendaraan besar
lebih banyak menggunakan ruang parkir dan lebih mengganggu terhadap
kelancaran lalu lintas lainnya.
(2) J umlah J am Parkir
Kendaraan yang parkir lebih lama harus membayar parkir yang lebih mahal,
karena menggunakan ruang parkir lebih lama dan lebih mengganggu
terhadap kelancaran lalu lintas lainnya.
(3) Lokasi Parkir
Dalam satu kawasan yang sama, tarif parkir di luar ruang milik jalan (off
street parking) lebih murah dari tarif parkir di dalam ruang milik jalan (on
street parking), karena parkir di ruang milik jalan mengurangi kapasitas jalan
sehingga dapat menurunkan LoS ruas jalan.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 12
(4) Periode Parkir
Pada umumnya pada periode jam sibuk, setiap ruas jalan akan mengalami
pembebanan lalu lintas paling besar bila dibandingkan dengan periode
lainnya. Karena itu, dapat dipertimbangkan besaran tarif parkir pada periode
jam sibuk lebih mahal dari tarif parkir pada periode lainnya.
(5) Lahan Peruntukan
Pada umumnya, lahan untuk jasa dan perdagangan, perkantoran, fasilitas
umum, industri lebih potensial membangkitkan perjalanan dari pada lahan-
lahan permukiman, pertanian/perkebunan, lahan kosong dan lainnya. Karena
itu lalu lintas di lahan-lahan potensial umumnya memerlukan pengendalian
yang lebih serius sehingga tarif parkirpun harus lebih mahal dari tarif parkir
pada lahan lahan yang rendah bangkitan lalu lintasnya.
(6) Range Parameter Tarif Parkir
Skala kota/wilayah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berbeda
memerlukan kebijakan tarif parkir yang diskriminatif dimana kemampuan
masyarakat dan kondisi lalu lintas di metropolitan berbeda bila dibandingkan
dengan kondisi masyarakat dan lalu lintas di kota-kota yang lebih kecil. Oleh
karena itu perlu adanya range parameter tarif.
Besaran parameter tarif dapat ditentukan dari range bilangan minimum
hingga bilangan maksimum tergantung dari tingkat pengendaliaannya.
Dengan demikian bisa jadi bahwa pada kondisi yang hampir sama tarif parkir
di DKI. J akarta lebih mahal bila dibandingkan dengan tarif parkir di kota-kota
kecil.
a. Range Parameter Tarif Parkir Periode Pendek (Short-Term Parking)
Range parameter tarif parkir periode pendek dikenakan pada lokasi-lokasi
parkir yang umum tersedia dimana penggunaan waktu parkir kendaraan
cukup terbatas. Untuk mendapatkan range parameter periode ini diambil
dari referensi besaran tarif parkir short term di DKI. J akarta dan Surakarta
untuk sepeda motor, mobil penumpang / mobil barang, bus /truck sedang
dan bus /truck besar sebagaimana terlihat pada tabel-tabel berikut.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 13
Tabel 3.1. Tarif Parkir Short-Term di DKI. J akarta
No Jenis Kendaraan Tarif
Perbandingan
Tarif thd
Tarif Sp. Motor
1.
2.
3.
4.
Sepeda motor
Mobil penumpang / Mobil
barang
Bus sedang / Truck sedang
Bus besar / Bus besar
Rp. 1.000,-
Rp. 2.000,-
Rp. 4.000,-
Rp. 5.000,-
1
2
4
5
Tabel 3.2. Tarif Parkir Short-Term di Surakarta
Jenis
Tempat
Jenis
Kendaraan
Tarif
Sekali Parkir
Perbandingan
Tarif thd Tarif
Sp. Motor
a. Pelataran
/
Lingkungan
Sepeda Motor
Mobil penumpang/ Mobil
barang
Bus Sedang/ Truck Sedang
Bus Besar/ Truck Besar
Rp. 500,-
Rp. 1.000,-
Rp. 2.000,-
Rp. 3.000,-
1
2
4
6
b. Taman
Sepeda Motor
Mobil penumpang/ Mobil
barang
Bus Sedang/ Truck Sedang
Bus Besar/ Truck Besar
Rp. 500,-
Rp. 1.000,-
Rp. 3.000,-
Rp. 5.000,-
1
2
6
10
c. Gedung
Sepeda Motor
Mobil penumpang/ Mobil
barang
Bus Sedang/ Truck Sedang
Bus Besar/ Truck Besar
Rp. 1.000,-
Rp. 2.000,-
Rp. 4.000,-
Rp. 5.000,-
1
2
4
5
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surakarta, 2009
Terlihat jelas bahwa perbandingan tarif parkir di taman / pelataran /
lingkungan untuk masing-masing jenis kendaraan di kedua kota berturut-
turut adalah sepeda motor, mobil penumpang / mobil barang, bus /truck
sedang dan bus /truck besar adalah 1 : 2 : 4 : (5-10), sedangkan
perbandingan tarif parkir untuk parkir gedung adalah 1 : 2 : 4 : 5.
b. Range Parameter Tarif Parkir Periode Panjang (Long-Term Parking)
Long Term Parking atau sering disebut Parkir Nginap di fasilitas umum
belum diatur dalam panduan teknis yang ada sehingga penetapan besaran
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 14
tarif nginap di beberapa fasilitas umum terjadi perbedaan yang sangat
signifikan.
Parkir nginap biasanya dibutuhkan untuk mereka yang akan melanjutkan
perjalanan jauh dengan menggunakan moda angkutan massal seperti bus
antar kota, kereta api, angkutan udara, ferry, dsb. J umlah biaya yang
diperlukan untuk parkir nginap cukup besar namun masih lebih ekonomis
bila dibandingkan dengan penggunaan parkir short-term.
Beberapa contoh biaya parkir long-term (nginap) di bandara adalah :
Biaya parkir nginap di Terminal Satu Bandara Soekarno-Hatta adalah Rp.
20.000/6 jam kemudian Rp. 2.000/jam atau Rp. 56.000/hari ($ 5,6/day
1 $ = Rp. 10.000).
Biaya parkir nginap di Bandara Ngurah Rai untuk satu malam sebesar
Rp. 40.000 ($ 4/night 1 $ = Rp. 10.000).
Biaya parkir nginap di bandara utama di Amerika Serikat adalah sebagai
berikut :
Atlanta (ATL): $10/day
Boston (BOS): $18/day or $108/week (six or seven days)
Chicago (ORD): $9/day
Houston Intercontinental (IAH): $6/day
Los Angeles (LAX): $10/day
Miami (MIA): $15/day
Newark (EWR): $18/day for first day, $6 for each eight-hour period
thereafter
New York (J FK): $18/day for first day, $6 for each eight-hour period
thereafter
New York (LGA): $33/day for first 28 hours, $6 for each eight-hour
period thereafter
Philadelphia (PHL): $11/day
Portland, OR (PDX): $10/day, with seventh day free
San Francisco (SFO): $14/day
Seattle-Tacoma (SEA): $26/day or $130/week (six to seven days).
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 15
Untuk short-term parking di bandara USA tersebut di atas biaya parkir
lebih dari $30 hingga $50 per kendaraan/hari.
J adi biaya long-term parking di bandara Indonesia masih lebih murah bila
dibandingkan dengan biaya long-term parking di bandara USA.
Karena sulit mendapatkan referensi data range tarif untuk parkir long-term
di beberapa fasilitas umum maka ditetapkan range tarif parkir long-term
sedemikian rupa sehingga tarif parkir long-term ini masih tetap lebih
ekonomis daripada tarif parkir short-term untuk tiap jenis kendaraan.
Pada umumnya tujuan perjalanan pengguna parkir long-term di fasilitas
umum adalah untuk bekerja di tempat lain. Diperkirakan periode waktu
nginap pengguna parkir adalah untuk kebutuhan waktu perjalanan pulang-
pergi dengan kendaraan lain selama 2 jam, waktu bekerja pengguna di
tempat tujuan selama 8 jam sehingga waktu normal yang perlu
disediakan bagi pengguna parkir adalah 10 jam kemudian kelebihan waktu
dikenakan tarif pakir progresif untuk setiap jam.
(7) Tarif Dasar Parkir
Selain range parameter, besaran tarif dasar parkir digunakan untuk
menentukan besaran tarif parkir setiap jenis kendaraan di masing-masing
zona. Besaran tarif dasar ini (disebut X) harus ditetapkan didalam
peraturan-peraturan yang ada baik itu berupa Peraturan Daerah,
Keputusan Wali Kota maupun peraturan-peraturan lainnya. Besaran tarif
dasar X ini bervariasi dan sangat tergantung dengan komponen-komponen
dibawah ini:
a. Sewa lahan atau ruang
Secara umum sewa lahan di pusat kota adalah lebih mahal bila
dibandingkan dengan sewa lahan di luar pusat kota. Alasan utama
adalah karena lokasi-lokasi di pusat kota mempunyai suatu tingkat
aksesibilitas yang tinggi untuk mencapai berbagai aktifitas terpusat di
dalam suatu daerah yang relatif kecil.
b. Fasilitas yang tersedia
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 16
Pada umumnya, semakin lengkap fasilitas parkir yang disediakan
semakin mahal tarif parkir yang dikenakan, karena biaya pengadaan
fasilitas yang dilengkapi dengan sistem sirkulasi (marka dan rambu),
kualitas lokasi dan bangunan, penerangan, pengamanan yang baik
akan memerlukan investasi yang tinggi.
c. Pemeliharaan dan perbaikan
Di dalam menjalankan aktivitasnya, biaya pemeliharaan dan perbaikan
merupakan biaya operasional yang mempunyai manfaat baik untuk
jangka pendek maupun untuk jangka panjang. Pihak pengelola parkir
berusaha mengoptimalkan kegiatan operasional yang akan dilakukan
dalam upaya menjaga kepuasan konsumen dan peningkatan
pendapatan operasional.
d. Gaji pekerja parkir
Untuk mendukung operasional parkir, diperlukan gaji bagi pekerja
parkir. Dengan gaji yang layak diharapkan dapat dijadikan motivasi
bagi pekerja untuk melayani konsumen dengan baik.
e. Subsidi
Pemberian subsidi biasanya diberlakukan untuk merangsang
pertumbuhan perekonomian daerah tertentu yang mempunyai
pertumbuhan relatif rendah. Subsidi ini biasanya diberikan untuk gaji
pekerja dan biaya operasional.
f. Asuransi
Praktek dan konstruksi hukum yang digunakan pengelola parkir
selama ini identik dengan konsep sewa lahan. Pengelola hanya
menyediakan lahan parkir semata dan bukan penitipan barang.
Risikonya bagi konsumen, jika menggunakan konsep sewa lahan,
pengelola parkir terlepas dari tuntutan ganti rugi yang dilakukan
konsumen, meski pun misalnya, kendaraan konsumen hilang.
Keadaannya akan berbeda manakala pengelola parkir menggunakan
konstruksi hukum penitipan barang. Pengelola parkir, selain harus
menyediakan lahan parkir, juga harus pula menjaga keamanan dan
keselamatan kendaraan konsumen selama parkir. Termasuk pun ikut
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 17
bertanggung jawab dalam hal terjadi atas hilangnya kendaraan dan
atau barang-barang yang berada di dalam kendaraan atau rusaknya
kendaraan selama berada di kawasan parkir. Konstruksi hukum titip
barang pada pelayanan jasa parkir merupakan corak yang sesuai
dengan misi dan mandat perlindungan konsumen.
Untuk mengatasi masalah ini terdapat beberapa alternatif yaitu :
Pertama, pelayanan jasa parkir harus mengakomodasi konstruksi
hukum titip barang, dan bukan sewa lahan semata. Oleh karena secara
nyata apabila terjadi sesuatu kerugian selalu berada di pihak
konsumen jasa parkir. Secara logis, selain menyediakan lahan
pengelola parkir juga ikut menjaga keamanan dan keselamatan
kendaraan konsumen selama parkir. Bahkan jika terjadi kerusakan
atau kehilangan atas kendaraan yang dititip itu, pengelola parkit ikut
serta bertanggungjawab untuk memberi ganti kerugian pada
konsumennya.
Kedua, konsumenan konsep jasa asuransi parkir. Adanya jasa asuransi
parkir akan meringankan dan sangat membantu pengelola parkir dan
konsumen jasa parkir manakala terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
pada kendaraan yang di parkir. Namun perlu diingatkan, bentuk jasa
asuransi tersebut tidak bersifat all risk, tetapi cukup hanya total lost
only. Artinya, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, misalkan
kehilangan, maka dalam asuransi parkir ini, kerugian yang ditanggung
oleh pengelola parkir, hanya berupa kehilangan kendaraan saja dan
bukan semua dengan segala isi yang ada di dalam kendaraan itu.
Dari keanekaragaman tersebut di atas dapat dirumuskan besaran tarif
parkir di dalam ruang milik jalan dan di luar ruang milik jalan tiap zona
untuk masing-masing golongan kendaraan seperti terlihat dalam tabel
berikut :
Tabel 3.3. Penentuan Tarif pada J am Sibuk di Dalam Ruang Milik J alan
Berdasarkan Zona dan Penggolongan Kendaraan
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 18
Nama
Zona
Tarif Parkir Di dalam Ruang Milik Jalan (Rp)
Sepeda
Sepeda
Motor
Sedan, Jiip,
pick up
Bus/ Truk
Sedang
Bus/ Truk
Besar
Zona I 1.2 X/j 2 X/j 4 X/j 6 X/j 8 X/j
Zona II 0.9 X/j 1.5 X/j 3 X/j 4.5 X/j 6 X/j
Zona III 0.6 X X 2 X 3 X 4 X
Tabel 3.4. Penentuan Tarif pada J am Sibuk di Luar Ruang Milik J alan
Berdasarkan Zona dan Penggolongan Kendaraan
Nama
Zona
Tarif Parkir Di luar Ruang Milik Jalan (Rp)
Sepeda
Sepeda
Motor
Sedan, Jiip,
pick up
Bus/ Truk
Sedang
Bus/ Truk
Besar
Zona I 2.4 X/j 4 X/j 8 X/j 12 X/j 16 X/j
Zona II 1.8 X/j 3 X/j 6 X/j 9 X/j 12 X/j
Zona III 1.2 X 2 X 4 X 6 X 8 X
Keterangan :
X : Tarif dasar parkir harus ditetapkan dengan Peraturan Daerah, dsb.
Tarif Parkir harus sudah termasuk asuransi keamanan kendaraan.
Tarif Parkir pada Zona I dan Zona II diberlakukan tarif progresif
dimana tiap 1 (satu) jam kelebihan dikenakan tarif tambahan 100%
dari besarnya retribusi yang ditetapkan.
Secara umum perhitungan tarif parkir harus dibedakan berdasarkan zona dan
jenis kendaraan tersebut di atas, juga dapat diperhitungkan berdasarkan
pengembalian biaya investasi dan operasional sesuai ketetapan dalam range tarif
parkir; juga tidak semata-mata untuk memperoleh keuntungan material dan/atau
finansial. Namun tetap dijaga penetapan tarif parkir bertujuan sebagai
pengendali lalu-lintas melalui pengurangan pemakaian kendaraan pribadi
sehingga mengurangi kemacetan di jalan. Dengan penetapan tarif sedemikian
rupa, untuk besaran tarif tertentu diharapkan dapat mengurangi niat orang untuk
menggunakan kendaraan pribadi terutama yang menuju ke zona pengendalian
lalu lintas tinggi.
Untuk mewujudkan lalu lintas kawasan yang terkendali yaitu lalu lintas yang
aman, teratur dan efisien maka penerapan Traffic Demand Management/TDM
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 19
(berorientasi pada pembatasan kendaraan) perlu didukung dengan beberapa
instrumen pengendali parkir yang dioperasikan dengan tehnologi Intellegent
Transportation Systems/ITS, yang terdiri dari :
(1) Electronic Parking Meters/EPM (meter parkir elektronik), adalah meter yang
bekerja secara electronik, ditempatkan pada tempat yang tidak terlalu jauh
dari ruang parkir dan digunakan untuk beberapa ruang parkir sekaligus.
Untuk itu setelah membayar ke meter parkir akan dikeluarkan tanda bukti
pembayaran yang memuat waktu parkir.
Penggunaan meter parker elektronik harus dilakukan berdasarkan
Peraturan Daerah setempat untuk menetapkan jalan/kawasan dan luar
ruang milik jalan mana yang akan diterapkan meter parker elektronik,
didalam peraturan daerah juga harus dirumuskan besarnya denda terhadap
pelanggaran ketentuan parkir. Kunci keberhasilan penggunaan meter parkir
adalah penerapan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran
parkir.
(2) Data Collection System/DCS, adalah sistem pengumpulan data yang
dilakukan secara elektronik dimana pemrosesannya dilakukan dengan
menggunakan komputer sehingga seluruh aktivitas dari pengumpulan,
pengolahan hingga penyimpanan data dapat dilakukan secara cepat dan
akurat. Namun demikian sistem ini tidak pernah lepas dari kesalahan,
kecurangan dan penyelewengan, maka dari itu diperlukan adanya suatu
pengendalian sistem untuk mencegah terjadinya hal-hal tersebut.
(3) Variable Message Sign (VMS), adalah suatu aplikasi yang memberikan
informasi mengenai jumlah ruang parkir yang masih tersedia melalui
papan pengumuman elektronik yg telah dipasang di pintu akses parkir.
(4) Parking Smart Card, adalah sistem komunikasi online transportasi
kendaraan di area parkir. Fungsi Parking Smart Card ini adalah
mengetahui identitas pemilik smart card, data kendaraan yang akan parkir
dan digunakan sebagai alat pembayaran tarif parkir serta nama bank yang
mengeluarkan parking smart card tersebut. Parking smart card ini bisa
merupakan bagian dari smart card lainnya yang digunakan untuk
pembayaran road pricing, toll pricing dan lainnya.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 20
(5) Barrier Gates/BG, adalah pintu portal yang diletakan setelah pos
pembayaran yang bekerja dengan sistem mekanis dengan menggunakan
gear box dan beban lengan ayun. Barries Gate terdiri dari :
a. Semi Automatic, proses bekerja buka-tutup barrier gate dengan
menggunakan tombol push button.
b. Autometic, proses bekerja / buka tutup barrier gate terhubung dengan
komputer dan dikendalikan oleh operator aplikasi parkir.
c. Full Automatic, proses bekerja /buka tutup barrier gate terhubung
dengan computer dan dikendalikan oleh operator dengan
menggunakan Access Control.
(6) CCTV Parking, adalah alat untuk memantau situasi arus kendaraan di area
parkir. CCTV ini terletak dibeberapa titik strategis, mulai dari ujung pintu
akses hingga lokasi parkir.
3.4. PENGENDALIAN PARKIR
Salah satu kebijakan parkir adalah menerapkan pembatasan kegiatan parkir.
Pembatasan kegiatan parkir dilakukan terhadap parkir di dalam ruang milik jalan
ataupun parkir di luar ruang milik jalan yang diterapkan terutama di jalan-jalan
utama dan pusat-pusat kota. Kebijakan ini akan sangat efektif untuk
meningkatkan tingkat pelayanan jaringan jalan.
Bila permintaan parkir telah melampaui penyediaan ruang parkir, yang ditandai
dari banyak pelanggaran terhadap parkir di tempat yang seharusnya tidak boleh
parkir, atau banyaknya parkir ganda. Untuk memecahkan masalah tersebut perlu
diambil langkah-langkah untuk mengendalikannya.
Pengendalian utama yang perlu dilakukan adalah melalui suatu kombinasi atas
pembatasan-pembatasan ruang, waktu dan biaya.
Pembatasan lokasi/ruang parkir kendaraan, terutama dimaksudkan untuk
mengendalikan arus lalu lintas kendaraan pribadi ke suatu daerah tertentu atau
untuk membebaskan suatu daerah/koridor tertentu dari kendaraan yang parkir di
pinggir jalan karena alasan kelancaran lalu lintas.
Pembatasan waktu parkir pada suatu koridor tertentu karena alasan kelancaran
lalu lintas, karena parkir dipinggir jalan dapat mengurangi kapasitas jalan,
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Kebijakan Perpakiran 3 - 21
misalnya pada suatu koridor pada jam sibuk pagi harus bebas parkir karena
ruang parkir tersebut digunakan untuk mengalirkan arus lalu lintas. Pembatasan
waktu parkir biasanya diwujudkan dengan penetapan tarif progresif menurut
lamanya waktu parkir.
D
I
T
.
B
S
T
P
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 1
Bab
Standar Kebutuhan
Parkir
4.1. UMUM
Parkir merupakan salah satu komponen sistem tranportasi yang perlu diperhatikan.
Area parkir merupakan kebutuhan bagi pemilik kendaraan. Dengan demikian
perencanaan fasilitas parkir merupakan perencanaan dalam menyelenggarakan
fasilitas parkir kendaraan di badan jalan maupun diluar badan jalan. Untuk
merencanakan fasilitas parkir maka besarnya kebutuhan perlu diketahui.
Standar kebutuhan parkir meliputi penetapan jenis pusat kegiatan di lokasi parkir,
kebutuhan jumlah ruang parkir untuk setiap pusat kegiatan serta dimensi/ukuran
ruang parkir untuk setiap jenis kendaraan.
4.2. JENIS PERUNTUKAN PARKIR
Kebutuhan area parkir berbeda antara yang satu dengan lainnya sesuai
peruntukannya. Berdasarkan pedoman teknis terdahulu ada dua jenis peruntukan
kebutuhan parkir, yaitu:
1. Kegiatan parkir yang tetap
a) Pusat pedagangan
b) Pusat perkantoran swasta atau pemerintahan
c) Pusat pedagangan eceran atau pasar swalayan
d) Pasar
f) Sekolah
g) Tempat rekreasi
h) Hotel dan tempat penginapan
i) Rumah sakit
4
2
D
I
T
.
B
S
T
P
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 2
2. Kegiatan parkir yang bersifat sementara
a) Bioskop
b) Tempat pertunjukan
c) Tempat pertandingan olahraga
d) Rumah ibadah.
Beberapa peruntukan di atas saat ini kodisinya sudah tidak tepat seperti bioskop
umumnya beroperasi secara menerus dan berlokasi di pusat perdagantan / mall
sehingga fungsinya tidak lagi bersifat sementara.
Standar di Singapura membagi jenis peruntukan parkir ke dalam beberapa
golongan, yaitu:
1. Residential (flat, non-flat, service apartment dan home-office)
2. Komersial (perkantoran, pertokoan dan department store, restoran, hotel)
3. Bioskop, teater dan tempat pertunjukan
4. Kawasan pergudangan
5. Kawasan pabrik
6. Institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, Universitas)
7. Institusi budaya dan sosial
8. Tempat ibadah
9. Fasilitas rekreasi
10. Institusi kesehatan
11. Dan lain-lain
Sedangkan standar Australia meyebutkan pusat peruntukan untuk kebutuhan parkir,
yaitu:
1. Residential
2. Retail
3. Industri
4. Rumah sakit
5. Pendidikan
6. Rekreasi
7. Hiburan
8. Komersial
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka jenis peruntukan lahan untuk kebutuhan
parkir yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:
D
I
T
.
B
S
T
P
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 3
1. Residensial
a. Perumahan
b. Apartemen
2. Kawasan industri dan pergudangan
a. Pabrik/Gudang
b. Kantor (di dalam kawasan industri)
3. Kawasan komersial
a. Perkantoran
b. Pertokoan
c. Pusat perdagangan
d. Pasar swalayan
e. Pasar tradisional
4. Sekolah/perguruan tinggi
5. Tempat rekreasi
6. Hotel dan tempat penginapan
7. Rumah sakit
8. Bioskop
9. Tempat pertandingan olah raga
Untuk tiap jenis peruntukan lahan tersebut tidak perlu dibedakan antara kegiatan
parkir tetap dan kegiatan parkir yang bersifat sementara. Hal tersebut karena saat
ini sering tercampurnya beberapa tata guna lahan ke dalam satu peruntukan
kegiatan seperti bioskop, tempat pertunjukan dan pusat perdagangan.
4.3. UKURAN KEBUTUHAN RUANG PARKIR PADA PUSAT KEGIATAN.
Standar kebutuhan luas area kegiatan parkir berbeda antara yang satu dengan yang
lain, tergantung kepada beberapa hal antara lain pelayanan, tarip yang
diberlakukan, ketersediaan ruang parkir, tingkat pemilikan kendaraan bermotor,
tingkat pendapatan masyarakat.
1. Pusat perdagangan
Parkir dipusat perdagangan digunakan oleh pekerja yang bekerja di pusat
perdagangan dan pengunjung. Pekerja umumnya parkir untuk jangka panjang
dan pengunjung umumnya jangka pendek. Penyediaan ruang parkir ditekankan
untuk pengunjung sehingga kriteria yang digunakan sebagai acuan penentuan
kebutuhan ruang parkir adalah luas areal kawasan perdagangan.
D
I
T
.
B
S
T
P
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 4
2. Pusat perkantoran
Parkir dipusat perkantoran mempunyai ciri parkir jangka panjang, oleh karena
itu penentuan ruang parkir berdasarkan jumlah karyawan yang bekerja di
kawasan perkantoran.
3. Pasar swalayan
Parkir di pasar swalayan digunakan oleh pekerja yang bekerja di pasar
swalayan dan pengunjung. Pekerja umumnya parkir untuk jangka panjang dan
pengunjung umumnya jangka pendek. Penyediaan ruang parkir ditekankan
untuk pengunjung sehingga kriteria yang digunakan sebagai acuan penentuan
kebutuhan ruang parkir adalah luas areal pasar swalayan.
4. Pasar
Parkir di pasar digunakan oleh pedagang atau pekerja yang bekerja di pasar
dan pengunjung. Pedagang atau pekerja umumnya parkir untuk jangka
panjang dan pengunjung umumnya jangka pendek. Penyediaan ruang parkir
ditekankan untuk pengunjung sehingga kriteria yang digunakan sebagai acuan
penentuan kebutuhan ruang parkir adalah luas areal pasar. Pengunjung pasar
pada umumnya golongan berpendapatan menengah kebawah.
5. Sekolah dan perguruan tinggi
Parkir sekolah dan perguruan tinggi digunakan oleh pekerja, guru, dosen dan
siswa atau mahasiswa. Pekerja, guru, dan dosen pada umumnya parkir untuk
jangka lama, sedangkan siswa atau mahasiswa umumnya jangka pendek bagi
mereka yang diantar jemput dan jangka panjang bagi mereka yang memakai
kendaraan sendiri. J umlah ruang parkir ditentukan berdasarkan jumlah siswa
atau mahasiswa.
6. Tempat rekreasi
Kebutuhan parkir ditempat rekreasi dipengaruhi oleh daya tarik tempat
tersebut. Umumnya pada hari sabtu dan minggu, serta hari libur lainnya
kebutuhan parkir meningkat dibandingkan hari kerja. Penentuan jumlah ruang
parkir berdasarkan luas areal tempat rekreasi.
D
I
T
.
B
S
T
P
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 5
7. Hotel dan tempat penginapan
Kebutuhan ruang parkir hotel dan penginapan tergantung pada jumlah kamar
dan pelayanan lain yang disediakan. J enis pelayanan yang diberikan terdiri
berbagai macam perlu menyediakan ruang parkir yang lebih banyak dalam
rangka memberi pelayanan sesuai kebutuhan pengunjung. Banyak hotel yang
menyediakan berbagai fasilitas selain untuk keperluan menginap, diantaranya
adalah penyediaan ruang atau fasilitas untuk untuk seminar, rapat , dan pesta
perkawinan. Oleh karena itu penyediaan ruang parkir ditentukan berdasarkan
jumlah kamar dan luas ruangan yang disediakan untuk pelayanan jasa lainnya.
8. Rumah sakit
Kebutuhan ruang parkir untuk rumah sakit ditentukan oleh jumlah tempat tidur
pasien tanpa memperhatikan kelas rumah sakit. Hal ini karena setiap pasien
harus mendapat standar pelayanan kesehatan yang sama.
9. Bioskop dan tempat pertunjukan
Ruang parkir di bioskop dan gedung pertunjukkan sifatnya sementara dengan
durasi antara 1,5 sampai 2 jam saja dan keluarnya bersamaan sehingga perlu
kapasitas pintu keluar yang besar. Besarnya kebutuhan ruang parkir tergantung
jumlah tempat duduk yang tersedia, yang menggambarkan jumlah pengunjung
gedung bioskop.
10. Gelanggang olah raga
Ruang parkir digelanggang olahraga sifatnya sementara dengan durasi antara
1,5 sampai 2 jam saja dan keluarnya bersamaan sehingga perlu kapasitas
pintu keluar yang besar. Besarnya kebutuhan ruang parkir tergantung jumlah
tempat duduk yang tersedia, yang menggambarkan jumlah pengunjung
gelanggang olah raga.
11. Rumah ibadah
Ruang parkir di rumah ibadah sifatnya sementara dengan durasi antara 1
sampai 2 jam saja dan keluarnya bersamaan sehingga perlu kapasitas pintu
keluar yang besar. Besarnya kebutuhan ruang parkir tergantung jumlah tempat
duduk yang tersedia, yang menggambarkan jumlah pengunjung rumah ibadah.
D
I
T
.
B
S
T
P
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 6
Ukuran kebutuhan ruang parkir pada pusat kegiatan berdasarkan hasil studi
Direktorat J enderal Perhubungan Darat adalah seperti ditunjukkan pada Tabel 4.1.
di bawah ini. Nilai kebutuhan SRP berbeda beda sesuai dengan jenis peruntukan
kegiatan dan sesuai dengan luas area total tiap peruntukan kegiatan.
Tabel 4.1. Kebutuhan Ruang Parkir Setiap Peruntukan
No Peruntukan Lahan unit
Hubdat
min max
I Parkir Tetap
1 pusat perdagangan luas area (100m2) 0.75 5.90
2 pusat perkantoran (administrasi) jml karyawan 0.05 0.24
3 pusat perkantoran (pelayanan umum) jml karyawan 0.06 0.29
4 pasar swalayan luas area (100m2) 1.05 4.50
5 pasar luas area (100m2) 2.30 4.00
6 sekolah/perguruan tinggi jumlah mahasiswa 0.02 0.02
7 tempat rekreasi luas area (100m2) 0.14 2.06
8
hotel dan tempat penginapan (tarif < 100
US$) jumlah kamar 0.28 1.03
hotel dan tempat penginapan (tarif 100 - 150
US$) jumlah kamar 0.81 3.00
hotel dan tempat penginapan (tarif 150 - 200
US$) jumlah kamar 1.34 3.00
hotel dan tempat penginapan (tarif 200 - 250
US$) jumlah kamar 2.38 3.00
9 rumah sakit
jumlah tempat
tidur
0.23 1.94
II Parkir Sementara
1
bioskop
jumlah tempat
duduk 0.23 0.66
2
tempat pertandingan olah raga
jumlah tempat
duduk 0.05 0.06
Dari referensi atau benchmarking yang telah dilakukan, diperoleh juga data
kebutuhan ruang parkir yang diperlukan untuk setiap tata guna lahan. Tabel di
bawah ini menunjukkan daftar standar kebutuhan ruang parkir untuk setiap
peruntukan lahan di negara Australia dan Singapura.
D
I
T
.
B
S
T
P
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 7
Tabel 4.2. Kebutuhan Ruang Parkir Setiap Peruntukan (Standar Australia)
No Land Use units
Parking Rates
Lowest
(15th
persentile)
Highest
(85th
percentile)
1 Residential
Flat spaces/flat (1 bedroom) 0.25 1.00
(2 bedroom) 0.35 1.10
(3 bedroom) 0.50 1.30
2 Residential
Building spaces/bedroom 0.25 1.00
3 Retail
Shop spaces/100 m2 gross floor area 3.50 7.50
Market spaces/100 m2 gross floor area 3.50 7.50
4 Industry
General spaces/100 m2 floor area 0.80 1.00
Warehouse spaces/100 m2 floor area 0.10 1.50
5 Hospitals
Major Hosp spaces/bed 0.20 1.30
General Hosp spaces/bed 0.20 1.30
Consulting Rooms spaces per practitioner 3.00 5.00
6 Education
Primary Schools spaces to each employee 0.70 1.00
Secondary Schools spaces to each employee 0.80 1.20
University spaces per full time student 0.30 1.00
7 Recreation
Golf Course spaces per hole 2.00 4.00
Squash Court spaces per court 2.00 3.00
Tennis Court spaces per court 2.00 4.00
8 Entertainment
Cinema spaces per seat 0.10 0.40
Reception Rooms spaces per seat 0.10 0.30
Brothel spaces/100 m2 floor area 0.00 1.00
9 Commercial
Office spaces/100 m2 floor area 1.50 3.50
Bank spaces/100 m2 floor area 0.00 10.00
D
I
T
.
B
S
T
P
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 8
Tabel 4.3. Kebutuhan Ruang Parkir Setiap Peruntukan (Standar Singapura)
No Land Use
Parking Rates
(based on unit or gross floor ares/sq.m)
Zona 1 Zona 2 Zona 3
Loading/
Undolading
1 Residential
Flat, non flats, service 1 car space per 1 residential unit
appartments and home-office
2 Commercial
a. Offices
1/450 1/250 1/200
1/10,000
(up to
50,000sqm)
b. Shops and department store 1/400 1/200 1/150 1/4,000
c. Restaurants, nightclub
For 1st 150 sq.m 1/150
Exceeding 1st 150 sq.m 1/60 1/50
d. Hotels and residential clubs 1/250 1/200 1/8000
3 Cinema, theatre and concert hall 1/12 seat 1/10 seat
4 Warehouse/godown 1/800
5 Factory
a.1. Flatted Type 1/350 1/3000
a.2. Terrace Type
For 1st 800 sq.m 1/300
After 1st 800 sq.m 1/350 1/1500
a.3. Detached Type 1/600 1/1500
6 Education I nstitutions
a. Kindergarten 1/200
b. Primary Schools 1/3 classrooms
c. Secondary Schools 1/2 classrooms
d. J unior Colleges 1/30 daytime staff and student
e. Vocational Institutions 1/30 daytime staff and student
f. Polytechnics and Universities 1/20 staff and student
g. Library 1/200
7 Cultural and Sosial Welfare
a. Community Centres 1/200
b. Welfare house 1/200
8 Religious and Related Institutions 0.00 10.00
a. Churces, Mosques and
Temples
For church 1/10 seats/persons
Others 1/50
b. Columbarium 1/500 niches
c. Funeral parlour and
crematorium
10 per funeral parlour
9 Recreational Facilities
a. Sports Complex
Administrative and related
uses
1/200
Snack/coffe bar 1/150
Multi purpose hall 1/300
D
I
T
.
B
S
T
P
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 9
No Land Use
Parking Rates
(based on unit or gross floor ares/sq.m)
Zona 1 Zona 2 Zona 3
Loading/
Undolading
Indoor games rooms 1/150
Spectators gallery 1/10 seats
b. Tennis,squash, badminton,
sepak takraw
1/court
c. Soccer/basket ball 4/field/court
d. Bowling Alley 1/lane
e. Swimming pool 1/40
f. Ice/roller skating rink 1/50
g. Golf range 1/tee
10 Health Institutions
a. Clinic/dispensary 1/150
b. Nursing Homes 1/8 beds
c. Hospitals
First 500 beds 1/4 beds
Beyond 500 beds 1/5 beds
11 Retirement Housing 1/200
12
Eating House within industrial
estate
For 1st 150 sq.m 1/150
Exceeding 150 sq.m 1/50
13 Marina/Boat Sheds 1/2 boats
14 Electrical Sub-stations
For 1st 2000 m2 1/400
Exceeding 2000 m2 1/700
15 Fire Station
a. Offices 1/200
b. Squash/tennis courts 1/court
16 Convention/exhibition 1/50
17 Public Park 12.7/hectare
18 Nursery
For covered areas 1/200
For open areas 1/650
19 Foreign Worker dormitories 1/650
20 Tourist Attraction Developments 1/100 tourists per day
21 Off-course betting centre 1/10 seats
22 Petroleum 1/200
23 White sites
Non-residential uses 1/425 1/7000
24 Boarding houses and hostels
a. Administration areas nad
offices
1/200
b. Function rooms and exhibition
areas
1/50
c. Residential rooms 1/700
25 Showflat 1/50
Sumber: Handbook on Vehicle Parking Provision, Singapore, 2005
D
I
T
.
B
S
T
P
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 10
Berdasarkan kondisi yang ada saat ini dan hasil benchmarking terhadap standar
yang berlaku di negara lain, maka diusulkan jumlah kebutuhan ruang parkir sebagai
suatu standar yang berlaku di Indonesia.
Beberapa hal yang perlu sebagai catatan dalam ukuran kebutuhan ruang parkir
adalah sebagai berikut:
Unit kebutuhan sesuai dengan sistem zona yang ada
Zona I menganut penyediaan ruang parkir maksimum sehingga kebutuhan
ruang parkir adalah berupa kebutuhan maksimum
Zona II dan zona III menganut penyediaan ruang parkir minimum sehingga
kebutuhan ruang parkir adalah berupa kebutuhan minimum
Ada ketentuan tambahan untuk kebutuhan ruang parkir angkutan barang
(loading/unloading)
Unit kebutuhan standar adalah untuk mobil penumpang
Kebutuhan SRP untuk sepeda motor dan sepeda harus disediakan sebagai
tambahan kebutuhan ruang untuk mobil penumpang
Kebutuhan ruang parkir untuk sepeda motor ditetapkan sebesar 50% dari
kebutuhan ruang parkir untuk mobil penumpang
Kebutuhan ruang parkir untuk sepeda ditetapkan sebesar 50% dari kebutuhan
ruang parkir untuk sepeda motor
J umlah kebutuhan ruang parkir untuk orang cacat (disable person) ditetapkan
sebesar 1 % dari kebutuhan ruang parkir untuk mobil penumpang dengan
jumlah maksimum untuk setiap pusat kegiatan adalah sebesar 10 ruang parkir
(Referensi : Standar perparkiran di Australia).
Tabel di bawah ini menunjukkan rekomendasi kebutuhan ruang parkir untuk setiap
jenis peruntukan lahan.
D
I
T
.
B
S
T
P
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 11
Tabel 4.4. Rekomendasi Kebutuhan Ruang Parkir Setiap Peruntukan
No Land Use Keterangan Unit
Unit Kebutuhan Standar
Zona I
(maximum
provision)
Zona II
(minimum
provision)
Zona III
(minimum
provision)
Loading/
Unloading
1 Residential
a. Residential > 90 m
2
J umlah unit 1/2 1/2 1
b. Apartemen 70 - 90 m
2
J umlah unit 1/4 1/4 1/2
< 70 m
2
J umlah unit 1/10 1/10 1/5
2 Industrial/Warehousing
a. Pabrik / Gudang < 2000 m
2
m
2
- - 1/200 1/1500
2000 - 5000 m
2
m
2
- - 1/300 1/1500
b. Kantor (di dalam lokasi industri) m
2
- - 1/100
3 Komersial
a. Perkantoran m
2
1/150 1/150 1/100 1/10000
b. Pertokoan m
2
1/100 1/100 1/60 1/4000
c. Pusat Perdagangan m
2
1/133 1/133 1/75 1/4000
d. Pasar Swalayan m
2
1/95 1/95 1/60 1/4000
D
I
T
.
B
S
T
P
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 12
No Land Use Keterangan Unit
Unit Kebutuhan Standar
Zona I
(maximum
provision)
Zona II
(minimum
provision)
Zona III
(minimum
provision)
Loading/
Unloading
e. Pasar Tradisional m
2
1/43 1/43 1/30 1/4000
4 Sekolah / Perguruan Tinggi jml pelajar/mhs 1/75 1/75 1/50
5 Tempat Rekreasi m
2
- - 1/100
6 Hotel dan Tempat Penginapan Bintang 4 dan 5 jml kamar tidur 1/5 1/5 1/3
Bintang 2 dan 3 jml kamar tidur 1/7 1/7 1/5
Bintang 1 ke bawah jml kamar tidur 1/10 1/7 1/5
7 Rumah Sakit jml kamar tidur 1/5 1/5 1/4
8 Bioskop jml tempat duduk 1/12 1/12 1/10
9 Tempat Pertandingan Olah Raga jml tempat duduk - - 1/20
D
I
T
.
B
S
T
P
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 13
Keterangan:
Kebutuhan ruang parkir tambahan untuk sepeda motor dan sepeda ditetapkan sebagai
berikut:
Kebutuhan ruang parkir sepeda motor = 50 % kebutuhan parkir mobil penumpang
Kebutuhan ruang parkir sepeda = 50 % kebutuhan parkir sepeda motor
a. Kebutuhan ruang parkir pada lokasi dengan peruntukan Mix-used
J ika suatu pengembangan mempunyai beberapa pusat kegiatan (mix-used) maka
kebutuhan jumlah ruang parkir merupakan penjumlahan dari kebutuhan ruang
parkir untuk setiap pusat kegiatan.
b. Kebutuhan ruang parkir untuk keperluan khusus, seperti: vip parking,
valet parking, ladies parking dan parkir berlangganan
Pada zona 1 yang merupakan kawasan pengendali lalu lintas sebaiknya tidak
disediakan ruang parkir untuk keperluan khusus tersebut.
Ruang parkir untuk keperluan khusus, seperti: vip parking, ladies parking, valet
parking dan parkir berlangganan dapat disediakan pada zona 2 dan zona 3 sebagai
ruang parkir tambahan di luar kebutuhan jumlah ruang parkir minimum. Dalam hal
ini pengembang harus memenuhi terlebih dahulu kebutuahn ruang parkir minimum
yang wajib disediakan. Di luar ruang parkir tersebut dapat ditambahkan ruang
parkir untuk keperluan khusus.
c. Kegiatan parkir sepeda
Penggunaan sepeda sebagai sarana transportasi alternatif harus didukung dengan
menyediakan tempat parkir sepeda. Semua tempat komersial harus menyediakan
tempat parkir sepeda berupa taman atau pelataran parkir yang disediakan dekat
jalan masuk gedung, dapat diamati, dan memberikan keamanan terhadap pencurian
dan kerusakan.
J umlah ruang parkir sepeda yang harus disediakan semua tempat komersial
minimum 2 (dua) ruang parkir sepeda. Sedangkan tempat komersial yang
menyediakan ruang parkir mobil diluar badan jalan (off street) harus menyediakan 1
ruang parkir sepeda setiap 5 ruang parkir mobil yang harus disediakan.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 14
4.4. PENENTUAN SATUAN RUANG PARKIR
Parkir merupakan salah satu bagian dari sistem transportasi dan juga merupakan
suatu kebutuhan. Oleh karena itu perlu suatu penataan parkir yang baik, agar area
parkir dapat digunakan secara efisien dan tidak menimbulkan masalah bagi kegiatan
yang lain. Untuk melakukan penataan yang baik tentu saja merencanakan
kebutuhan ruang parkir terlebih dahulu.
Parkir menurut tempatnya dibagi 2 (dua) yakni, parkir di dalam ruang milik jalan
dan parkir diluar ruang milik jalan. Parkir di dalam ruang milik jalan relatif lebih
besar permasalahannya dibanding parkir di luar ruang milik jalan. J ika parkir di
dalam ruang milik jalan penataanya kurang baik akan menimbulkan kemacetan bagi
arus lalu lintas yang menggunakan jalan.
Satuan ruang parkir (SRP) digunakan untuk mengukur kebutuhan ruang parkir.
Berdasarkan pedoman dari Ditjen Perhubungan Darat, untuk menentukan satuan
ruang parkir, dipertimbangkan hal hal berikut ini:
a. Dimensi standar mobil penumpang
Dimensi kendaraan merupakan dasar menentukan dimensi ruang parkir yang
harus disediakan. Ruang parkir harus memiliki ketinggian, lebar, dan panjang
tertentu sehingga kendaraan dapat menempati ruang parkir yang disediakan
dengan mudah.
a = jarak gandar
h = tinggi total
b = depan tergantung B = lebar total
c = belakang tergantung L = panjang total
d = lebar jejak
Gambar 4.1. Dimensi Kendaraan Standar Untuk Mobil Penumpang
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 15
b. Ruang bebas kendaraan parkir
Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan longitudinal
kendaraan. Ruang bebas arah lateral ditetapkan pada saat posisi pintu
kendaraan terbuka, yang diukur dari ujung paling luar pintu ke badan
kendaraan parkir yang ada di sampingnya.
Ruang bebas diberikan agar tidak terjadi benturan antara pintu kendaraan
dengan kendaraan yang parkir disampingnya pada saat penumpang turun atau
naik kendaraan. Ruang bebas arah memanjang diberikan di depan kendaraan
untuk menghindari benturan dengan dinding atau kendaraan yang lewat jalur
gang (aisle). J arak bebas arah lateral diambil sebesar 5 cm untuk mobil
penumpang biasa dan 80 cm untuk mobil penumpang yang memerlukan
pergerakkan kursi roda, sedangkan jarak bebas arah longitudinal sebesar 30
cm.
c. Lebar bukaan pintu kendaraan
Ukuran lebar bukaan pintu merupakan fungsi karakteristik pemakai kendaraan
yang memanfaatkan fasilitas parkir. Karakteristik pengguna kendaraan yang
memanfaatkan fasilitas parkir dapat dibagi menjadi tiga seperti diuraikan pada
tabel dibawah ini.
Tabel 4.5. Lebar Bukaan Pintu Kendaraan
Jenis bukaan pintu
Pengguna dan/atau peruntukan
fasilitas parkir
Golongan
Pintu depan/ belakang
terbuka tahap awal 55 cm
Karyawan/pekerja kantor
Tamu/pengunjung pusat
perkantoran, perdagangan,
pemerintahan, universitas
I
Pintu depan/belakang
terbuka penuh 75 cm
Pengunjung tempat olah
raga, pusat hiburan/ rekreasi,
hotel, pusat perdagangan
eceran/swalayan, rumah
sakit, bioskop
II
Pintu depan terbuka
penuh dan ditambah
untuk pergerakkan kursi
roda 80 cm
Orang penyandang cacat III
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 16
Berdasarkan Butir (a) dan (b), penentuan satuan ruang parkir (SRP) dibagi atas tiga
jenis kendaraan dan berdasarkan butir 3, penentuan SRP untuk mobil penumpang
diklasifikasikan menjadi tiga golongan, seperti pada Tabel 3.6. dibawah ini.
Tabel 4.6. Penentuan Satuan Ruang Parkir Kendaraan
Jenis Kendaraan Satuan Ruang Parkir (m x m)
1. Mobil penumpang golongan I 2,30 x 5,00
2. Mobil penumpang golongan II 2,50 x 5,00
3. Mobil penumpang golongan III 3,00 x 5,00
4. Bus/Truk 3,40 x 12,50
5. Sepeda motor 0,75 x 2,25
6. Sepeda 0,60 x 1,80
Perhitungan besarnya satuan ruang parkir untuk setiap jenis kendaraan adalah
sebagai berikut:
1. Satuan ruang parkir mobil penumpang
Lebar satuan ruang parkir dihitung dengan persamaan:
Bp = B + O + R
Panjang satuan ruang parkir dihitung dengan persamaan:
Lp = L + a1 + a2
dimana:
Bp = lebar satuan ruang parkir.
B = lebar total kendaraan = 170 cm
O = lebar bukaan pintu
R = jarak bebas arah laterar
Lp = panjang satuan ruang parkir
P = panjang total kendaraan = 470 cm
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 17
a1 = jarak bebas arah longitudinal bagian depan = 10 cm
a2 = jarak bebas arah longitudinal bagian belakang = 20 cm
Gambar 4.2. Satuan Ruang Parkir Untuk Mobil Penumpang
Berdasarkan berbagai ketentuan diatas, maka dimensi satuan ruang parkir untuk
berbagai jenis golongan mobil penumpang adalah sebagai berikut :
1) Mobil penumpang golongan I
Bp = B + O + R = 170 + 55 + 5 = 230 cm
Lp = L + a1 + a2 = 470 + 10 + 20 = 500 cm
2) Mobil penumpang golongan II
Bp = B + O + R = 170 + 75 + 5 = 250 cm
Lp = L + a1 + a2 = 470 + 10 + 20 = 500 cm
3) Mobil penumpang golongan III
Bp = B + O + R = 170 + 80 + 50 = 300 cm
Lp = L + a1 + a2 = 470 + 30 = 500 cm
Dimensi kendaraan yang beredar saat ini dapat diperoleh dari dealer kendaraan
tersebut. Dimensi beberapa kendaraan yang beroperasi di Indonesia adalah sebagai
berikut:
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 18
1. Toyota Kijang Innova
Panjang = 4.580 m
Lebar = 1.770 m
Tinggi = 1.745 m
2. Toyota Vios
Panjang = 4.300 m
Lebar = 1.700 m
Tinggi = 1.460 m
Standar dimensi ruang parkir yang saat ini berlaku di singapura adalah sebagai
berikut:
1. Lebar = 2.400 m
2. Panjang untuk parkir sudut = 4.800 m
3. Panjang untuk parkir paralel = 5.400 m
4. Tinggi (min headway clearance) = 2.200 m
Gambar di bawah ini menunjukkan dimensi minimum dari satuan ruang parkir yang
berlaku di Singapura.
Gambar 4.3. Dimensi Minimum Satuan Ruang Parkir di Singapura
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 19
Sedangkan dimensi ruang parkir jika terdapat halangan di sisi parkir adalah seperti
ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.
Gambar 4.4. Dimensi Minimum Satuan Ruang Parkir di Singapura J ika Terdapat
Halangan Di Sekitarnya
Untuk parkir paralel, jika tidak memungkinkan untuk melakukan gerakan mundur,
maka dimensi yang diperlukan adalah seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah
ini.
Gambar 4.5. Dimensi Minimum Satuan Ruang Parkir Paralel di Singapura J ika Tidak
Memungkinkan Untuk Melakukan Gerakan Mundur
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 20
Minimum headroom clearance sesuai standar Singapura untuk mobil penumpang
adalah setinggi 2.200 m seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.
Gambar 4.6. Dimensi Minimum Headroom Clearance di Singapura
2. Satuan ruang parkir untuk bus dan truk
Perhitungan satuan ruang parkir untuk bus dan truk kecil, sedang, dan besar
dilakukan dengan cara yang sama, sedangkan ketentuan ukuran kendaraan, bukaan
pintu dan jarak bebas adalah sebagai berikut:
B = lebar total kendaraan
= 170 cm untuk bus atau truk kecil
= 200 cm untuk bus atau truk sedang
= 250 cm untuk bus atau truk besar
O = lebar bukaan pintu = 80 cm
R = jarak bebas arah laterar
= 30 cm untuk bus atau truk kecil
= 40 cm untuk bus atau truk sedang
= 50 cm untuk bus atau truk besar
P = panjang total kendaraan
= 470 cm untuk bus atau truk kecil
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 21
= 800 cm untuk bus atau truk sedang
= 1200 cm untuk bus atau truk besar
a1 = jarak bebas arah longitudinal bagian depan
= 10 cm untuk bus atau truk kecil
= 20 cm untuk bus atau truk sedang
= 30 cm untuk bus atau truk besar
a2 = jarak bebas arah longitudinal bagian belakang = 20 cm
Berdasarkan berbagai ketentuan diatas, maka dimensi satuan ruang parkir untuk
bus dan truk adalah sebagai berikut:
1) Bus atau truk kecil
Bp = B + O + R = 170 + 80 + 30 = 280 cm
Lp = P + a1 + a2 = 470 + 10 + 20 = 500 cm
2) Bus atau truk sedang
Bp = B + O + R = 200 + 80 + 40 = 320 cm
Lp = P + a1 + a2 = 800 + 20 + 20 = 840 cm
3) Bus atau truk besar
Bp = B + O + R = 250 + 80 + 50 = 380 cm
Lp = P + a1 + a2 = 1200 + 30 + 20 = 1250 cm
Gambar 4.7. Satuan Ruang Parkir Untuk Bus/Truk (dalam centi meter)
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 22
Dimensi kendaraan bus/truk yang beredar saat ini dapat diperoleh dari dealer
kendaraan tersebut. Dimensi beberapa kendaraan yang beroperasi di Indonesia
adalah sebagai berikut:
1. Toyota Dyna 130 HT
Panjang = 6.026 m
Lebar = 1.945 m
Tinggi = 2.165 m
2. Hino FM 320 PD
Panjang = 8.480 m
Lebar = 2.465 m
Tinggi = 2.820 m
Di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang berkaitan dengan Kelas J alan
terdapat kategori dimensi untuk kendaraan yaitu:
1. J alan Kelas I, dimensi maksimum: lebar 2.500 mm, panjang 18.000 mm dan
tinggi 4.200 mm
2. J alan Kelas II, dimensi maksimum: lebar 2.500 mm, panjang 12.000 mm dan
tinggi 4.200 mm
3. J alan Kelas III, dimensi maksimum: lebar 2.100 mm, panjang 9.000 mm dan
tinggi 3.500 mm
4. J alan Kelas Khusus, dimensi dapat melebihi: lebar 2.500 mm, panjang 18.000
mm dan tinggi 4.200 mm.
Berdasarkan pembagian kategori tersebut maka dimensi untuk kendaraan bus/truk
dibagi menjadi sebagai berikut:
1. Bus/Truk dengan panjang maksimum 9.000 mm
2. Bus/Truk dengan panjang antara 9.000 mm dan 12.000 mm
3. Bus/truk dengan panjang lebih dari 12.000 mm
Dimensi minimum satuan ruang parkir untuk kendaraan bus/truk di Singapura
adalah seperti ditunjukkan pada Tabel di bawah ini.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 23
Tabel 4.7. Dimensi Minimum Satuan Ruang Parkir Untuk Bus/Truk
Sumber: Handbook on Vehicle Parking Provision, Singapore, 2005
3. Satuan ruang parkir untuk sepeda motor
Perhitungan satuan ruang parkir untuk sepeda motor dilakukan dengan cara yang
sama, sedangkan ketentuan ukuran kendaraan dan jarak bebas sebagai berikut:
B = lebar total sepeda motor = 70 cm
R = jarak bebas arah laterar = 5 cm
P = panjang total sepeda motor = 200 cm
a1 = jarak bebas arah longitudinal bagian depan = 5 cm
a2 = jarak bebas arah longitudinal bagian belakang = 20 cm
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 24
Berdasarkan berbagai ketentuan diatas, maka dimensi satuan ruang parkir untuk
sepeda motor adalah sebagai berikut:
Bp = B + R = 70 + 5 = 75 cm
Lp = L + a1 + a2 = 200 + 20 + 5 = 225 cm
Gambar 4.8. Satuan Ruang Parkir Untuk Sepeda Motor
Dimensi sepeda motor yang beredar saat ini dapat diperoleh dari dealer kendaraan
tersebut. Contoh dimensi sepeda motor yang beroperasi di Indonesia adalah
sebagai berikut (Honda Supra X):
Panjang = 1.889 m
Lebar = 0.702 m
Tinggi = 1.094 m
Dimensi minimum satuan ruang parkir untuk negara Singapura dalah sebagai
berikut:
Dimensi Minimum SRP untuk sepeda motor 0.800 x 2.400 m
Dimensi SRP Yang Diinginkan untuk sepeda motor 1.000 x 2.500 m
4. Satuan ruang parkir untuk sepeda
Perhitungan satuan ruang parkir untuk sepeda dilakukan dengan menggunakan
ukuran sepeda secara langsung, sehingga dimensi satuan ruang parkir sepeda
adalah sebagai berikut:
Bp = lebar total sepeda = 65 cm
Lp = panjang total kendaraan = 180 cm
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 25
Gambar 4.9. Satuan Ruang Parkir Untuk Sepeda
Berdasarkan evaluasi terhadap standar yang berlaku saat ini (Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Parkir tahun 1996), dimensi kendaraan standar yang beroperasi
saat ini dan benchmarking dengan negara lain, maka diusulkan dimensi satuan
ruang parkir (SRP) untuk tiap jenis kendaraan yang berlaku di Indonsia. Tabel dan
Gambar di bawah ini menunjukkan ukuran dimensi minimum satuan ruang parkir
baik untuk parkir sudut maupun parkir paralel.
Tabel 4.8. Dimensi Satuan Ruang Parkir (SRP) Tiap J enis Kendaraan
No Jenis Kendaraan
Parkir Sudut Parkir Paralel Minimum
Headroom
Clearance
(cm)
Lebar
(cm)
Panjan
g (cm)
Lebar
(cm)
Panjang
(cm)
1 Mobil Penumpang
a. Untuk Golongan I 240 480 240 540 220
b. Untuk Golongan I I 300 480 300 540 220
2 Bus/Truk
a. Panjang kendaraan < 9 m 300 900 300 1100 420
b. Panjang kendaraan 9 m 330 1200 330 1400 420
c. Truk Gandeng 330 1400 330 1900 450
3 Sepeda Motor 75 200 - - -
4 Sepeda 60 180 - - -
Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Parkir tahun 1996
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 26
Keterangan :
Kendaraan Golongan I : kendaraan untuk orang biasa (bukan orang cacat)
Kendaraan Golongan II : kendaraan untuk orang cacat (disable person)
SRP Parkir Sudut
4,8 m
2
,
4
m
SRP Parkir Paralel
4
,8
m
2
,
4
m
5
,
4
m
2,4 m
LANGIT-LANGIT/PENEDUH
2
,
2
m
LANTAI PARKIR
Instalasi/Benda
yang Menempel
di Langit-langit/
Peneduh
SRP Parkir Sudut 90
o
Tinggi Ruang Bebas
Gambar 4.10. SRP Kendaraan Golongan I untuk Parkir Sudut dan Parkir Paralel
SRP Parkir Sudut
4,8 m
3
,
0
m
SRP Parkir Paralel
5
,
4
m
3,0 m
LANGIT-LANGIT
2
,
2
m
LANTAI PARKIR
Instalasi/Benda
yang Menempel
di Langit-langit
Ruang Parkkir
SRP Parkir Sudut 90
o
Tinggi Ruang Bebas
4
,8
m
3
,
0
m
Gambar 4.11. SRP Kendaraan Golongan II (orang cacat) untuk Parkir Sudut dan
Parkir Paralel
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 27
SRP Parkir Sudut
9 m
3
m
SRP Parkir Paralel
1
1
m
3 m
LANGIT-LANGIT/PENEDUH
4
,
2
m
LANTAI PARKIR
Instalasi/Benda
yang Menempel
di Langit-langit/
Peneduh
SRP Parkir Sudut 90
o
Tinggi Ruang Bebas
9
m
3
m
Gambar 4.12. SRP Kendaraan Bus/Truk dengan Panjang kendaraan < 7.5 m untuk
Parkir Sudut dan Parkir Paralel
SRP Parkir Sudut
12 m
3
,
3
m
SRP Parkir Paralel
1
4
m
3,3 m
LANGIT-LANGIT/PENEDUH
4
,
2
m
LANTAI PARKIR
Instalasi/Benda
yang Menempel
di Langit-langit/
Peneduh
SRP Parkir Sudut 90
o
Tinggi Ruang Bebas
1
2
m
3
,
3
m
Gambar 4.13. SRP Kendaraan Bus/Truk dengan Panjang kendaraan 7.5 m untuk
Parkir Sudut dan Parkir Paralel
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Standar Kebutuhan Parkir 4 - 28
SRP Parkir Sudut
14 m
3
,
3
m
SRP Parkir Paralel
1
9
m
3,3 m
LANGIT-LANGIT/PENEDUH
4
,
5
m
LANTAI PARKIR
Instalasi/Benda
yang Menempel
di Langit-langit/
Peneduh
SRP Parkir Sudut 90
o
Tinggi Ruang Bebas
1
4
m
3
,
3
m
Gambar 4.14. SRP Kendaraan Truk Gandeng untuk Parkir Sudut dan Parkir Paralel
2 m
0
,
7
5
m
SRP Parkir Sudut 90
o
Gambar 4.15. SRP Sepeda Motor
1,8 m
0
,
6
m
SRP Parkir Sudut 90
o
Gambar 4.16. SRP Sepeda
D
I
T
.
B
S
T
P
Bab
Fasilitas Parkir di
Dalam Ruang Milik
Jalan
5.1. PERSYARATAN LOKASI PARKIR DI DALAM RUANG MILIK JALAN
Pada pedoman fasilitas parkir yang lama disebutkan bahwa parkir di badan jalan
bisa dilakukan pada jalan lokal primer, jalan lokal sekunder dan jalan kolektor.
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu-lintas dan Angkutan J alan telah
mengatur bahwa lokasi parkir tidak diperbolehkan pada jalan nasional dan jalan
provinsi dipergunakan sebagai lokasi parkir di dalam ruang milik jalan, sehingga
jalan yang bisa digunakan sebagai lokasi parkir di dalam ruang milik jalan
adalah:
1) Setiap jalan Kabupaten, jalan kota dan jalan desa yang ditunjukkan dengan
rambu dan marka parkir.
2) J alan kabupaten, jalan kota dan jalan desa sebagaimana dimaksud pada butir
(1) harus memenuhi persyaratan teknis, antara lain:
a. Memiliki sekurang-kurangnya 2 lajur per arah, sehingga minimal satu lajur
di kiri bisa digunakan sebagai ruang parkir dan satu lajur di tengan
sebagai ruang lalu-lintas.
b. Memiliki total lebar jalan sekurang-kurangnya 6 meter, sehingga minimal
pada lajur di kiri bisa dipergunakan untuk pola parkir paralel (minimal 2,4
meter) dan lajur lalu-lintas yang juga berfungsi sebagai gang dan ruang
manuver mempunyai lebar minimal 3,6 meter).
c. Dapat menjamin keselamatan dan kelancaran lalu-lintas;
d. Mudah dijangkau oleh pengguna jasa.
3) Fasilitas parkir untuk umum di dalam ruang milik jalan sebagaimana
dimaksud pada butir (1) wajib diperuntukkan untuk parkir sepeda dan
kendaraan bermotor.
Pemberlakukan Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu-lintas dan
Angkutan J alan yang berkaitan dengan tidak diperbolehkannya penggunaan jalan
nasional dan jalan provinsi pada masa transisi akan banyak memunculkan
masalah di berbagai kota, tertutama kota-kota yang selama ini lokasi pusat
kegiatan ekonominya berada di sekitar jalan nasional dan jalan provinsi. Untuk
memberikan kesempatan suatu kota menata lokasi parkir di dalam ruang milik
jalan, maka diusulkan adanya ketentuan sebagai berikut:
5
2
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 2
1) Atas pertimbangan teknis tertentu Menteri Perhubungan dapat menentukan
lokasi parkir di jalan nasional.
2) Atas pertimbangan teknis tertentu Gubernur dapat menentukan lokasi parkir
di jalan provinsi setelah mendapat rekomendasi Menteri Perhubungan dapat
menentukan lokasi parkir di jalan nasional.
3) Pertimbangan teknis yang dimaksud butir (1 dan (2) antara lain adalah:
a. Pada jalan yang sekurang-kurangnya memiliki 4 lajur per arah;
b. Pada jalur lambat dengan lebar sekurang-kurangnya 6 meter per arah;
c. Pada jalan yang masih mempunyai tingkat pelayanan minimum C setelah
dioperasikan parkir.
d. Bersifat sementara berdasarkan evaluasi terhadap kinerja lalu-lintas yang
dilakukan oleh Menteri Perhubungan untuk jalan nasional dan Gubernur
untuk jalan provinsi.
5.2. PENETAPAN LOKASI PARKIR DI DALAM RUANG MILIK JALAN
Penetapan lokasi fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan dilakukan dengan
memperhatikan:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah;
b. keselamatan dan kelancaran lalu-lintas;
c. kelestarian lingkungan;
d. kemudahan bagi pengguna jasa.
Penetapan lokasi parkir di dalam ruang milik jalan sebagaimana butir (1)
dilaksanakan oleh:
a. Walikota untuk penetapan lokasi parkir di dalam ruang milik jalan yang
ada di jalan kota;
b. Bupati untuk penetapan lokasi parkir di dalam ruang milik jalan yang ada
di jalan Kabupaten dan jalan lingkungan;
c. Gubernur DKI J akarta untuk penetapan lokasi parkir di dalam ruang milik
jalan yang ada di jalan kota dan jalan lingkungan yang ada di wilayah
DKI J akarta.
5.3. PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DI DALAM RUANG MILIK
JALAN
Penyelenggaraan fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan dilakukan oleh:
a. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang ditunjuk oleh Walikota untuk parkir di
dalam ruang milik jalan yang ada di jalan kota;
b. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang ditunjuk oleh Bupati untuk parkir di dalam
ruang milik jalan yang ada di jalan kabupaten dan jalan lingkungan,
c. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang ditunjuk oleh Gubernur DKI J akarta untuk
parkir di dalam ruang milik jalan yang ada di jalan kota dan jalan lingkungan
yang ada di wilayah DKI J akarta.
Dalam struktur organisasi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), kegiatan
perparkiran mencakup aspek sebagai berikut:
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 3
a. aspek administratif, yang mengurus hal-hal nonteknis perparkiran, seperti
personalia, keuangan, izin pengoperasian fasilitas parkir dan umum;
b. aspek teknis-operasional, yang mengurus hal-hal teknis perparkiran, seperti
perencanaan, pengoperasian, pengawasan terhadap pengoperasian dan
pemeliharaan fasilitas parkir.
Kegiatan teknis operasional UPTD adalah untuk mendukung keseimbangan
sistem transportasi melalui kegiatan rinci sebagai berikut:
a. menjamin berlanjutnya kehidupan perekonomian kawasan;
b. memperbaiki aksesibilitas menuju kawasan untuk semua pengguna;
c. memperbaiki kualitas udara dan lingkungan kawasan;
d. mempertahankan dampak lalu lintas kendaraan dalam batas yang dapat
diterima yaitu minimum tingkat pelayanan jalan (Level of Services) jalan
adalah C;
e. mendukung peningkatan penggunaan angkutan umum dan kemampuan
pejalan kaki terutama pada kawasan dengan kepadatan tinggi dan
multiguna;
f. mendukung penggunaan fasilitas parkir yang teratur, efisien, aman dan
mudah terjangkau bagi pengguna parkir yang akan menuju lokasi potensial
atau sebaliknya;
g. menyusun dan mensosialisasikan kerangka pengembangan fasilitas parkir
dalam kawasan;
h. melakukan kontrol/pengawasan terhadap pelaksanaan parkir di dalam ruang
milik jalan.
5.4. HAK DAN KEWAJIBAN PENGGUNA FASILITAS PARKIR DI
DALAM RUANG MILIK JALAN
5.4.1. Hak Pengguna Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan
Dalam pedoman yang lama belum diatur secara jelas hak pengguna fasilitas
parkir. Dalam pedoman yang baru diusulkan hak pengguna fasilitas parkir
sebagai berikut:
1) Hak pengguna parkir di dalam ruang milik jalan, meliputi:
a. Mendapatkan tempat parkir yang sesuai standar teknis yang ditentukan;
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 4
b. Mendapat jaminan keselamatan dan keamanan.
2) Hak pengguna parkir mendapatkan tempat parkir yang sesuai dengan
standar teknis yang ditentukan sebagaimana butir (1a) meliputi:
a. mendapatkan tempat parkir di lokasi yang telah ditentukan;
b. mendapatkan tempat parkir dengan ruang parkir dan penerangan sesuai
ketentuan;
c. mendapatkan tempat parkir yang terbebas dari genangan air dan
sampah;
d. mendapatkan tempat parkir dan mudah untuk mencapai tempat tujuan.
3) Hak pengguna parkir mendapatkan jaminan keselamatan dan keamanan
sebagaimana butir (1b) , dengan cara:
a. meminta karcis parkir kepada petugas parkir sebagai jaminan
keselamatan dan keamanan kendaraan;
b. mendapatkan ganti rugi kepada penyelenggara parkir atas gangguan
keselamatan dan keamanan kendaraan dan isinya.
5.4.2. Kewajiban Pengguna Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan
Dalam pedoman yang lama belum diatur secara jelas kewajiban pengguna
fasilitas parkir. Dalam pedoman yang baru diusulkan kewajiban pengguna fasilitas
parkir sebagai berikut:
1) Kewajiban pengguna parkir di dalam ruang milik jalan, meliputi:
a. Mematuhi aturan tentang tata cara berlalu lintas;
b. Mematuhi ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh penyelenggara
parkir.
2) Kewajiban pengguna parkir dalam mematuhi aturan tentang tata cara berlalu
lintas sebagaimana butir (1a), dengan cara:
a. mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan;
b. turut menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak menghidupkan mesin
diwaktu kendaraan sedang parkir.
3) Kewajiban pengguna parkir dalam mematuhi ketentuan-ketentuan yang
dikeluarkan oleh penyelenggara parkir sebagaimana butir (1b), dengan cara:
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 5
c. membayar karcis parkir kepada petugas parkir sesuai dengan ketentuan,
termasuk membayar biaya premi asuransi kerusakan dan kehilangan
kendaraan beserta isinya;
d. memarkir kendaraan dengan tertib dan benar pada lokasi parkir yang
telah ditentukan;
e. melapor kepada penyelenggara parkir terhadap penyimpangan dan
pelanggaran yang dilakukan oleh juru parkir.
5.5. HAK DAN KEWAJIBAN PENYELENGGARA FASILITAS PARKIR DI
DALAM RUANG MILIK JALAN
5.5.1. Hak Penyelenggara Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan
Hak Penyelenggara parkir di dalam ruang milik jalan, antara lain:
a. dapat memungut biaya apabila memberikan pelayanan kepada pengguna
parkir;
b. memberikan peringatan dan/atau tindakan kepada pengguna parkir yang
tidak menaati ketentuan yang ditentukan.
Hak Penyelenggara parkir di dalam ruang milik jalan dapat memungut biaya
apabila memberikan pelayanan kepada pengguna parkir, dilakukan dengan cara:
a. memungut biaya sesuai dengan zona parkir, jenis kendaraan, lamanya
parkir sesuai dengan ketentuan;
b. menetapkan besaran pungutan biaya sudah termasuk asuransi kerusakan
dan kehilangan kendaraan beserta isinya.
Hak Penyelenggara parkir di dalam ruang milik jalan dalam memberikan
peringatan dan/atau tindakan kepada pengguna parkir yang tidak menaati
ketentuan dilakukan melalui:
a. teguran lisan, teguran tertulis, ganti rugi kerusakan peralatan/fasilitas
parkir hingga penahanan kendaraan sehingga dapat menimbulkan efek
jera bagi pengguna parkir;
b. sosialisasi ketentuan pakir bagi pengguna parkir minimal sekali dalam
setahun, meliputi sosialisasi biaya parkir, tata cara parkir yang benar, hak
dan kewajiban pengguna parkir dan kelestarian lingkungan.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 6
5.5.2. Kewajiban Penyelenggara Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik
Jalan
Kewajiban Penyelenggara parkir di dalam ruang milik jalan, meliputi:
a. Melengkapi fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan sekurang-kurangnya
berupa Rambu, Marka dan Papan informasi tarif;
b. Memastikan kendaraan keluar masuk satuan ruang parkir dengan aman
dan selamat;
c. Memenuhi persyaratan teknis dan standar pelayanan minimal yang
ditentukan.
Kewajiban Penyelenggara parkir di dalam ruang milik jalan untuk melengkapi
fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan sekurang-kurangnya berupa Rambu,
Marka dan Papan informasi tarif yang terdiri dari:
a. rambu-rambu parkir berupa rambu tempat parkir, rambu dilarang parkir,
rambu dilarang berhenti dan papan tambahan.
b. marka parkir berupa marka pembatas ruang parkir paralel dan parkir
sudut.
c. papan informasi tarif perlu yang memuat daftar tarif awal dan tarif tiap
jam untuk jenis kendaraan sepeda/sepeda motor, sedang-jip-pick up,
bus/truk sedang dan bus/truk besar.
Kewajiban Penyelenggara parkir di dalam ruang milik jalan untuk memastikan
kendaraan keluar masuk satuan ruang parkir dengan aman dan selamat meliputi:
a. peningkatkan pelayanan kepada pengguna parkir dengan meminimalisir
kesemrawutan untuk menjamin kelancaran lalu lintas;
b. peningkatkan kewaspadaan terhadap gangguan keamanan kendaraan
dari usaha pencurian dan pengrusakan;
c. melakukan tindakan penertiban terhadap pelanggaran/penyimpangan
parkir yang dilakukan oleh pengguna parkir.
Kewajiban Penyelenggara parkir di dalam ruang milik jalan untuk memenuhi
persyaratan teknis dan standar pelayanan minimal yang ditentukan antara lain
terhadap aspek-aspek berikut ini:
a. keamanan, yaitu dengan memberikan rasa aman terhadap usaha
pengrusakan dan pencurian kendaraan beserta isinya;
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 7
b. keselamatan, yaitu dengan memandu pengguna parkir untuk menuju
lokasi tujuan;
c. kenyamanan, yaitu dengan memberikan rasa nyaman bagi pengguna
parkir untuk menuju dan meninggalkan lokasi parkir;
d. keterjangkauan, yaitu lokasi parkir mudah dijangkau dan dekat dengan
tempat tujuan;
e. kesetaraan, yaitu menyediakan fasilitas parkir dan kemudahan bagi
penyandang cacat serta tidak menyediakan tempat parkir pesanan/privasi
pada jam sibuk;
f. keteraturan, yaitu menampung dan menempatkan kendaraan yang akan
parkir sesuai dengan tempat dan kapasitas yang ditentukan sehingga
meniadakan parkir berlapis/bertumpuk.
5.6. PERSYARATAN TEKNIS FASILITAS PARKIR DI DALAM RUANG
MILIK JALAN
5.6.1. Sudut Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan
Pada pedoman lama telah diatur beberapa variasi sudut parkir. Dalam
menentukan sudut parkir pada suatu badan jalan berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dikarenakan oleh fungsi jalan dan arah
gerak lalu lintas pada jalan yang bersangkutan. Sudut parkir yang akan
digunakan umumnya ditentukan oleh:
a) lebar jalan;
b) volume lalu lintas pada jalan bersangkutan;
c) karakteristik kecepatan;
d) dimensi kendaraan;
e) sifat peruntukkan lahan sekitarnya dan peranan jalan yang bersangkutan.
Pada pedoman lama parkir kendaraan bermotor di dalam ruang milik jalan
dilakukan secara sejajar dan dengan membentuk sudut 30 , sudut 45, sudut
60 dan sudut 90, dapat diterapkan pada jalan lokal primer, jalan lokal sekunder
dan jalan kolektor dengan minimal lebar jalan sebagaimana dalam Tabel 5.1
5.3.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 8
L
W
D
M J
A
A : lebar ruang parkir (m)
M : ruang manuver (m)
W : lebar total jalan (m)
D : ruang parkir efektif (m)
J : lebar pengurangan ruang manuver (m)
L : lebar jalan efektif (m)
Garis Kerb
Gambar 5.1. Ruang Parkir Pada Badan J alan
Tabel 5.1. Lebar Minimum J alan Lokal Primer Satu Arah Untuk Parkir Pada Badan
J alan
Kriteria Parkir Satu Lajur Dua Lajur
Sudut
Parkir
(
oo
n
o
)
Lebar
Ruang
Parkir
A
(m)
Ruang
Parkir
Efektif
D
(m)
Ruang
Manuver
M
(m)
D+M
(E)
(m)
D+M-
J
(m)
Lebar
jalan
efektif
L
(m)
Lebar
Total
Jalan
W
(m)
Lebar
Jalan
Efektif
L
(m)
Lebar
Total
Jalan
W
(m)
0 2,3 2,3 3,0 5,3 2,8 3 5,8 6 8,8
30 2,5 4,5 2,9 7,4 4,9 3 7,9 6 10,9
45 2,5 5,1 3,7 8,8 6,3 3 9,3 6 12,3
60 2,5 5,3 4,6 9,9 7,4 3 10,4 6 13,4
90 2,5 5,0 5,8 10,8 8,3 3 11,3 6 14,3
Keterangan: J = lebar pengurangan ruang manuver (2,5 meter)
Tabel 5.2. Lebar Minimum J alan Lokal Sekunder Satu Arah Untuk Parkir Pada
Badan J alan
Kriteria Parkir Satu Lajur Dua Lajur
Sudut
Parkir
(
oo
n
o
)
Lebar
Ruang
Parkir
A
(m)
Ruang
Parkir
Efektif
D
(m)
Ruang
Manuver
M
(m)
D+M
(E)
(m)
D+M-
J
(m)
Lebar
jalan
efektif
L
(m)
Lebar
Total
Jalan
W
(m)
Lebar
Jalan
Efektif
L
(m)
Lebar
Total
Jalan
W
(m)
0 2,3 2,3 3,0 5,3 2,8 2,5 5,3 5 7,8
30 2,5 4,5 2,9 7,4 4,9 2,5 7,4 5 9,9
45 2,5 5,1 3,7 8,8 6,3 2,5 8,8 5 11,3
60 2,5 5,3 4,6 9,9 7,4 2,5 9,9 5 12,4
90 2,5 5,0 5,8 10,8 8,3 2,5 10,8 5 13,3
Keterangan: J = lebar pengurangan ruang manuver (2,5 meter)
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 9
Tabel 5.3. Lebar Minimum J alan Kolektor Satu Arah Untuk Parkir Pada Badan
J alan
Kriteria Parkir Satu Lajur Dua Lajur
Sudut
Parkir
(
oo
n
o
)
Lebar
Ruang
Parkir
A
(m)
Ruang
Parkir
Efektif
D
(m)
Ruang
Manuver
M
(m)
D+M
(E)
(m)
D+M-
J
(m)
Lebar
jalan
efektif
L
(m)
Lebar
Total
Jalan
W
(m)
Lebar
Jalan
Efektif
L
(m)
Lebar
Total
Jalan
W
(m)
0 2,3 2,3 3,0 5,3 2,8 3,5 6,3 7 9,8
30 2,5 4,5 2,9 7,4 4,9 3,5 8,4 7 11,9
45 2,5 5,1 3,7 8,8 6,3 3,5 9,8 7 13,3
60 2,5 5,3 4,6 9,9 7,4 3,5 10,9 7 14,4
90 2,5 5,0 5,8 10,8 8,3 3,5 11,8 7 15,3
Keterangan: J = lebar pengurangan ruang manuver (2,5 meter)
Sumber: Pedoman Perencaanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, BSTP-Hubdat, 1998
5.6.2. Pola Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan
Pola parkir di dalam ruang milik jalan ditentukan pada bagian paling kiri jalan
menurut arah lalu lintas baik untuk arus satu arah maupun arus dua arah.
1. Pola Parkir Sejajar Pada Daerah Datar
Pola parkir kendaraan bermotor di dalam ruang milik jalan dilakukan secara
sejajar bisa dilihat pada Gambar 6.1.
6 m 6 m
6 m
6 m
Akhir Persimpangan
G
Gambar 5.2. Tata Cara Parkir Parallel Pada Daerah Datar
2. Pola Parkir Sejajar Pada Daerah Tanjakan
Kendaraan bermotor yang diparkir pada daerah tanjakan atau turunan, harus
memperhatikan faktor keselamatan, khususnya mengenai arah roda muka dari
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 10
kendaraan yang bersangkutan.
Kendaraan bermotor yang diparkir sejajar pada daerah tanjakan jalan searah
dengan arus lalu lintas, roda muka kendaraan yang bersangkutan diarahkan ke
kiri jalan.
TANJAKAN
TANPA KERB
TANJAKAN
DENGAN KERB
Arah Roda Ke
Depan Kiri
Arah Roda Ke
Depan Kanan
Gambar 5.3. Tata Cara Parkir Parallel Pada Daerah Tanjakan
3. Pola Parkir Sejajar Pada Daerah Turunan
Kendaraan bermotor yang diparkir sejajar pada daerah turunan jalan searah
dengan arus lalu lintas, roda muka kendaraan yang bersangkutan diarahkan ke
kiri jalan.
TURUNAN
DENGAN KERB
Arah Roda Ke
Depan Kiri
Gambar 5.4. Tata Cara Parkir Parallel Pada Daerah Turunan
4. Pola Parkir Menyudut di Daerah Datar
Pola parkir membentuk sudut dapat dilakukan dengan cara maju, dimana
kendaraan menghadap ke arah kerb, dan cara mundur, dimana kendaraan
menghadap ke arah jalan.
Pola parkir membentuk sudut dengan cara maju dan cara mundur ditentukan
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 11
oleh penyelenggara dengan mempertimbangan kemudahan dan keselamatan,
serta pertimbangan pencemaran udara akibat asap knalpot kendaraan.
Pola parkir membentuk sudut dengan cara mundur dilakukan dalam kegiatan
bongkar muat barang di bagasi belakang kendaraan.
12 m 9 m
E
B
D A
C
Gambar 5.5. Pola Parkir Menyudut dengan Cara Maju (Kepala ke Arah Kerb)
12 m 9 m
E
B
D
A
C
o
Gambar 5.6. Pola Parkir Menyudut dengan Cara Mundur (Kepala ke Arah J alan)
12 m 9 m
E
B
D
90
o
A
Gambar 5.7. Tata Cara Parkir Membentuk Sudut 90
o
.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 12
Tabel 5.4. Ukuran Ruang Parkir dengan Beberapa Variasi Sudut
Sudut
Parkir
Golongan
Kendaraan
Lebar
Ruang
Parkir
Lebar
Kaki
Ruang
Parkir
Selisih
Panjang
Ruang
Parkir
Ruang
Parkir
Efektif
Ruang Parkir
Efektif Ditambah
Ruang Maneuver
GOL A B C D E
30
o
I 2,30 4,60 3,45 4,70 7,60
II 2,50 5,00 4,30 4,85 7,75
III 3,00 6,00 5,35 5,00 7,90
45
o
I 2,30 3,50 2,50 5,60 9,30
II 2,50 3,70 2,60 5,65 9,35
III 3,00 4,50 3,20 5,75 9,45
60
o
I 2,30 2,90 1,45 5,95 10,55
II 2,50 3,00 1,50 5,95 10,55
III 3,00 3,70 1,85 6,00 10,60
90
o
I 2,30 2,30 - 5,40 11,20
II 2,50 2,50 - 5,40 11,20
III 3,00 3,00 - 5,40 11,20
Sumber: Pedoman Perencaanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, BSTP-Hubdat, 1998
2. Pola Parkir Menyudut di Daerah Tanjakan
Kendaraan bermotor yang diparkir membentuk sudut pada daerah tanjakan jalan
searah dengan arus lalu lintas, roda muka kendaraan yang bersangkutan
diarahkan ke kanan jalan.
TANJAKAN
DENGAN KERB
Arah Roda Ke
Depan Kiri
Gambar 5.8. Tata Cara Parkir Sudut Ditanjakan
3. Pola Parkir Menyudut di Daerah Turunan
Kendaraan bermotor yang diparkir membentuk sudut pada daerah turunan jalan
searah dengan arus lalu lintas, roda muka kendaraan yang bersangkutan
diarahkan ke kanan jalan.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 13
TURUNAN
DENGAN KERB
Arah Roda Ke
Depan Kiri
Gambar 5.9. Tata Cara Parkir Sudut Diturunan
Direkomendasikan metode perhitungan untuk menentukan minimum lebar jalan
masih bisa dipergunakan untuk penerapan pada lokasi jalan kabupaten, jalan
kota dan jalan lingkungan, dengan beberapa modifikasi dengan memasukkan
dimensi SRP yang baru, posisi parkir (1sisi atau 2 sisi) dan arus lalu-luntas (1
arah atau 2 arah).
Tabel 5.5. Lebar Minimum Lebar Badan J alan yang Bisa Digunakan untuk
Fasilitas Parkir di Dalam Ruang Milik J alan
No. Pola Parkir
Sisi
Parkir
Arus Lalu-
lintas
Lebar
Lajur
untuk
Parkir
(meter)
Lebar Lajur
Lalu-lintas/
Gang
(meter)
Total
Minimum
Lebar Jalan
(meter)
1 Paralel 1 Sisi 1 Arah 2,4 3,6 6
2 Sisi 1 Arah 2,4 3,6 8,4
2 Sisi 2 Arah 2,4 6 10,8
2 Sudut 30
o
1 Sisi 1 Arah 4,5 3,6 8,1
2 Sisi 1 Arah 4,5 4,2 13,2
2 Sisi 2 Arah 4,5 6,3 15,3
3 Sudut 45
o
1 Sisi 1 Arah 5,1 4,2 9,3
2 Sisi 1 Arah 5,1 4,8 15
2 Sisi 2 Arah 5,1 6,3 16,5
4 Sudut 60
o
1 Sisi 1 Arah 5,4 4,8 10,2
2 Sisi 1 Arah 5,4 4,8 15,6
2 Sisi 2 Arah 5,4 6,6 17,4
5 Sudut 90
o
1 Sisi 1 Arah 4,8 6 10,8
2 Sisi 1 Arah 4,8 6 15,6
2 Sisi 2 Arah 4,8 6,6 16,2
Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2009
Gambar-gambar berikut ini menampilkan ilustrasi parkir dengan beberapa variasi
sudut parkir.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 14
Parkir Paralel 1 Sisi,
Arus Lalu Lintas 1 Arah
2400
5
4
0
0
3600
Parkir Paralel 2 Sisi,
Arus Lalu Lintas 1 Arah
2400
5
4
0
0
3600 2400
Parkir Paralel 2 Sisi,
Arus Lalu Lintas 2 Arah
2400
5
4
0
0
6000 2400
Gambar 5.10. Lebar Lajur lalu-lintas (Gang) dengan Pola Parkir Paralel
Parkir Membentuk Sudut 30
o
1 Sisi, Arus Lalu Lintas 1 Arah
3600
30
o
Parkir Membentuk Sudut 30
o
2
Sisi, Arus Lalu Lintas 1 Arah
4200
30
o
30
o
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 15
Parkir Membentuk Sudut 30
o
2 Sisi, Arus Lalu Lintas 2 Arah
6300
30
o
30
o
Gambar 5.11. Lebar Lajur lalu-lintas (Gang) dengan Pola Parkir Membentuk
Sudut 30
o
Parkir Membentuk Sudut 45
o
1 Sisi, Arus Lalu Lintas 1 Arah
4200
45
o
Parkir Membentuk Sudut 45
o
2 Sisi, Arus Lalu Lintas 1 Arah
4800
45
o
45
o
Parkir Membentuk Sudut 45
o
2 Sisi, Arus Lalu Lintas 2 Arah
6300
45
o
45
o
Gambar 5.12. Lebar Lajur lalu-lintas (Gang) dengan Pola Parkir Membentuk
Sudut 45
o
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 16
Parkir Membentuk Sudut 60
o
1 Sisi, Arus Lalu Lintas 1 Arah
4800
60
o
Parkir Membentuk Sudut 60
o
1 Sisi, Arus Lalu Lintas 1 Arah
4800
60
o
Parkir Membentuk Sudut 60
o
2 Sisi, Arus Lalu Lintas 2 Arah
6600
60
o
60
o
Gambar 5.13. Lebar Lajur lalu-lintas (Gang) dengan Pola Parkir Membentuk
Sudut 60
o
Parkir Membentuk Sudut 90
o
1 Sisi, Arus Lalu Lintas 1 Arah
6000
Parkir Membentuk Sudut 90
o
2 Sisi, Arus Lalu Lintas 1 Arah
6000
Parkir Membentuk Sudut 90
o
2 Sisi, Arus Lalu Lintas 2 Arah
6600
Gambar 5.14. Lebar Lajur lalin (Gang) dengan Pola Parkir Membentuk Sudut 90
o
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 17
5.6.3. Lokasi Jalur Khusus Sepeda Terhadap Fasilitas Parkir Di Dalam
Ruang Milik Jalan
Pada pedoman yang lama belum diatur posisi lajur khusus sepeda terhadap
fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan. Pada usulan pedoman yang baru
diusulkan untuk dimasukkan lokasi jalur khusus sepeda terhadap fasilitas parkir,
dengan posisi sebagai berikut:
1) Apabila di dalam ruang milik jalan terdapat jalur khusus sepeda, maka posisi
jalur khusus sepeda adalah di sisi kiri lokasi parkir kendaraan bermotor di
dalam ruang milik jalan.
2) Apabila di dalam ruang milik jalan yang dipergunakan sebagai fasilitas parkir
disediakan jalur sepeda, maka total lebar jalan sekurang-kurangnya adalah
7,5 meter satu arah.
3) Di antara fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan dan jalur khusus sepeda
harus dilengkapi dengan pembatas fisik yang menjamin bagian mobil tidak
masuk ke dalam jalur khusus sepeda.
1,5 m (satu arah)
JALUR SEPEDA
Trotoar
Pembatas
Fisik
Gambar 5.15. Lokasi J alur Khusus Sepeda Satu Arah Terhadap Fasilitas Parkir di
Dalam Ruang Milik J alan
2,4 m (dua arah)
JALUR SEPEDA
Trotoar
Pembatas
Fisik
Gambar 5.16. Lokasi J alur Khusus Sepeda Dua Arah Terhadap Fasilitas Parkir di
Dalam Ruang Milik J alan
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 18
5.6.4 Lokasi Parkir Khusus Sepeda Di Dalam Ruang Milik Jalan
Penempatan parkir khusus sepeda di dalam ruang milik jalan, harus berada pada
lokasi yang mudah diakses pengguna, aman, nyaman dan selamat.
Lokasi parkir khusus sepeda di dalam ruang milik jalan yang merupakan satu
kesatuan dengan lokasi parkir kendaraan bermotor di dalam ruang milik jalan,
maka penempatan parkir khusus sepeda adalah pada lokasi yang paling aman,
nyaman dan selamat dari manuver kendaraan bermotor untuk parkir.
Lokasi parkir khusus sepeda yang merupakan satu kesatuan dengan halte
angkutan umum, apabila memumungkinkan, bisa diletakkan di atas trotoar yang
berdekatan dengan halte angkutan umum.
JALUR SEPEDA
Trotoar
PARKIR
SEPEDA
PARKIR
SEPEDA
PARKIR
SEPEDA
Gambar 5.17. Alternatif Lokasi Parkir Sepeda di Dalam Ruang Milik Jalan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan fasilitas parkir
untuk sepeda yaitu ( Victoria Transport Policy Institute, TDM Encyclopedia,
Bicycle Parking ) :
Visibility, Rak harus terlihat dengan jelas sehingga pengendara sepeda
dapat segera melihat ketika mereka tiba. Sebuah lokasi yang terlihat
dengan jelas akan menghambat pencurian dan vandalisme.
Keamanan, pencahayaan yang memadai dan pengawasan sangat penting
untuk keamanan pengguna sepeda. Parkir sepeda dan loker harus
ditambatkan ke rak untuk menghindari vandalisme dan pencurian.
Perlindungan terhadap cuaca berupa atap
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 19
Ruang bebas yang memadai diperlukan sekitar rak untuk memberikan
ruang gerak bagi pengendara sepeda, dan untuk mencegah konflik
dengan pejalan kaki atau mobil yang diparkir.
Berdasarkan kajian yang dilakukan di Uni Eropa (Transport Research Knowledge
Centre, Effects of cycle parking arrangements on bicycle use, www.transport-
research.info) menunjukkan bahwa penyediaan fasilitas parkir sepeda yang
diawasi akan mendorong penggunaan sepeda karena beberapa alasan:
Mengurangi jarak dan waktu berjalan kaki,
Mengurangi kekawatiran sepeda dicuri,
Meningkatkan aksesibilitas.
5.6.5. Rak untuk Fasilitas Parkir Sepeda
Pada fasilitas parkir sepeda di dalam ruang milik jalan, maka terdapat beberapa
pilihan rak sepeda sebagai tempat untuk parkir/penyimpanan sepeda, dan
sepedanya dikunci/dirantai ke rak yang disediakan. Rak harus dibuat sedemikian
sehingga sepeda tidak mudah dicuri, oleh karena itu biasanya sepedanya dikunci
atau dirantai ke rak. Ditempatkan pada lokasi khusus di lajur jalan yang
dikhusukan untuk parkir sepeda atau di trotoar yang cukup lebar yang
memungkinkan digunakan untuk parkir sepeda.
Rak sepeda dapat berupa rak tunggal atau rak yang disusun secara bersama.
Berkaitan dengan fungsinya sebagai tempat parkir sepeda, rak sepeda harus
mempunyai kriteria sebagai berikut:
a. menyangga sepeda dengan rangkanya pada dua tempat sehingga sepeda
berdiri tegak.
b. mencegah roda sepeda dari kemiringan berlebihan.
c. memungkinkan rangka dan satu atau dua roda untuk dikunci.
d. menyangga sepeda tanpa rangka berbentuk diamond dengan sebuah pipa
horizontal diatas.
e. roda depan dan rangka sepeda yang mengarah kebawah dapat dikunci
pada rak sepeda atau roda belakang dan pipa rangka tempat duduk dapat
dikunci pada rak sepeda.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 20
Berdasarkan kriteria diatas, rak sepeda berbentuk sisir (comb), panggangan roti
(toast), dan bentuk rak lainnya yang hanya menjepit roda, tanpa menyangga
rangka sepeda tidak direkomendasikan oleh Bicycle Parking Guidelines,
Association of Pedestrian and Bicycle Profesionals.
Rak sepeda harus terbuat dari bahan yang kuat sehingga tahan terhadap
peralatan potong pada umumnya (hand tools), terutama yang dapat disimpan
dalam tas punggung (backpack), misalnya peralatan pemotong baut dan
pemotong pipa.
a. U terbalik b. huruf A c. Post dan Loop d. Sisir e. Gelombang f. Toast
Gambar 5.18. Berbagai Bentuk Dasar Rak Sepeda
Bentuk rak yang umum digunakan bermacam-macam dengan desain yang hanya
bertujuan sepeda dapat diparkir pada rak tersebut. Beberapa desain umum rak
sepeda adalah sebagai berikut:
Rak dengan penjepit roda depan
Rak didesain hanya menjepit roda depan dengan rangka sepeda tidak
disangga. Penguncian hanya dapat dilakukan pada roda depan dengan
rak. J enis rak tersebut biasanya digabung sehingga dapat digunakan
untuk parkir banyak sepeda.
Gambar 5.19. Rak Sepeda Dengan Penjepit Roda Depan.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 21
Rak dengan sandaran samping, dimana rangka sepeda
dikunci/dirantai pada rak.
Rak dengan sandaran samping dapat menyangga rangka sepeda
sehingga dapat berdiri lebih tegak. Rangka sepeda dapat dikunci pada rak
sehingga lebih aman terhadap tindakan pencurian. Sebuah rak dengan
sandaran samping pada umumnya digunakan secara terpisah dimana satu
atau dua tiangnya ditanam pada tanah atau dibaut pada konstruksi yang
dicor. Satu rak digunakan untuk du buah sepeda.
Gambar 5.20. Rak Sepeda Dengan Sandaran Samping Yang Menggunakan Bentuk
Dasar Huruf U Terbalik Dan Post And Loop.
5.6.4. Lokasi Larangan Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan
Beberapa lokasi larangan parkir masih mengacu kepada pedoman yang lama,
dengan penekanan bahwa larangan parkir secara menyeluruh pada setiap jalan
Nasional dan jalan Provinsi yang menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2009
tidak dapat dipergunakan sebagai fasilitas parkir untuk umum di dalam ruang
milik jalan.
Sementara itu pada setiap jalan kota, jalan Kabupaten dan jalan lingkungan yang
tidak dapat dipergunakan sebagai tempat parkir untuk umum di dalam ruang
milik jalan, harus dinyatakan dengan rambu atau marka atau tanda-tanda lain,
kecuali tempat-tempat tertentu.
Tempat-tempat tertentu yaang dilarang parkir, yaitu :
a. sepanjang 6 m sebelum dan sesudah tempat penyeberangan pejalan kaki
atau tempat penyeberangan sepeda yang telah ditentukan;
b. sepanjang jalur khusus pejalan kaki;
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 22
c. sepanjang 25 m sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius
kurang dari 500 m;
d. sepanjang 50 m sebelum dan sesudah jembatan;
e. sepanjang 100 m sebelum dan sesudah perlintasan;
f. sepanjang 25 m sebelum dan sesudah persimpangan ;
g. sepanjang 6 m sebelum dan sesudah akses bangunan;
h. pada tempat-tempat yang dapat menutupi rambu-rambu atau alat
pemberi isyarat lalu lintas;
i. sepanjang 6 m sebelum dan sesudah keran pemadam kebakaran
Secara lebih jelas lokasi-lokasi larangan parkir bisa digambarkan sebagai berikut:
1. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah tempat penyeberangan pejalan kaki
atau tempat penyeberangan sepeda yang telah ditentukan
6 m
6 m
Gambar 5.21. Larangan Parkir Dekat Penyeberangan Pejalan Kaki
2. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius
kurang dari 500 m
25 m
2
5
m
Radius Kurang dari 500 m
Gambar 5.22. Larangan Parkir Dekat Tikungan
3. Sepanjang 50 meter sebelum dan sesudah jembatan
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 23
50 m
50 m
JEMBATAN
Gambar 5.23. Larangan Parkir Dekat J embatan
4. Sepanjang 100 meter sebelum dan sesudah perlintasan sebidang
100 m
100 m
100 m
100 m
Gambar 5.24. Larangan Parkir Dekat Rel Kereta Api
5. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah persimpangan
25 m
25 m
2
5
m
2
5
m
Gambar 5.25. Larangan Parkir Menjelang Persimpangan
6. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah akses bangunan gedung
6 m 6 m
GEDUNG
Gambar 5.26. Larangan Parkir Dekat Akses Bangunan
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 24
7. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah keran pemadam kebakaran atau
sumber air sejenis
6 m 6 m
HYDRANT
Gambar 5.27. Larangan Parkir Dekat Hydrant
8. Sepanjang tidak menimbulkan kemacetan dan menimbulkan bahaya
5.6.5. Tata Cara Perambuan
Fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan harus dilengkapi dengan Rambu, Marka
dan Papan informasi tarif. Rambu-rambu parkir berupa rambu tempat parkir,
rambu dilarang parkir dan papan tambahan.
1. Rambu Tempat Parkir
P
PARALEL
SATU BARIS
P
Rambu tempat parkir Rambu tempat parkir dengan papan
tambahan berisi informasi pola parkir
pararel satu baris
SERONG
P
P
KHUSUS
BUS
Rambu tempat parkir dengan papan
tambahan berisi informasi pola parkir
membentuk sudut
Rambu tempat parkir dengan papan
tambahan berisi informasi tempat parkir
khusus kendaraan tertentu
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 25
06.00 15.00
P
P
PARKIR
SEPEDA
Rambu tempat parkir dengan papan
tambahan berisi informasi waktu
diperbolehkan parkir
Rambu tempat parkir dengan papan
tambahan berisi informasi arah parkir
kendaraan tertentu
P
KHUSUS
PENGEMUDI
WANITA
P
VALLET
PARKING
Rambu tempat parkir dengan papan
tambahan berisi informasi parkir khusus
pengemudi wanita
Rambu tempat parkir dengan papan
tambahan berisi informasi vallet parking
Gambar 5.28. Rambu Parkir
2. Ukuran Rambu Parkir
Gambar 5.29. Detail Rambu Petunjuk Park
Berikut ini tabel ukuran rambu petunjuk parkir :
Tabel 5.2. Ukuran Rambu Petunjuk Parkir
Ukuran (mm) A B C D E R
Sangat Kecil 400 500 60 350 75 37
Kecil 500 600 80 400 100 37
Sedang 600 750 100 500 125 47
Besar 750 900 120 600 150 56
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 26
3. Rambu Larangan Parkir
P
P
06.00 15.00
Rambu larangan parkir Rambu larangan parkir dengan papan
tambahan berisi informasi waktu
pelarangan parkir
SAMPAI
RAMBU
BERIKUT
P
P
15 M 15 M
Rambu larangan parkir dengan papan
tambahan berisi informasi lokasi berlakunya
larangan parkir
Rambu larangan parkir dengan papan
tambahan berisi informasi arah dan jarak
pelarangan parkir
Gambar 5.30. Rambu Larangan Parkir
4. Ukuran Rambu Larangan Parkir
P
E A
D
C
B
Gambar 5.31. Detail Rambu Larangan Parkir
Berikut ini table ukuran rambu larangan parkir :
Tabel 5.8. Ukuran Rambu Larangan Parkir
Ukuran (mm) A B C D E F
Sangat Kecil 450 45 45 56 244 180
Kecil 600 60 60 75 325 240
Sedang 750 75 75 95 406 300
Besar 900 90 90 113 488 360
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 27
Marka parkir berupa marka pembatas ruang parkir paralel dan parkir sudut
1. Marka Tempat Parkir Sejajar
0,12 m
6 m
2,3 m
Gambar 5.32. Marka Tempat Parkir Sejajar
2. Marka Tempat Parkir Membentuk Sudut
0,12
Gambar 5.33. Marka Tempat Parkir Membentuk Sudut
3. Marka Simbol Parkir Penderita Cacat
Gambar 5.34. Marka Simbol Parkir Penderita Cacat
4. Marka Larangan Parkir
Warna
Kuning
Tepi Jalan
Gambar 5.35. Marka Larangan Parkir
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 28
Papan informasi tarif perlu yang memuat daftar tarif awal dan tarif tiap jam
untuk jenis kendaraan sepeda/sepeda motor, mobil sedang-jip-pick up, bus/truk
sedang dan bus/truk besar.
1. Papan Informasi Ketersediaan Parkir (Elektronik/Otomatis)
P
Taman Parkir P1
Taman Parkir P2
Parkir Basement B1
Parkir Basement B2
JUMLAH RUANG
PARKIR TERSEDIA
45
124
0
67
Gambar 5.36. Contoh Papan Informasi Ketersediaan Ruang Parkir di Luar Ruang
Milik J alan (Elektronik/Otomatis)
P
Jl. Nangka
Jl. Durian
Jl. Anggrek
Jl. Mawar
JUMLAH RUANG
PARKIR TERSEDIA
20
6
31
0
Gambar 5.37. Contoh Papan Informasi Ketersediaan Ruang Parkir di
DalamRuang Milik J alan (Elektronik/Otomatis)
2. Papan Informasi Ketersediaan Parkir (Sederhana/Manual)
P
RUANG PARKIR
TERSEDIA
Gambar 5.38. Contoh Papan Informasi Ketersediaan Ruang Parkir
(Sederhana/Manual)
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 29
P
PARKIR PENUH
Gambar 5.39. Contoh Papan Informasi Parkir Penuh (Sederhana/Manual)
3. Papan Informasi Tarif Parkir
P
Sepeda Motor
Mobil Penumpang/Barang
Bus/Truk Sedang
Bus/Truk Besar
TARIF PARKIR (Rp)
Rp. 1.000,-
Rp. 2.000,-
Rp. 4.000,-
Rp. 6.000,-
Rp. 500,-
Rp. 1.000,-
Rp. 2.000,-
Rp. 3.000,-
Tarif per Jam
untuk 2 Jam
Pertama
Tarif per Jam
untuk Jam
Berikutnya
JENIS KENDARAAN
Gambar 5.40. Contoh Papan Informasi Tarif Parkir
5.6.6. Tata Cara Parkir
Pada pedoman yang baru diusulkan beberapa hal terkait dengan tata cara parkir,
antara lain dalam melaksanakan parkir, baik pengemudi maupun juru parkir
harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. Batas parkir yang dinyatakan dengan marka parkir;
b. keamanan kendaraan, dengan mengunci pintu kendaraan dan memasang
rem parkir.
c. memarkir kendaraan di dalam batas ruang parkir yang disediakan.
Sesuai dengan jenis fasilitasnya, tata cara parkir tanpa pengendalian adalah
sebagai berikut :
a. dalam melakukan parkir, juru parkir dapat memandu pengemudi
kendaraan;
b. J uru parkir memberi karcis bukti pembayaran sebelum kendaraan
meninggalkan ruang parkir;
c. J uru parkir harus menggenakan seragam dan identitas.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 30
Untuk kelancaran lalu lintas dan menjaga pencemaran lingkungan di dalam ruang
milik jalan, tata cara parkir yang harus dilakukan petugas adalah :
a. pada waktu jam puncak, meminimalkan sudut parkir hingga paralel di
ruang milik jalan guna menjaga level of service jalan yang telah ditetapkan;
b. meniadakan parkir berlapis/bertumpuk untuk menghindari penutupan
kendaraan yang akan keluar/masuk dari/ke lokasi parkir;
c. memberikan panduan kepada kendaraan yang akan masuk/keluar dari/ke
lokasi parkir untuk mempelancar arus kendaraan lainnya;
d. juru parkir berkewajiban memberikan informasi sedini mungkin bahwa
sudah tidak tersedia lagi lokasi parkir;
e. juru parkir wajib membimbing pengemudi kendaraan yang akan menuju
atau yang akan meninggalkan tempat parkir;
f. juru parkir wajib membimbing pejalan kaki pada jalur pedestrian yang telah
disediakan sesuai lokasi tujuan;
g. bila ruang milik jalan digunakan untuk fasilitas parkir kendaraan dan jalur
sepeda atau jalur lainnya maka tata cara parkir kendaraan harus
memperhatikan kelancaran kendaraan lainnya yang tidak parkir dengan
meminimalkan sudut parkir kendaraan hingga paralel;
h. pada kawasan dengan pengendalian tinggi, penerapan efisiensi ruang pakir
sangat diperlukan sehingga tidak ada lagi pesanan/privasi ruang parkir;
i. tata cara parkir kendaraan harus mempertimbangkan dampak pencemaran
udara yang ditimbulkan oleh kendaraan yang parkir.
5.7. PENGAWASAN FASILITAS PARKIR DI DALAM RUANG MILIK JALAN
Dengan mempertimbangkan status jalan yang boleh dijadikan lokasi parkir dan
tidak boleh dijadikan lokasi parkir, maka pengawasan penyelenggaraan parkir
juga dilakukan sesuai dengan kewenangan.
Pengawasan secara berkala terhadap penyelenggaraan fasilitas parkir untuk
umum di dalam ruang milik jalan, baik sebagai usaha khusus perparkiran
maupun usaha penunjang dilakukan oleh:
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan 5 - 31
a. Menteri Perhubungan untuk fasilitas parkir untuk umum di dalam ruang
milik jalan yang berpengaruh terhadap lalu lintas jalan nasional.
b. Gubernur untuk fasilitas untuk umum yang berpengaruh pada jalan provinsi
dan khusus Gubernur/ Kepala Daerah Khusus Ibukota untuk fasilitas parkir
untuk umum di dalam ruang milik jalan yang berada di wilayah Daerah
Khusus Ibukota J akarta.
c. Walikota untuk parkir untuk umum di dalam ruang milik jalan Kota.
d. Bupati untuk parkir untuk umum di dalam ruang milik jalan Kabupaten dan
Desa.
D
I
T
.
B
S
T
P
Bab
Fasilitas Parkir di Luar
Ruang Milik Jalan
6.1. LOKASI FASILITAS PARKIR DI LUAR RUANG MILIK JALAN
Parkir di luar ruang badan jalan disediakan pada tempat-tempat yang tarikan
perjalanannya besar agar supaya kelancaran arus lalu lintas dan kelestarian
lingkungan tetap terjaga. Dengan demikian disain parkir di luar ruang milik jalan
harus sesuai kebutuhan ruang parkir.
Harga lahan yang semakin tinggi, terutama di perkotaan, menciptakan masalah
tersendiri, yakni munculnya gedung gedung yang tinggi, baik sebagai tempat
perbelanjaan, kantor dan lain sebagainya. Gedung gedung yang menjulang tinggi
menunjukkan ruang yang sangat besar dan memberikan dampak yang besar
pula terhadap arus lalu lintas, yang pada akhirnya menjadikan permintaan ruang
parkir menjadi tinggi.
Penanganan parkir menjadi sulit untuk menyelenggarakan perparkiran di tempat
yang sangat sibuk karena permintaan parkir dan harga lahan yang tinggi.
Gedung parkir yang bertingkat menjadi pilihan yang sangat efisien untuk
memenuhi kebutuhan parkir ditempat yang arus lalu lintasnya sangat tinggi.
Fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan dapat berupa taman parkir
dan/atau gedung parkir. Yang dimaksud dengan di luar ruang milik jalan antara
lain pada kawasan-kawasan tertentu seperti pusat-pusat perbelanjaan, bisnis,
maupun perkantoran yang menyediakan fasilitas parkir untuk umum.
Dalam pedoman teknis yang ada saat ini, sebagai dasar untuk menetapkan lokasi
atau tempat parkir untuk umum di luar ruang milik jalan harus memperhatikan:
a. Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD)
b. keselamatan dan kelancaran lalu lintas
6
5
2
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 2
c. kelestarian lingkungan
d. kemudahan bagi pengguna
e. tersedianya tata guna lahan
f. letak antara jalan akses utama dan daerah yang dilayani
Keberadaan fasilitas parkir untuk umum berupa gedung parkir atau taman parkir
harus menunjang keselamatan dan kelancaran lalu-lintas, sehingga penetapan
lokasinya terutama menyangkut akses keluar masuk fasilitas parkir harus
dirancang agar tidak mengganggu kelancaran lalu-lintas.
Ketentuan dalam menetapkan lokasi atau tempat parkir diatas dapat
disederhanakan menjadi sebagai berikut:
a. Sesuai Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD)
b. analisa dampak lalu lintas;
c. kemudahan dan keselamatan bagi pengguna jasa.
Beberapa kriteria pada pedoman teknis sebelumnya dihilangkan karena beberapa
alasan berikut ini:
Keselamatan dan kelancaran lalu lintas dihilangkan karena merupakan
bagian dari kriteria analisa dampak lalu-lintas (amdal lalu-lintas).
Kelestarian lingkungan dan ketersediaan tata guna lahan dihilangkan
karena merupakan bagian dari kesesuaian RUTRD.
kemudahan bagi pengguna dan letak antara jalan akses utama dan
daerah yang dilayani dihilangkan karena bagian dari kemudahan dan
keselamatan bagi pengguna jasa parkir.
Penetapan lokasi fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan harus
berdasarkan RUTRD, hasil analisa dampak lalu lintas, kemudahan dan
keselamatan bagi pengguna jasa. Penetapan lokasi fasilitas parkir untuk umum di
luar ruang milik jalan dilakukan oleh:
a. Walikota untuk penetapan lokasi parkir untuk umum di luar ruang milik
jalan yang berada di wilayah administrasi kota
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 3
b. Bupati untuk penetapan lokasi parkir untuk umum di luar ruang milik
jalan yang berada di wilayah administrasi Kabupaten
c. Gubernur DKI J akarta untuk penetapan lokasi parkir untuk umum di luar
ruang milik jalan yang berada di wilayah DKI J akarta.
Dalam penyelenggaraan parkir diluar ruang milik jalan, pengguna jasa parkir
harus mendapatkan pelayanan sebaik mungkin dengan batasan standar
pelayanan minimal fasilitas parkir di luar ruang milik jalan sebagai berikut:
a. Pengguna parkir menerima tiket parkir yang berisi keterangan tanggal
parkir, lama parkir dan biaya parkir. Tiket parkir yang diberikan harus
baru, bukan tiket bekas yang telah terpakai.
b. J aminan mendapatkan ruang parkir bila masuk taman atau gedung parkir.
c. Mendapatkan informasi tarif parkir yang berlaku
d. J alur sirkulasi lancar dan tertib sesuai petunjuk arah jalan
6.2. PERIZINAN DAN PENGAWASAN FASILITAS PARKIR DI LUAR
RUANG MILIK JALAN.
Penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum baik sebagai usaha khusus
perparkiran maupun usaha penunjang harus dengan izin. Izin diberikan oleh
Pemerintah Daerah. Ketentuan ini dimaksudkan agar fasilitas parkir untuk umum
yang disediakan memenuhi persyaratan keselamatan dan menjamin kelancaran
lalu-lintas.
Beberapa negara menerapkan kebijakan pembatasan ruang parkir, terutama
didaerah pusat kota ataupun pusat kegiatan. Kebijakan ini biasanya dilakukan
pada parkir dipinggir jalan yang tujuan utamanya untuk melancarkan arus lalu
lintas, serta pembatasan ruang parkir diluar jalan yang dilakukan melalui IMB/Ijin
Mendirikan Bangunan.
Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum dapat memungut biaya terhadap
penggunaan fasilitas yang diusahakan. Besarnya biaya ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
Penyelenggaraan fasilitas parkir umum, parkir khusus atau parkir insidental dapat
dilakukan oleh:
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 4
a. Pemerintah
b. Badan Hukum
c. Warga Negara Indonesia
Orang atau Badan Hukum yang akan menjalankan pengusahaan tempat parkir
tersebut, diharuskan mengajukan permohonan secara tertulis lebih dahulu
kepada Kepala Daerah. Tata cara dan syarat-syarat pengajuan permohonan dan
pemberian izin tersebut diatur oleh Kepala Daerah masing-masing.
Pemegang izin penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum diluar ruang milik
jalan harus melakukan sendiri pengusahaan tempat parkir dan dilarang
memindah tangankan dengan cara dan dalam bentuk apapun kepada pihak lain
kecuali dengan izin Kepala Daerah.
Pemberian ijin penyelenggaraan fasilitas parkir diberikan oleh:
a. Walikota untuk parkir untuk umum di luar ruang milik jalan yang berada
di wilayah administrasi Kota.
b. Bupati untuk parkir untuk umum di luar ruang milik jalan yang berada di
wilayah administrasi Kabupaten
c. Gubernur/ Kepala Daerah Khusus Ibukota untuk fasilitas parkir untuk
umum di luar ruang milik jalan yang berada di wilayah Daerah Khusus
Ibukota J akarta.
Untuk menjaga penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum diluar ruang milik
jalan sesuai ketentuan yang berlaku, penyelenggara parkir harus diawasi.
Pengawasan secara berkala terhadap penyelenggaraan fasilitas parkir untuk
umum baik sebagai usaha khusus perparkiran maupun usaha penunjang
dilakukan oleh:
a. Menteri Perhubungan untuk fasilitas parkir untuk umum yang
berpengaruh terhadap lalu lintas jalan nasional.
b. Gubernur untuk fasilitas untuk umum yang berpengaruh pada jalan
provinsi dan khusus Gubernur/ Kepala Daerah Khusus Ibukota untuk
fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan yang berada di
wilayah Daerah Khusus Ibukota J akarta.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 5
c. Walikota untuk fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan yang
berada di wilayah administrasi Kota.
d. Bupati untuk parkir untuk umum di luar ruang milik jalan yang berada di
wilayah administrasi Kabupaten
Sanksi Administratif penyelenggaraan Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik J alan
diberikan apabila penyelenggarannya tidak sesuai ketentuan yang berlaku. Sanksi
administrasi diberikan sehingga dilakukan pencabutan izin dengan prosedur
sebagai berikut:
a. Izin penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum dapat dicabut bila
dalam penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum mengakibatkan
pencemaran lingkungan.
b. Pencabutan izin dilakukan melalui proses peringatan tertulis sebanyak 3
(tiga) kali berturut turut dengan tenggang waktu masing-masing 1 (satu)
bulan.
c. Apabila peringatan sebagaimana dimaksud diatas tidak diindahkan,
dilanjutkan dengan pembekuan izin untuk jangka waktu 1 (satu) bulan.
d. Apabila pembekuan izin sebagaimana dimaksud diatas habis jangka
waktunya dan tidak ada usaha perbaikan, maka izin dicabut.
6.3. HAK DAN KEWAJIBAN
Hak dan kewajiban pengguna fasilitas parkir umum diluar ruang milik jalan harus
diatur dengan jelas agar setiap konflik yang terjadi antara pengguna dan
penyelenggara parkir mempunyai dasar hukum yang jelas.
Usaha parkir adalah usaha untuk menyediakan tempat parkir serta menjaga atau
mengawasi kendaraan yang diparkir dengan memperoleh imbalan jasa berupa
uang. Pada pedoman teknis sebelumnya tidak diatur tentang hak dan kewajiban
penggunan parkir maupun penyelenggara parkir. Hak dan kewajiban tersebut
harus diatur agar tidak ada pihak yang dirugikan bila terjadi kerusakan dan
kehilangan kendaraan pada pengguna parkir, demikian juga bila terjadi
kerusakan fasilitas parkir yang disebabkan oleh pengguna parkir.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 6
Beberapa kebijakan parkir yang diterapkan diberbagai negara antara lain,
kebijakan tarip parkir yang ditetapkan berdasarkan lokasi dan waktu, semakin
dekat dengan pusat kegiatan/kota tarip lebih tinggi, demikian juga semakin lama
semakin tinggi. Kebijakan ini diarahkan untuk mengendalikan jumlah pemarkir
dipusat kota/pusat kegiatan dan mendorong penggunaan angkutan umum.
Kebijakan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggar ketentuan dilarang
parkir dan dilarang berhenti serta pemarkir diluar tempat yang ditentukan untuk
itu. Bentuk penegakan hukum dapat dilakukan melalui penilangan ataupun
dengan gembok roda seperti yang dilakukan di Palembang.
6.3.1. Hak dan Kewajiban Pengguna Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik
Jalan
Pengguna jasa parkir mempunyai hak yang harus disediakan oleh penyelenggara
parkir yang harus menyediakan tempat parkir serta menjaga atau mengawasi
kendaraan yang diparkir. Hak pengguna jasa parkir merupakan dasar dalam
penetapan standar pelayanan minimal. Hak pengguna jasa parkir tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Pengguna jasa fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan yang
telah memasuki areal parkir, berhak untuk mendapatkan tanda bukti
parkir dan tempat parkir.
b. Pengguna jasa fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan
berhak mendapat jaminan keamanan dan keselamatan.
c. Apabila pengguna parkir untuk umum di luar ruang milik jalan tidak
mendapatkan tempat parkir, maka pengguna parkir berhak tidak
membayar.
Disamping mempunyai hak, pengguna parkir harus memenuhi kewajibannya
untuk mendapatkan pelayanan sesuai ketentuan, dan dapat dikenai denda
apabila tidak melakukan kewajibannya. Kewajiban yang harus dilakukan
pengguna parkir adalah sebagai berikut:
a. Pengguna jasa fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan
berkewajiban untuk memarkir kendaraan sesuai ruang parkir yang
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 7
diperuntukkanya, mematuhi peraturan dan membayar biaya parkir sesuai
tarif yang ditentukan.
b. Pengguna jasa fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan
berkewajiban menunjukkan tiket parkir saat meninggalkan areal parkir.
c. Pengguna jasa fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan
berkewajiban menunjukkan surat tanda kepemilikan kendaraan bila tidak
bisa menunjukkan tiket parkir.
6.3.2. Hak dan Kewajiban Penyelenggara Fasilitas Parkir Di Luar Ruang
Milik Jalan
Hak dan kewajiban penyelenggara fasilitas parkir diluar ruang milik jalan harus
diatur dengan jelas agar penyelenggaraan parkir diluar ruang milik jalan tidak
merugikan penyelenggara maupun pengguna jasa parkir.
Hak penyelenggara parkir diberikan agar dapat memberikan pelayanan minimal
yang harus diberikan pada pengguna parkir dan mencegah timbulnya kerugian
dalam penyelenggaraan parkir. Hak penyelenggara parkir tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan
berhak memungut biaya terhadap penggunaan fasilitas yang diusahakan.
Pungutan biaya parkir harus tidak lebih tinggi dari tarif yang telah
ditetapkan Pemerintah Daerah.
b. Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan
berhak melakukan pengawasan terhadap pengguna parkir untuk
kepentingan keamanan, ketertiban, dan keselamatan.
c. Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan
berhak memberi denda pada pengguna parkir yang memarkir kendaraan
tidak sesuai peruntukkannya atau parkir ganda.
Pemberian denda bagi pengguna jasa parkir yang tidak sesuai peruntukkannya
atau parkir ganda saat ini tidak dilakukan oleh peyelenggara parkir. Pemberian
denda tersebut sangat penting supaya pengguna parkir selalu tertib dan disiplin
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 8
mematuhi peraturan yang berlaku di tempat parkir. Masih banyak ditemui saat ini
pelaku parkir ganda sehingga mengurangi jumlah ruang parkir yang disediakan,
akibatnya merugikan pengguna jasa parkir lainnya karena tidak tersedia ruang
parkir, dan merugikan penyelenggara parkir karena mengurangi pendapatannya.
Sumber: Survei Konsultan di Solo, 2009
Gambar 6.1. Parkir Ganda, merugikan pengguna dan penyelenggara parkir.
Dalam buku pedoman perencanaan dan pengoperasian fasilitas parkir dan
pedoman teknis parkir sebelumnya belum diatur tentang penyelenggaraan parkir
khusus yang saat ini telah banyak diselenggarakan.
Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan berhak
menyelenggarakan parkir khusus berupa:
a. parkir khusus pengemudi wanita ;
b. parkir valet ;
c. parkir menginap
Parkir khusus dapat diselenggarakan bila memenuhi persyaratan teknis dan
mendapatkan ijin dari pihak yang berwenang, yaitu pihak yang telah memberikan
ijin penyelenggaraan parkir umum.
Tempat parkir khusus untuk pengemudi wanita harus terletak paling dekat
dengan pintu keluar/masuk gedung dan disediakan petugas yang berfungsi untuk
menjaga keamanan dan juga menjaga agar hanya pengemudi wanita yang
menggunakannya, karena tujuan utama dari parkir khusus untuk pengemudi
wanita adalah memberi kemudahan melakukan parkir dan perlindungan
keamanan yang lebih baik.
Penyelenggaraan fasilitas parkir khusus untuk pengemudi wanita harus tidak
menambah biaya parkir karena tidak ada tambahan biaya operasional parkir.
Tempat parkir khusus wanita harus diberi tanda yang jelas berupa lantai yang
dicat warna pink dan atau gambar simbol wanita.
Dari data yang ada, kemampuan mengemudi wanita kurang bagus sehingga
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 9
banyak kecelakaan terjadi. Untuk itu satuan ruang parkir untuk pengemudi
wanita dibuat lebih lebar dari standar yang ada untuk memudahkan memarkir.
Gambar 6.2. Parkir Khusus Wanita, diberi tanda gambar simbol wanita dan atau
lantai dicat warna pink.
Untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa parkir yang menginginkan pelayanan
parkir yang melebihi standar pelayanan minimum (SPM) parkir, dapat
diselenggarakan parkir valet. J umlah ruang parkir khusus valet tidak termasuk
dalam perhitungan penyediaan jumlah ruang parkir minimum yang harus
disediakan oleh sebuah bangunan komersil.
Penyelenggara fasilitas parkir valet harus mengganti seluruh kerugian apabila
terjadi kerusakan dan kehilangan kendaraan. Karena memberi pelayanan
melebihi standar pelayanan minimum parkir, penyelenggaraan fasilitas parkir
valet diberlakukan tarif mengikuti mekanisme pasar. Informasi tarif atau biaya
parkir valet tersebut harus diketahui dengan jelas oleh pengguna jasa parkir
sebelum memasuki areal parkir valet.
Karena berbagai alasan terutama untuk kemudahan bertransportasi, beberapa
pengguna parkir menggunakan kendaraan pribadi dan memarkir kendaraan di
bandara atau stasiun kereta api untuk melanjutkan perjalanan dengan pesawat
terbang atau kereta api, sedangkan kendaraannya diparkir menginap di bandara
atau stasiun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, penyelenggara parkir dapat
menyelenggarakan parkir khusus menginap. J umlah ruang parkir khusus
menginap yang disediakan penyelenggara parkir, tidak termasuk dalam
perhitungan penyediaan jumlah ruang parkir minimum.
Penyelenggara fasilitas parkir harus mengganti seluruh kerugian apabila terjadi
kerusakan dan kehilangan kendaraan. Penyelenggaraan fasilitas parkir khusus
menginap diberlakukan tarif mengikuti tarif parkir umum, dan diperbolehkan
menerapkan batas minimal jam parkir dengan ketentuan tidak melebihi 36 jam.
Kendaraan yang parkir menginap harus terlindung dari hujan dan sinar matahari
secara langsung.
Disamping mempunyai hak, penyelenggara parkir harus memenuhi
kewajibannya. Kewajiban dari penyelenggara parkir tersebut adalah sebagai
berikut:
a. penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan
berkewajiban menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu
lintas dalam kawasan fasilitas parkir untuk umum dan kelestarian
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 10
lingkungan serta memenuhi persyaratan teknis dan standar pelayanan
minimal yang ditentukan.
b. penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan
berkewajiban memberi ganti rugi bila terjadi kehilangan kendaraan di
tempat parkir, dan;
c. melaporkan kepada pemberi izin apabila dilakukan perubahan
penanggung jawab.
d. menginformasikan tarif retribusi parkir dan nomor serta tanggal
Keputusan Kepala Daerah tentang pemberian izinnya.
e. melengkapi seragam dan tanda-tanda pengenal para petugas parkir.
f. memberikan tanda pungutan parkir berbentuk karcis yang dikeluarkan
dan atau disahkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk
dengan menyebutkan biaya pungutan dan rician biayanya.
g. bagi pengusaha yang menyediakan tempat parkir dengan tidak
mengenakan pungutan biaya parkir harus menggunakan tanda/kartu
bebas parkir yang dikeluarkan dan atau disahkan oleh Kepala daerah.
h. harus mendidik dan melatih para petugas parkir untuk mengerti dan
menguasai benar semua peraturan-peraturan lalu lintas pada
umumnya dan peraturan perparkiran pada khususnya.
Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik jalan dapat
dilakukan oleh pemerintah, badan usaha Indonesia atau warga negara Indonesia.
Penyelenggaraan parkir untuk umum di luar ruang milik jalan meliputi:
a. pembangunan
b. pengoperasian
d. pemeliharaan
6.4. PEMBANGUNAN FASILITAS PARKIR DI LUAR RUANG MILIK JALAN
Fasilitas parkir merupakan tempat yang ditentukan sebagai tempat
pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan
kegiatan pada suatu kurun waktu. Fasilitas parkir di luar badan jalan adalah
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 11
fasilitas parkir kendaraan yang dibuat khusus yang dapat berupa taman parkir
dan/atau gedung parkir.
Fasilitas parkir untuk umum merupakan fasilitas parkir di luar badan jalan berupa
gedung parkir atau taman parkir yang diusahakan sebagai kegiatan usaha yang
berdiri sendiri dengan menyediakan jasa pelayanan parkir untuk umum. Pada
fasilitas parkir terdapat jalur gang dan jalur sirkulasi. J alur gang adalah jalur
antara dua deretan ruang parkir yang berdekatan. Sedangkan jalur sirkulasi
merupakan tempat yang digunakan untuk pergerakan kendaraan yang masuk
dan keluar dari fasilitas parkir.
Berbagai aspek yang harus diperhatikan terhadap disain gedung parkir sesuai
buku Pedoman Perencanaan Dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, Dit.BSTP, 1998
adalah sebagai berikut:
1) konstruksi landasan
2) tenaga penggerak
3) teknik keluar dan masuk parkir
4) konstruksi bangunan
5) kemudahan untuk mencapai gedung
6) cara kerja sistem
7) sistem keselamatan kendaraan
8) sistem pemeliharaan tenaga penggerak
9) sistem pengendalian
Parkir sebagai bagian dari keseluruhan sistem transportasi merupakan salah satu
isu krusial saat ini.Fasilitas parkir harus memperhatikan fungsi operasional,
seperti dalam memberikan keamanan dan efisiensi penggunaan ruang. Oleh
karena itu merancang fasilitas parkir membutuhkan pendekatan desain terpadu
dari banyak profesional.
Menurut Shannon Sanders McDonald, dalam Whole Building Design Guide
mengenai Parking Facilities, di website National Institute of Building Science,
meskipun fasilitas parkir dapat berupa berbagai bentuk seperti berdiri sendiri
atau bagian dari struktur penggunaan campuran, parkir valet, dan parkir
otomatis di perkotaan, semua fasilitas parkir tersebut harus berusaha untuk
memenuhi kriteria dasar sebagai berikut:
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 12
Kebutuhan Fungsional
Fasilitas parkir harus memperhatikan kebutuhan ruang yang kompleks untuk
pengemudi dan mobil, diantaranya yaitu:
Ukuran, tinggi, dan radius putar mobil saat ini maupun masa lalu dan
kecenderungan masa depan, yang semuanya terkait geometri parkir.
Ada banyakdesain ramp yang berbeda beda sesuai tujuan utamanya, dan
memastikan bahwa penggunaannya sesuai desainnya.
J alanan yang mengelilingi fasilitas parkir dan arus lalu lintasnya harus
dipertimbangkan ketika merencanakan pintu masuk dan keluar dan
memutuskan desain ramp.
Pintu masuk dan keluar yang sangat penting untuk kelancaran fungsi dari
fasilitas parkir, dengan memperhatikan jenis penggunaan pintu untuk
menentukan panjang ruang antrian dan penempatan pos pengambilan
dan pemeriksaan tiket, serta jumlah pintu masuk dan keluar.
Keperluan jenis peralatan, ruangan dan kantor juga ditentukan oleh
penggunaan fasilitas tersebut.
Terkait masalah zonasi diperlukan jumlah ruang tertentu untuk parkir
mobil. Desainer harus bekerja sesuai peraturan setempat untuk
memenuhi persyaratan ini.
Dalam penggunaan parkir campuran, parkir bersama menjadikan
pengguna dapat mempertahankan berbagai fasilitas parkir penuh hunian,
seperti penonton film / teater, malam menggunakan dan penghuni
perumahan menggunakan siang hari.Hal ini memberi keuntungan pada
pemilik fasilitas parkir dan menghilangkan sindrom fasilitas parkir kosong
di malam hari pada masyarakat.
Menyediakan ruang kerja yang tepat bagi staf, seperti kasir dan peralatan
pemantauan.
Memberikan suatu ruang untuk penyimpanan dan pemeliharaan.
Ventilasi adalah sebuah permasalahan yang harus diperhatikan. Ventilasi
alam merupakan metode yang baik namun diperlukan studi rinci di
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 13
beberapa daerah dan jenis desain fasilitas parkir untuk menentukan
efektivitasnya.
Integrasi Struktur
Integrasi struktur yang efisien sangat penting untuk memaksimalkan fungsi:
Fasilitas parkir biasanya struktur yang terbuka dan harus dirancang untuk
menahan semua aspek kondisi lingkungan.
Struktur ruang antar kolom dan pilar ideal yang memungkinkan
maksimalisasi jumlah ruang parkir dan aliran kendaraan bergantung pada
tempat dan struktur.
Beton yang dicor ditempat, beton pre-cast dan struktur baja dapat
digunakan untuk desain bangunan parkir.
Memperhatikan permasalahan konstruksi yang tipical seperti bencana
alam di lokasi konstruksi, dan solusi yang komplek dalam merancang
suatu struktur yang benar-benar tahan terhadap cuaca dan beban akibat
gerakan dari mobil.
Permukaan lantai dari fasilitas parkir harus tidak slip sehingga harus
dirancang fasilitas parkir yang sepenuhnya aman untuk digunakan oleh
kendaraan dan pejalan kaki.
Drainase dan kemiringan lantai sangat penting, karena genangan air
dapat membuat permasalahan perawatan dalam jangka panjang.
Melihat review desain sering dilakukan terhadap dokumen fasilitas parkir
sebelum proses konstruksi. Performa yang diharapkan, efektivitas biaya,
dan komisioning bangunan merupakan sarana yang berguna.
Keselamatan dan Keamanan
Keselamatan dan keamanan dari orang yang menggunakan fasilitas parkir sangat
penting, untuk itu diperlukan:
Perangkat keamanan seperti video, audio dan tombol darurat yang
memanggil ke dalam ruang penjagaan atau polisi setempat.
Telepon umum
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 14
Menghapus potensi tempat-tempat yang tersembunyi, seperti di bawah
tangga terbuka.
Akses bagi penyandang cacat dengan kendaraan dekat tangga dan lift
yang memiliki jalur langsung menuju jalur utama perjalanan diruang
fasilitas parkir.
Untuk menghindari karbon monoksida, didesain aliran udara yang
memadai melalui peralatan mekanis dan / atau ventilasi alami.
Permukaan lantai tidak licin.
Kebersihan fasilitas parkir
Desain untuk titik-titik persimpangan antara pergerakan manusia dan
mobil untuk memenuhi keselamatan pergerakan.
Keseimbangan antara pencahayaan siang hari, pencahayaan interior dan
eksterior, kontrol dapat dilakukan dalam banyak cara pada desain
eksterior muka bangunan saat menyediakan pencahayaan yang cukup.
Lampu penerangan harus tahan terhadap vandalism dan mudah untuk
perawatannya.
Menggunakan metode pencegahan kejahatan melalui desain lingkungan
sesuai dengan teknologi peralatan.
Tanda dan Wayfinding
Kode warna, penomoran, isyarat visual, dan bahkan mesin untuk
menandai tiket dengan lokasi yang pasti untuk menempatkan kendaraan
dan untuk memudahkan pengambilan
Menempatkan tanda marka di daerah di mana pengemudi dapat
membaca secara tepat dan cepat.
Pesannya jelas, sederhana, dan langsung.
Pengkodean lantai bermanfaat untuk memudahkan pencarian kendaraan
yang diparkir
Tanda marka harus menempatkan semua jalur akses pejalan kaki utama
di dalam tempat parkir sebagaimana di jalan-jalan utama dan bangunan .
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 15
Berdasarkan kajian kriteria dasar dalam penyediaan fasilitas parkir sebagaimana
diuraikan diatas, maka diusulkan pembangunan fasilitas parkir untuk umum di
luar ruang milik jalan harus memenuhi persyaratan teknis meliputi:
a. satuan ruang parkir
b. alinyemen
c. kemiringan
d. ketersediaan fasilitas pejalan kaki
e. ketersediaan fasilitas keamanan
f. fasilitas keselamatan
g. sistem informasi
h. rambu
6.4.1. Satuan Ruang Parkir
Persyaratan teknis satuan ruang parkir fasilitas parkir di luar ruang milik jalan
yang harus disediakan sesuai dengan:
a. zonasi dimana lokasi gedung berada;
b. luasan lantai gedung;
c. peruntukan gedung.
Satuan dimensi ruang parkir harus diberi tanda garis dengan jelas sebagai
petunjuk pengguna parkir supaya dapat memarkir kendaraan pada posisi yang
diperuntukkannya sehingga mencegah terjadinya parkir ganda.
Untuk mencegah terjadinya tabrakan dengan kendaraan lain atau pagar
pembatas yang berada dibelakangnya, tiap satuan ruang parkir harus dipasang
wheel stop.
Pemasangan wheel stop harus memperhatikan sudut parkir dan panjang
overhang kendaraan, sehingga tidak terjadi benturan atau tabrakan dengan
kendaraan atau pagar pembatas yang berada dibelakangnya.
J arak antara penahan roda dengan dinding tergantung kepada sudut parkir dan
panjang anjuran belakang ataupun anjuran depan.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 16
Tabel .6.1. J arak Penahan Roda Terhadap Dinding Gedung Parkir
Sudut Parkir
Jarak Dinding Dengan Penahan Roda (cm)
Anjuran Depan Anjuran Belakang
30
o
58 80
40
o
64 97
50
o
70 108
60
o
74 117
70
o
76 123
80
o
76 124
90
o
73 122
Dinding
Jarak Dinding
Dengan
Penahan Roda
A
n
j
u
r
a
n
Penahan Roda
Gambar 6.3. J arak Penahan Roda Terhadap Dinding Gedung Parkir
Untuk mencegah kendaraan yang akan diparkir tidak membentur dinding gedung
parkir atau kendaraan lain yang sedang diparkir maka pada ruang parkir
disediakan penghambat roda yang dibuat dari bahan beton atau logam.
Panjang penahan roda untuk mencegah benturan kendaraan dengan dinding
gedung parkir adalah sepanjang dinding gedung parkir dan ramp. Berdasarkan
pedoman teknis yang ada, ukuran wheel stop hanya ditentukan tingginya saja,
yaitu setinggi 15 cm, sedangkan lebar dan panjangnya tidak ada ketentuan.
Pemasangan wheel stop atau penahan roda dapat menggunakan konstruksi
menerus dimana sebuah wheel stop menahan kedua roda, atau konstruksi
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 17
terpisah dimana sebuah wheel stop hanya menahan sebuah roda saja sehingga
diperlukan dua wheel stop untuk menahan pergerakan sebuah kendaraan yang
sedang parkir.
Di Australia, fasilitas parkir telah distandarkan yang tertuang dalam Australian
Standard, AS/NZ 2890.1: 2004 Parking Facilities Part 1 off street parking untuk
fasilitas parkir diluar ruang milik jalan. Pemasangan wheel stop dilakukan karena:
a. untuk mengontrol anjuran (overhang) kendaraan supaya tidak
mengurangi kenyamanan atau membahayakan pedestrian.
b. untuk mencegah tabrakan dengan bangunan dan penghalang akhir.
c. untuk mencegah tabrakan dengan kendaraan lain yang diparkir
didepan atau dibelakangnya.
Sumber: Zhejiang Eastsea Rubber Factory, http://zjeastsea.en.made-in-china.com
Sumber: Zhejiang Eastsea Rubber Factory, http://zjeastsea.en.made-in-china.com
Gambar 6.4. Wheel stop penahan pergerakan kendaraan di tempat parkir
Dari berbagai produk yang dijual secara komersil oleh industri yang mengacu
pada standar AS/NZ 2890.1: 2004 Parking Facilities Part 1 off street parking,
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 18
wheel stop terbuat dari bahan logam, karet, maupun beton cor dengan berbagai
ukuran. Gambar dibawah berikut ini menunjukkan konstruksi wheel stop yang
terbuat dari berbagai jenis bahan, yaitu beton, baja, dan karet, yang dibuat oleh
industri manufaktur dan dijual secara komersil.
wheel stop terbuat dari logam wheel stop terbuat dari beton
wheel stop terbuat dari karet
Sumber: Zhejiang Eastsea Rubber Factory, http://zjeastsea.en.made-in-china.com
Gambar 6.5. Wheel stop terbuat dari logam, beton, dan karet
Wheel stop yang berbentuk konstruksi menerus untuk menahan kedua roda
sebuah kendaraan yang didesain sesuai standard Australia adalah sebagai
berikut:
standar AS/NZ 2890.1;2004 berukuran panjang 1650 mm x lebar 190
mm x lebar 90 mm
standar AS/NZ 2890.1;1993 berukuran panjang 2000 mm x lebar 190
mm x 90 mm.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 19
Size: 200cm x 15cm x 10cm
Size: 1650x160x100mm
Gambar 6.6. Wheel stop berbentuk konstruksi menerus
Size:50cm x 10cm x 10.5cm Size: 55cm x 15cm x 10cm Size:50cm x 13cm x 10cm
Sumber: Zhejiang Eastsea Rubber Factory, http://zjeastsea.en.made-in-china.com
Gambar 6.7. Wheel stop berbentuk konstruksi terpisah dengan panjang 50 cm.
Size: 60cm x 12cm x 10cm Size:60cm x 16cm x 10cm
Sumber: Zhejiang Eastsea Rubber Factory, http://zjeastsea.en.made-in-china.com
Gambar 6.8. Wheel stop berbentuk konstruksi terpisah dengan panjang 60 cm.
Dari data-data diatas, sesuai standar Australia dapat disimpulkan bahwa tinggi
wheel stop tidak lebih dari 10 cm, dengan lebar 15-19 cm pada bagian bawah
dan lebar bagian atas lebih kecil tanpa ada ketentuan (hanya berdasar estetika).
Panjangnya 165 -200 cm untuk konstruksi menerus dan 50-60 cm untuk
konstruksi wheel stop terpisah.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 20
Untuk itu standar disain wheel stop fasilitas parkir diusulkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. wheel stop konstruksi menerus
lebar 15 cm
tinggi 10 cm
panjang 165-200 cm
wheel stop dipasang tepat ditengah-tengah satuan ruang parkir.
b. wheel stop konstruksi terpisah
lebar 15 cm
tinggi 10 cm
panjang 50-60 cm
wheel stop dipasang tepat ditengah-tengah satuan ruang parkir
dengan jarak dari ujung-ujungnya tidak lebih dari 200 cm dan tidak
kurang dari 165 cm.
10 cm
15 cm
2
0
0
c
m
5
0
c
m
5
0
c
m
1
0
0
c
m
Penahan Roda
Penahan Roda
Gambar 6.9. Dimensi Penahan Roda (Wheel Stop)
6.4.2. Alinyemen Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan
Untuk efisiensi pemakaian tempat parkir, parkir diluar ruang milik jalan harus
ditata alinyemennya atau kesejajarannya, sehingga membentuk berbagai pola
parkir. Berdasarkan buku pedoman perencanaan dan pengoperasian fasilitas
parkir, yang diterbitkan Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan J alan,
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 21
Direktorat J enderal Perhubungan Darat, tahun 1998, untuk setiap jenis
kendaraan, pola parkir yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. pola parkir kendaraan penumpang dapat merupakan parkir kendaraan
satu sisi, parkir kendaraan dua sisi, parkir kendaraan berbentuk pulau.
b. pola parkir Bus/Truk dapat merupakan parkir kendaraan satu sisi, parkir
kendaraan dua sisi.
c. pola parkir sepeda motor dapat merupakan parkir kendaraan satu sisi,
parkir kendaraan dua sisi, parkir kendaraan berbentuk pulau.
A. Bentuk Pola Parkir Kendaraan Penumpang
a. Parkir kendaraan satu sisi
Parkir kendaraan satu sisi dilakukan karena ketersediaan ruang parkir
terbatas pada suatu tempat fasilitas parkir diluar ruang milik jalan, yang
dapat dilakukan dengan cara:
1) membentuk sudut 90
o
, bertujuan mempunyai daya tampung paling
banyak jika dibandingkan dengan membentuk sudut yang lebih kecil
daripada 90
o
, tetapi kemudahan dan kenyamanan pengemudi melakukan
manuver masuk dan keluar ke ruangan parkir paling rendah.
Gambar 6.10. Parkir Kendaraan Satu Sisi Membentuk Sudut 90
o
2) membentuk sudut 30
o
, 45
o
, 60
o
untuk mendapatkan daya tampung lebih
banyak dibandingkan parkir parallel, tetapi kemudahan dan kenyamanan
pengemudi melakukan manuver masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih
baik dibandingkan membentuk sudut 90
o
.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 22
Gambar 6.11. Parkir Kendaraan Penumpang Satu Sisi Bentuk Sudut 30
o
, 45
o
,
60
o
.
b. parkir kendaraan dua sisi
Parkir kendaraan dua sisi dapat dilakukan apabila ketersediaan ruang
parkir cukup memadai pada suatu tempat fasilitas parkir diluar ruang
milik jalan, yang dapat dilakukan dengan cara:
1) membentuk sudut 90
o
bila bertujuan agar arah gerakan lalu-lintas
kendaraan dapat satu arah atau dua arah, disamping mempunyai
daya tampung paling banyak jika dibandingkan dengan membentuk
sudut yang lebih kecil daripada 90
o
, tetapi kemudahan dan
kenyamanan pengemudi melakukan manuver masuk dan keluar ke
ruangan parkir paling rendah.
Gambar 6.12. Parkir Kendaraan Penumpang Dua Sisi membentuk sudut 90
o
2) membentuk sudut 30
o
, 45
o
, 60
o
bila menghendaki arah gerakan lalu-
lintas kendaraan satu arah, dan pengemudi dapat melakukan
manuver masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih nyaman dan
mudah dibandingkan membentuk sudut 90
o
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 23
Gambar 6.13. Parkir Kendaraan Penumpang Dua Sisi Membentuk
Sudut 30
o
, 45
o
, 60
o
.
c. parkir kendaraan berupa pulau.
Parkir kendaraan berupa pulau dapat dilakukan apabila ketersediaan
ruang parkir luas pada suatu tempat fasilitas parkir diluar ruang milik
jalan, yang dapat dilakukan dengan cara:
1) membentuk sudut 90
o
bila bertujuan agar arah gerakan lalu-lintas
kendaraan dapat satu arah atau dua arah, disamping mempunyai
daya tampung paling banyak jika dibandingkan dengan membentuk
sudut yang lebih kecil daripada 90
o
, tetapi kemudahan dan
kenyamanan pengemudi melakukan manuver masuk dan keluar ke
ruangan parkir paling rendah
Gambar 6.14. Parkir Kendaraan Penumpang Berupa Pulau Bentuk Sudut 90
o
.
2) membentuk sudut 45
o
bila menghendaki arah gerakan lalu-lintas
kendaraan satu arah, dan pengemudi dapat melakukan manuver
masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih nyaman dan mudah
dibandingkan membentuk sudut 90
o
, yang dapat dilakukan dalam
bentuk :
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 24
(a) tulang ikan tipe A
(b) tulang ikan tipe B
(c) tulang ikan tipe C
Gambar 6.15. Parkir Kendaraan Penumpang Membentuk Tulang Ikan Tipe A
Gambar 6.16. Parkir Kendaraan Penumpang Membentuk Tulang Ikan Tipe B
Gambar 6.17. Parkir Kendaraan Penumpang Membentuk Tulang Ikan Tipe C
B. Bentuk pola parkir bus/truk
Posisi parkir bus/truk dapat dibuat menyudut 90
o
ataupun kurang tergantung
dari luas areal parkir. Dari segi efektifitas ruang, posisi 90
o
lebih
menguntungkan. Karena ukuran bus yang cukup besar sehingga manuver
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 25
masuk dan keluar ke ruangan parkir cukup sulit, maka arah gerakan lalu-lintas
kendaraan harus dalam satu arah. Parkir bus/truk dilakukan dalam bentuk:
a. Parkir bus/truk pada satu sisi
b. Parkir bus/truk pada dua sisi
Gambar 6.18. Parkir Bus/Truk Satu Sisi
Gambar 6.19. Parkir Bus/Truk Dua Sisi
4. Bentuk pola parkir sepeda motor
Dari segi efektifitas ruang, posisi parkir sepeda motor membentuk sudut 90
o
lebih menguntungkan. Karena ukuran sepeda motor cukup kecil dan mudah
melakukan manuver, maka parkir sepeda motor hendaknya membentuk sudut
90
o
yang dapat berupa:
a. Parkir sepeda motor pada satu sisi, dilakuka bila ketersediaan ruang
parkir sempit.
b. Parkir sepeda motor pada dua sisi, diterapkan apabila ketersediaan ruang
cukup memadai dengan lebar ruas > 6 meter.
c. Parkir sepeda motor berbentuk pulau, diterapkan apabila ketersediaan
ruang cukup luas
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 26
Gambar 6.20. Parkir Sepeda Motor Satu Sisi
Gambar 6.21. Parkir Sepeda Motor Dua Sisi
h
w
b
b
h
Gambar 6.22. Parkir Pulau Untuk Sepeda Motor
Keterangan :
h = jarak terjauh antara tepi luar satuan ruang parkir
w = lebar terjauh satuan ruang parkir pulau
b = lebar jalur gang
Dalam mengatur pola parkir, lebar gang dan jalur sirkulasi harus ditentukan
untuk menjaga kelancaran lalu lintas dalam ruang parkir. Ketentuan lebar gang
dan jalur sirkulasi adalah sebagai berikut:
a. Panjang sebuah jalur gang tidak lebih dari 100 meter.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 27
b. J alur gang yang dimaksudkan untuk melayani lebih dari 50 kendaraan
dianggap sebagai jalur sirkulasi.
c. Lebar minimum jalur sirkulasi untuk jalan satu arah adalah 3,5 meter dan
untuk jalan dua arah adalah 6,5 meter.
Lebar jalur gang ditentukan oleh satuan ruang parkir, sudut parkir, jumlah jalur,
dan ketersediaan fasilitas pejalan kaki.
1. Lebar Gang Parkir Mobil Penumpang
Lebar gang pada parkir diluar badan jalan ditentukan oleh sudut parkir
dan jumlah arah lalu-lintas serta ketersediaan fasilitas pejalan kaki.
Tabel 6.2. Lebar Gang Parkir Mobil Penumpang
Fasilitas
pejalan kaki
Sudut parkir
<30
o
Sudut parkir
<45
o
Sudut parkir
<60
o
Sudut parkir
90
o
1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
Tidak ada 3,0 6.0 3,0 6.0 5,1 6.0 6.0 8,0
Ada 3,5 6,5 3,5 6,5 5,1 6,5 6,5 8,0
Sumber: Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, Direktorat Perhubungan Darat, 1998.
2. Lebar Gang Parkir Bus/Truk
Lebar gang parkir bus/truk diluar badan jalan ditentukan oleh sudut parkir
dan jumlah arah lalu-lintas.
Tabel 6.3. Lebar Gang Parkir Bus/Truk
Ukuran
Bus/Truk
Sudut parkir
<30
o
Sudut parkir
<45
o
Sudut parkir
<60
o
Sudut parkir
90
o
1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
< 9m 3,6 7,4 5,0 7,4 6,5 7,4 9,0 9,0
> 9m 4,5 7,4 5,5 7,5 7,0 7,4 11,0 11,0
Sumber: Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, Direktorat Perhubungan Darat, 1998.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 28
3. Lebar Gang Parkir Sepeda Motor
Lebar gang parkir sepeda motor diluar badan jalan ditentukan oleh sudut
parkir dan jumlah arah lalu-lintas.
Tabel 6.4. Lebar Gang Parkir Sepeda Motor
Sudut parkir
<30
o
Sudut parkir <45
o
Sudut parkir <60
o
Sudut parkir 90
o
1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
3,0 6.0 3,0 6.0 4,6 6.0 6.0 6,6
Sumber: Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, Direktorat Perhubungan Darat, 1998.
Lebar gang parkir berdasarkan ketentuan yang ada tidak perlu dilakukan
perubahan karena nilainya dapat dikatakan tidak berbeda dari ketentuan pada
Negara lain, diantaranya adalah Kota Selwyn di Australia yang memberi
ketentuan lebar gang dan sudut parkir seperti dijelaskan pada table dibawah ini.
Tabel 6.5. Lebar Gang Parkir Mobil Penumpang Di Kota Selwyn, Australia
Tipe pengguna
Sudut
Parkir
Lebar ruang
parkir
(meter)
Panjang
ruang
parkir
(meter)
Lebar gang
(meter)
Long Term
(Pengguna parkir
lama)
90
o
2,4 5,4 6,2
60
o
2,4 5,4 4,9
45
o
2,4 5,4 3,9
30
o
2,1 5,4 3,1
Medium Term
(Pengguna parkir
lama)
90
o
2,5 5,4 5,8
60
o
2,5 5,4 4,6
45
o
2,5 5,4 3,7
30
o
2,3 5,4 3,0
Short Term
(Pengguna parkir
lama)
90
o
2,6 5,4 5,4
60
o
2,6 5,4 4,3
45
o
2,6 5,4 3,5
30
o
2,5 5,4 2,9
Sumber: Selwyn District Plan, Township Volume I, 2008
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 29
Lebar gang pada tabel diatas berlaku untuk jalan satu arah. Gang untuk jalan
dua arah hanya diijinkan untuk parkir membentuk sudut 90
o
dengan lebar gang
minimum 5,5 meter.
Supaya kendaraan parkir sesuai pola yang ditentukan maka setiap ruang parkir
harus diberi garis marka parkir untuk memandu pengemudi dan juru parkir
mengetahui posisi parkir yang tepat, sehingga alinyemen kendaraan yang parkir
diluar ruang milik jalan dapat dilakukan dengan mudah.
6.4.3. Kemiringan Pada Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan
Pada fasilitas parkir diluar ruang milik jalan terdapat bagian bagian tempat parkir
yang kemiringannya harus dibatasi untuk kemudahan pengguna jasa parkir dan
kelancaran memarkir kendaraan, serta mencegah terjadinya kecelakaan
kendaraan.
Desain tata letak gedung parkir bermacam-macam yang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut.
a. Lantai datar dengan ramp berada diluar. Gedung parkir terdiri dari
beberapa lantai datar dengan jalur landai untuk naik dan turun lantai berada
diluar (external ramp). Daerah parkir terbagi dalam beberapa lantai rata
(datar) yang dihubungkan dengan ramp.
Gambar 6.23. Disain Gedung Parkir Dengan Ramp Berada Diluar
b. Lantai terpisah. Gedung parkir dengan bentuk lantai terpisah dan berlantai
banyak dengan ramp yang ke atas digunakan untuk kendaraan yang masuk
dan ramp yang turun digunakan untuk kendaraan yang keluar.
Pada desain lantai terpisah dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 30
jalan masuk dan keluar dibuat tersendiri (terpisah), sehingga
mempunyai jalan masuk dan jalan keluar yang lebih pendek.
Gambar 6.24. Disain Gedung Parkir Lantai Terpisah, Jalan Keluar dan Masuk Terpisah.
sirkulasi kedatangan (masuk) dan keberangkatan (keluar) menjadi
satu. Ramp berada pada pintu keluar; kendaraan yang masuk
melewati semua ruang parkir sampai menemukan tempat yang dapat
dimanfaatkan. Pengaturan gunting seperti itu memiliki kapasitas
dinamik yang rendah karena jarak pandang kendaraan yang datang
agak sempit.
Gambar 6.25. Disain Gedung Parkir Lantai Terpisah, Sirkulasi Kedatangan (Masuk)
Dan Keberangkatan (Keluar) Menjadi Satu.
c. Lantai gedung yang berfungsi sebagai ramp. Kendaraan yang masuk dan
parkir pada gang sekaligus sebagai ramp berbentuk dua arah yang
dikelompokkan menjadi:
gang satu arah dengan jalan keluar yang lebar. Namun, bentuk
seperti itu tidak disarankan untuk kapasitas parkir lebih dari 500
kendaraan karena akan mengakibatkan alur tempat parkir menjadi
panjang.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 31
Gambar 6.26. Disain Lantai Gedung Parkir Sebagai Ramp, Gang Satu Arah Dengan
Jalan Keluar Yang Lebar.
jalan keluar dimanfaatkan sebagai lokasi parkir, dengan jalan keluar
dan masuk dari ujung ke ujung
Gambar 6.27. Disain Lantai Gedung Parkir Sebagai Ramp, Jalan Keluar
Dimanfaatkan Sebagai Lokasi Parkir.
letak jalan keluar dan masuk bersamaan. Jenis lantai ber-ramp
biasanya di buat dalam dua bagian dan tidak selalu sesuai dengan
lokasi yang tersedia. Ramp dapat berbentuk oval atau persegi,
dengan gradien tidak terlalu curam, agar tidak menyulitkan membuka
dan menutup pintu kendaraan.
Gambar 6.28. Disain Lantai Gedung Parkir Sebagai Ramp, Letak Jalan Keluar Dan
Masuk Bersamaan.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 32
plat lantai horizontal, pada ujung-ujungnya dibentuk menurun ke
dalam untuk membentuk sistem ramp. Umumnya merupakan jalan
satu arah dan dapat disesuaikan dengan ketersediaan lokasi, seperti
polasi gedung parkir lantai datar.
Gambar 6.29. Disain Lantai Gedung Parkir Sebagai Ramp, Plat Lantai Horizontal
dan Ujung-Ujungnya Dibentuk Menurun Ke Dalam Untuk
Membentuk Sistem Ramp.
Untuk mencegah terjadinya benturan kendaraan saat parkir, kemiringan
permukaan lantai parkir harus tidak dapat mengakibatkan semua jenis kendaraan
bergerak atau berjalan karena beratnya sendiri dan muatannya. Pada umumnya
untuk parkir pada bidang miring, besarnya tanjakan bidang miring maksimum
4%.
Bidang miring yang paling mudah terlihat pada gedung parkir umumnya adalah
ramp untuk naik gedung yang dapat berupa ramp lurus maupun berbentuk
putaran (hellical). Ketentuan kemiringan ramp tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sudut Kemiringan Ramp
Berdasarkan buku pedoman perencanaan dan pengoperasian fasilitas
parkir, yang diterbitkan Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan
J alan, Direktorat J enderal Perhubungan Darat, tahun 1998, telah
ditentukan untuk naik gedung parkir disediakan ramp lurus dengan
kemiringan tanjakan () maksimum adalah 15%.
Bila ramp naik gedung digunakan juga oleh pejalan kaki untuk naik dan
turun gedung, sudut kemiringan tanjakan pada ramp maksimum adalah
sebesar 10%.
Tetapi buku pedoman tersebut belum mengatur sudut ramp naik gedung,
bila ramp naik gedung berbentuk melingkar (helical).
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 33
Gambar 6.30. Sudut Kemiringan Ramp ()
Berdasarkan Handbook on Vehicle Parking Provision, Land Transport
Authority, Singapore, tahun 2005, bila ramp naik gedung berbentuk
melingkar (helical) maka sudut kemiringan maksimum adalah 12%
(1:8,3), dengan radius bagian dalam minimal 4,5 meter seperti dijelaskan
pada gambar dibawah berikut ini.
Clearway
Ramp 1:8.3
(MAX)
J
a
l
a
n
A
k
s
e
s
L
u
r
u
s
Jalan Akses
Lurus
Clearway
Accessway
Radius Bagian Dalam
Minimum 4,5 m
Sumber: Handbook on Vehicle Parking Provision, Land Transport Authority, Singapore, tahun 2005
Gambar 6.31. Ramp naik gedung berbentuk melingkar (helical), sudut
kemiringan maksimum adalah 12%.
2. Kemiringan Ramp Bila digunakan untuk Parkir
Handbook on Vehicle Parking Provision, Land Transport Authority,
Singapore, juga telah mengatur ramp untuk naik gedung parkir
digunakan juga sebagai tempat parkir karena tersedia ruang yang
mencukupi, maka kemiringan ramp maksimal adalah 5%, tetapi
disarankan kemiringan ramp sebesar 4%.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 34
Radius Bagian Dalam 4,5 meter
Gradien Maksimun Ramp 5%,
Disarankan Hanya 4%
Sumber: Handbook on Vehicle Parking Provision, Land Transport Authority, Singapore, tahun 2005
Gambar 6.32. Syarat Kemiringan Ramp Bila digunakan untuk Parkir.
Akibat kemiringan ramp untuk naik gedung parkir dapat terjadi benturan antara
anjuran depan dan atau anjuran belakang dengan lantai parkir. Untuk mencegah
terjadinya benturan antara anjuran depan atau belakang kendaraan terhadap
lantai datar pada ujung ramp ataupun pada bagian diantara sumbu kendaraan
diberikan tanjakan peralihan atau transisi yang besar sudutnya adalah setengah
sudut tanjakan ramp dengan panjang sekitar 3-3,5 meter.
Sumber: Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, Direktorat Perhubungan Darat, 1998.
Gambar 6.33. Tanjakan Peralihan Untuk Menghindari Benturan Antara Anjuran
Kendaraan Dengan Lantai Pada Awal Atau Akhir Ramp.
Ramp dapat berupa ramp satu arah atau dua arah(multi jalur). Untuk ramp dua
arah dapat dipisah dengan pemisah atau separator. Apabila ramp berbentuk
lurus, untuk ramp satu arah cukup disediakan lebar jalur sebesar 3,5 meter, dan
untuk ramp dua arah selebar 6,5 meter, dan bila dipisah dengan pemisah atau
separator maka lebar jalur setiap arah adalah 3,5 meter.
tanjakan
peralihan
tanjakan
ramp
3,5
m
tanjakan
peralihan
3,5 m
= sudut tanjakan peralihan
= sudut tanjakan ramp
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 35
Lajur Tunggal
3,5 m
Lajur Ganda
dengan separator
3,5 m 3.5 m
Lajur Ganda
tanpa separator
6,5 m
Gambar 6.34. Lebar Ramp Lurus
Sedangkan untuk ramp berbentuk hellical, radius minimum bagian dalam ramp
adalah 4,5 meter, sedangkan lebar minimum jalurnya adalah 4,2 meter untuk
jalur tunggal dan jalur ganda yang dipisahkan separator. Lebar jalur ramp jalur
ganda yang tidak dipisahkan separator adalah 3,3 meter untuk jalur bagian luar
dan 3,6 meter untuk jalur bagian dalam.
Ramp berbentuk helical dapat berupa ramp satu arah atau dua arah (multi jalur).
Untuk ramp dua arah dapat dipisah dengan pemisah atau separator. Radius
minimum bagian dalam ramp yang berbentuk lingkaran helical adalah 4,5 meter,
sedangkan lebar minimum jalurnya adalah 4,2 meter untuk jalur tunggal dan
jalur ganda yang dipisahkan separator.
4
2
0
0
B
a
g
i
a
n
D
a
l
a
m
Radius Bagian Dalam
Minimum 4,5 m
4
2
0
0
B
a
g
i
a
n
D
a
l
a
m
Radius Bagian Dalam
Minimum 4,5 m
4
2
0
0
B
a
g
i
a
n
L
u
a
r
LAJUR
TUNGGAL
LAJUR
TUNGGAL
DIVIDER
Divider Fisik
Radius
Bagian
Dalam
4500 4200 4200
Lajur
Bagian
Dalam
Lajur
Bagian
Luar
Gambar 6.35. Lebar Ramp Helical J alur Tunggal dan J alur Ganda Dengan
Pembatas
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 36
Sedangkan lebar jalur ramp berbentuk lingkaran (hellical) berjalur ganda yang
tidak dipisahkan separator adalah 3,3 meter untuk jalur bagian luar dan 3,6
meter untuk jalur bagian dalam.
Tanpa Divider Fisik
Radius
Bagian
Dalam
4500 3600 3300
Lajur
Bagian
Dalam
Lajur
Bagian
Luar
Gambar 6.36. Lebar Ramp Helical J alur Ganda Tanpa Pembatas
6.4.4. Fasilitas Pejalan Kaki Pada Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan
Taman parkir dan gedung parkir harus menyediakan fasilitas pejalan kaki untuk
keselamatan pengguna jasa parkir dan kelancaran lalu lintas di tempat parkir.
Fasilitas pejalan kaki harus diberi tanda sehingga mudah diketahui oleh
pengguna jasa fasilitas parkir.
Fasilitas pejalan kaki dapat ditempatkan didepan kendaraan atau dibelakang
kendaraan yang sedang diparkir.
6.4.5. Persyaratan Fasilitas Keamanan Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan
Penyelengara parkir harus memberikan jaminan keamanan kendaraan yang
diparkir. Untuk dapat menjamin keamanan kendaraan harus tersedia berbagai
fasilitas pendukung sebagai berikut:
a. pos pemeriksaan tiket parkir dan fasilitas pendukungnya untuk mencegah
tindak pencurian kendaraan.
b. pos penjagaan untuk petugas keamanan yang melakukan patroli secara
regular.
c. pagar pembatas tempat parkir untuk keamanan kendaraan terhadap
vandalisme yang berpotensi merusak kendaraan.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 37
Lebar jalan masuk dan keluar tempat parkir harus memiliki lebar minimal 3
meter. Panjang jalan keluar dan masuk tempat parkir yang berfungsi sebagai
ruang antrian kendaraan harus mampu menampung kendaraan sehingga tidak
menyebabkan kemacetan di jalan raya dan jalur sirkulasi tempat parkir, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk jumlah ruang parkir kurang dari 20 SRP, panjang jalan keluar dan
masuk tempat parkir minimum adalah 5,5 meter.
b. Untuk jumlah ruang parkir kurang dari 21 s.d 50 SRP, panjang jalan
keluar dan masuk tempat parkir minimum adalah 10,5 meter.
c. Untuk jumlah ruang parkir kurang dari 51 s.d 100 SRP, panjang jalan
keluar dan masuk tempat parkir minimum adalah 15,5 meter.
d. Untuk jumlah ruang parkir kurang dari 101 s.d 150 SRP, panjang jalan
keluar dan masuk tempat parkir minimum adalah 20,5 meter.
e. Untuk jumlah ruang parkir lebih dari 151 SRP, panjang jalan keluar dan
masuk tempat parkir minimum adalah 25,5 meter.
Panjang jalan masuk tempat parkir diukur dari bahu jalan raya dimana jalan
masuk tempat parkir berada.
6.4.6. Persyaratan Fasilitas Keselamatan Parkir Di Luar Ruang Milik
Jalan
Untuk memberikan perlindungan keselamatan pada pengguna jasa parkir dan
kendaraannya, maka harus tersedia berbagai fasilitas penunjang keselamatan
yaitu:
a. Taman parkir dan gedung parkir harus tersedia peralatan pemadam
kendaraan.
b. Taman parkir dan gedung parkir harus mempunyai penerangan yang
cukup untuk mencegah tindak kejahatan dan kecelakaan kendaraan.
c. Taman parkir dan gedung parkir harus tersedia rambu petunjuk arah lalu
lintas untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 38
d. Taman parkir dan gedung parkir harus tersedia tanda fasilitas pejalan kaki
yang mudah dilihat oleh pengemudi dari dalam mobil.
Penerangan tempat parkir harus dinyalakan dengan sensor cahaya sehingga
lampu menyala secara otomatis sesuai kondisi lingkungan. Pencahayaan lampu
penerangan harus memungkinkan seseorang mampu membaca secara normal.
Untuk keselamatan juga harus disediakan fasilitas pemadam kebakaran sehingga
apabila terjadi kebakaran dapat segera dipadamkan dan mencegah terjadinya
kebakaran yang lebih besar.
Fasilitas pemadam kebakaran harus tersedia di setiap lantai parkir dan diberi
tanda yang jelas sehingga dapat dicari dengan mudah apabila diperlukan. Untuk
pengoperasian peralatan pemadam kebakaran harus telah ditentukan petugas
pelaksananya.
6.4.7. Persyaratan Fasilitas Informasi Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan
Penyelenggara parkir harus memberikan informasi secara jelas mengenai
ketersediaan ruang parkir dan biaya yang harus dibayar oleh pengguna parkir.
Fasilitas parkir di luar ruang milik jalan harus tersedia papan informasi yang
memberikan keterangan tentang tarif parkir dan ketersediaan ruang parkir. Papan
informasi tarif parkir harus menginformasikan :
a. tarif parkir satu jam pertama
b. tarif parkir setiap jam berikutnya.
Sedangkan papan informasi ketersediaan ruang parkir harus menginformasikan
setidaknya informasi jumlah ruang parkir yang tersedia. Papan informasi tarif
parkir dan ketersediaan ruang parkir dapat menggunakan sistem informasi
otomatis dan manual.
P
Taman Parkir P1
Taman Parkir P2
Parkir Basement B1
Parkir Basement B2
JUMLAH RUANG
PARKIR TERSEDIA
45
124
0
67
Gambar 6.37. Contoh Gambar Papan Informasi Ketersediaan Ruang Parkir di Luar
Ruang Milik J alan (Elektronik/Otomatis)
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 39
P
Jl. Nangka
Jl. Durian
Jl. Anggrek
Jl. Mawar
JUMLAH RUANG
PARKIR TERSEDIA
20
6
31
0
Gambar 6.38. Contoh Gambar Papan Informasi Ketersediaan Ruang Parkir di
Dalam Ruang Milik J alan (Elektronik/Otomatis)
P
RUANG PARKIR
TERSEDIA
Gambar 6.39. Contoh Gambar Papan Informasi Ketersediaan Ruang Parkir
(Sederhana/Manual)
P
PARKIR PENUH
Gambar 6.40. Contoh Gambar Papan Informasi Parkir Penuh (Sederhana /
Manual )
P
Sepeda Motor
Mobil Penumpang/Barang
Bus/Truk Sedang
Bus/Truk Besar
TARIF PARKIR (Rp)
Rp. 1.000,-
Rp. 2.000,-
Rp. 4.000,-
Rp. 6.000,-
Rp. 500,-
Rp. 1.000,-
Rp. 2.000,-
Rp. 3.000,-
Tarif per Jam
untuk 2 Jam
Pertama
Tarif per Jam
untuk Jam
Berikutnya
JENIS KENDARAAN
Gambar 6.41. Contoh Gambar Papan Informasi Tarif Parkir
6.5. PEMBANGUNAN FASILTAS PARKIR BERTINGKAT MANUAL DAN
OTOMATIS
Pada wilayah yang terbatas ketersediaan lahannya dapat diterapkan parkir
bertingkat yang dikendalikan secara manual dan otomatis. Kendaraan yang
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 40
masuk atau keluar dikendalikan oleh komputer, menggunakan kartu magnetik
untuk merekam waktu kedatangan dan tempat kendaraan diparkirkan. Waktu
untuk mengambil kendaraan maksimal 120 detik.
Penyediaan parkir otomatis dilakukan dengan tujuan:
a) pemecahan masalah penyediaan ruang parkir berteknologi tinggi.
b) memaksimalkan penggunaan ruang karena dapat dihemat ruangan untuk
ramp masuk/keluar, tangga untuk naik turun pejalan kaki, dan lintasan
kendaraan.
c) menyediakan tempat parkir tertutup untuk meningkatkan keamanan
kendaraan dari pencurian, terlindung dari hujan, matahari, dan lain
sebagainya.
d) meningkatkan kualitas lingkungan karena kebutuhan lahan lebih sedikit
sehingga taman dan tempat bermain dapat diperluas.
Disamping berbagai manfaat diatas, parkir otomatis mempunyai beberapa
kelemahan yaitu tidak sesuai untuk diterapkan ditempat dimana terjadi
penggunaan secara bersama-sama seperti di gedung bioskop dan gedung
pertunjukkan.
Terdapat berbagai desain tempat parkir bertingkat yang dioperasikan secara
manual maupun otomatis. Tempat parkir bertingkat yang dioperasikan secara
manual biasanya digunakan untuk perumahan dan perkantoran dengan
kebutuhan ruang parkir yang tidak banyak.
Gambar 6.42. Fasilitas Parkir Bertingkat Manual
Pada saat ini telah banyak dikembangkan berbagai desain fasilitas parkir
bertingkat yang dioperasikan secara otomatis, yang pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi parkir vertikal dan horisontal.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 41
A. Parkir vertikal
Parkir vertikal dapat dikelompokan terdiri dari sistem sirkulasi vertikal dan
pengangkatan vertikal (vertical lifting). Sistem sirkulasi vertikal menggunakan
konveyor yang memutar ruang parkir dengan bentuk memanjang keatas
sehingga sesuai untuk diterapkan bila ketersediaan terbatas. Karena sirkulasi
dilakukan dengan memutar semua kendaraan yang diparkir, kapasitas
penyediaan ruang parkir pada sistem ini memiliki keterbatasan terhadap
kemampuan konveyor mengangkat beban.
Gambar 6.43. Fasilitas Parkir Bertingkat Vertikal Dengan Sistem Rotari
Vertikal parkir dengan sistem pengangkatan vertikal menggunakan elevator
untuk menaik turunkan kendaraan. Kendaraan ditempatkan pada lantai dengan
gedung berbentuk persegi atau bundar. Karena yang diangkat hanya sebuah
kendaraan maka kapasitas parkir dapat besar dengan meninggikan gedung parkir
dan memperdalam bagian gedung yang berada didalam tanah.
Gambar 6.44. Fasilitas Parkir Bertingkat Dengan Sistem Vertical Lifting
Pada Gedung Berbentuk Bundar
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 42
Gambar 6.45. Fasilitas Parkir Bertingkat Dengan Sistem Vertical Lifting
Pada Gedung Berbentuk persegi.
B. Parkir horisontal
Parkir horisontal dapat dikelompok menjadi dua yaitu gerakan horisontal
menggunakan konveyor dan sistem sliding (geser). Pada sistem menggunakan
konveyor pada umumnya berkapasitas lebih kecil dibanding sistem sliding.
Sistem menggunakan konveyor pada dasarnya mirip sistem rotari pada parkir
vertikal, hanya bentuknya memanjang kesamping sehingga gerakan
horisontalnya lebih panjang. Parkir horisontal jenis ini diterapkan bila ada
batasan ketinggian gedung.
Gambar 6.46. Parkir Horisontal menggunakan konveyor untuk gerakan
horisontal.
Parkir horisontal dengan sistem geser (sliding) prinsip kerjanya adalah, kecuali
lantai teratas, setiap lantai terdapat sebuah ruang parkir kosong dan rel
pengarah depan-belakang. Setiap ruang parkir terdapat pallet yang bergerak
horisontal pada rel pengarah. Pallet pada lantai teratas bergerak naik naik turun,
sedangkan pallet pada lantai terbawah bergerak horisontal kekiri dan kekanan.
Sedangkan palet pada lantai dua dan dibawah lantai teratas dapat bergerak naik
turun dan bergerak horisontal kekiri-kanan.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 43
Sebagai gambaran sistem kerja pada fasilitas parkir bertingkat dua lantai,
terdapat dua lantai parkir yaitu atas dan bawah. Mobil dapat masuk dan keluar
dari ruang parkir lantai bawah secara langsung dengan gerakan mengangkat dan
menggesernya (sliding). Saat ruang parkir bagian bawah kosong, ruang parkir
lantai diatasnya akan turun kebawah, kemudian mobil dapat keluar meninggalkan
ruang parkir. Sistem parkir ini digolongkan pada sistem semi otomatis (Semi-
Automatic Car Parking System/ SACPS).
Waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan kendaraan dari tempat parkir sangat
singkat, maksimum waktu yang diperlukan adalah 90 detik (1,5 menit).
Untuk keamanan, sistem dilengkapi pengunci mekanik sehingga bila terjadi
kegagalan sistem hidrolik, kendaraan yang berada diatas tidak jatuh menimpa
kendaraan yang dibawah.
Gambar 6.47. Parkir Horizontal 2 Lantai Dengan Sistem Geser
Gambar 6.48. Parkir Horizontal 4 Lantai Dengan Sistem Geser
Perkembangan teknologi parkir saat ini, sistem geser (sliding) telah diterapkan
pada lantai yang luas pada gedung bertingkat tinggi dan dikendalikan secara
otomatis. Gerakan horisontal dapat dilakukan pada empat arah yaitu depan,
belakang, kiri dan kanan, sehingga pada setiap lantai dapat disediakan elevator
untuk memasukkan dan mengeluarkan kendaraan dari tempat parkir.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 44
Lokasi ruang parkir setiap kendaraan harus tercatat dengan jelas sehingga
diperlukan komputer karena jumlah kendaraan yang diparkir jumlahnya banyak.
Komputer tersebut juga diperlukan untuk mengendalikan sistem memasukan dan
mengeluarkan kendaraan dari ruang parkir. Oleh karena itu parkir dengan
teknologi ini disebut parkir otomatis (Fully-Automatic Car Parking System/
FACPS).
Gambar 6.49. Parkir Horizontal Otomatis Dengan Sistem Geser
6.6. PEMBANGUNAN FASILITAS PARKIR SEPEDA DI LUAR RUANG MILIK
JALAN.
Parkir sepeda adalah tempat untuk memarkirkan sepeda yang biasanya
dilengkapi dengan perangkat untuk mengunci atau merantai sepeda pada rak
sepeda. Fasilitas untuk mengunci atau merantai sepeda pada rak sepeda
diperlukan mengingat tingginya angka pencurian sepeda. Rak sepeda biasanya
ditempatkan diperkantoran, tempat perbelanjaan, pemukiman, sekolah termasuk
untuk kegiatan parkir dan menumpang/park &ride angkutan umum.
Beberapa gedung di Jakarta telah memberikan fasilitas parkir untuk
penggunanya antara lain: Pondok Indah Mall (area khusus di parkir motor),
Jakarta Selatan, Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Plaza
Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Grand Indonesia (area parkir motor
di basement), Jakarta Pusat, EX Plaza, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat,
Menara BII, (area khusus di samping gedung) Jl. M.H. Thamrin, Jakarta Pusat
dan masih banyak lagi.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 45
Kurang amannya tempat parkir sepeda menyebabkan banyak orang tidak
menggunakan sepedanya. Meninggalkan sepeda tanpa pengawasan, meskipun
dalam waktu sebentar, akan beresiko mengalami kerusakan atau dicuri. Sulitnya
mencari tempat parkir sepeda atau lokasinya yang tidak nyaman merupakan
pengalaman buruk banyak orang.
6.6.1 Lokasi fasilitas parkir sepeda
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan fasilitas parkir
untuk sepeda yaitu ( Victoria Transport Policy Institute, TDM Encyclopedia,
Bicycle Parking ) :
Visibility, Rak harus terlihat dengan jelas sehingga pengendara sepeda
dapat segera melihat ketika mereka tiba. Sebuah lokasi yang terlihat
dengan jelas akan menghambat pencurian dan vandalisme.
Keamanan, pencahayaan yang memadai dan pengawasan sangat
penting untuk keamanan pengguna sepeda. Parkir sepeda dan loker
harus ditambatkan ke rak untuk menghindari vandalisme dan pencurian.
Perlindungan terhadap cuaca berupa atap
Ruang bebas yang memadai diperlukan sekitar rak untuk memberikan
ruang gerak bagi pengendara sepeda, dan untuk mencegah konflik
dengan pejalan kaki atau mobil yang diparkir.
Sebisa mungkin tempat parkir sepeda harus dekat dengan lokasi ruang
bilas (washrooms) dan fasilitas ruang ganti baju.
Gambar 6.50. Lokasi Tempat Parkir Sepeda Harus Terlihat J elas, Mudah, dan
Aman,
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 46
Gambar 6.51. Tempat Parkir Sepeda Harus Terang Dengan Ruang Bebas Yang
Memadai Untuk Ruang Gerak Pengendara Sepeda, Dan Mencegah
Konflik Dengan Pejalan Kaki
Berdasarkan kajian yang dilakukan di Uni Eropa (Transport Research Knowledge
Centre, Effects of cycle parking arrangements on bicycle use, www.transport-
research.info) menunjukkan bahwa penyediaan fasilitas parkir sepeda yang
diawasi akan mendorong penggunaan sepeda karena beberapa alasan:
Mengurangi jarak dan waktu berjalan kaki,
Mengurangi kekawatiran sepeda dicuri,
Meningkatkan aksesibilitas.
Penempatan fasilitas parkir diluar ruang milik jalan untuk sepeda harus dilakukan
pada beberapa tempat strategis yaitu di:
1. Tempat perbelanjaan,
2. Sekolah,
3. Perkantoran digedung atau dipelataran parkir sepeda,
4. Apartemen/rumah susun,
5. Pusat kebugaran/olah raga,
6. Stasiun, terminal angkutan umum sebagai bagian dari kegiatan parkir dan
berjalan dengan angkutan umum (park & ride)
6.6.2. Rak untuk fasilitas parkir sepeda
Rak sepeda adalah tempat untuk parkir/penyimpanan sepeda di kawasan
perkantoran, pertokoan, sekolah, kampus, dan sepedanya dikunci/dirantai ke rak
yang disediakan. Rak harus dibuat sedemikian sehingga sepeda tidak mudah
dicuri, oleh karena itu biasanya sepedanya dikunci atau dirantai ke rak.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 47
Ditempatkan pada dinding bangunan, trotoar ataupun bangunan khusus untuk
penitipan sepeda.
Rak sepeda dapat berupa rak tunggal atau rak yang disusun secara bersama.
Berkaitan dengan fungsinya sebagai tempat parkir sepeda, rak sepeda harus
mempunyai kriteria sebagai berikut:
a. menyangga sepeda dengan rangkanya pada dua tempat sehingga sepeda
berdiri tegak.
b. mencegah roda sepeda dari kemiringan berlebihan.
c. memungkinkan rangka dan satu atau dua roda untuk dikunci.
d. menyangga sepeda tanpa rangka berbentuk diamond dengan sebuah pipa
horizontal diatas.
e. roda depan dan rangka sepeda yang mengarah kebawah dapat dikunci
pada rak sepeda atau roda belakang dan pipa rangka tempat duduk dapat
dikunci pada rak sepeda.
Berdasarkan kriteria diatas, rak sepeda berbentuk sisir (comb), panggangan roti
(toast), dan bentuk rak lainnya yang hanya menjepit roda, tanpa menyangga
rangka sepeda tidak direkomendasikan oleh Bicycle Parking Guidelines,
Association of Pedestrian and Bicycle Profesionals.
Rak sepeda harus terbuat dari bahan yang kuat sehingga tahan terhadap
peralatan potong pada umumnya (hand tools), terutama yang dapat disimpan
dalam tas punggung (backpack), misalnya peralatan pemotong baut dan
pemotong pipa.
a. U terbalik b. huruf A c. Post dan Loop d. Sisir e. Gelombang f. Toast
Gambar 6.52. Berbagai Bentuk Dasar Rak Sepeda
A. Desain rak umum
Bentuk rak yang umum digunakan bermacam-macam dengan desain yang hanya
bertujuan sepeda dapat diparkir pada rak tersebut. Beberapa desain umum rak
sepeda adalah sebagai berikut:
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 48
Rak dengan penjepit roda depan
Rak didesain hanya menjepit roda depan dengan rangka sepeda tidak
disangga. Penguncian hanya dapat dilakukan pada roda depan dengan
rak. J enis rak tersebut biasanya digabung sehingga dapat digunakan
untuk parkir banyak sepeda.
Gambar 6.53. Rak Sepeda Dengan Penjepit Roda Depan.
Rak dengan sandaran samping, dimana rangka sepeda
dikunci/dirantai pada rak.
Rak dengan sandaran samping dapat menyangga rangka sepeda
sehingga dapat berdiri lebih tegak. Rangka sepeda dapat dikunci pada rak
sehingga lebih aman terhadap tindakan pencurian. Sebuah rak dengan
sandaran samping pada umumnya digunakan secara terpisah dimana satu
atau dua tiangnya ditanam pada tanah atau dibaut pada konstruksi yang
dicor. Satu rak digunakan untuk du buah sepeda.
Gambar 6.54. Rak Sepeda Dengan Sandaran Samping Yang Menggunakan Bentuk
Dasar Huruf U Terbalik Dan Post And Loop.
Rak gantung, merupakan rak dimana sepeda digantung sehingga bisa
menghemat ruang
Konstruksi rak gantung dapat dipasang pada dinding dan langit-langit
bangunan. Roda depan sepeda digantungkan sehingga posisi sepeda
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 49
menjadi tegak dengan roda depan dibagian atas dan roda belakang di
bagian bawah.
Tinggi gantungan bervariasi untuk memenuhi kebutuhan panjang sepeda
yang berbeda-beda dan kemudahan untuk menggantungnya.
Gambar 6.55. Rak Gantung Untuk Parkir Sepeda.
Rak bertingkat manual dan otomatis, dimana sepeda diatur
sedemikian sehingga dapat disusun beberapa tingkat. Sistem ini banyak
ditemukan di J epang.
Rak bertingkat yang dioperasikan secara manual memerlukan tenaga
manusia untuk menempatkan sepeda pada rak dengan ketinggian sekitar
170 cm. Rak didesain menjepit roda depan dan belakang sehingga
sepeda dapat berdiri tegak dan dinaikkan keatas.
Gambar 6.56. Rak Sepeda Bertingkat Manual.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 50
Tempat parkir khusus untuk sepeda dengan rak bertingkat dan
dioperasikan secara otomatis yang ada di stasiun kereta api di Kasai,
Tokyo bisa menampung 9.400 sepeda dan dibangun di dalam tanah
dengan kedalaman 15 meter.
Semuanya dilakukan dengan robot, dengan cukup meletakkan sepeda di
depan pintu kemudian sebuah lift/ elevator akan terbuka untuk
mengambil sepeda dan langsung meletakkannya di "gudang bawah
tanah" tersebut.
Untuk mengambilnya kembali, hanya butuh waktu 23 detik bagi si robot
untuk mengidentifikasi, mengambil dan menyerahkannya kembali kepada
si pemilik.
a. pintu parkir b. Sepeda diangkut robot menuju ruang parkir
c. Sepeda ditempatkan pada ruang parkir d. Untuk perawatan & perbaikan terdapat
manhole
Sumber: Giant Subterranean Bicycle Parking Lot
Gambar 6.57. Rak Parkir Sepeda Otomatis Di Stasiun Kasai, Tokyo J apan.
B. Disain khusus rak sepeda
Untuk meningkatkan aestetika kota dimana rak sepeda dibuat digunakan
berbagai bentuk yang menarik yang asimetris bisa berbentuk:
Ditambahkan logo perusahaan
Profil orang
Profil binatang
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 51
Profil bunga
Atau profil lainnya seperti sepeda itu sendiri
6.6.3 Fasilitas ruang bilas dan ganti baju
Guna terlaksananya pembangunan jalur sepeda di DKI J akarta, Gubernur DKI
J akarta meminta seluruh gedung bertingkat di ibu kota segera membuat parkiran
sepeda dan toilet khusus untuk ganti baju serta mandi.
Seluruh gedung yang akan dibangun telah diminta untuk memasukkan parkir
sepeda dalam desainnya. Dalam desain pembangunan gedung baru di J akarta
Selatan sudah mewajibkan menempatkan parkir sepeda dalam pembangunannya
sehingga para pengguna sepeda akan merasa nyaman.
Hal tersebut dilakukan karena pekerja dengan menggunakan sepeda sudah
cukup banyak. Sehingga untuk memberikan kenyamanan maka pihaknya
mewajibkan pengelola gedung untuk membuat parkiran khusus sepeda.
Para pekerja yang menggunakan sepeda atau pejalan kaki sering pada saat
sampai tempat tujuan dalam kondisi berkeringat dan kotor (debu dan lumpur).
Penyediaan ruang bilas dan ganti pakaian sangat membantu mereka yang berarti
mendukung untuk terus menggunakan sepeda. Fasilitas tersebut juga
menguntungkan para pekerja yang berlatih saat istirahat atau terkadang
kebutuhan membersihkan diri dan ganti pakaian untuk keperluan lainnya.
Terkait dengan jumlah fasilitas yang harus disediakan, kota Vancouver
mensyaratkan jumlah toilet, wastafel dan ruang ganti yang dilengkapi shower
terhadap bangunan baru berdasarkan jumlah ruang parkir sepeda yang harus
disediakan.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan 6 - 52
Tabel 6.6. Persyaratan J umlah Fasilitas Ruang Bilas dan Ganti Pakaian di Kota Vancouver
J umlah Ruang Parkir
Sepeda Yang Harus
Disediakan
J umlah Minimum Yang Harus Disediakan Untuk Setiap J enis
Kelamin
Toilet Wastafel
Ruang Ganti
dilengkapi Showers
0-3 0 0 0
4-29 1 1 1
30-64 2 1 2
65-94 3 2 3
95-129 4 2 4
130-159 5 3 5
160-194 6 3 6
Lebih dari 194 6 ditambah satu
untuk setiap
penambahan 30
ruang parkir
sepeda atau
kelipatannya
3 ditambah satu
untuk setiap
penambahan 30
ruang parkir sepeda
atau kelipatannya
6 ditambah satu untuk
setiap penambahan 30
ruang parkir sepeda
atau kelipatannya
Sumber : Bicycle Parking, Storage and Changing Facilities, Victoria Transport Policy Institute, 1250 Rudlin
Street, Victoria, BC, V8V 3R7, CANADA, www.vtpi.org
6.6.4 Rambu tanda parkir sepeda
Rambu yang menunjukkan lokasi parkir diluar ruang milik jalan sangat
membantu pemakai sepeda untuk menemukan tempat parkir sepeda yang tidak
terlihat langsung saat memasuki gedung. Untuk itu tanda parkir sepeda harus
diletakkan pada pintu masuk utama gedung.
Rambu petunjuk tempat parkir sepeda harus terbuat dari bahan yang berkualitas
tinggi sehingga tidak mudah rusak karena perubahan cuaca. Petunjuk lokasi
parkir harus mudah dimengerti, oleh karena itu pemilihan lokasi parkir sepeda
sangat penting. Lokasi parkir sepeda yang tidak tepat selain menyulitkan
pengguna juga akan menimbulkan niat jahat.
D
I
T
.
B
S
T
P
Bab
Perijinan, Pengawasan
dan Pemeliharaan
Parkir
7.1. PERIZINAN PARKIR
7.1.1 Pengorganisasian Parkir
Beberapa item pengorganisasian untuk kebutuhan operasional fasilitas parkir
yang ada di dalam panduan teknik tahun 1996 dan usulan penyempurnaan yang
diperlukan adalah sebagai berikut :
(1) Pengorganisasian pengoperasian fasilitas parkir masih tetap dipertahankan
seperti yang tersebut dalam Panduan Teknis Penyelenggaraan Fasilitas
Parkir tahun 1996. Dalam panduan tersebut dikatakan bahwa untuk
menyelenggarakan fasilitas parkir dibentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) Perparkiran pada Dinas Lalu-Lintas dan Angkutan J alan Daerah
Tingkat II.
(2) Dalam panduan, UPTD mempunyai kegiatan meliputi administrasi dan teknis
operasional.
(3) Kegiatan administratif UPTD perlu disempurnakan yaitu selain mengurus hal-
hal nonteknis perparkiran, seperti personalia, keuangan dan umum maka
kegiatannya diperluas yaitu mengeluarkan izin operasional fasilitas
parkir.
(4) Perizinan pembangunan fasilitas parkir untuk parkir gedung dan parkir
taman merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB). Sedangkan penggunaan ruang milik jalan untuk parkir
kendaraan (on the road parking ) harus mendapatkan izin dari UPTD dengan
mengacu pada ketentuan teknis yang berlaku.
7
6
5
2
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 2
(5) Kegiatan teknis operasional UPTD meliputi hal-hal teknis perparkiran, seperti
perencanaan, pengoperasian dan pemeliharaan. Namun kegiatan teknis
operasional UPTD ini perlu ditingkatkan dengan menambah kegiatan
dibidang pengawasan terhadap pengoperasian dan pemeliharaan
fasilitas parkir . Dengan kegiatan teknis operasional tersebut maka UPTD
diharapkan dapat mendukung keseimbangan sistem transportasi melalui
kegiatan rinci sebagai berikut :
a. Menjamin berlanjutnya kehidupan perekonomian kawasan.
b. Memperbaiki aksesibilitas menuju kawasan untuk semua pengguna.
c. Memperbaiki kualitas udara dan lingkungan kawasan.
d. Mempertahankan dampak lalu lintas kendaraan dalam batas yang dapat
diterima yaitu minimum LoS = C.
e. Mendukung peningkatan penggunaan angkutan umum dan kemampuan
pejalan kaki terutama pada kawasan dengan kepadatan tinggi dan
multiguna.
f. Mendukung penggunaan fasilitas parkir yang teratur, efisien dan mudah
terjangkau bagi pengguna parkir yang akan menuju lokasi potensial atau
sebaliknya.
g. Menyusun dan mensosialisasikan kerangka pengembangan fasilitas parkir
dalam kawasan.
h. Melakukan kontrol/pengawasan terhadap pelaksanaan pakir di luar ruang
milik jalan dan di ruang milik jalan.
Dari uraian tersebut di atas jelas bahwa diperlukan kemampuan UPTD untuk
menyusun program manajemen parkir yang merupakan bagian dari program
TDM. Disisi lain manajemen parkir diharapkan juga dapat memperbaiki
ekonomi, lingkungan dan kesehatan sosial suatu kawasan.
7.1.2 Perijinan Penyelenggaraan Parkir
Seperti disebutkan pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan J alan pasal 43 tentang Fasilitas Parkir disebutkan bahwa:
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 3
1) Penyediaan fasilitas parkir untuk umum hanya dapat diselenggarakan di luar
Ruang Milik J alan sesuai dengan izin yang diberikan.
2) Penyelenggaraan fasilitas parkir di luar Ruang Milik J alan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh perseorangan warga negara
Indonesia atau badan hukum Indonesia berupa:
a. Usaha khusus perparkiran; atau
b. Penunjang usaha pokok.
Sehingga berdasarkan Undang-Undang tersebut, maka uUntuk
menyelenggarakan parkir, badan dan/atau perorangan wajib memiliki ijin
penyelenggaraan parkir. Ijin penyelenggaraan parkir tersebut dilakukan baik
terhadap parkir di dalam ruang milik jalan maupun parkir di luar ruang milik
jalan.
1. Perijinan Penyelenggaraan Parkir Di Dalam Ruang Milik Jalan
Ijin penyelenggaraan parkir di dalam Ruang Milik J alan dapat dikelompokkan
emnjadi 2 (dua), yaitu:
a. Ijin penyelenggaraan parkir melalui tender/lelang
b. Ijin penyelenggaraan parkir melalui penunjukan
Ijin penyelenggaraan parkir tersebut berlaku selama 1 (satu) tahun dan dalam
hal dan keadaan tertentu dapat diperpanjang.
Proses untuk memperoleh ijin penyelenggaraan parkir adalah sebagai berikut:
a. Badan/atau perorangan untuk mendapatkan ijin pengelolaan parkir, harus
mengajukan permohonan dengan melampirkan bukti pemenuhan
persyaratan untuk memperoleh ijin pengelolaan parkir;
b. Pemerintah Daerah menetapkan persyaratan bagi badan dan/atau
perorangan untuk memperoleh ijin penyelenggaraan parkir:
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 4
c. Pemohon ijin pengelolaan parkir yang telah mempunyai ijin penyelenggaraan
parkir, dapat memungut biaya parkir terhadap penggunaan lokasi parkir
yang diusahakannya sesuai tarif yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah.
Setelah memperoleh ijin, pemegang ijin penyelenggaraan parkir wajib mentaati
ketentuan sebagai berikut:
a. Memenuhi ketentuan mengenai kewajiban sebagai wajib retribusi;
b. Menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran arus lalu lintas di kawasan
lokasi parkir yang diusahakannya;
c. Melaporkan kepada Pemerintah daerah apabila dilakukan perubahan
penanggung jawab.
Dalam melakukan usahanya, penyelenggara parkir mempunyai hak sebagai
berikut:
a. Mengelola tempat lahan parkir yang ditentukan;
b. Memperoleh hasil pungutan retribusi sebesar 15% (lima belas persen) dari
potensi pendapatan parkir. Potensi pendapatan parkir didasarkan pada hasil
survei yang dilakukan pemerintah daerah, pengelola parkir, petugas parkir
dan akademisi.
c. Mendapat perlindungan keamanan dari Pemerintah Daerah terhadap
kegiatan pengelolaan parkir ilegal/tidak resmi.
Adapun proporsi pendapatan parkir pada lokasi di dalam Ruang Milik J alan
umumnya dibagi untuk beberapa pihak sebagai berikut:
a. 50% (lima puluh persen) untuk Pemerintah Derah;
b. 15% (lima belas persen) untuk penyelenggara parkir;
c. 20% (dua puluh persen) untuk petugas parkir;
d. 15% (lima belas persen) untuk jaminan sosial petugas parkir.
2. Perijinan Penyelenggaraan Parkir Di Luar Ruang Milik Jalan
Proses untuk memperoleh ijin penyelenggaraan parkir di luar Milik J alan adalah
sebagai berikut:
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 5
1. Badan/atau perorangan untuk mendapatkan ijin pengelolaan parkir, harus
mengajukan permohonan dengan melampirkan bukti pemenuhan
persyaratan untuk memperoleh ijin pengelolaan parkir;
2. Pemerintah Daerah menetapkan persyaratan bagi badan dan/atau
perorangan untuk memperoleh ijin penyelenggaraan parkir;
3. Selain persyaratan administrasi, terdapat persyaratan jumlah Satuan Ruang
Parkir (SRP) minimum atau maksimum yang harus disediakan oleh
penyelenggara parkir;
4. Pemohon ijin pengelolaan parkir yang telah mempunyai ijin penyelenggaraan
parkir, dapat memungut biaya parkir terhadap penggunaan lokasi parkir
yang diusahakannya sesuai tarif yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah.
Ijin penyelenggaraan parkir berlaku selama 2 (dua) tahun dan dalam hal dan
keadaan tertentu dapat diperpanjang.
J ika pada parkir di dalam Ruang Milik J alan, pendapatan parkir dibagi sesuai
dengan proporsi dari perolehan seperti dijelaskan sebelumnya, maka terhadap
penyelenggaraan parkir di luar ruang milik jalan, pengguna jasa parkir dikenakan
pajak parkir.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah maka pajak parkir merupakan salah satu dari pajak daerah.
Tarif pajak ditetapkan maksimal sebesar 30% (tiga puluh persen) dari tarif biaya
parkir di luar ruang milik jalan.
Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran yang seharusnya
dibayar untuk pemakaian tempat parkir. Sehingga besarnya pajak yang terutang
dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan penerimaan
penyelenggaraan parkir.
7.2. PENGAWASAN PARKIR
7.2.1 Filosofi Pengawasan
Sebagai salah satu bagian yang penting dari manajemen lalu lintas khususnya
yang menyangkut parkir adalah pengawasan. Pengawasan merupakan suatu hal
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 6
yang harus dilaksanakan secara tegas dan dilakukan secara terus menerus,
sebab kalau tindakan terhadap pelanggar tidak dilakukan, pelanggaran akan
diulangi oleh masyarakat karena merasa tidak mendapatkan hukuman terhadap
pelanggaran yang mereka lakukan.
Philosophi dari pengawasan adalah seseorang itu cenderung untuk mematuhi
aturan kalau merasa diawasi oleh petugas dan sebaliknya kalau merasa tidak
diawasi ataupun tidak diambil tindakan terhadap pelanggaran, masyarakat
cenderung untuk melakukan pelanggaran. Oleh karena itu salah satu kunci
keberhasilan dalam manajemen lalu lintas adalah pelaksanaan pengawasan yang
terus menerus dan tegas dalam mengambil tindakan terhadap pelanggar parkir.
Parkir liar adalah merupakan suatu penyebab utama terjadinya kemacetan,
kesemarawutan dan bahkan kecelakaan, baik bagii kendaraan itu sendiri
maupun bagi pejalan kaki. Hal ini juga akan menimbulkan masalah khusus
apabila terjadi suatu keadaan darurat, seperti adanya kendaraan pemadam
kebakaran, ambulans atau kendaraan khusus lainnya. Pengendalian dan
penindakan umumnya adalah merupakan suatu masalah setempat dan harus
ditata administrasinya oleh Pemerintah Daerah (Walikota/Bupati) setempat
melalui beberpa jenis organisasi pengelola parkir perkotaan.
Sebagaimana telah disebutkan pada subbab pengorganisasian, kegiatan teknis
operasional UPTD termasuk dalam bidang pengawasan perparkiran. Lebih lanjut
kegiatan pengawasan perparkiran yang diperlukan meliputi:
(1) Periode pengawasan dilakukan minimal sekali dalam setahun terhadap
seluruh operasional parkir di ruang milik jalan dan luar ruang milik jalan
parkir.
(2) Berkewajiban melakukan pembinaan dan peningkatan kemampuan SDM
operator parkir (juru parkir) melalui pelatihan yang diselenggarakan sekali
dalam waktu tiga hingga lima tahun.
(3) Melakukan tindakan penertiban terhadap pelanggaran/penyimpangan parkir
yang dilakukan oleh operatornya yaitu berupa teguran lisan, teguran tertulis,
penghentian/penggantian operator parkir hingga penutupan operasional
parkir.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 7
7.2.2 Obyek Pengawasan
Sasaran pelaksanaan pengawasan parkir adalah terhadap pelanggaran parkir
yang meliputi:
a. Parkir di tempat dimana parkir dilatang ataupun dilarang berhenti,
b. Parkir di atas trotoar,
c. Parkir ganda,
d. Mesin hidup pada saat parkir dipelataran parkir ataupun di gedung parkir,
e. Parkir ditempatkan khusus untuk kendaraan tertentu,misalnya parkir di
tempat parkir bagi penderita cacat,
f. Lampu hidup pada waktu kendaraan parkir.
7.2.3 Tindakan Korektif
Tindakan korektif dimaksudkan untuk menjamin tercapainya sasaran tingkat
pelayanan yang telah ditentukan. Metoda pelaksanaan tindakan korektif
dilakukan dengan beberapa cara, baik tindakan fisik maupun dengan melakukan
penilangan ataupun melalui penyuluhan.
Termasuk dalam tindakan korektif adalah peninjauan ulang terhadap
kebijaksanaan apabila di dalam pelaksanaannya menimbulkan masalah yang
tidak diinginkan.
Ada beberapa tindakan fisik yang efisien yang dapat dilakukan terhadap
pelanggar parkir, yaitu:
a. Derek
Salah satu cara yang efektif yang dapat dilakukan terhadap pelanggar parkir
adalah dengan penderekan kendaraan yang salah parkir. Penderekan
terhadap kendaraan pelanggar parkir sangat efektif karena pelanggar selain
harus membayar biaya derek yang cukup mahal, pelanggar juga harus
mengambil kendaraannya di pool kendaraan yang diderek serta beresiko
dapat merusak cat kendaraan.
Penderekan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu diderek roda depan
bila rem tangan di pasang pada roda depan ataupun roda depan tidak pada
posisi lurus ataupun diderek roda belakang, bila rem tangan bekerja pada
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 8
roda belakang.
b. Kunci Roda (Wheel Clamp)
Kunci roda telah banyak digunakan di negara-negara maju untuk
menurunkan pelanggaran parkir. Kunci roda efektif karena pelanggar harus
menghubungi petugas pengendali kemudian membayar denda baru
kemudian membawa petugas ke lokasi pelanggaran untuk membuka kunci
roda. Contoh bentuk kunci roda
seperti ditunjukkan pada Gambar
berikut :
Gambar 7.1. Contoh Bentuk Wheel Clamp
7.2.3 Pengawasan Petugas
Petugas pengawasan jalan dapat melakukan pengawasan terhadap tempat-
tempat dimana parkir dilarang ataupun berhenti dilarang, petugas penyidik yang
menemukan pelanggaran diwajibkan untuk berhenti dan menilang pelanggar,
apabila melakukan pelanggaran terhadap ketentuan parkir yang diberlakukan di
tempat yang bersangkutan.
Di dalam Undang-Undang No 22 Tahun 2009 disebutkan bahwa:
Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di J alan yang
melanggar aturan gerakan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
106 ayat (4) huruf d atau tata cara berhenti dan Parkir sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 106 ayat (4) huruf e dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp.
250.000,00 (dua rauts lima puluh ribu rupiah).
Sedangkan pasal 106 ayat (4) berbunyi:
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 9
Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di J alan wajib
mematuhi ketentuan:
a. Rambu perintah atau rambu larangan;
b. Marka J alan;
c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
d. Gerakan Lalu Lintas;
e. Berhenti dan Parkir;
f. Peringatan dengan bunyi dan sinar;
g. Kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau
h. Tata cara penggandengan dan penempelan dengan Kendaraan lain.
7.2.4 Wewenang Pengawasan Parkir
Pengawasan teknis meliputi kegiatan pemantauan dan penilaian atas
penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum merupakan kewenangan dari
Kementrian Perhubungan.
Sedangkan kewenangan terhadap pelanggaran kegiatan parkir atau berhenti
ditempat yang dilarang adalah merupakan kewenangan dari Kepolisian.
7.3. PEMELIHARAAN PARKIR
7.3.1. Pelataran Parkir
Untuk menjamin agar pelataran tetap dalam kondisi baik, pemeliharaan dilakukan
dengan cara:
1. Sekurang-kurangnya setiap pagi hari pelataran parkir dibersihkan agar bebas
dari sampah dan air yang tergenang;
2. Pelataran parkir yang sudah berlubang-lubang atau rusak ditambal atau
diperbaiki;
3. Secara rutin pada saat tertentu, pelapisan (overlay) pada perkerasan
pelataran parkir perlu dilakukan.
Untuk memelihara pelataran parkir itu, perlu diketahui hal-hal berikut:
1. Pada fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan, penambalan atau pelapisan
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 10
(overlay) dilakukan sesuai dengan pemeliharaan badan jalan oleh instansi
pembina jalan.
2. Pada fasilitas parkir di luar ruang milik jalan, pengelola parkir wajib
menyiapkan fasilitas/peralatan pemeliharaan perkerasan pelataran parkir.
7.3.2. Marka dan Rambu Jalan
Karena berfungsi sebagai pemandu dan penunjuk bagi pengemudi pada saat
parkir, marka dan rambu jalan harus dijaga agar tetap dapat terlihat jelas.
1. Marka J alan
a. Secara berkala marka jalan dicat kembali agar terlihat jelas oleh
pengemudi
b. Bersamaan dengan pembersihan pelataran parkir, bagian marka jalan
harus dibersihakn secara khusus.
2. Rambu J alan
a. Rambu jalan harus diganti apabila sudah tidak terlihat jelas tulisannya
atau sudah rusak
b. Secara rutin daun rambu jalan harus dibersihkan agar tidak tertutup
oleh kotoran.
7.3.3. Fasilitas Penunjang Parkir
Failitas penunjang parkir yang memerlukan pemeliharaan adalah:
1. Pos petugas,
2. Lampu penerangan
3. Pintu keluar dan masuk,
4. Alat pencatat waktu elektronis dan
5. Pintu elektronis pada fasilitas parkir dengan pintu masuk otomatis.
Pada beberapa lokasi parkir ditemukan beberapa kasus berupa rendahnya
kualitas pelataran parkir, marka dan rambu jalan serta fasilitas penunjangnya
diantaranya :
a. Keberadaan tinggi polisi tidur dan struktur pengaman parkir (wheel stop)
yang terlalu tinggi sering menimbulkan kerusakan kendaraan.
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
Perizinan, Pengawasan dan Pemeliharaan Parkir 7 - 11
Solusi sebagai bahan pelengkap panduan teknis yang ada :
Diperlukan perbaikan ketinggian whell stop dan polisi tidur yang
dapat menimbulkan kerusakan kendaraan.
b. Rendahnya kualitas struktur tembok pengaman pada parkir gedung dapat
menyebabkan mobil terjatuh dari gedung parkir.
Solusi sebagai bahan pelengkap panduan teknis yang ada:
Diperlukan perbaikan struktur tembok penahan sehingga dapat
mencegah terjatuhnya kendaraan dari gedung parkir.
c. Tidak tersedia atau rendahnya kualitas struktur pelindung sehingga sering
terjadi benturan/sentuhan antara tiang/dinding gedung parkir dengan
kendaraan yang sedang bermanuver di gedung parkir.
Solusi sebagai bahan pelengkap panduan teknis yang ada :
Diperlukan adanya struktur pelindung yang kuat seperti kerb stones
dan untuk menghindari benturan antara tiang/dinding gedung parkir
dengan kendaraan yang sedang bermanuver di gedung parkir.
d. Tidak ada atau tidak terpeliharanya tanaman-tanaman pelindung yang ada
pada pelataran parkir dan yang ada di pinggiran ruang milik jalan.
Solusi sebagai bahan pelengkap panduan teknis yang ada :
Diperlukan penanaman dan pemeliharaan tanaman-tanaman
pelindung yang ada pada pelataran parkir dan yang ada di pinggiran
ruang milik jalan.
D
I
T
.
B
S
T
P
Bab
P e n u t u p
8.1. KESIMPULAN
Penyusunan Standar Pelayanan Perparkiran telah dilakukan dengan
mempertimbangkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu-lintas
dan Angkutan J alan dan peraturan perundangan lainnya yang terkait, pedoman
fasilitas perparkiran yang lama, literatur dan pedoman serupa di negara lain dan
hasil survey lapangan.
Hasil kajian akademik kemudian dirumuskan menjadi rancangan awal Peraturan
Menteri Perhubungan tentang PEDOMAN PENYELENGGARAAN FASILITAS
PARKIR yang memuat hal-hal sebagai berikut:
BAB 1 KETENTUAN UMUM
BAB 2 TUJUAN
BAB 3 KEBIJAKAN SISTEM PERPARKIRAN
Bagian 1 Konsep Penyediaan dan Pembatasan Parkir
Bagian 2 Zonasi Parkir
Bagian 3 Tarif Parkir
Paragraf 1 Tarif Parkir
Paragraf 2 Dana Selisih Pendapatan Parkir
Paragraf 3 Tarif Dasar Parkir
BAB 4 STANDAR KEBUTUHAN PARKIR
Bagian 1 J enis Pusat Kegiatan
Bagian 2 Kebutuhan Ruang Parkir Untuk Setiap Pusat Kegiatan
Bagian 3 Dimensi Satuan Ruang Parkir
8
6
5
2
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
P e n u t u p 8 - 2
BAB 5 FASILITAS PARKIR DI DALAM RUANG MILIK JALAN
Bagian 1 Persyaratan Lokasi Parkir Di Dalam Ruang Milik J alan
Bagian 2 Penetapan Lokasi Parkir Di Dalam Ruang Milik J alan
Bagian 3 Penyelenggaraan Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik J alan
Bagian 4 Hak dan Kewajiban Pengguna Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang
Milik J alan
Paragraf 1 Hak Pengguna Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang
Milik J alan
Paragraf 2 Kewajiban Pengguna Fasilitas Parkir Di Dalam
Ruang Milik J alan
Bagian 5 Hak dan Kewajiban Penyelenggara Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang
Milik J alan
Paragraf 1 Hak Penyelenggara Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang
Milik J alan
Paragraf 2 Kewajiban Penyelenggara Fasilitas Parkir Di Dalam
Ruang Milik J alan
Bagian 6 Persyaratan Teknis Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik J alan
Paragraf 1 Sudut Parkir Di Dalam Ruang Milik J alan
Paragraf 2 Pola Parkir Di Dalam Ruang Milik J alan
Paragraf 3 Lokasi J alur Khusus Sepeda Terhadap Fasilitas
Parkir Di Dalam Ruang Milik J alan
Paragraf 4 Lokasi Parkir Khusus Sepeda Di Dalam Ruang
Milik J alan
Paragraf 5 Lokasi Larangan Parkir Di Dalam Ruang Milik J alan
Paragraf 6 Tata Cara Perambuan
Bagian 7 Tata Cara Parkir
Bagian 8 Pengawasan Fasilitas Parkir Di Dalam Ruang Milik J alan
BAB 6 FASILITAS PARKIR DI LUAR RUANG MILIK JALAN
Bagian 1 Persyaratan Lokasi Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik J alan
Bagian 2 Penetapan Lokasi Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik J alan
Bagian 3 Standar Pelayanan Minimal Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik
J alan
Bagian 4 Perizinan Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik J alan
Bagian 5 Pengawasan Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik J alan
Bagian 6 Sanksi Administratif Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik J alan
Bagian 7 Hak dan Kewajiban Pengguna Fasilitas Parkir Di Luar Ruang
Milik J alan
Paragraf 1 Hak Pengguna Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik
J alan
Paragraf 2 Kewajiban Pengguna Fasilitas Parkir Di Luar Ruang
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
P e n u t u p 8 - 3
Milik J alan
Bagian 8 Hak dan Kewajiban Penyelenggara Fasilitas Parkir Di Luar Ruang
Milik J alan
Paragraf 1 Hak Penyelenggara Fasilitas Parkir Di Luar Ruang
Milik J alan
Paragraf 2 Hak Penyelenggaraan Parkir Khusus Fasilitas Parkir
Di Luar Ruang Milik J alan
Paragraf 3 Kewajiban Penyelenggara Fasilitas Parkir Di Luar
Ruang Milik J alan
Bagian 9 Penyelenggaraan Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik J alan
Bagian 10 Pembangunan Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik J alan
Bagian 11 Persyaratan Teknis Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik J alan
Paragraf 1 Persyaratan Satuan Ruang Parkir Pada Fasilitas
Parkir Di Luar Ruang Milik J alan
Paragraf 2 Persyaratan Alinyemen Fasilitas Parkir Di Luar
Ruang Milik J alan
Paragraf 3 Persyaratan Kemiringan Pada Fasilitas Parkir Di
Luar Ruang Milik J alan
Paragraf 4 Persyaratan Fasilitas Pejalan Kaki Pada Fasilitas
Parkir Di Luar Ruang Milik J alan
Paragraf 5 Persyaratan Fasilitas Keamanan Pada Fasilitas
Parkir Di Luar Ruang Milik J alan
Paragraf 6 Persyaratan Fasilitas Keselamatan Pada Fasilitas
Parkir Di Luar Ruang Milik J alan
Paragraf 7 Persyaratan Fasilitas Informasi Pada Fasilitas Parkir
Di Luar Ruang Milik J alan
Bagian 12 Pembangunan Fasilitas Parkir Bertingkat Manual dan Otomatis Di
Luar Ruang Milik J alan
Bagian 13 Pembangunan Fasilitas Parkir Sepeda Di Luar Ruang Milik J alan
Paragraf 8 Lokasi Rak Untuk Parkir Sepeda
Paragraf 9 Persyaratan Rak Untuk Parkir Sepeda
Paragraf 10 Persyaratan Fasilitas Ruang Bilas dan Ganti Baju
Bagian 14 Pembatasan Fasilitas Parkir Di Luar Ruang Milik J alan
BAB 7 PERIJINAN PENYELENGGARAAN PARKIR
Bagian 1 Perijian Penyelenggaraan Parkir Di Dalam Ruang Milik J alan
Bagian 2 Perijian Penyelenggaraan Parkir Di Luar Ruang Milik J alan
BAB 8 PENGAWASAN PARKIR
Bagian 1 Pengawas Parkir
Bagian 2 Obyek Pengawasan Parkir
D
I
T
.
B
S
T
P
Penyusunan Standar Pelayanan Perpakiran
P e n u t u p 8 - 4
Bagian 3 Cara Pengawasan Parkir
BAB 9 PEMELIHARAAN
Bagian 1 Pemeliharan Pelataran Parkir
Bagian 2 Pemeliharaan Marka dan Rambu J alan
Bagian 3 Pemeliharaan Fasilitas Penunjang Parkir
8.2. REKOMENDASI
Naskah akademik dan rancangan awal Peraturan Menteri Perhubungan tentang
PEDOMAN PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR bisa dijadikan acuan dalam
melaksanakan pembahasan-pembahasan selanjutnya untuk mendapatkan
masukan yang lebih komprehensif dari stakeholder yang terkait.
D
I
T
.
B
S
T
P
L La ap po or ra an n A Ak kh hi ir r
D E P AR T E ME N P E R H U B U N G A N
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN
Sat ker Pengembangan Lal u Li nt as dan Angkut an Per kot aan
Ge d u n g K a r y a L t - X J l . Me r d e k a B a r a t No . 8 J a k a r t a
P PE EN NY YU US SU UN NA AN N
S ST TA AN ND DA AR R P PE EL LA AY YA AN NA AN N
P PE ER RP PA AK KI IR RA AN N
Desember 2009
PT. QORINA KONSULTAN INDONESIA
Jl. Letjen Suprapto No. 32 Jakarta Pusat
Jl. Tebet Barat Raya Rusun Harum Blok C No.12 - 13
Jakarta Selatan Telp/Fax (021) 83783622
D
I
T
.
B
S
T
P
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG 1 - 1
1.2 KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN 1 - 2
1.3 MAKSUD DAN TUJ UAN 1 - 3
1.4 INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN 1 - 4
BAB 2 PENDEKATAN DAN METODOLOGI
2.1 PENGERTIAN 2 - 1
2.2 TAHAPAN KEGIATAN 2 3
2.2.1 Tahap Pendahuluan 2 - 3
2.2.2 Tahap Pengumpulan Data 2 - 4
2.2.3 Tahap Analisis dan Usulan 2 - 10
2.2.4 Tahap Finalisasi 2 - 11
2.3 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 2 11
2.3.1 Satuan Ruang Parkir (SRP) 2 - 11
2.3.2 Analisis Kebutuhan Parkir 2 - 12
2.4 PELAPORAN 2 - 16
2.4.1 Laporan Pendahuluan 2 - 17
2.4.2 Laporan Antara 2 - 17
2.4.3 Konsep Laporan Akhir 2 - 18
2.4.4 Laporan Akhir 2 - 18
BAB 3 KEBIJAKAN PERPARKIRAN
3.1 KETENTUAN UMUM 3 - 1
3.2 TUJ UAN DAN RUANG LINGKUP PENYELENGGARAAN FAS.PARKIR 3 - 2
3.3 KEBIJ AKAN UMUM SISTEM PERPAKIRAN 3 - 4
3.3.1 Konsep Penyediaan dan Pembatasan Parkir 3 - 5
3.3.2 Sistem Zonasi Parkir 3 8
3.3.3 Sistem Pentarifan Parkir 3 10
3.4 PENGENDALIAN PARKIR 3 - 20
BAB 4 STANDAR KEBUTUHAN PARKIR
4.1 UMUM 4 - 1
4.2 J ENIS PERUNTUKAN PARKIR 4 - 1
4.3 UKURAN KEBUTUHAN RUANG PARKIR PADA PUSAT KEGIATAN 4 - 3
4.4 PENENTUAN SATUAN RUANG PARKIR 4 - 14
BAB 5 DISAIN PARKIR DI BADAN JALAN
5.1 PERSYARATAN LOKASI PARKIR DI DALAM RUANG MILIK J ALAN 5 - 1
5.2 PENETAPAN LOKASI PARKIR DI DALAM RUANG MILIK J ALAN 5 - 2
D
I
T
.
B
S
T
P
ii
5.3 PENYELENGGARAAN FAS. PARKIR DI DALAM RUANG MILIK J LN 5 - 2
5.4 HAK DAN KEWAJ IBAN PENGGUNA FAS.PARKIR DI DALAMRUMIJ A 5 - 3
5.4.1 Hak Pengguna Fas.Parkir Dalam Rumija 5 - 3
5.4.2 Kewajiban Pengguna Fas Parkir di Dalam Rumija 5 4
5.5 HAK DAN KEWAJ IBAN PENYELENGGARA FAS.PARKIR DI DALAM
RUMIJ A 5 - 5
5.5.1 Hak Penyelenggara Fas.Parkir Dalam Rumija 5 - 5
5.5.2 Kewajiban Penyelenggara Fas Parkir di Dalam Rumija 5 6
5.6 PERSYARATAN TEKNIS FAS.PARKIR DI DALAM RUMIJ A 5 - 7
5.6.1 Sudut Parkir di Dalam Rumija 5 7
5.6.2 Pola Parkir Di Dalam Rumija 5 9
5.6.3 Lokasi J alur Khusus Sepeda Terhadap Fas. Di Rumija 5 17
5.6.4 Lokasi Parkir Khusus Sepeda Di Rumija 5 18
5.6.5 Rak Untuk Fasilitas Parkir Sepeda 5 19
5.6.6 Lokasi Larangan Parkir di Dalam Rumija 5 21
5.6.7 Tata Cara Perambuan 5 24
5.6.8 Tata Cara Parkir 5 29
5.7 PENGAWASAN FAS. PARKIR DI DALAM RUMIJ A 5 - 30
BAB 6 FASILITAS PARKIR DI LUAR RUANG MILIK JALAN
6.1 LOKASI FAS. PARKIR DI LUAR RUMIJ A 6 - 1
6.2 PERIZINAN DAN PENGAWASAN FAS.PARKIR DI LUAR RUMIJ A 6 - 1
6.3 HAK DAN KEWAJ IBAN 6 1
6.3.1 Hak dan Kewajiban Pengguna Fas. Di Luar Rumija 6 6
6.3.2 hak dan Kewajiban Penyelenggara Fas. Di Luar Rumija 6 7
6.4 PEMBANGUNAN FAS. PARKIR DI LUAR RUMIJ A 6 10
6.4.1 Satuan Ruang Parkir 6 15
6.4.2 Alinyemen Fas. Parkir di Luar Rumija 6 20
6.4.3 Kemiringan Pada Fas. Parkir di Luar Rumija 6 29
6.4.4 Fasilitas Pejalan kaki di Luar Rumija 6 36
6.4.5 Persyaratan Fas. Keamanan Parkir di Luar Rumija 6 36
6.4.6 Persyaratan Fas. Keselamatan Parkir di Luar Rumija 6 37
6.4.7 Persyaratan Fas. Informasi Parkir di Luar Rumija 6 38
6.5 PEMBANGUNAN FAS. PARKIR BERTINGKAT MANUAL DAN OTO 6 39
6.6 PEMBANGUNAN FAS. PARKIR SEPEDA DI LUAR RUMIJ A 6 44
6.6.1 Lokasi Fasilitas Parkir Sepeda 6 45
6.6.2 Rak Untuk Fasilitas Parkir Sepeda 6 46
6.6.6 Fasilitas Ruang Bilas dan Ganti Baju 6 51
6.6.4 Rambu Tanda Parkir Sepeda 6 52
BAB 7 PERIZINAN, PENGAWASAN DAN PEMELIHARAAN PARKIR
7.1 PERIZINAN PARKIR 7 1
7.1.1 Pengorganisasian Parkir 7 1
7.1.2 Perizinan Penyelenggaraan Parkir 7 2
7.2 PENGAWASAN PARKIR 7 5
7.2.1 Filosofi Pengawasan 7 5
7.2.2 Objek Pengawasan 7 - 7
7.2.3 Tindakan Korektif 7 7
7.2.4 Pengawasan Petugas 7 8
D
I
T
.
B
S
T
P
iii
7.2.5 Wewenang Pengawasan parkir 7 9
7.3 PEMELIHARAAN PARKIR 7 9
7.3.1 Pelataran Parkir 7 9
7.3.2 Marka dan Rambu J alan 7 10
7.3.3 Fasilitas Penunjang Parkir 7 10
BAB 8 P E N U T U P
8.1 KESIMPULAN 8 1
8.1 REKOMENDASI 8 4
D
I
T
.
B
S
T
P
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Satuan Ruang Parkir (SRP) 2 - 12
Tabel 3. 1 Tarif Parkir Short Term di DKi J akarta 3 - 13
Tabel 3. 2 Tarif Parkir Short Term di Surakarta 3 13
Tabel 3. 3 Petentuan Tarif J am Sibuk di Dalam Rumija 3 18
Tabel 3. 4 Petentuan Tarif J am Sibuk di Luar Rumija 3 18
Tabel 4. 1 Kebutuhan Ruang Parkir Setiap Peruntukan 4 - 6
Tabel 4. 2 Kebutuhan Ruang Parkir Setiap Peruntukan (Australia) 4 7
Tabel 4. 3 Kebutuhan Ruang Parkir Setiap Peruntukan (Singapore) 4 8
Tabel 4. 4 Rekomendasi Kebutuhan Ruang Parkir setiap Tempat 4 - 11
Tabel 4. 5 Lebar Bukaan Pintu Kendaraan 4 - 15
Tabel 4. 6 Penentuan Satuan Ruang Parkir Kendaraan 4 - 16
Tabel 4. 7 Dimensi Minimum SRP untuk Bus / Truk 4 - 23
Tabel 4. 8 Dimensi SRP Tiap J enis Kendaraan 4 - 25
Tabel 5.1. Lebar Min J alan Lokal Primer Satu Arah 5 - 8
Tabel 5.2. Lebar Min J alan Lokal Sekunder Satu Arah 5 - 8
Tabel 5.3. Lebar Min J alan Koletkor Satu Arah 5 - 9
Tabel 5.4. Ukuran Ruang Parkir dengan Beberapa Varian Sudut 5 - 12
Tabel 5.5. Lebar Min Lebar Badan J alan di Dalam Rumija 5 - 13
Tabel 6.1. J arak Penahan Roda Terhadap Dinding Gedung Parkir 6 - 16
Tabel 6.2. Lebar Gang Parkir Mobil Penumpang 6 - 27
Tabel 6.3. Lebar Gang Parkir Bus/truk 6 27
Tabel 6.4. Lebar Gang Parkir Sepeda motor 6 28
Tabel 6.5 Lebar Gang Mobil penumpang di Australia 6 28
Tabel 6.6 Persyaratan J umlah Fas. Ruang Bilas dan Ganti Pakaian 6 52
D
I
T
.
B
S
T
P
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan 2 2
Gambar 2. 2 Formulir Survei Parkir 2 8
Gambar 2. 3 Formulir Survei Waktu Tempuh 2 8
Gambar 2. 4 Formulir Survei Lalin 2 9
Gambar 2. 5 Analisis dan Penyusunan Konsep Standar Perpakiran 2 13
Gambar 3. 1 Alur Proses Penyelenggaraan Fasilitas Parkir 3 4
Gambar 4. 1 Dimensi Kendaraan Standar untuk Mobil Penumpang 4 - 14
Gambar 4. 2 SRP untuk Mobil Penumpang 4 - 17
Gambar 4. 3 Dimensi Minimum SRP di Singapore 4 - 18
Gambar 4. 4 Dimensi Minimum SRP di Singapore jika ada Halangan 4 - 19
Gambar 4. 5 Dimensi Min. SRP Paralel di Spore jika tidak Bisa Mundur 4 - 19
Gambar 4. 6 Dimensi Minimum Headroom Clearance di Spore 4 - 20
Gambar 4. 7 SRP untuk Bus/Truk
4 - 21
Gambar 4. 8 SRP Untuk Sepeda Motor
4 - 24
Gambar 4. 9 SRP untuk Sepeda 4 - 25
Gambar 4. 10 SRP Kend. Gol I untuk Parkir Sudut dan Paralel 4 - 26
Gambar 4. 11 SRP Kend. Gol II untuk Parkir Sudut dan Paralel 4 - 26
Gambar 4. 12 SRP Kend. Bus/truk < 7,5 m Parkir Sudut dan Paralel 4 - 27
Gambar 4. 13 SRP Kend. Bus/truk > 7,5 m Parkir Sudut dan Paralel 4 - 27
Gambar 4. 14 SRP Kend. Truk Gandeng Parkir Sudut dan Paralel 4 - 28
Gambar 4. 15 SRP Sepeda Motor 4 - 28
Gambar 4. 16 SRP Sepeda 4 - 28
Gambar 5.1 Pola Parkir Satu Sisi Tegak Lurus 5 - 8
Gambar 5.2 Tata Cara Parkir Paralel pada Daerah Datar 5 - 9
Gambar 5.3 Tata Cara Parkir Paralel pada Daerah Tanjakan 5 - 10
Gambar 5.4 Tata Cara Parkir Paralel pada Daerah Turunan 5 - 10
Gambar 5.5 Pola Parkir Menyudut dengan Cara Maju 5 - 11
Gambar 5.6 Pola Parkir Menyudut dengan Cara Mundur 5 - 11
Gambar 5.7 Tata Cara Parkir Membentuk Sudut 90 5 - 11
Gambar 5.8 Tata Cara Parkir Sudut ditanjakan 5 - 12
Gambar 5.9 Tata Cara Parkir Sudut diturunan 5 - 13
Gambar 5.10 Lebar Lajur Lalin (gang) dengan Pola Paralel 5 - 14
Gambar 5.11 Lebar Lajur lalin dengan Pola Sudut 30 5 - 15
Gambar 5.12 Lebar Lajur lalin dengan Pola Sudut 45 5 - 15
Gambar 5.13 Lebar Lajur lalin dengan Pola Sudut 60 5 - 16
Gambar 5.14 Lebar Lajur lalin dengan Pola Sudut 90 5 - 16
Gambar 5.15 Lokasi J alur Khusus Sepeda satu Arah 5 - 17
Gambar 5.16 Lokasi J alur Khusus Sepeda Dua Arah 5 - 17
Gambar 5.17 Alternatif Lokasi Parkir Sepeda Dalam Rumija 5 - 18
D
I
T
.
B
S
T
P
vi
Gambar 5.18 Berbagai Bentuk Dasar Rak Sepeda 5 - 20
Gambar 5.19 Rak Sepeda Dengan Penjepit Roda Depan 5 - 20
Gambar 5.20 Rak Sepeda Dengan Sandaran Samping 5 - 21
Gambar 5.21 Larangan Parkir Dekat Penyeberang J alan 5 - 22
Gambar 5.22 Larangan Parkir Dekat Tikungan 5 - 22
Gambar 5.23 Larangan Parkir Dekat J embatan 5 - 23
Gambar 5.24 Larangan Parkir Dekat Rel KA 5 - 23
Gambar 5.25 Larangan Parkir Menjelang Persimpangan 5 - 23
Gambar 5.26 Larangan Parkir Dekat Akses Bangunan 5 - 23
Gambar 5.27 Larangan Parkir Dekat Hydrant Kebakaran 5 - 24
Gambar 5.28 Rambu Parkir 5 - 25
Gambar 5.29 Detail Rambu Parkir 5 - 25
Gambar 5.30 Rambu Larangan Parkir 5 26
Gambar 5.31 Detail Rambu Larangan Parkir 5 26
Gambar 5.32 Marka Tempat Parkir Sejajar 5 27
Gambar 5.33 Marka Tempat Parkir Membentu Sudut 5 27
Gambar 5.34 Marka Simbol Parkir Penderita Cacat 5 27
Gambar 5.35 Marka Larangan Parkir 5 27
Gambar 5.36 Contoh Papan Informasi Ruang Parkir Luar Rumija 5 28
Gambar 5.37 Contoh Papan Informasi Ruang Parkir Dalam Rumija 5 28
Gambar 5.38 Contoh Papan Informasi Ketersedian parkir 5 28
Gambar 5.39 Contoh Papan Informasi Ruang Parkir Penuh 5 29
Gambar 5.40 Contoh Papan Informasi Tarif Parkir 5 29
Gambar 6.1 Parkir Ganda 6 - 8
Gambar 6.2 Parkir Khusus Wanita 6 - 9
Gambar 6.3 J arak Penahan Roda Terhadap Dinding 6 - 16
Gambar 6.4 Wheel Stop ditemapt Parkir 6 17
Gambar 6.5 Wheel Stop Terbuat dari Logam 6 18
Gambar 6.5 Wheel Stop Bentuk Konstruksi 6 19
Gambar 6.6 Wheel Stop Bentuk Konst. Terpisah 6 19
Gambar 6.7 Dimensi Penahan Roda 6 20
Gambar 6.8 Parkir Kendaraan Satu Sisi Sudut 90 6 21
Gambar 6.9 Parkir Kendaraan Penumpang Satu Sisi 6 22
Gambar 6.10 Parkir Kendaraan Penumpang Dua Sisi 6 22
Gambar 6.11 Parkir Kendaraan Penumpang Dua Sisi Dengan Sudut 6 23
Gambar 6.12 Parkir Kendaraan Berupa Pulau 6 23
Gambar 6.13 Parkir Kendaraan Penumpang Tipe A 6 24
Gambar 6.14 Parkir Kendaraan Penumpang Tipe B 6 24
Gambar 6.15 Parkir Kendaraan Penumpang Tipe C 6 24
Gambar 6.16 Parkir Bus/Truk Satu Sisi 6 25
Gambar 6.17 Parkir Bus/Truk Dua Sisi 6 25
Gambar 6.18 Parkir Sepeda Motor satu Sisi 6 26
Gambar 6.19 Parkir Sepeda Motor dua Sisi 6 26
Gambar 6.20 Parkir Pulau sepeda Motor 6 26
Gambar 6.23 Disain Gedung Parkir dengan Ramp diluar 6 29
Gambar 6.24 Disain Gedung Parkir Lantai Terpisah 6 30
Gambar 6.25 Disain Gedung Parkir Lantai Terpisah Sirkulasi 6 30
D
I
T
.
B
S
T
P
vii
Gambar 6.26 Disain Lantai Gedung Parkir Sebagai ramp, gang Satu arah
Dengan J alan keluar Yang Lebar 6 31
Gambar 6.27 Disain Lantai Gedung Parkir Sebagai ramp, J alan keluar
Yang Lebar Dimanfaatkan Sebagai lokasi Parkir 6 31
Gambar 6.28 Disain Lantai Gedung Parkir Sebagai ramp, J alan keluar
Dan jalan Masuk Bersamaan 6 31
Gambar 6.29 Disain Lantai Gedung Parkir Sebagai ramp, Plat lantai
Horizontal dan Ujung dibentuk Menurun Membentuk
Sistem Ramp 6 32
Gambar 6.30 Sudut Kemiringan Ramp 6 33
Gambar 6.31 Ramp Naik Gedung Melingkar 6 33
Gambar 6.32 Syarat Kemiringan Ramp Untuk Parkir 6 34
Gambar 6.33 Tanjakan Peralihan Awal dan Akhir Ramp 6 34
Gambar 6.34 Lebar Ramp Lurus 6 35
Gambar 6.35 Lebar Ramp Helical jalr Tunggal dan Ganda 6 35
Gambar 6.36 Lebar Ramp Helical J alur Ganda Tanpa Pembatas 6 36
Gambar 6.37 Contoh Gambar Papan Informasi Ruang Parkir 6 38
Gambar 6.38 Contoh Gambar Papan Informasi Ruang Parkir di Rumija 6 39
Gambar 6.39 Contoh Gambar Papan Informasi Ruang Parkir tersedia 6 39
Gambar 6.40 Contoh Gambar Papan Informasi Ruang Parkir Penuh 6 39
Gambar 6.41 Contoh Gambar Papan Informasi Tarif Parkir 6 39
Gambar 6.42 Fasiltas Parkir Bertingkat manual 6 40
Gambar 6.43 Fasiltas Parkir Bertingkat Vertikal Rotari 6 41
Gambar 6.44 Fasiltas Parkir Bertingkat sistem Vertical Lifting 6 41
Gambar 6.45 Fasiltas Parkir Bertingkat sistem Vertical Lifting 6 42
Gambar 6.46 Parkir Horizontal Dengan Konveyor belt 6 42
Gambar 6.47 Parkir Horizontal 2 Lantai sistem Geser 6 43
Gambar 6.48 Parkir Horizontal 4 Lantai dengan Sistem Geser 6 43
Gambar 6.49 Parkir Horizontal Otomatis Sistem Geser 6 44
Gambar 6.50 Lokasi Tempat parkir Sepeda 6 45
Gambar 6.51 Tempat Parkir Sepeda 6 46
Gambar 6.52 Berbagai Bentuk Dasar Rak Sepeda 6 47
Gambar 6.53 Rak sepeda Penjepit 6 48
Gambar 6.54 Rak sepeda dengan Sandaran 6 48
Gambar 6.55 Rak Sepeda Gantung 6 49
Gambar 6.56 Rak Sepeda Bertingkat manual 6 49
Gambar 6.57 Rak Parkir Sepeda Otomatis di Tokyo 6 50
Gambar 7.1 Contoh Bentuk Wheel Clamp 7 8
D
I
T
.
B
S
T
P