Anda di halaman 1dari 1

20-Semangat Mbah Sarwi

Kukenal Mbah Sarwi sebagai pedagang sayur di Pasar Minggu.Aku


memang sering berbelanja sayur ke sana, sembari perjalanan pulang
dari Jakarta ke Depok. Usianya mungkin sekitar 65 tahun. Tubuhnya
ringkih dibalut kain kebaya. Memang tampak sederhana karena Mbah
Sarwi tidak memiliki perhiasan yang layak untuk dipamerkan.
Kalaupun ada yang berharga, hanyalah sepasang anting emas di
telinganya. Sementara ditangan kirinya terjuntai dua buah gelang
karet berwarna kuning.
Tapi aku sangat menghormatinya karena Mbah Sarwi adalah guruku: Guru yang
membukakan mataku tentang sisi lain kehidupan, mengajariku tentang arti kepasrahaan
kepada Tuhan juga semangat pantang menyerah. Biasanya aku hanya memberikan uang
kepada Mbah Sarwi, sembari mengatakan rencana sayur yang akan kubuat. Dengan cekatan
beliau memilihkan sayur kepadaku.
Pernah aku bertanya, apakah Mbah Sarwi tidak merasa takut bersaing dengan supermarket,
hypermarket bahkan pedagang lain yang menjadi saingannya? Beliau hanya menjawab bahwa
rizki kuwi wis ono sing ngatur, ono dino yo ono upo. Pernah sesekali aku berpandangan
negative bahwa mungkin sikap beliau adalah cermin sebuah keterbelakangan, moral peasant.
Menurut Samuel W. Popkin (?), seorang petani lebih bodoh dari buruh, sehingga
dianalogikan bahwa petani akan berteriak adanya banjir apabila air telah mencapai leher. Dan
Mbah sarwipun mungkin baru akan menyadari kekeliruannya setelah modalnya habis dan
bangkrut.
Akan tetapi sekitar dua tahun aku berlangganan, tidak kutemukan sebuah kemunduran.
Bahkan kini Mbah Sarwi bisa membeli sebuah timbangan. Biasanya beliau meminjam
timbangan dari pedagang sayur disampingnya. Beliau juga berceritera bahwa beliau habis
menjenguk keluarganya di Madiun, karena cucunya dikhitan. Dan beliau merasa bersyukur
karena Tuhan terus memberikan berbagai kebahagiaan di penghujung usianya.
Jawaban-jawaban Mbah Sarwi memang membuatku mati langkah. Kepasrahannya kepada
Tuhan, mengalahkan ceramah para agamawan yang kadang harus menetapkan tariff bagi
mereka mengundangnya. Kegigihannya dalam berusaha, mengalahkan kaum pengusaha yang
terbukti hanya bisa menjual lisensi dan praktek monopoli.
Hukum Tuhan memanglah misteri. Orang yang kita pandang lemah, justru sebenarnya adalah
orang yang kuat. Banyak orang kaya yang justru merasa khawatir tentang hartanya serta
banyak orang berilmu merasa khawatir akan wibawanya.

Read more: http://www.resensi.net/semangat-mbah-sarwi/2007/01/#ixzz1vUTtWF9p

Anda mungkin juga menyukai