Anda di halaman 1dari 24

II-1

BAB II
LANDASAN TEORI


2.1. CPM dan PERT
Manajemen proyek telah berkembang sebagai suatu bidang baru dengan
dikembangkannya dua teknik analitis untuk perencanaan, penjadwalan, dan
pengendalian proyek. Keduanya adalah CPM (Critical Path Method) dan PERT
(Project Evaluation and Review Technique). Kedua teknik ini dikembangkan oleh
dua kelompok yang berbeda dalam waktu yang hampir bersamaan pada tahun
1956-1958 (Taha, 1993).

2.1.1 CPM (Critical Path Method)
Metode Jalur Kritis (Critical Path Method - CPM), yakni metode untuk
merencanakan dan mengawasi proyek proyek merupakan sistem yang paling
banyak dipergunakan diantara semua sistem lain yang memakai prinsip
pembentukan jaringan, dengan CPM jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti,
demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan proyek. CPM merupakan analisa jaringan kerja
yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan atau
percepatan waktu penyelesaian total proyek yang bersangkutan (Taha, 1993).

2.1.2 Jaringan Kerja
Network planning (Jaringan Kerja) pada prinsipnya adalah hubungan
ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan atau
divisualisasikan dalam diagram network. Maka dapat dikemukakan bagian-
bagian pekerjaan yang harus didahulukan, sehingga dapat dijadikan dasar untuk
melakukan pekerjaan selanjutnya dan dapat dilihat pula bahwa suatu pekerjaan
belum dapat dimulai apabila kegiatan sebelumnya belum selesai dikerjakan.
Simbol-simbol yang digunakan dalam menggambarkan suatu network adalah
sebagai berikut (Taha, 1993):
II-2

1. (anak panah atau busur), mewakili sebuah kegiatan atau aktivitas
yaitu tugas yang dibutuhkan oleh proyek. Kegiatan di sini didefinisikan sebagai
hal yang memerlukan duration (jangka waktu tertentu) dalam pemakaian
sejumlah resources (sumber tenaga, peralatan, bahan baku, biaya). Kepala
anak panah menunjukkan arah tiap kegiatan, yang menunjukkan bahwa suatu
kegiatan dimulai pada permulaan dan berjalan maju sampai akhir dengan arah
dari kiri ke kanan. Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini
samabsekali tidak mempunyai arti. Jadi, tak perlu menggunakan skala.
2. (lingkaran kecil atau simpul atau node), mewakili sebuah kejadian
atau peristiwa atau event. Kejadian (event) didefinisikan sebagai ujung atau
pertemuan dari satu atau beberapa kegiatan. Sebuah kejadian mewakili satu
titik dalam waktu yang menyatakan penyelesaian beberapa kegiatan dan awal
beberapa kegiatan baru. Titik awal dan akhir dari sebuah kegiatan karena itu
dijabarkan dengan dua kejadian yang biasanya dikenal sebagai kejadian
kepala dan ekor. Kegiatan-kegiatan yang berawal dari saat kejadian tertentu
tidak dapat dimulai sampai kegiatan-kegiatan yang berakhir pada kejadian
yang sama diselesaikan. Suatu kejadian harus mendahulukan kegiatan yang
keluar dari simpul atau node tersebut.
3. (anak panah terputus-putus), menyatakan kegiatan semu atau
dummy activity. Setiap anak panah memiliki peranan ganda dalam mewakili
kegiatan dan membantu untuk menunjukkan hubungan utama antara berbagai
kegiatan.
4. (anak panah tebal), merupakan kegiatan pada lintasan kritis.
Penggunaan simbol-simbol ini digunakan mengikuti aturan-aturan yang
telah ditetapkan. Berikut ini merupakan aturan-aturannya:
1. Di antara dua kejadian (event) yang sama, hanya boleh digambarkan satu
anak panah.
2. Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor kejadian.
3. Aktivitas harus mengalir dari kejadian bernomor rendah ke kejadian bernomor
tinggi.
4. Diagram hanya memiliki sebuah saat paling cepat dimulainya kejadian (initial
event) dan sebuah saat paling cepat diselesaikannya kejadian (terminal
event).
II-3

Adapun gambar yang menggambarkan perbandingan dua pendekatan
jaringan kerja. Berikut ini merupakan gambarannya:

Gambar 2.1 Perbandingan Dua Pendekatan

2.1.3 Lintasan Kritis
Melakukan analisis jalur kritis, digunakan dua proses two-pass, terdiri
atas forward pass dan backward pass. ES dan EF ditentukan selama forward
pass, LS dan LF ditentukan selama backward pass. ES (earliest start) adalah
waktu terdahulu suatu 24 kegiatan dapat dimulai, dengan asumsi semua
pendahulu sudah selesai. EF (earliest finish) merupakan waktu terdahulu suatu
II-4

kegiatan dapat selesai. LS (latest start) adalah waktu terakhir suatu kegiatan
dapat dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek.
LF (latest finish) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat selesai sehingga
tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek (Heizer, 1996).
ES = Max (EF semua pendahulu langsung)
EF = ES + Waktu kegiatan
LF = Min (LS dari seluruh kegiatan yang langsung mengikutinya)
LS = LF Waktu kegiatan
Setelah waktu terdahulu dan waktu terakhir dari semua kegiatan dihitung,
kemudian jumlah waktu slack (slack time) dapat ditentukan. Slack adalah waktu
yang dimiliki oleh sebuah kegiatan untuk bisa diundur, tanpa menyebabkan
keterlambatan proyek keseluruhan.

atau

Kegunaan jalur kritis adalah untuk mengetahui kegiatan yang memiliki
kepekaan sangat tinggi atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan, atau disebut
juga kegiatan kritis. Apabila kegiatan keterlambatan proyek maka akan
memperlambat penyelesaian proyek secara keseluruhan meskipun kegiatan lain
tidak mengalami keterlambatan.

2.1.4 PERT
PERT dikembangkan oleh Angkatan Laut AS dalam rangka
penyempurnaan sistem peluru kendali polaris pada tahun 1958. Walaupun pada
awalnya digunakan untuk mengevaluasi penjadwalan program penelitian dan
pengembangan, kini digunakan pula untuk mengukur dan mengendalikan
kemajuan berbagai tipe proyek khusus lainnya, seperti program konstruksi,
program komputer, rencana pemeliharaan dan pemasangan sistem komputer.
PERT menuntut penggunannya untuk mengasumsikan ketidakpastian
lama waktu aktivitas. Taksiran waktunya disebut dengan taksiran optimis dan
pesimis. Waktu optimis adalah waktu tersingkat yaitu apabila aktivitas itu berjalan
sesuai dengan rencana, sedangkan waktu pesimis adalah waktu terlama dari
suatu aktivitas. Tujuan dari PERT adalah sebagai berikut (Taha, 1993):
1. Untuk menentukan probabilitas tercapainya batas waktu proyek.
Slack = LF EF Slack = LS S
II-5

2. Untuk menetapkan kegiatan mana yang merupakan bottlenecks, sehingga
dapat diketahui pada kegiatan mana harus bekerja dengan lebih keras agar
jadwal terpenuhi.
3. Untuk mengevaluasi akibat dari perubahan-perubahan program,
mengevaluasi akibat dari penyimpangan jadwal proyek.
PERT menuntut penggunanya mengasumsikan ketidakpastian lama
waktu aktivitas dapat digambarkan oleh distribusi probabilitas tertentu. Taksiran
waktu yang paling mungkin akan modus atau nilai tertinggi distribusi tertentu.
Dengan kata lain, taksiran ini merupakan jumlah hari yang paling sering terjadi
jika aktivitas tersebut dilaksanakan berulang-ulang dalam situasi yang mirip.
Taksiran lainnya kadang disebut juga taksiran optimis dabn pesimis. Berikut ini
adalah tiga buah taksiran waktu (Triple Duration Estimate) yang diperlukan oleh
PERT untuk satu aktivitas:
1. Taksiran yang paling optimistis (a), yaitu kemungkinan bahwa kegiatan dapat
diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat
2. Taksiran yang paling mungkin atau waktu normal (m), yaitu taksiran waktu
yang biasanya terjadi dalam keadaan normal.
3. Taksiran yang paling pesimistis (a), yaitu kemungkinan bahwa kegiatan dapat
diselesaikan dalam waktu yang lebih lama.
Waktu aktivitas optimis merupakan waktu tersingkat dalam suatu aktivitas
jika segalanya berjalan dengan baik, sedangkan waktu pesimis adalah waktu
terlama karena adanya pengaruh faktor-faktor yang berdampak menghambat
aktivitas tersebut. Untuk aktivitas-aktivitas yang tidak pasti, taksiran waktu
pesimis dan optimis tentu akan sangat berbeda jauh. Sedangkan semakin pasti
taksiran waktu, semakin dekat ketiga jenis taksiran waktu tersebut, bahkan
berhimpitan (sama). Pada PERT berlaku persamaan berikut:



Keterangan:
Te : Waktu Estimasi
to : Waktu Optimis
tm : Waktu Normal
tp : Waktu Pesimis
Te =
6
tp 4tm to + +


II-6

PERT memiliki dua buah ukuran sebaran distribusi yaitu variansi dan akar
kuadratnya, dan deviasi standar. Berikut ini adalah persamaan untuk deviasi
standar:



Sedangkan variansi pada PERT adalah sebagai berikut:



2.2. Pemrograman Linier
Pemrograman linier berasal dari kata pemrograman dan linier.
Pemrograman disini mempunyai arti kata perencanaan, dan linier ini berarti
bahwa fungsi-fungsi yang digunakan merupakan fungsi linier. Secara umum arti
dari pemrograman linier adalah suatu teknik perencanaan yang bersifat analisis
yang analisis-analisisnya memakai model matematika, dengan tujuan
menemukan beberapa kombinasi alternatif pemecahan masalah kemudian dipilih
yang terbaik di antaranya dalam rangka menyusun strategi dan langkah-langkah
kebijaksanaan lebih lanjut tentang alokasi sumber daya dan dana yang terbatas
guna mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan secara optimal (Heizer,
1996).

2.2.1 Karakteristik Pemrograman Linier
Sifat linearitas suatu kasus dapat ditentukan dengan menggunakan
beberapa cara. Secara statistik, dapat memeriksa kelinearan menggunakan
grafik (diagram pencar) ataupun menggunakan uji hipotesa. Secara teknis,
linearitas ditujukan oleh adanya sifat proporsionalitas, additivitas, divisibilitas dan
kepastian fungsi tujuan dan pembatas.
Sifat proporsional dipenuhi jika kontribusi setiap variabel pada fungsi
tujuan atau penggunaan sumber daya yang membatasi proporsional terhadap
level nilai variabel. Jika harga per unit produk misalnya adalah sama berapapun
jumlah yang dibeli, maka sifat proporsianal dipenuhi, atau dengan kata lain, jika
pembelian dalam jumlah besar mendapatkan diskon, maka sifat proporsional
Deviasi standar = St =
6
to tp


Vt =
2
6
to tp
|
.
|

\
|


II-7

tidak dipenuhi. Jika penggunaan sumber daya per unitnya tergantung dari jumlah
yang diproduksi, maka sifat proporsionalitas tidak dipenuhi.
Sifat additivitas mengasumsikan bahwa tidak ada bentuk perkalian silang
diantara berbagai aktivitas, sehingga tidak akan ditemukan bentuk perkalian
silang pada model. Sifat additivitas berlaku baik bagi fungsi tujuan maupun
pembatas (kendala). Sifat additivitas dipenuhi jika fungsi tujuan merupakan
penambahan langsung kontribusi masing-masing variabel keputusan. Untuk
fungsi kendala, sifat additivitas dipenuhi jika nilai kanan merupakan total
penggunaan masing-masing variabel keputusan. Jika dua variabel keputusan
misalnya merepresentasikan dua produk subsitusi, di mana peningkatan volume
penjualan salah satu produk akan mengurangi volume penjualan produk lainnya
dalam pasar yang sama, maka sifat additivitas tidak dipenuhi. Sifat divisibilitas
berarti unit aktivitas dapat dibagi ke dalam sembarang level fraksional, sehingga
nilai variabel keputusan non integer dimungkinkan.
Sifat kepastian menunjukkan bahwa semua parameter model berupa
konstanta. Artinya koefisien fungsi tujuan maupun fungsi pembatas merupakan
suatu nilai pasti, bukan merupakan nilai peluang tertentu (Siringoringo, 2005).

2.2.2 Formulasi Permasalahan
Formulasi permasalahan bertujuan agar dapat menyusun dan
merumuskan suatu persoalan atau permasalahan yang dihadapi ke dalam model
pemrograman linier. Terdapat lima syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut ini
(Heizer, 1996):
1. Tujuan
Apa yang menjadi tujuan permasalahan yang dihadapi yang ingin dipecahkan
dan dicari jalan keluarnya. Tujuan ini harus jelas dan tegas yang disebut fungsi
tujuan. Fungsi tujuan tersebut dapat berupa dampak positif, manfaat-manfaat,
keuntungan-keuntungan, dan kebaikan-kebaikan yang ingin dimaksimumkan,
atau dampak negatif, kerugian-kerugian risiko-risiko, biaya-biaya, jarak, waktu,
dan sebagainya yang ingin diminimumkan
2. Alternatif Perbandingan
Harus ada sesuatu atau berbagai alternatif yang ingin diperbandingkan
misalnya antara kombinasi waktu tercepat dan biaya tertinggi dengan waktu
terlambat dan biaya terendah atau antara alternatif terpadat modal dengan
II-8

padat karya atau antara kebijakan A dengan B atau antara proyeksi
permintaan tinggi dengan rendah; dan seterusnya.
3. Sumber Daya
Sumber daya yang dianalisis harus berada dalam keadaan yang terbatas.
Misalnya keterbatasan waktu, keterbatasan biaya, keterbatasan tenaga,
keterbatasan luas tanah, keterbatasan ruangan, dan lain-lain. Keterbatasan
dalam sumber daya tersebut dinamakan sebagai kendala atau syarat ikatan.
4. Perumusan kuantitatif
Fungsi tujuan dan kendala tersebut harus dapat dirumuskan secara
kuantitatif dalam apa yang disebut model matematika.
5. Keterkaitan Peubah
Peubah-peubah yang membentuk fungsi tujuan dan kendala tersebut harus
memiliki hubungan fungsional atau hubungan keterkaitan. Hubungan
keterkaitan tersebut dapat diartikan sebagai hubungan yang saling
mempengaruhi, hubungan interaksi, interdependensi, timbal-balik, saling
menunjang, dan sebagainya.

2.2.3 Metode Grafik
Metode grafik adalah untuk mengubah suatu situasi deskriptif ke dalam
bentuk model pemrograman linier dengan menentukan variabel-variabelnya,
konstanta-konstantanya, fungsi objektifnya dan kendala-kendalanya sehingga
masalah tersebut dapat disajikan ke dalam bentuk grafis dan diinterpretasikan
solusinya. Tahapan penyelesaian dalam solusi grafik adalah sebagai berikut
(Taha, 1995):
1. Identifikasi variabel keputusan.
2. Identifikasi fungsi objektif.
3. Identifikasi kendala.
4. Menggambarkan bentuk grafik dari semua kendala.
5. Identifikasi daerah solusi yang layak pada grafik.
6. Menggambarkan bentuk grafik dari fungsi objektif.
7. Menentukan titik yang memberikan nilai optimal pada daerah solusi.
8. Mengartikan solusi yang diperoleh.


II-9

2.2.4 Metode Simpleks
Metode simpleks merupakan prosedur aljabar yang bersifat iterative, yang
bergerak selangkah demi selangkah, dimulai dari suatu titik ekstrem pada daerah
fisibel (ruang solusi) menuju ke titik ekstrem yang optimum. Metode ini pertama
kali dikembangkan oleh George B. Dantzig pada tahun 1947, metode ini
digunakan untuk menyelesaikan masalah pemrograman linear melalui tahapan
(perhitungan ulang) dimana langkah-langkah perhitungan yang sama diulang
sampai tercapai solusi yang optimal. Tahapan penyelesaian dalam solusi
simpleks adalah sebagai berikut (Taha, 1993):
1. Merubah fungsi tujuan dan kendala.
2. Tabulasikan persamaan-persamaan yang diperoleh pada langkah
3. Menentukan entering variabel.
4. Menentukan leaving variabel.
5. Menentukan persamaan pivot baru.
6. Menentukan persamaan-persamaan baru selain persamaan pivot baru.
7. Lanjutkan perbaikan.
Terdapat tiga ciri solusi simpleks dari suatu bentuk baku pemrograman
linear. Berikut cirri-ciri dari solusi simpleks:
1. Semua kendala harus berada dalam bentuk persamaan dengan nilai kanan
tidak negatif.
2. Semua variabel yang tidak terlibat bernilai negatif.
3. Fungsi objektif dapat berupa maksimasi maupun minimasi.

2.2.5 Bentuk-bentuk Penyajian Pemrograman Linier
Penyajian pemrograman linier terdapat dua buah bentuk penyajian
pemrograman linier yaitu bentuk kanonik dan bentuk standar. Berikut ini adalah
penjelasan dari kedua bentuk penyajian tersebut:
1. Bentuk Kanonik (Canonical Form)
Bentuk ini berhubungan dengan Duality Theaory dan Sensitivity Analysis,
menguji apakan suatu perubahan akan berpengaruh atau tidak terhadap hasil
optimum yang diperoleh. Syarat-syarat bentuk kanonik adalah sebagai
berikut (Siringoringo, 2005):
a. Fungsi tujuan yaitu maksimasi (Maximize).
b. Persamaan-persamaan pembatas (Constrain Equations)
II-10

c. Semua variabel 0
d. Misalkan terdapat kejadian sebagai berikut:
Fungsi Tujuan:
Minimaze : X
0
= C
1
X
1
+ C
2
X
2
+ + CnXn
Harus ditransformasikan menjadi min f(x) = - max f(x), maka maximaze
X0 = - (C
1
X
1
+ C
2
X
2
+ + CnXn)
Tipe Persamaan Pembatas
Contoh : 2X
1
+ 2X
2
10 menjadi -2X
1
- 2X
2
10
Tipe Persamaan Pembatas (=) diganti dengan dua pertidaksamaan
dengan tanda berbeda.
Contoh : 3X
1
- 3X
2
+ 2X
3
15 selanjutnya 3X
1
- 3X
2
+ 2X
3
15
3X
1
- 3X
2
+ 2X
3
15 -3X
1
+ 3X
2
- 2X
3
-15
Tanda Mutlak
2X
1
2X
2
s 10 2X
1
2X
2
s 10
2X
1
+ 2X
2
s -10
e. Jika terdapat variabel yang bebas (Unconstrained Sign), harus diubah
menjadi variabel yang mungkin negatif. X bertanda bebas diganti dengan
X
+
dan X
-
; X
+
; X
-
> 0. X = X
+
- X
-

Contoh:
Minimaze:
X0 = 3X
1
- 3X
2
+ 7X
3

Subject to:
X
1
+ X
2
+ 3X
3
s 40
X
1
+ 9X
2
- 7X
3
> 50
5X
1
- 3X
2
+ = 20
2X
1
2X
2
s 100
X
1,
X
2
> 0
X
3
unconstrained in sign
f. Bentuk kanoniknya adalah sebagai berikut:
Maximize:
Y0 = -[3X
1
3X
2
+ 7(X
3
+
- X
3
-
)]
Y0 = -(3X
1
3X
2
+ 7X
3
+
- 7X
3
-
)
II-11

Subject to : X
1
+ X
2
+ 3(X
3
+
- X
3
-
) s 40
-X
1
+ 9X
2
+ 7(X
3
+
- X
3
-
) s -50
5X
1
+ 3X
2
s 20
-5X
1
- 3X
2
s -20
-5X
1
- 8(X
3
+
- X
3
-
) s 100
X
1
, X
2
, X
3
+
; X
3
-
> 0
2. Bentuk Standar (Standard Form)
Bentuk formulasi standar dari suatu kendala permasalahan untuk
menjelaskan masalah-masalah yang dihadapi. Berikut bentuk standarnya:
a. Fungsi tujuan yaitu maksimasi dan minimasi.
b. Semua variabel non negatif.
c. Ruas kana dari persamaan pembatas harus positif.
d. Pembatas berbentuk persamaan.
Berikut ini adalah cara mengubah pertidaksamaan menjadi persamaan:
2X
1
3X
2
> 12 2X
1
3X
2
S
1
= 12. S
1
> 0
2X
1
+ 3X
2
s 12 2X
1
+ 3X
2
+ S
2
= 12. S
2
> 0
Dimana S
1
dan S
2
merupakan Slack variable. Slack variable tidak
berpengaruh terhadap fungsi tujuan. Koefisien fungsi tujuan dari slack
variabel = 0
Maximize/Minimize:
Xo = 2X
1
+ 3X
2

Xo = 2X
1
+ 3X
2
+ 0S
1
+ 0S
2
+ + 0Sn
Bentuk standard :
Maximize :
X
0
= C
1
X
1
+ C
2
X
2
+ + CnXn atau X0 = E CjXj
Subject to:
a
111
X
1
+ a
12
X
2
+ + a
1n
Xn + S
1
= b
1

a
211
X
1
+ a
22
X
2
+ + a
2n
Xn + S
2
=b
2

a
m11
X
1
+ a
m2
X
2
+ +a
mn
Xn + Sm = bm
Xj > 0, j = 1, 2, , n
Si > 0, l = 1, 2, , m
bi > 0

II-12

Keterangan:
Xj : Decision Variable
Si : Slack Variable

2.3. Pengertian Keseimbangan Lini
Keseimbangan lini merupakan sekelompok orang atau mesin yang
melakukan tugas-tugas sekuensial dalam merakit suatu produk yang diberikan
kepada masing-masing sumber daya secara seimbang dalam setiap lintasan
produksi, sehingga dicapai efisiensi kerja yang tinggi di setiap stasiun kerja.
Keseimbangan lini adalah suatu penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam
stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lintasan atau lini produksi.
Stasiun kerja tersebut memiliki waktu yang tidak melebihi waktu siklus dan
stasiun kerja. Fungsi dari keseimbangan lini adalah membuat suatu lintasan yang
seimbang. Tujuan pokok dari penyeimbangan lintasan adalah meminimumkan
waktu menganggur (idle time) pada lintasan yang ditentukan oleh operasi yang
paling lambat (Taha, 1993).
Manajemen industri dalam menyelesaikan masalah keseimbangan lini
harus mengetahui tentang metode kerja, peralatan-peralatan, mesin-mesin, dan
personil yang digunakan dalam proses kerja. Data yang diperlukan adalah
informasi tentang waktu yang dibutuhkan untuk setiap assembly line dan
precedence relationship. Aktivitas-aktivitas yang merupakan susunan dan urutan
dari berbagai tugas yang perlu dilakukan, manajemen industri perlu menetapkan
tingkat produksi per hari yang disesuaikan dengan tingkat permintaan total,
kemudian membaginya ke dalam waktu produktif yang tersedia per hari. Hasil ini
adalah cycle time yang merupakan waktu dari produk yang tersedia pada setiap
stasiun kerja (work station) (Taha, 1993).

2.3.1 Permasalahan dalam Keseimbangan Lini
Perusahaan yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan
sejumlah besar komponen yang harus dirakit, perencanaan produksi memegang
peranan yang penting dalam membuat penjadwalan produksi, terutama dalam
pengaturan operasi-operasi atau penugasan kerja yang harus dilakukan, bila
pengaturan dan perencanaannya tidak tepat, maka setiap stasiun kerja di lintas
perakitan mempunyai kecepatan produksi yang berbeda. Kecepatan yang
II-13

berbeda pada lini produksi akan mengakibatkan lintas perakitan tersebut tidak
efisien karena terjadi penumpukkan bahan baku atau produk setengah jadi di
antara stasiun kerja yang tidak berimbang kecepatan produksinya.
Persoalan keseimbangan lini bermula dari keadaan kombinasi penugasan
kerja kepada operator yang menempati tempat kerja tertentu. Karena penugasan
elemen kerja yang berbeda akan menyebabkan perbedaan dalam sejumlah
waktu yang tidak produktif dan variasi jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk
menghasilkan output produksi tertentu didalam suatu lintasan. Masalah
kombinasi itu menjadi masalah menyeimbangkan lintasan. Masalah utama yang
dihadapi dalam lintasan produksi adalah (Subagyo, 2000):
1. Kendala sistem, yang erat kaitannya dengan maintenance.
2. Menyeimbangkan beban kerja pada beberapa stasiun kerja untuk:
a. Mencapai suatu efisiensi yang tinggi.
b. Memenuhi rencana produksi yang telah dibuat.
Menyeimbangkan beban kerja beberapa stasiun kerja sangat dibutuhkan
untuk mengurangi waktu tunggu yang terjadi pada lini produksi. Berikut adalah
hal-hal yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan pada lintasan produksi
antara lain:
1. Rancangan lintasan yang salah.
2. Peralatan atau mesin sudah tua sehingga seringkali breakdown dan perlu
diset-up ulang.
3. Metode kerja yang kurang baik.
Maka dari itu dibuutuhkanlah keseimbangan lini yang sesuai. Berikut
merupakan skema dari keseimbangan lini:
Masukkan
Kinerja waktu dari tugas
Kebutuhan Pendahuluan
Tingkat Output
KESEIMBANGAN
LINTASAN
Pengelompokkan tugas-tugas
pada stasiun kerja dengan
kapasitas atau tingkat output
yang sama
Keluaran

Gambar 2.2 Skema Keseimbangan Lini

2.3.2 Langkah Pemecahan Keseimbangan Lini
Permasalahan keseimbangan lini dapat diselesaikan. Berikut merupakan
langkah-langkah pemecahan masalah adalah sebagai berikut (Subagyo, 2000):
II-14

1. Mengidentifikasi tugas-tugas individual atau aktivitas yang akan dilakukan.
2. Menentukan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap tugas itu.
3. Menetapkan precedence constraints, jika ada yang berkaitan dengan setiap
tugas itu.
4. Menentukan output dari assembly line yang dibutuhkan.
5. Menentukan waktu total yang tersedia untuk memproduksi output.
6. Menghitung cycle time yang dibutuhkan, misalnya: waktu diantara
penyelesaian produk yang dibutuhkan untuk menyelesaikan output yang
diinginkan dalam batas toleransi dari waktu (batas waktu yang yang
diijinkan).
7. Memberikan tugas-tugas kepada pekerja atau mesin.
8. Menetapkan minimum banyaknya stasiun kerja (work stasion) yang
dibutuhkan untuk memproduksi output yang diinginkan.
9. Menilai efektifitas dan efisiensi dari solusi.
10. Mencari terobosan-terobosan untuk perbaiki proses terus- menerus
(continous process improvement).
Keseimbangan lini biasanya dilakukan untuk meminimumkan
ketidakseimbangan diantara mesin-mesin atau personel agar memenuhi output
yang diinginkan dari assembly line itu. Menyelesaikan masalah keseimbangan
lini, manajemen industri harus dapat mengetahui tentang metode kerja,
peralatan-peralatan, mesin-mesin, dan personel yang digunakan dalam proses
kerja. Selain itu, diperlukan informasi tentang waktu yang dibutuhkan untuk
setiap assembly line dan precedence relationship diantara aktivitas-aktivitas yang
merupakan susunan dan urutan dari berbagai tugas yang perlu dilakukan
(Gaspersz, 2004).

2.3.3 Istilah-istilah Keseimbangan Lini
Ada beberapa istilah yang lazim digunakan dalam keseimbangan lini.
Berikut adalah istilah-istilah yang dimaksud (Subagyo, 2000):
1. Precedence diagram
Precedence diagram digunakan sebelum melangkah pada penyelesaian
menggunakan metode keseimbangan lintasan adapun tanda yang dipakai
dalam precedence diagram adalah sebagai berikut:
II-15

a. Simbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya untuk
mempermudah identifikasi asli dari suatu proses operasi.
b. Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses operasi.
Hal ini operasi yang ada di pangkal panah berarti mendahului operasi
kerja yang ada pada ujung anak panah.
c. Angka di atas simbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan
untuk menyelesaikan setiap proses operasi.
2. Assemble Product
Produk yang melewati urutan work station dimana, setiap work station
memberkan proses tertentu hingga selesai menjadi produk akhir pada
perakitan akhir.
3. Waktu menunggu (Idle Time)
Dimana operator atau pekerja menunggu untuk melakukan proses kerja
ataupun kegiatan operasi yang selanjutnya akan dikerjakan. Selisih atau
perbedaan antara Cycle time (CT) dan Stasiun Time (ST), atau CT dikurangi
Stasiun Time (ST).



Keterangan:
n = Jumlah stasiun kerja.
Ws = Waktu stasiun kerja terbesar.
Wi = Waktu sebenarnya pada stasiun kerja.
i = 1,2,3,,n.
4. Keseimbangan Waktu Senggang (Balance Delay)
Balance delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan lintasan yang
dihasilkan dari waktu mengganggur sebenarnya yang disebabkan karena
pengalokasian yang kurang sempurna diantara stasiun-stasiun kerja. Balance
delay dapat dirumuskan sebagai berikut:





Idle Time = n
S
-

n
=1


D =
n.C- t
n.t
2
100

II-16

Keterangan:
D = Balance delay (%).
C = Waktu siklus.
N = Jumlah stasiun kerja.
t = Jumlah semua waktu operasi
t
2
= Waktu operasi
5. Efisiensi stasiun kerja merupakan rasio antara waktu operasi tiap stasiun
kerja (Wi) dan waktu operasi stasiun kerja terbesar (Ws). Efisiensi stasiun
kerja dapat dirumuskan sebagai berikut:



6. Line efficiency merupakan rasio dari total waktu stasiun kerja dibagi dengan
siklus dikalikan jumlah stasiun kerja atau jumlah efisiensi stasiun kerja dibagi
jumlah stasiun kerja.



Keterangan:
STi = Waktu stasiun kerja dari ke-i.
K = Jumlah stasiun kerja.
CT = Waktu siklus.
7. Work Station merupakan tempat pada lini perakitan dimana proses perakitan
dilakukan. Setelah menentukan interval waktu siklus, maka jumlah stasiun
kerja yang efisien dapat ditetapkan dengan rumus:


Keterangan:
ti = Waktu operasi (elemen).
C = Waktu siklus stasiun kerja.
Kmin = Jumlah stasiun kerja minimal.
8. Smoothes index (SI) adalah suatu indeks yang menunjukkan kelancaran
relatif dari penyeimbangan lini perakitan tertentu.
Efisiensi stasiun kerja =

100

Line efficiency =
S
(C).)
100

K
min
=
t
C


II-17



Keterangan:
ST = Maksimum waktu di stasiun.
Sti = Waktu stasiun di stasiun kerja ke-i.

2.3.4 Metode Penyeimbang Lini Perakitan
Metode penyeimbangan lini perakitan lintasan diuraikan menjadi
beberapa metode. Berikut ini merupakan metode-metode yang digunakan dalam
keseimbangan lintasan, antara lain adalah sebagai berikut (Taha, 1993):
1. Metode Kilbridge-Wester Heuristic.
2. Metode Hegelson-Birnie atau Rank Position Weight (RPW)
3. Metode Moodie Young.
4. Metode Immediate Updater First-Fit Heuristic.
5. Metode Rank and Assign Heuristic.
Metode Rank Position Weight merupakan pendekatan yang
menggunakan sistem rangking, menjumlahkan seluruh waktu untuk operasi
seperti disebut sebagai bobot posisi, dan ranking operasi yang diurutkan
berdasarkan penurunan bobot posisi. Tahapan-tahapan dalam melakukan
metode ini (Taha, 1993):
1. Hitung waktu siklus yang diinginkan.
2. Buat matriks pendahulu berdasarkan jaringan kerja perakitan.
3. Hitung bobot posisi tiap operasi yang dihitung berdasarkan jumlah waktu
operasi tersebut dan operasi-operasi yang mengikutinya.
4. Urutkan operasi-operasi mulai dari bobot posisi terbesar sampai dengan
bobot posisi terkecil.
5. Lakukan pembebanan operasi pada stasiun kerja mulai dari operasi dengan
bobot posisi terbesar sampai dengan bobot posisi terkecil, dengan kriteria
total waktu operasi lebih kecil dari waktu siklus.
6. Hitung efisiensi rata-rata stasiun kerja yang terbentuk.
7. Gunakan prosedur trial and error untuk mencari pembebanan yang akan
menghasilkan efisiensi rata-rata yang lebih besar, jika masih dimungkinkan.
II-18

8. Ulangi prosedur ini sampai tidak ditemukan lagi stasiun kerja yang memiliki
efisiensi rata-rata yang lebih tinggi.
MOODI YOUNG BSK DIKERJAIN PAKE BUKUNYA KAK WIDYA ASTUTI
2.4 Pengertian Transportasi
Metode transportasi adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama
atau sejenis ke tempat tujuan secara optimal. Distribusi ini dilakukan sedemikian
rupa sehingga permintaan dari beberapa tempat tujuan dapat dipenuhi dari
beberapa tempat asal yang masing-masing dapat memiliki permintaan atau
kapasitas yang berbeda. Metode transportasi, dapat menyelesaikan suatu
alokasi distribusi barang yang dapat meminimalkan total biaya transportasi.
Selain untuk mengatur distribusi pengiriman barang, metode transportasi juga
dapat digunakan untuk masalah lain, seperti penjadwalan dalam proses produksi
agar memperoleh total waktu proses pengerjaan yang terendah, penempatan
persediaan agar mendapatkan total biaya persediaan terkecil, atau
pembelanjaan modal agar mendapatkan hasil investasi yang terbesar. Kaitan
dengan perencanaan fasilitas, metode transportasi dapat digunakan untuk
memilih suatu lokasi yang dapat meminimalkan total biaya operasi. Perusahaan
memerlukan pengelolaan data dan analisis kuantitatif yang akurat, cepat serta
praktis dalam penggunaannya. Perhitungan secara manual membutuhkan waktu
yang lebih lama, sementara pertimbangan efisiensi waktu dalam perusahaan
sangat diperhatikan, dengan demikian diperlukan adanya suatu alat, teknik
maupun metode yang praktis, efektif dan efisien untuk memecahkan
permasalahan tersebut (Gasperz, 2004).
Masalah transportasi merupakan masalah pemrograman linear khusus
yang dapat dikatakan paling penting. Dasar masalah transportasi ini pertama kali
dicetuskan oleh Hitchcoock dan kemudian dijelaskan lebih mendetail oleh
Koonmas. Pendekatan pertama kali diberikan oleh Kantorovich, namun formulasi
pemrograman linier dan metode sistematisnya pertama kali diberikan oleh
Dantzig. Transportasi adalah kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari
satu tempat ke tempat yang lain. Transportasi terdapat unsur pergerakan
(movement), dan secara fisik terjadi perpindahan tempat atas barang atau
penumpang dengan atau tanpa alat angkut barang ke tempat lain. Tujuannya
agar proses transportasi manusia dan barang dapat dicapai secara optimum
II-19

dalam ruang dan waktu tertentu dengan mempertimbangkan faktor keamanan,
kenyamanan, kelancaran dan efisiensi atas waktu dan budaya (Taha, 1993).
1. Terdapat sejumlah sumber dan sejumlah tujuan tertentu.
2. Kuantitas komoditas atau barang yang didistribusikan dari setiap sumber dan
yang diminta oleh setiap tujuan, besarnya tertentu.
3. Komoditas yang dikirim atau diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan,
besarnya sesuai dengan permintaan dan atau kapasitas sumber.
4. Ongkos pengangkutan komoditas dari suatu sumber ke suatu tujuan,
besarnya tertentu.

2.4.1 Permasalahan Transportasi
Masalah ini merupakan masalah pengangkutan sejenis barang dari
beberapa sumber ke beberapa tujuan. Pengalokasian produk dari sumber yang
bertindak sebagai penyalur ke tujuan yang membutuhkan barang bertujuan agar
biaya pengangkutannya seminimal mungkin dari seluruh permintaan dari tempat
tujuan dipenuhi. Model transportasi digunakan untuk menyelesaikan masalah
distribusi barang dari beberapa sumber ke beberapa tujuan. Asumsi sumber
dalam hal ini adalah tempat asal barang yang hendak dikirim, sehingga dapat
berupa pabrik, gudang, grosir, dan sebagainya. Tujuannya diasumsikan sebagai
tujuan pengiriman barang, dengan demikian informasi yang harus ada dalam
masalah transportasi meliputi (Taha, 1993):
1. Banyaknya daerah asal beserta kapasitas barang yang tersedia untuk
masing tempat.
2. Banyaknya tempat tujuan beserta permintaan (demand) barang untuk
masing-masing tempat dan jarak atau biaya angkut untuk setiap unit barang
dari suatu tempat asal ke tempat tujuan.
Secara diagramatik, model transportasi dapat digambarkan, misalkan ada
m buah sumber dan n buah tujuan. Berikut merupakan gambaran dari metode
transportasi (Subagyo, 2000).
II-20

i = 1
i = 2
X
11
X
12
X
1n
X
21
X
22
X
2n
i = 2
X
31
X
32
X
3n
Sumber
a
j = 1
Tujuan
b
j = 2
j = 3
j = n

Gambar 2.3 Metode Transportasi

Keterangan:
1. Masing-masing sumber mempunyai kapasitas
a , i = 1, 2, 3, ..., m.
2. Masing-masing tujuan membutuhkan komoditas sebanyak
b , j = 1, 2, 3, ..., n.
3. Jumlah satuan (unit) yang dikirimkan dari sumber i ke tujuan j adalah
sebanyak X
ij
.
4. Ongkos pengiriman per unit dari sumber i ke tujuan j adalah C
Gambar 2.3 metode transportasi dapat dirumuskan ke dalam matematis.
Berikut perumusan matematis dari gambar 2.3 metode transportasi:
Meminimumkan : z = C
n
j=1
m
=1
ij
X
ij

Berdasarkan pembatas : X
n
j=1
ij
= a
i
, = 1,2,3m
X
m
=1
ij
= b
i
, j = 1,2,3m
Xj 0 untuk seluruh I dan j
II-21

2.4.2 Metode yang Digunakan dalam Transportasi
Terdapat beberapa prosedur umum untuk memperoleh solusi awal yang
layak. Prosedur umum tersebut adalah yang disebutkan sebagai berikut
(Gasperz, 2004):
Langkah awal : Semua baris dan kolom tujuan dapat dijadikan variabel basis
(daerah pengalokasian masih kosong).
Langkah 1 : Diantara baris dan kolom yang masih dapat dijadikan basis
pilihlah variabel basis berikutnya berdasarkan pada
beberapa criteria (tergantung pada metode yang digunakan).
Langkah 2 : Pengalokasian dibuat sebanyak mungkin untuk memenuhi
nilai penawaran atau permintaan (tergantung mana yang
terkecil).
Langkah 3 : Menghilangkan baris atau kolom yang bisa menerima
pengalokasian.
Langkah 4 : Bila hanya tersisa satu baris atau kolom yang bias menerima
pengalokasian, maka pengalokasian diberikan kepada kotak
pada baris atau kolom tersebut, dan prosedur selesai setelah
itu kembali ke langkah 1.
Transportasi terdapat beberapa metode penyelesaian awal. Berikut
metode-metode yang digunakan (Subagyo, 2000):
1. Metode Northwest Corner
Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan transportasi
dengan cara pengalokasian yang dimulai dari kotak paling kiri atas yaitu
pengalokasian sebanyak mungkin selama tidak melanggar batasan yang
ada, yaitu sejumlah supply dan demand. Pengalokasian dilakukan menurun
ke bawah setelah itu kekolom berikutnya sampai terpenuhi seluruh supply
dan demand.
2. Metode Least Cost
Metode ini adalah metode yang pengalokasiannya dimulai pada kotak
dengan biaya terendah dan dilanjutkan dengan kotak biaya terendah
selanjutnya yang belum terpenuhi nilai demand dan supply.
3. Metode VAM n ddaarkan ata beda kolom dan beda bar yang
menentukan perbedaan antara dua ongkos termurah dalam satu kolom atau
atu bar. Setap perbedaan dapat danggap ebaga penalt, karena
II-22

menggunakan route termurah. Beda baris atau beda kolom berkaitan dengan
penalti tertinggi, merupakan baris atau kolom yang akan diberi alokasi
pertama. Alokasi pertama ini, atau menghabiskan tempat kapasitas produksi,
atau menghabiskan permintaan tujuan atau kedua-duanya.
4. Russells Approximation Method (RAM)
Metode ini adalah suatu metode yang pengalokasiannya dimulai dengan
menetukan nilai u1 untuk setiap baris yang masih mungkin dilakukan
pengalokasian dan nilai V1 untuk setiap kolom yang masing mungkin
dilakukan pengalokasian. Nilai u1 yang biaya terbesar pada suatu baris dari
kotak-kotak yang masih dilakukan pengalokasian, nilai V1 adalah biaya
terbesar pada suatu kolom dari kotak-kotak yang masih dilakukan
pengalokasian. Kemudian dilakukan perhitungan nilai untuk setiap kotak yang
masih mungkin dilakukan pengalokasian. Selanjutnya dipilih kotak.

2.4.3 Metode Penyelesaian Akhir
Transportasi terdapat beberapa metode penyelesaian akhir. Berikut
metode-metode penyelesaian akhir dalam persoalan transportasi (Gasperz,
2004):
1. Metode Stepping Stone umumnya akan mengalami kesulitan utama pada
menentukan loop, apalagi kalau banyaknya sumber (tempat asal) atau
tempat tujuan banyak. Metode MODI meniadakan loop yang banyak, dimana
pada metode MODI ini setiap langkah mencari opportunity cost terbesar
hanya memerlukan satu kali loop. Untuk membahas metode ini, perlu
dikenalkan beberapa istilah atau singkatan yang akan digunakan untuk
merumuskan masalah transportasi. Misalkan banyaknya tempat asal adalah
m dan banyaknya tempat tujuan n, dan misalkan O
i
. Pengujian ini didasarkan
pada hasil perhitungan perubahan biaya dari setiap siklus yang intinya adalah
untuk mencoba mengalokasikan pada kotak kosong (variabel non basis).
2. Metode Modified Distribution (MODI) pada pengujian Modi dilakukan
penentuan nilai Ui & Vi pada solusi yang layak diperoleh, kemudian dilakukan
perhitungan nilai (Cij Ui Vi).



II-23

2.4.4 Masalah Minimasi
Penyelesaian permasalahan transportasi dapat hasil optimum dengan
mencari penyelesaian masalah minimasi. Langkah-langkah penyelesaian dengan
metode Hungarian untuk masalah minimasi adalah sebagai berikut (Taha, 1993):
1. Ditentukan nilai terkecil dari setiap baris, lalu mengurangkan semua nilai
dalam baris tersebut dengan nilai terkecilnya.
2. Diperiksa apakah setiap kolom telah mempunyai nilai nol. Bila sudah
dilanjutkan ke langkah 3, bila belum dilakukan penentuan nilai terkecilnya dari
setiap kolomnya belum mempunyai nilai nol, kemudian nilai pada setiap
kolom tersebut dikurangkan dengan nilai terkecilnya.
3. Ditentukan apakah terdapat n elemen nol dimana tidak ada 2 nilai nol yang
berada pada baris atau kolom yang sama, dimana n adalah jumlah kolom
atau baris. Jika ada maka tabel telah optimal jika tidak dilanjutkan ke langkah
4.
4. Dilakukan penutupan semua nilai nol dengan menggunakan garis horizontal
atau vertikal seminimal mungkin.
5. Ditentukan nilai terkecil dari nilai-nilai yang tidak tertutup garis. Lalu semua
nilai yang tidak tertutup garis dikurangkan dengan nilai terkecil tersebut, dan
nilai yang tertutup oleh 2 garis ditambahkan dengan nilai terkecil tersebut.
6. Kembali ke langkah 3.

2.4.5 Masalah Maksimasi
Penyelesaian permasalahan transportasi dapat hasil optimum dengan
mencari penyelesaian masalah maksimasi. Langkah-langkah penyelesaian
dengan metode Hungarian untuk masalah maksimasi adalah sebagai berikut
(Taha, 1993):
1. Ditentukan nilai terbesar dari setiap baris, lalu mengurangi semua nilai pada
setiap baris dengan nilai terbesarnya.
2. Diperiksa apaah setiap kolom telah mempunyai nilai nol. Bila sudah,
dilanjutkan ke langkah 3, bila belum dilakukan penentuan nilai terkecil dari
setiap kolom yang belum mempunyai nilai nol, kemudian setiap nilai pada
kolom tersebut dikurangkan dengan nilai terkecilnya.
II-24

3. Ditentukan apakah terdapat n elemen nol dimana tidak ada 2 nilai nol yang
berada pada baris/kolom yang sama, dimana n adalah jumlah kolom/baris.
Jika ada, maka tabel telah optimal jika tidak dilanjutkan ke langkah 4.
4. Dilakukan penutupan semua nilai nol dengan menggunakan garis
horizontal/vertikal seminimal mungkin.
5. Ditentukan nilai terkecil dari nilai-nilai yang tidak tertutup garis. Lalu semua
nilai yang tidak tertutup garis dikurangkan dengan nilai terkecil tersebut, dan
nilai yang tertutup oleh 2 garis ditambahkan dengan nilai terkecil tersebut.
6. Kembali ke langkah 3.

Anda mungkin juga menyukai