ANALISIS KEKERABATAN Dendrobium Spesies MENGGUNAKAN MAXIMUM
PARSIMONY BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI DI PEKANBARU
Meitri Hartika 1 , Nery Sofiyanti 2 , Dyah Iriani 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi 2 Bidang Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru,28293, Indonesia
Meilin_Sya@yahoo.co.id
ABSTRACT
Dendrobium (Swartz.) species are distributed in tropical region such as Pekanbaru, Riau province. This research aimed to know their relationship based on the morphological characters. The morphological observation had been conducted for all of the species of Dendrobium. The skoring result had been analyzed using Maximum Parsimony in PAUP 4.0. A total of 10 species of Dendrobium were identified in this study. The phylogenetic results based on the MP analysis showed a cladogram with three main branches. The ingroup species were divided into two main clads, in the same branch with outgroup. The clad division in MP, Dendrobium crumenatum was the primitive species, while for modern species for MP was Dendrobium linguella.
Keywords : Dendrobium in Pekanbaru, PAUP, Maximum Parsimony (MP)
ABSTRAK
Dendrobium (Swartz.) merupakan anggrek yang tumbuh di daerah tropis seperti di Pekanbaru, Provinsi Riau, Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan Dendrobium berdasarkan karakter morfologi. Pengamatan morfologi dilakukan pada semua jenis Dendrobium yang ditemukan. Hasil penskoran karakter morfologi dianalisis menggunakan Maximum Parsimony (MP) dalam Program PAUP 4.0. Jenis Dendrobium yang ditemukan di Kota Pekanbaru sebanyak 10 jenis. Hasil dari kajian filogenetik menggunakan analisis MP menunjukan bahwa kladogram yang diperoleh mempunyai 3 cabang utama. Kelompok dalam pada analisis tersebut membentuk dua klad yang sejajar dengan kelompok luar. Pada analisis MP jenis Dendrobium crumenatum termasuk kategori yang paling primitif, sedangkan untuk jenis yang modern pada analisis ini adalah Dendrobium linguella.
Kata Kunci : Dendrobium di Pekanbaru, PAUP, Maximum Parsimony (MP)
2
PENDAHULUAN Dendrobium (Swartz.) merupakan anggrek yang tumbuh di daerah tropis seperti di Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam dan Malaysia. Pada umumnya jenis-jenis Dendrobium termasuk anggrek simpodial yaitu anggrek yang membentuk cabang-cabang pada batangnya, dan batang utama tidak bisa dibedakan dengan cabangnya.Batang Dendrobium merupakan batang semu (pseudobulb) berbentuk silindris yang menggelembung dan berukuran cukup panjang, sedangkan bunga biasanya muncul pada bagian ujung pseudobulb (Anonim, 2008). Hubungan kekerabatan suatu taksa yang berkaitan dengan evolusi dipelajari dalam sistematika. Sistematika bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan keanekargaman suatu organisme dan merekontruksi hubungan kekerabatan dengan organisme lainnya serta mendokumentasikan perubahan-perubahan yang terjadi selama evolusi dan mengubahnya ke dalam sebuah sistem klasifikasi yang mencerminkan evolusinya (Hidayat and Pancoro, 2008). Menurut Radford (1986) sistem klasifikasi tergambar dalam pohon filogenetik yang disebut kladogram. Kajian filogenetik dapat menggunakan berbagai macam sumber bukti seperti morfologi, anatomi, embriologi, protein dan sitologi. Namun, yang sering digunakan adalah karakter morfologi (Judd et al, 1999). Karakter morfologi adalah karakter yang berkaitan dengan struktur dan bentuk suatu organisme. Menurut Radford (1986) karakter morfologi merupakan karakter yang mudah diamati sehingga sering digunakan dalam identifikasi, deskripsi, klasifikasi serta studi kekerabatan suatu taksa. Pekanbaru merupakan salah satu daerah penyebaran anggrek Dendrobium. Anggrek ini mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi dan menarik minat banyak pihak karena mempunyai morfologi yang menarik. Namun penelitian mengenai Dendrobium hingga saat ini sangat terbatas. Oleh karena itu, perlu diketahui jenis-jenis Dendrobium apa saja yang ada di Pekanbaru serta hubungan kekerabatan dari jenis-jenis tersebut berdasarkan karakter morfologi.
METODE PENELITIAN Survey Lapangan Survey lapangan dilakukan untuk mengetahui penyebaran jenis-jenis Dendrobium spesies di Kota Pekanbaru. Setelah dilakukan survey, metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah eksplorasi.
Pengamatan Karakter Morfologi Pengamatan karakter morfologi dilakukan pada setiap jenis Dendrobium yang ditemukan.Dendrobium dilakukan pada minimal 3 individu berbeda, kecuali jenis langka seperti Dendrobium blumei, Dendrobium linguella, Dendrobium antennatum dan Dendrobium lineale. Pengamatan karakter morfologi meliputi organ vegetatif seperti akar, batang dan daun, serta generatif seperti bunga. Karakter morfologi mengacu pada Panduan 3
Karakterisasai Tanaman Hias Anggrek (Anonim, 2007). Data morfologi yang diperoleh ditabulasikan dalam bentuk tabel dan dibuat penskoran.
Analisis Data Analisis data morfologi hasil penskoran dilakukan dengan menggunakan Maximum Parsimony dalam Program PAUP 4.0 (Swoffrord, 2002) dengan bootstrap 1000X.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil eksplorasi ditemukan sebanyak 10 jenis anggrek Dendrobium spesies di Kota Pekanbaru, Riau (Tabel 1). Dari hasil penelitian, 10 jenis anggrek yang ditemukan di Kota Pekanbaru, tiga jenis diantaranya banyak dijumpai seperti pada Dendrobium anosmum, Dendrobium crumenatum, dan Dendrobium leonis.
Tabel.1. Daftar Jenis Anggrek Dendrobium Di Kota Pekanbaru No Nama Latin Nama local 1. Dendrobium anosmum var. huttonii (Rchb.f.) Ames & Quisumb Anggrek Mata Sapi 2. Dendrobium blumei Lindl./Aporum blumei (Lindl.) Rauschert. - 3. Dendrobium linguella Rchb.f. - 4. Dendrobium mutabile (Blume) Lindl. Anggrek Plinplan 5. Dendrobium lamellatum (Blume) Lindl. Anggrek Larat Pipih 6. Dendrobium crumenatum Sw. Anggrek Merpati 7. Dendrobium antenatum Lindl. Anggrek Kelinci/Anggrek Antena 8. Dendrobium compressistylum J.J. Sm. - 9. Dendrobium linaele Rolfe. - 10. Dendrobium leonis (Lindl.) Rchb.f. Anggrek Naga
Menurut Comber (2001) jenis anggrek Dendrobium yang ditemukan di Sumatera berjumlah sekitar 116 spesies, 47 diantaranya merupakan jenis endemik. 10 jenis anggrek yang dijumpai di Kota Pekanbaru, tujuh jenis diantaranya telah diidentifikasi oleh Comber (2001). Ketujuh jenis tersebut adalah D. anosmum, D. linguella, D. mutabile, D. lamellatum, D. crumenatum, D. compressitylum, dan D. leonis, sedangkan 3 jenis yang belum teridentifkasi oleh Comber (2001) adalah D. blumei, D. antennatum, dan D. lineale.
Analisis Kekerabatan 10 Jenis Dendrobium Spesies Berdasarkan Karakter Morfologi dengan Maximum Parsimony Berdasarkan hasil analisis MP didapatkan 77 karakter yang bersifat informative dan 37 yang bersifat un-informative dengan nilai Consistency Index (CI) 0.6609 dan nilai Homoplasy Index (HI) 0.3391. 4
Gambar 1. menyajikan kladogram hasil analisis MP berdasarkan karakter morfologi. Cabang utama pada hasil analisis MP terbagi menjadi tiga cabang. Menurut Page (1998), kladogram yang mempunyai lebih dari dua cabang disebut politomi, yang kemungkinan disebabkan evolusi yang terjadi secara simultan pada waktu yang sama dan adanya ketidakpastian hubungan kekerabatannya. Cabang I terdiri dari satu jenis saja yaitu Coelogyne verrucosa yang merupakan kelompok luar (out group), kemudian cabang II (klad I) ditempati oleh 2 (dua) jenis dari kelompok dalam (Dendrobium antennatum dan Dendrobium lineale) dengan nilai bootstrap 77%. Klad I ini menyatu karena memiliki persamaan diantara keduanya seperti bentuk pseudobulb, bentuk daun, tipe perbungaan dan bermacam hal lainnya. Sementara perbedaan yang memisahkan keduanya dengan Dendrobium crumenatum adalah warna pangkal batang dan tipe bunga majemuk terbatas. Cabang III (Klad II) terdiri dari 8 (delapan) jenis dari kelompok dalam lainnya yaitu Dendrobium anosmum, Dendrobium blumei, Dendrobium linguella, Dendrobium mutabile, Dendrobium lamellatum, Dendrobium compressistylum, D. leonis dan Dendrobium crumenatum yang mengelompok menjadi satu dengan nilai bootstrap 52%. Adapun persaman yang dimiliki kedelapan jenis tersebut adalah bentuk batang, warna permukaan atas daun, dan warna tudung anther. Klad II terbagi menjadi dua yaitu subklad II.1dan II.2. Subklad II.1 hanya 1 jenis yaitu D. crumenatum, dikarenakan adanya karakter yang memisahkannya sehingga tidak dapat menyatu dengan 7 jenis lainnya yaitu seperti pada karakter warna pseudobulb hijau keabu-abuan, bentuk daun lanset-lonjong, bentuk petal segitiga menyempit, dan labellum keping tengahberbentuk jorong. Subklad II.2 terdiri dari 7 jenis Dendrobium (D. anosmum, D. blumei, D. linguella, D. mutabile, D. lamellatum, D. compressitylum, dan D. leonis) yang memiliki nilai bootstrap 95%. Subklad II.2 terbagi menjadi 2 yaitu pertama, hanya D. anosmum dan yang kedua terdapat 6 jenis Dendrobium lainnya. Keenam jenis Dendrobium tersebut mengelompokkan dengan nilai bootstrap 45%. Dari subklad kedua terpecah menjadi 2 yaitu 1 jenis (D. blumei)dan 5 jenis (D. linguella, D. mutabile, D. lamellatum, D. compressitylum, dan D. leonis), D. blumei memisah dari pengelompokkan tersebut disebabkan adanyaperbedaan karakter yang memisahkan keduanya antara lain adalah warna dan diameter tangkai bunga, bentuk mentum, jumlah warna labellum, dan lain-lain. Lima jenis (D. linguella, D. mutabile, D. lamellatum, D. compressitylum, dan D. leonis) mengelompok dengan nilai bootstrap 17%. Kelima jenis Dendrobium tersebut terbagi lagi menjadi 2 yaitu 2 jenis (D. linguella, dan D. mutabile) dan 3 jenis (D. lamellatum, D. compressitylum, dan D. leonis). D. linguella, dan D. mutabile mengelompok dengan nilai bootstrap sama pada hasil kladogram NJ yaitu 93%. 5
Gambar 1. Kladogramhasil analisis MPberdasarkan Karakter Morfologi*. *Angka pada pangkal cabang merupakan nilai bootstrap
D. blumei D. anosmum D. linguella II.2 16 29 93 95 II 17 D. mutabile D. lamelatum 45 52 D. leonis II.1 D. compressityllum D. crumenatum D. antennatum I 77 D. lineale C. verrucosa 6
Pada 3 jenis (D. lamellatum, D. compressitylum, dan D. leonis) mengelompok menjadi satu dengan nilai bootstrapnya 29% dengan memiliki persamaan seperti pada panjang tangkai bunga sangat pendek (1 2 cm), warna utama petal kuning pucat, dan pola warna sekunderlabellum bergaris. Namun, pada kelompok ini D. lamelatum memecah membentuk cabang sendiri dikarenakan adanya perbedaan karakter seperti antara lain keberadaan pseudobulb, bentuk pseudobulb, bentuk labellum tanpa keping sisi dan lainnya. Sehingga D. compressitylum, dan D. leonis membentuk kelompok baru dengan nilai bootstrap 64%. Persamaan yang menyatukan kedua jenis tersebut adalah ukuran tanaman sangat kecil, posisi munculnya bunga di ketiak daun, bentuk pangkal daun rompang, dan pertulangan daun tidak jelas. Berdasarkan pohon MP dari analisis 114 karakter morfologi pada Gambar 1 dapat disimpulkan bahwa program MP bertujuan untuk menentukan pohon filogenetik yang mempunyai langkah perubahan evolusi yang paling pendek/singkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Lin et al, (2007) bahwa maximum parsimony (MP) merupakan metode yang bertujuan untuk mendapatkan pohon yang lebih baik dengan perubahan evolusi yang sedikit. Pada hasil analisis MP didapatkan untuk jenis kategori maju/modern pada jenis D. linguella, sedangkan untuk jenis kategori primitif pada jenis D. crumenatum.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kladogram dengan analisis MP dalam program PAUP menunjukan hasil dengan cabang utama terbagi menjadi 3. Kelompok dalam pada analisis tersebut membentuk 2 klad yang sejajar dengan kelompok luar (outgroup). Pembagian klad pada analisis MP program PAUP terbagi atas 2 yaitu klad I dengan 2 jenis Dendrobium (D. antennatum dan D. lineale) dan klad II dengan 8 jenis dendro (D. anosmum, D. blumei, D. linguella, D. mutabile, D. lamellatum, D. crumenatum, D. compressitylum dan D. leonis). Pada hasil analisis MP didapatkan untuk jenis kategori maju/modern pada jenis D. linguella, sedangkan untuk jenis kategori primitif pada jenis D. crumenatum. Analsisis kekerabatan anggrek Dendrobium di Kota Pekanbaru perlu dilanjutkan dengan menggunakan karakter lain seperti anatomi, sitologi sampai tingkat molekuler, sehingga akan diperoleh data yang lebih komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Panduan Karakterisasi Tanaman Hias Anggrek. Indonesian Ornamental Crops Research Institute. Bogor Anonim. 2008. Cara Tepat Merawat Anggrek. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta Comber, J. B. 2001. Orchids of Sumatera.Singapore: Singapore Botanic Gardens.Singapore Judd, W.S., C.S. Campbell, E.A. Kellogg and P.F Stevens. 1999. Plant Systematics A Phylogenetic approach. Sinnauer Associate, Inc Lin, Yu-Min., Shu-Cherng Fang, and Jeffrey L.T. 2007. A tabu search algorithm for maximum parsimony phylogeny inference.European Journal of Operational Research 176 19081917 7
Page, R. D. M. 1998. TreeView (win32) 1.5.2. Glasgow, Scotland Radford, A.E. 1986. Fundamental of Plant Systematics. Harper and Row Publisher Stewart, J. 2000. Orchid Revised Editions. Timber Press, Portland Swofford, D. 2002. PAUP*: Phylogenetic analysis using parsimony (and other methods) Sinauer Associates, Underland, Massachusetts, Version 4.0 H. Topik and A. Pancoro. 2008. Molecular phylogenetic studies provide a basic knowledge of improving genetic resources. Agrobiogen 4: 35-40