Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012

1
Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas dan Efisiensi Operasional
Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI
Defri
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang
Email: defriSjha9@ymail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh capital adequacy ratio (CAR),
likuiditas (loan to deposit ratio-LDR), efisiensi operasional (BOPO) terhadap profitabilitas
(return on asset-ROA) perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penelitian ini tergolong penelitian kausatif dengan populasi perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI. Sedangkan sampel penelitian ini ditentukan dengan metode purposive
sampling sehingga diperolah 57 sampel dari 19 perusahaan perbankan pada periode
pengamatan (2008-2010). Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh
dari Laporan Keuangan Publikasi perusahaan perbankan dalam www.idx.co.id. Metode
analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa CAR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI, LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
ROA pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI, dan BOPO berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap ROA pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
Kata Kunci : Capital Adequacy Ratio , Likuiditas, Efisiensi Operasional, Profitabilitas
Perbankan
ABSTRACT
This research aimed to analize the effect of capital adequacy ratio (CAR), liquidity
(loan to deposit ratio-LDR), operational efficiency (BOPO) of profitability (return on assets-
ROA) at banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX). This research is
research kausatif with a population of listed banking company in BEI. Whereas this research
sample was determined by the purposive sampling method so be obtained 57 samples of 19
banking companies in the observation period (2008-2010). The data type used is secondary
data obtained from publication of the financial statements at banking companies in
www.idx.co.id. Methods of analysis used is multiple regression analysis. The results of the
study shows that CAR has positive and no significant effect on ROA in the banking companies
that listed on the BEI, LDR has positive and no significant effectt on ROA in the banking
companies that listed on the BEI, and BOPO has negative and significant effect on ROA in
the banking companies that listed on the BEI.
Key words : Capital Adequacy Ratio, Liquidity, Operational Efficiency, Profitability
banking
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
2
PENDAHULUAN
Perbankan merupakan lembaga keuangan
yang memiliki peranan dalam sistem keuangan
di Indonesia. Keberadaan sektor perbankan
memiliki peranan cukup penting, dimana dalam
kehidupan masyarakat sebagian besar melibatkan
jasa dari sektor perbankan. Hal ini dikarenakan
sektor perbankan merupakan suatu lembaga yang
mengemban fungsi utama sebagai perantara
keuangan (financial intermediary) antara pihak-
pihak yang memiliki dana (surplus dana) dengan
pihak-pihak yang memerlukan dana (defisit
dana) serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar aliran lalu lintas pembayaran
(Veithzal, dkk, 2007:109).
Dalam menjalankan usahanya sebagai
lembaga keuangan yang menjual kepercayaan
dan jasa, setiap bank berusaha sebanyak
mungkin menarik nasabah baru ataupun investor,
memperbesar dananya dan juga memperbesar
pemberian kredit dan jasanya. Sehingga peran
perbankan sangat strategis. Namun, kesehatan
dan stabilitas perbankan menjadi sesuatu yang
sangat vital. Dimana bank yang sehat, baik
secara individu, maupun secara keseluruhan
sebagai suatu sistem, merupakan kebutuhan
suatu perekonomian yang ingin tumbuh dan
berkembang dengan baik. Tetapi, terganggunya
fungsi intermediasi perbankan setelah terjadinya
krisis perbankan di Indonesia telah
mengakibatkan lambannya kegiatan investasi
dan pertumbuhan ekonomi (Veithzal, dkk,
2007:108).
Salah satu masalah yang muncul atas
terganggunya fungsi intermediasi yaitu adanya
ketidakseimbangan antara penghimpunan dana
dari nasabah dan penyalurannya. Dimana
penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) pada
akhir tahun 2010 terdapat dana mengendap
sebesar 24,5% dari total DPK atau sejumlah Rp
572 triliun lebih terhadap LDR pada akhir tahun
2010 adalah sebesar 75,5% dengan trend
meningkat dalam periode 6 tahun terakhir (Yuda,
2011). Ini dikarenakan perbankan kurang dalam
menyalurkan kredit, bank-bank dan pemilik
modal cenderung menempatkan dananya pada
instrument keuangan yang berisiko rendah,
misalnya pada SBI dan SUN sehingga
lambannya kegiatan investasi dan pertumbuhan
ekonomi tidak seimbang (www.bi.go.id).
Dalam menciptakan dan memelihara
perbankan yang sehat diperlukan lembaga
perbankan yang senantiasa terdapat pembinaan
dan pengawasan yang efektif sesuai dengan pasal
29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia
No. 10 tahun 1998, yaitu: Bank wajib
memelihara tingkat kesehatan bank sesuai
dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas
aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,
solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank, dan wajib melakukan
kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-
hatian, agar lembaga perbankan di Indonesia
mampu berfungsi secara efisien, sehat, wajar,
dan mampu melindungi secara baik dana yang
dititipkan masyarakat ke bidang-bidang yang
produktif bagi pencapaian sasaran pembangunan
(Dito, 2011). Dimana dalam pelaksanaan fungsi
pengawasan bank, di Indonesia dilakukan oleh
bank sentral (Bank Indonesia).
Manfaat bank yang begitu penting bagi
perekonomian, maka setiap negara berupaya agar
perbankan selalu berada dalam kondisi yang
sehat, aman dan stabil. Namun, menurut Fitriani
(2010) rendahnya kualitas perbankan tercermin
dari lemahnya kondisi internal sektor perbankan,
serta belum efektifnya pengawasan yang
dilakukan oleh Bank Indonesia. Kuantitas bank
yang banyak menciptakan persaingan yang
semakin ketat dan kinerja bank yang menjadi
rendah karena ketidakmampuan bersaing di
pasar, sehingga banyak bank yang sebenarnya
kurang sehat atau bahkan tidak sehat secara
financial.
Profitabilitas merupakan indikator yang
paling penting untuk mengukur kinerja suatu
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
3
bank. Menurut Lukman (2005) profitabilitas
merupakan kemampuan bank untuk
menghasilkan/memperoleh laba secara efektif
dan efisien. Menurut Brigham dan Houston
(2010:146) Untuk mengukur profitabilitas bank,
biasanya menggunakan rasio profitabilitas
karena rasio profitabilitas sudah mencakup rasio
utang, rasio aktivitas maupun rasio likuiditas
yang terdiri dari ROE (Return on equity) yaitu
rasio yang menggambarkan besarnya kembalian
atas modal untuk menghasilkan keuntungan, dan
ROA (Return on asset) yaitu rasio yang
menunjukkan kemampuan dari keseluruhan asset
yang ada dan digunakan untuk menghasilkan
keuntungan. Selain itu, dalam penentuan tingkat
kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih
mementingkan penilaian ROA daripada ROE
karena Bank Indonesia lebih mengutamakan
nilai profitabilitas suatu bank yang diukur
dengan asset yang dananya sebagian besar
berasal dari dana simpanan masyarakat sehingga
ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat
profitabilitas perbankan. Semakin besar ROA
suatu bank, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaan asset (Lukman, 2005).
Oleh karena Return On Asset (ROA)
penting dalam mengukur profitabilitas suatu
bank, dimana menggambarkan kemampuan
suatu bank dalam memperoleh laba secara
keseluruhan. Maka faktor utama yang
mempengaruhi profitabilitas bank menurut
Machfoedz (1999) adalah manajemen. Yaitu
seluruh manajemen suatu bank, salah satunya
baik yang mencakup manajemen permodalan
(CAR), manajemen umum, manajemen
rentabilitas (BOPO), dan manajemen likuiditas
(LDR) pada akhirnya akan mempengaruhi dan
bermuara pada perolehan laba (profitabilitas)
perusahaan perbankan.
CAR atau kecukupan modal merupakan
salah satu masalah yang dihadapi perbankan
dalam sektor internal. Bank harus memelihara
modal yang cukup untuk mendukung aktivitas
pengambilan risiko (risk taking). Peranan modal
sangat penting, dimana kegiatan operasional
bank dapat berjalan dengan lancar apabila
memiliki modal yang cukup, sehingga pada saat
masa-masa kritis bank tetap aman karena
memiliki cadangan modal di Bank Indonesia
(Kasmir, 2008). Bank yang tidak memiliki
kecukupan modal maka bank tersebut bisa
dikatakan tidak sehat rasionya, sehingga bank
tersebut masuk dalam kriteria bank dalam
pengawasan khusus karena rasio kecukupan
modal (capital adequacy ratio atau CAR)-nya di
bawah standar yang ditetapkan Bank Indonesia
(8%). Sehingga kemampuan bank untuk survive
pada saat mengalami kerugian dan juga
mengakibatkan turunnya kepercayaan nasabah
yang pada akhirnya dapat menurunkan
profitabilitas bank. jika nilai CAR rendah maka
profitabilitas (ROA) bank akan mengalami
penurunan (Lukman, 2005).
Selanjutnya likuiditas, menurut Malayu
(2008), likuiditas adalah kemampuan bank untuk
membayar semua utang jangka pendeknya
dengan alat-alat likuid yang dikuasainya.
Sedangkan menurut Kasmir (2008), likuiditas
merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
bank dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain,
dapat membayar kembali pencairan dana
deposannya pada saat ditagih serta dapat
mencukupi permintaan kredit yang telah
diajukan. Salah satu cara dalam mengukur
likuiditas bank yaitu dapat diukur dengan LDR.
LDR mencerminkan kegiatan utama suatu bank
yang dapat diartikan tingkat penyaluran kredit
juga mempengaruhi besarnya nilai ROA, dimana
rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit
yang diberikan bank dengan dana yang diterima
oleh bank. Menurut Veithzal, dkk (2007:724)
semakin tinggi rasio ini, maka semakin tinggi
dana yang disalurkan ke dana pihak ketiga,
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
4
sehingga LDR yang meningkat dapat
meningkatkan profitabilitas bank. Akan tetapi,
semakin tinggi rasionya mengindikasikan
rendahnya kemampuan likuiditas bank, hal ini
karena jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai kredit menjadi semakin besar.
Efisiensi operasional juga mempengaruhi
lemahnya kondisi internal sektor perbankan.
Karena hal ini berkaitan dengan operasional
perbankan, maka efisiensi operasional
merupakan masalah yang kompleks dimana
setiap perusahan perbankan selalu berusaha
untuk memberikan layanan yang terbaik kepada
nasabah, namun pada saat yang sama bank harus
berupaya untuk beroperasi dengan efisien
(Veithzal, dkk, 2007).
Dalam mengukur efisiensi operasional,
rasio BOPO merupakan rasio yang salah satunya
mempengaruhi ROA. Menurut Veithzal, dkk
(2007:722), rasio BOPO adalah perbandingan
antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional dalam mengukur tingkat efisiensi
dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya. Mengingat kegiatan utama bank
pada prinsipnya adalah bertindak sebagai
perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan
dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan
operasional bank didominasi oleh biaya bunga
dan hasil bunga. Rasio BOPO ini bertujuan
untuk mengukur kemampuan pendapatan
operasional dalam menutup biaya operasional.
Menurut Lukman (2005), setiap peningkatan
biaya operasional akan berakibat pada
berkurangnya laba sebelum pajak yang pada
akhirnya akan menurunkan laba atau
profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan.
Atau dalam Surat Edaran Internal BI (2004),
rasio yang semakin meningkat mencerminkan
kurangnya kemampuan bank dalam menekan
biaya operasional dan meningkatkan pendapatan
operasionalnya yang dapat menimbulkan
kerugian karena bank kurang efisien dalam
mengelola usahanya. Dan sebaliknya menurut
Veithzal, dkk (2007:722), semakin kecil rasio
biaya (beban) operasionalnya akan lebih baik,
karena bank yang bersangkutan dapat menutup
biaya (beban) operasional dengan pendapatan
operasionalnya.
Berdasarkan latar belakang di atas dan
keperluan memahami rasio-rasio keuangan
seperti CAR, LDR dan BOPO maka penulis
tertarik melakukan penelitian mengenai
Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR),
Likuiditas dan Efisiensi Operasional terhadap
Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
TINJAUAN PUSTAKA
1. Profitabilitas
Profitabilitas atau disebut dengan
rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu. Dimana rentabilitas perusahaan
menunjukkan perbandingan antara laba dengan
aktiva atau modal yang menghasilkan laba
tersebut (Bambang, 2001:35). Menurut Slamet
(2001:65) profitabilitas ialah keefektifan operasi
serta derajat keuangan suatu perusahaan.
Profitabilitas diukur dengan ROA yang
mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan (Lukman, 2005). ROA adalah rasio
yang digunakan mengukur kemampuan bank
menghasilkan keuntungan secara relatif
dibandingkan dengan total assetnya atau ukuran
untuk menilai seberapa besar tingkat
pengembalian dari asset perusahaan (Rudy,
2000:32).
Dalam kerangka penilaian kesehatan
bank, BI akan menentukan bank itu sehat apabila
bank memiliki ROA diatas 1,215% (SK DIR BI
No. 30/12/KEP/DIR dan SEBI No. 30/3/UPPB
masing-masing tanggal 30 April 1997). Mengacu
pada ketetapan Bank Indonesia, bahwa untuk
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
5
perhitungan ROA dapat dirumuskan sebagai
berikut (Veithzal, dkk, 2007) :
ROA = x 100%
2. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR atau sering disebut rasio
permodalan merupakan modal dasar yang harus
dipenuhi oleh bank. Menurut Peraturan Bank
Indonesia (2008) CAR adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang
mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai
dari dana modal sendiri bank di samping
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di
luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman
(hutang), dll.
Capital Adequacy Ratio (CAR) dijadikan
variabel independen yang mempengaruhi ROA
didasarkan atas hubungannya dengan tingkat
risiko bank yang bermuara pada profitabilitas
bank (ROA). Rasio CAR digunakan untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank
untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan risiko, misalnya kredit yang
diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin
kuat kemampuan bank tersebut untuk
menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva
produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi
(sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar
8%) berarti bahwa bank tersebut mampu
membiayai operasi bank, dan keadaan yang
menguntungkan tersebut dapat memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas
bank (ROA) yang bersangkutan (Lukman, 2005).
Ketentuan pasal 2 Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia Nomor 26/20/KEP/DIR
tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Bank tanggal 29 Mei 1993, modal bagi bank
yang beroperasi di Indonesia diatur sebagai
berikut (Muhammad, 2000:220) yaitu (1) modal
bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di
Indonesia terdiri dari modal inti (primary
capital) dan modal pelengkap (secondary
capital), dan (2) modal bagi bank kantor cabang
dari suatu bank yang berkedudukan di luar
negeri terdiri atas dana bersih kantor pusat dan
kantor cabangnya di luar Indonesia (net head
office funds).
Perhitungan kebutuhan modal minimum
bank didasarkan pada Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR). Sesuai dengan
penilaian rasio CAR berdasarkan Surat
Keputusan DIR BI No. 30/12/KEP/DIR tanggal
30 April 1997, CAR minimal 8%. Perhitungan
rasio CAR sesuai dengan standar Bank Indonesia
adalah sebagai berikut (Veithzal, dkk, 2007) :
CAR =
ATMR
Modal
x 100%
3. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan bank untuk
membayar semua utang jangka pendeknya
dengan alat-alat likuid yang dikuasainya
(Malayu, 2008). Pendapat yang hampir sama
juga dikemukakan oleh Lukman (2005), bahwa
likuiditas adalah kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh
tempo.
Sedangkan Veithzal, dkk (2007)
menyatakan penilaian likuiditas merupakan
penilaian terhadap kemampuan bank untuk
memelihara dan memenuhi kebutuhan likuiditas
yang memadai dan kecukupan manajemen risiko
likuiditas. Bank dikatakan likuid apabila
mempunyai alat pembayaran berupa harta lancar
lebih besar dibandingkan dengan seluruh
kewajibannya.
Salah satu penilaian likuiditas bank
adalah dengan menggunakan Loan to Deposit
Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio (LDR)
dijadikan variabel independen yang
mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
6
dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada
profitabilitas bank (ROA).
Rasio LDR digunakan untuk mengukur
kemampuan bank tersebut apakah mampu
membayar hutang-hutangnya dan membayar
kembali kepada deposannya, serta dapat
memenuhi permintaan kredit yang diajukan.
Atau dengan kata lain seberapa jauh pemberian
kredit kepada nasabah, kredit dapat
mengimbangi kewajiban bank untuk segera
memenuhi permintaan deposan yang ingin
menarik kembali uangnya yang telah digunakan
oleh bank untuk memberikan kredit (Lukman,
2005).
Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP
tanggal 14 Desember 2001, LDR dapat diukur
dari perbandingan antara seluruh jumlah kredit
yang diberikan terhadap dana pihak ketiga.
Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan
menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak
mampu menyalurkan kredit sementara dana yang
terhimpun banyak maka akan menyebabkan
bank tersebut rugi. Sehingga semakin tinggi
LDR maka laba perusahaan semakin meningkat
(dengan asumsi bank tersebut mampu
menyalurkan kredit dengan efektif, sehingga
jumlah kredit macetnya akan kecil). Kredit yang
diberikan adalah kredit yang diberikan bank
yang sudah ditarik atau dicairkan bank. Kredit
yang diberikan tidak termasuk kredit kepada
bank lain (Kasmir, 2008).
Akan tetapi Rasio ini, dimana
menggambarkan kemampuan bank membayar
kembali penarikan yang dilakukan nasabah
deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Maka
semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula
kemampuan likuiditas bank, hal ini sebagai
akibat jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai kredit menjadi semakin besar
(Veithzal, dkk, 2007:724).
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia,
besarnya standar nilai LDR menurut Bank
Indonesia adalah antara 80%-100% (Lukman,
2005). Perhitungan untuk mencari LDR adalah
sebagai berikut (Veithzal, dkk, 2007) :
LDR = x 100%
4. Efisiensi operasional
Masalah efisiensi berkaitan dengan
masalah pengendalian biaya. Efisiensi
operasional berarti biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan keuntungan lebih kecil daripada
keuntungan yang diperoleh dari penggunaan
aktiva tersebut. Bank yang dalam kegiatan
usahanya tidak efisien akan mengakibatkan
ketidakmampuan bersaing dalam mengerahkan
dana masyarakat maupun dalam menyalurkan
dana tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkan sebagai modal usaha. Dengan
adanya efisiensi pada lembaga perbankan
terutama efisiensi biaya maka akan diperoleh
tingkat keuntungan yang optimal, penambahan
jumlah dana yang disalurkan, biaya lebih
kompetitif, peningkatan pelayanan kepada
nasabah, keamanan dan kesehatan perbankan
yang meningkat (Mudrajad dan Suhardjono,
2002:569).
BOPO (Biaya Operasional/Pendapatan
Operasional) dijadikan variabel independen yang
mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya
dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada
profitabilitas bank (ROA). Menurut Veithzal,
dkk (2007:722) BOPO adalah perbandingan
antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional dalam mengukur tingkat efisiensi
dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya. Semakin kecil rasio BOPO berarti
semakin efisien biaya operasional yang
dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan, dan
setiap peningkatan pendapatan operasi akan
berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak
yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
7
profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan
(Lukman, 2005).
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia,
besarnya BOPO yang normal berkisar antara
94%-96% (Lukman, 2005). Perhitungan untuk
mencari BOPO adalah sebagai berikut (Veithzal,
dkk, 2007) :
BOPO = x 100%
PERUMUSAN HIPOTESIS
Penelitian ini akan menguji pengaruh
CAR, LDR, dan BOPO terhadap profitabilitas
yang diproksi dengan Return on Asset (ROA).
Sesuai dengan penjelasan teoritis, maka ada 3
hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian
ini, tiga hipotesis tersebut adalah:
H
1
: CAR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap profitabilitas perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI.
H
2
: LDR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap profitabilitas perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI.
H
3
: BOPO berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap profitabilitas perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI.
METODE PENELITIAN
Data
Penelitian ini merupakan penelitian
kausatif. Data yang dipakai dalam penelitian ini
adalah data sekunder antara lain capital
adequacy ratio (CAR), likuiditas (LDR),
efisiensi operasional (BOPO) dan profitabilitas
(ROA) pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI. Data tersebut merupakan data
time series cross section dari tahun 2008-2010
yang diperoleh melalui situs resmi BEI
(www.idx.co.id).
Teknik Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian dan
hipotesis, maka analisis data ini bertujuan untuk
mengetahui peran masing-masing variabel bebas
(CAR, LDR, dan BOPO) dalam mempengaruhi
variabel terikat (ROA). Adapun teknik analisis
data adalah sebagai berikut :
a. Model Regresi
Dalam penelitian ini, teknik analisis yang
digunakan adalah analisis regresi berganda,
karena variabel bebas dalam penelitian ini lebih
dari satu. Teknik analisis regresi berganda
merupakan teknik uji yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Persamaan analisis
regresi berganda dapat dirumuskan sebagai
berikut :
ROA
i,t
= a + b
1
CAR
i,t
+ b
2
LDR
i,t
+ b
3
BOPO
i,t
+ e
1
Keterangan:
ROA
i,t
= Profitabilitas (Return On Asset)
a = Konstanta
b
1,2,3
= Koefisien regresi dari setiap
variabel bebas
CAR
i,t
= Capital Adequacy Ratio
LDR
i,t
= Likuiditas (Loan to Deposit Ratio)
BOPO
i,t
= Efisiensi Operasional
e
1
= Error
i = Profitabilitas perusahaan perbankan
t = Periode waktu
b. Uji Asumsi Klasik
pengujian asumsi klasik yang berguna
untuk mengetahui apakah data yang digunakan
telah memenuhi ketentuan dalam model regresi.
Pengujian ini meliputi :
Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui
apakah distribusi sebuah data mengikuti atau
mendekati distribusi normal. Data yang baik
adalah data yang mempunyai pola seperti
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
8
distribusi normal (tidak melenceng ke kiri atau
ke kanan). Menurut Imam (2005:110) salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk menguji
normalitas data yaitu dengan metode Kolmogrof-
Smirnov Test > 0,05.
Uji Multikolinieritas
Menurut Idris (2010:82), multikolinieritas
merupakan gejala korelasi antar variabel bebas
yang ditunjukkan dengan korelasi yang
signifikan antar variabel bebas. Dimana dapat
dideteksi dengan menggunakan Variance
Inflation Factor (VIF) dengan kriteria yaitu: 1)
Jika angka tolerance di atas 0,1 dan VIF < 10
dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas,
2) Jika angka tolerance di bawah 0,1 dan VIF >
10 dikatakan terdapat gejala multikolinearitas
(Imam, 2005:93).
Uji Heteroskedastisitas
Menurut Idris (2010:87), uji ini merupakan uji
ketidaksamaan varians dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan lain. Dalam regresi,
salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah
bahwa varians residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain tidak memiliki pola
tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukkan
dengan nilai yang tidak sama antar satu varians
dari residual. Model regresi yang baik adalah
homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Pengujian ini menggunakan
uji Glejser.
Uji Autokorelasi
Menurut Imam (2005:95) pengujian ini bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode saat ini dengan kesalahan pengganggu
pada periode sebelumnya. Pengujian ini
dilakukan dengan perhitungan Durbin-Watson
Test.
c. Uji Kelayakan Model
Uji Koefisien Determinasi (R)
Uji ini bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel terikat. Koefisien determinasi (R)
menunjukkan proporsi yang diterangkan oleh
variabel bebas dalam model terhadap variabel
terikatnya, sisanya dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model, formulasi
model yang keliru dan kesalahan eksperimen.
Uji F Statistik
Uji F Statistik pada dasarnya menunjukkan
apakah semua variabel bebas yang dimasukkan
dalam model regresi mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel terikat
(Imam, 2005:44). Kriteria yaitu Jika F hitung >
F tabel maka hal ini berarti variabel bebas
mampu menjelaskan variabel terikat secara
bersama-sama. Sebaliknya jika F hitung < F
tabel maka, hal ini berarti variabel bebas secara
bersama-sama tidak mampu menjelaskan
variabel terikatnya.
d. Uji Hipotesis (Uji t)
Menurut Mudrajad (2003:218), uji t
bertujuan untuk menguji pengaruh secara parsial
antara variabel bebas terhadap variabel terikat
dengan mengasumsikan variabel lain adalah
konstan. Hasil pengujian terhadap t-statistik
dengan standar signifikansi = 5% adalah: 1)
Jika sig. < , maka hipotesis diterima. Ini berarti
bahwa ada pengaruh secara parsial antara
variabel bebas terhadap variabel terikat, 2) Jika
sig. , maka hipotesis ditolak. Ini berarti
bahwa tidak ada pengaruh secara parsial antara
variabel bebas dengan variabel terikat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Variabel Penelitian
Deskripsi variabel penelitian ini
dimaksudkan untuk melihat karakteristik
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
9
variabel-variabel yang diteliti. Dalam penelitian
ini terdapat tiga variabel bebas yang merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas
(return on asset) perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI. Variabel tersebut yaitu capital
adequacy ratio, likuiditas dan efisiensi
operasional.
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 57 sampel dari 19
perusahaan perbankan selama tahun 2008-2010
selama periode pengamatan. Nilai tertinggi
variabel ROA adalah sebesar 4,64%. Sedangkan
nilai terendahnya adalah sebesar 0,88% dan nilai
rata-rata adalah sebesar 2,2130%. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai terendah variabel
ROA 0,88% yang memperlihatkan bahwa
perbankan berada pada predikat kurang sehat
yaitu ROA pada kisaran 0,77% - 0,99%
(peraturan Bank Indonesia). Ini diakibatkan oleh
laba sebelum pajak yang sangat rendah
dibandingkan dengan total asset. Tetapi jika
dilihat dari rata-rata variabel ROA mempunyai
rata-rata sebesar 2,2130%, besarnya ROA
tersebut sesuai dengan ketentuan BI yaitu ROA
yang baik harus di atas 1,215% (Peraturan Bank
Indonesia).
Capital adequacy ratio memiliki nilai
tertinggi sebesar 33,27%. Sedangkan nilai
terendah sebesar 10,80% dan nilai rata-rata
capital adequacy ratio dari tahun 2008-2010
adalah sebesar 17,5786%. Hal ini berarti nilai
tertinggi CAR 33,27% dan terendah 10,80%,
terlihat secara keseluruhan bahwa nilai CAR
perusahaan perbankan setiap tahunnya berada di
atas standar BI yaitu 8%. Ini diperkuat dengan
nilai rata-rata CAR adalah 17,5786% dengan
standar deviasi 5,39182%.
Loan to deposit ratio merupakan rasio
yang mengukur jumlah kredit yang diberikan
bank terhadap dana yang diterima oleh bank.
Berdasarkan hasil penelitian nilai tertinggi LDR
adalah sebesar 102,20% dan nilai terendahnya
adalah 40,22%. Ini mengindikasikan bahwa nilai
tertinggi LDR 102,20% dikarenakan rendahnya
kemampuan likuiditas bank, hal ini sebagai
akibat jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai kredit menjadi semakin besar.
BOPO merupakan rasio perbandingan
antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional dalam mengukur tingkat efisiensi
dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya. Hasil penelitian menunjukkan nilai
tertinggi variabel BOPO adalah sebesar 93,82%,
nilai terendah adalah 42,00% dan nilai rata-rata
adalah 76,6961%. Nilai rata-rata BOPO sebesar
76,6961% dengan standar deviasi 14,60621%
mengindikasikan bahwa nilai BOPO berada pada
predikat sehat yakni di bawah 93,52% dalam
ketentuan Bank Indonesia. Hal ini berarti bahwa
bank sangat efisien dalam hal operasinya.
Analisis Data
a. Model Regresi
Model regresi berganda dalam penelitian
ini digunakan untuk melihat pengaruh CAR,
likuiditas dan efisiensi operasional terhadap
profitabilitas perbankan yang terdaftar di BEI.
Analisis regresi berganda dilakukan dengan
menggunakan program SPSS. Berikut hasil
olahan regresi yang didapat :
Berdasarkan hasil pengolahan data
tersebut, maka dapat dirumuskan persamaan
regresi linear berganda sebagai berikut :
ROA
it
= 3,192 + 0,015 CAR
it
+ 0,008 LDR
it
0,024 BOPO
it
3.192
2
.961
1
3.321
1
.002
2
.015
5
.023
3
.085
5
.675
5
.503
.008
8
.008
8
.130
0
1.027
7
.309
9
-.024
.024
.008
8
-.366
.366
-2.897
2.897
.005
5
(Constant)
CAR
R
LDR
R
BOPO
O
Model
B Std. Error
Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
a
Standardized
Coefficients
t Sig.
.
Dependent Variable: ROA a.
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
10
b. Uji Asumsi Klasik
Penelitian ini menggunakan analisis
regresi linear berganda. Sehingga dalam
penelitian ini perlu dilakukan uji asumsi klasik.
Dalam analisis regresi berganda perlu dihindari
penyimpangan asumsi klasik supaya tidak timbul
masalah dalam penggunaan analisis regresi
berganda.
Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, jumlah sampel
berjumlah 57 dari 19 perusahaan perbankan
selama tiga tahun. Hasil penelitian
mengindikasikan bahwa nilai Kolmogorov
Smirnov sebesar 0,769 dengan signifikansi
0,595. Dengan hasil tersebut dinyatakan bahwa
data yang digunakan dalam penelitian ini telah
terdisribusi normal, karena nilai signifikansi dari
uji normalitas untuk masing-masing variabel
lebih besar dari 0,05 (0,595 > 0,05).
Uji Multikolinearitas
Hasil penelitian diperoleh nilai tolerance
masing-masing variabel CAR sebesar 0,999,
LDR sebesar 0,998 dan BOPO sebesar 0,998.
Sedangkan nilai VIF CAR sebesar 1,001, LDR
sebesar 1,002 dan BOPO sebesar 1,002.
Sehingga terlihat bahwa semua variabel
memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,10 dan
Variance inflation factor (VIF) kurang dari 10.
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolinearitas antar sesama variabel bebas
dalam penelitian ini.
Uji Heteroskedastisitas
Dalam uji ini, apabila hasilnya sig > 0,05
maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas,
model yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Dari penelitian yang telah
dilakukan nilai sig 0,983 untuk variabel CAR,
0,060 untuk variabel LDR dan 0,068 untuk
variabel BOPO. Maka dapat dikatakan tidak
terjadi heterokedastisitas pada penelitian ini.
Uji Autokorelasi
Dari hasil penelitian nilai Durbin-Watson
sebesar 1,761. Nilai ini dibandingkan dengan
nilai tabel menggunakan nilai signifikansi 5%,
jumlah sampel 57, dan variabel independen 3
(k=3), maka pada Tabel DW akan didapatkan
nilai du sebesar 1,685 dan nilai dl sebesar 1,464.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa model tidak
terkena autokorelasi positif atau negatif karena,
1,685 < 1,761 < 2,315.
c. Uji Kelayakan Model
Uji Koefisien Determinasi (R)
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
nilai Adjusted R
2
yang diperoleh sebesar 0,108.
Ini berarti bahwa 10,80% perubahan pada ROA
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
(2008-2010) dapat dijelaskan oleh CAR, LDR,
dan BOPO dan sisanya 89,20% ditentukan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini.
Uji F Statistik
Dari hasil penelitian bahwa nilai F hitung
sebesar 3,264 dengan F tabel sebesar 2,78
sehinga F hitung > F tabel (3,264 > 2,78) dengan
tingkat signifikansinya 0,028 < 0,05. Hal ini
berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama antara semua variabel
bebas terhadap variabel terikat. Selain itu, dapat
disimpulkan bahwa model layak untuk diuji.
d. Uji Hipotesis (Uji t)
Dari hasil penelitian diketahui nilai
koefisien CAR bernilai positif 0,015 dan nilai t
hitung adalah sebesar 0,675 dengan signifikansi
0,503 (sig>0,05). Hal ini berarti CAR
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
profitabilitas (ROA) pada perusahaan perbankan
yang terdaftar di BEI. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa hipotesis pertama ditolak.
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
11
Nilai koefisien LDR bernilai positif 0,008
dan nilai t hitung adalah sebesar 1,027 dengan
signifikansi 0,309 (sig>0,05). Hal ini berarti
bahwa LDR berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap profitabilitas (ROA) pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI .
Untuk itu hipotesis kedua ditolak.
Selanjutnya koefisien BOPO bernilai
negatif 0,024 dan nilai t hitung adalah sebesar -
2,897 dengan signifikansi 0,005 (sig<0,05). Hal
ini berarti bahwa BOPO berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap profitabilitas (ROA) pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
Dengan kata lain hipotesis ketiga diterima.
Pembahasan
a. Pengaruh CAR Terhadap ROA Pada
Perusahaan Perbankan yang terdaftar di
BEI
Hasil penelitian dapat diketahui variabel
capital adequacy ratio memiliki pengaruh yang
positif dan tidak signifikan terhadap return on
asset pada perusahaan perbankan yang terdaftar
di BEI. Dimana perhitungan uji secara parsial
diperoleh t hitung sebesar 0,675 dengan nilai
signifikansi 0,503 > 0,05. Ini berarti bahwa
semakin tinggi tingkat kecukupan pemenuhan
modal (CAR) suatu bank tidak menjadi tolak
ukur keberhasilan manajemen bank dalam
memperoleh untung yang tinggi.
CAR yang bernilai positif menunjukkan
bahwa sesuai dengan teori permodalan, modal
adalah faktor yang penting bagi bank dalam
rangka pengembangan usaha dan menampung
kerugian. Dimana rasio kecukupan modal
(CAR), berarti jumlah jumlah modal sendiri
yang diperlukan untuk menutupi risiko kerugian
yang mungkin timbul dari penanaman asset yang
mengandung risiko (Veithzal, dkk, 2007:709).
Tidak signifikannya CAR terhadap ROA, hal ini
kemungkinan dikarenakan peraturan BI yang
mengharuskan setiap bank untuk menjaga CAR
dengan ketentuan minimal 8%, sehingga para
pemilik bank menambah modal bank dengan
menyediakan dana (fresh money) untuk
mengantisipasi skala usaha yang berupa expansi
kredit atau pinjaman yang diberikan agar rasio
kecukupan modal (CAR) bank dapat memenuhi
ketentuan BI. Sedangkan kondisi perbankan
yang terdaftar di BEI pada saat dilakukannya
penelitian kurang baik yang ditandai dengan
tingkat kepercayaan masyarakat yang masih
rendah yang terlihat dari dana pihak ketiga yang
berupa simpanan dana masyarakat tidak terlalu
besar. Dimana penghimpunan dana pihak ketiga
(DPK) akhir tahun 2010 terdapat dana
mengendap 24,5% dari total DPK Rp 572 triliun
lebih terhadap LDR akhir tahun 2010 sebesar
75,5% dengan trend meningkat dalam 6 periode
tahun terakhir (Yuda, 2011).
Akibat dari kejadian tersebut perbankan
kurang menyalurkan kredit, bank dan pemilik
modal lebih dominan membeli Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) dimana Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR) SBI oleh bank adalah
0. Dengan demikian Aktiva Tertimbang Menurut
Resiko (ATMR) bank relatif kecil sehingga
Capital Adequacy Ratio (CAR) tetap besar, hal
ini bisa disebabkan karena terjadinya krisis
perbankan (www.bi.go.id). Sehingga wajar jika
CAR tidak signifikan terhadap ROA, karena
walaupun modal yang dimiliki bank tinggi, tetapi
kepercayaan masyarakat masih rendah, hal ini
tidak akan berdampak kepada profitabilitas bank.
Atau juga dikarenakan bank cenderung untuk
menginvestasikan dananya dengan hati-hati dan
lebih menekankan pada survival bank sehingga
CAR tidak berpengaruh banyak terhadap
profitabilitas bank.
Temuan penelitian ini konsisten dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad
(2009) pada Bank non go public yang
menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap ROA.
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
12
b. Pengaruh LDR terhadap ROA Pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di
BEI
Berdasarkan hasil perhitungan uji secara
parsial diperoleh t hitung sebesar 1,027 dengan
nilai signifikan sebesar 0,309. Sedangkan
koefisien regresinya 0,008. Hal ini menunjukkan
bahwa LDR berpengaruh positif terhadap ROA
tetapi tidak signifikan, karena nilai signifikansi
0,309 > 0,05. Hal tersebut berarti bahwa semakin
tinggi LDR suatu bank tidak menjadi tolak ukur
keberhasilan manajemen bank untuk
memperoleh keuntungan yang tinggi.
Secara teoritis, LDR adalah rasio yang
mengukur perbandingan jumlah kredit yang
diberikan bank dengan dana yang diterima oleh
bank, yang menggambarkan kemampuan bank
dalam membayar kembali penarikan dana oleh
deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditas (Veithzal,
dkk, 2007:724). Semakin tinggi rasionya
memberikan indikasi rendahnya kemampuan
likuiditas bank tersebut, hal ini sebagai akibat
jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai
kredit menjadi semakin besar. Menurut
ketentuan BI untuk bank kategori sehat LDR-nya
adalah < 94,75%.
LDR yang bernilai positif dan tidak
berpengaruh terhadap ROA, mengindikasikan
bahwa besarnya pemberian kredit tidak didukung
dengan kualitas kredit. Kualitas kredit yang
buruk akan meningkatkan risiko terutama bila
pemberian kredit dilakukan dengan tidak
menggunakan prinsip kehati-hatian dan ekspansi
dalam pemberian kredit yang kurang terkendali,
sehingga bank akan menanggung risiko yang
lebih besar pula. Sedangkan hasil penelitian yang
menunjukkan tidak signifikannya antara LDR
dengan ROA, hal ini disebabkan karena adanya
penambahan modal dari pemilik yang berupa
fresh money untuk mengantisipasi skala usaha
yang berupa expansi kredit atau pinjaman yang
diberikan. Tetapi pada kenyataannya sampai saat
ini bank belum optimal dalam memberikan
pinjaman. Dimana dana pihak ketiga yang
berupa simpanan dana masyarakat oleh bank
dibelikan SBI daripada untuk memberikan kredit
kepada masyarakat. Atau penyebab lainnya
karena adanya pergerakan data atau rasio LDR
yang fluktuatif pada masing-masing perusahaan
perbankan di setiap tahunnya. Ada perusahan
perbankan yang mempunyai nilai LDR rendah
dan ada perusahaan perbankan yang mempunyai
nilai LDR tinggi sehingga terjadi kesenjangan
yang cukup tinggi antar perusahaan perbankan
yang terdaftar di BEI tiap tahunnya.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Fitriani (2010)
yang menyatakan bahwa LDR berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap ROA.
c. Pengaruh BOPO Terhadap ROA Pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di
BEI
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
BOPO berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI. Hal ini ditunjukkan oleh
perhitungan uji secara parsial diperoleh t hitung
sebesar -2,897 dengan nilai signifikan sebesar
0,005 < 0,05). Ini berarti BOPO memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
BOPO mempunyai hubungan yang
negatif terhadap ROA, sehingga hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa jika BOPO meningkat
yang berarti efisiensi menurun, maka Return On
Asset (ROA) yang diperoleh bank akan menurun.
Hal ini disebabkan karena tingkat efisiensi bank
dalam menjalankan operasinya berpengaruh
terhadap pendapatan atau earning yang
dihasilkan oleh bank tersebut. Jika kegiatan
operasional dilakukan dengan efisien (dalam hal
ini nilai rasio BOPO rendah) maka pendapatan
yang dihasilkan bank tersebut akan naik. Atau
semakin efisien kinerja operasional suatu bank
maka keuntungan yang diperoleh oleh bank akan
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
13
semakin besar (SE. Intern BI, 2004). Oleh karena
itu, Bank Indonesia menetapkan angka terbaik
untuk rasio BOPO yaitu di bawah 93,52% dalam
predikat sehat, karena jika rasio BOPO melebihi
95,92% hingga mendekati angka 100% maka
bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien
dalam menjalankan operasinya.
Temuan penelitian ini konsisten dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad
(2009) pada Bank go publik, Diana (2009),
Fitriani (2010), dan Nur Khasanah (2006) yang
menegaskan bahwa BOPO berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap ROA. Hasil ini
memberikan arti bahwa tingkat efisiensi bank
dalam menjalankan operasinya berpengaruh
terhadap profitabilitas perbankan yang terdaftar
di BEI. Jika efisiensi operasional terwujud
(dalam hal ini digambarkan oleh rasio BOPO
yang rendah), maka pendapatan bank yang
tercermin pada ROA akan meningkat.
IMPLIKASI PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian secara tegas
menyatakan bahwa BOPO berpengaruh
signifikan terhadap ROA. Dimana bagi Investor,
sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
strategi investasinya yaitu dengan cara
memperhatikan profitabilitas suatu perusahaan
dengan melihat BOPO sebelum berinvestasi
tanpa mengabaikan faktor lain. Dalam hal ini
BOPO merupakan perbandingan antara biaya
operasional dengan pendapatan operasional
dalam mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya. Oleh karena itu, dengan adanya
efisiensi terutama efisiensi biaya maka akan
diperoleh tingkat keuntungan yang optimal,
penambahan jumlah dana yang disalurkan, biaya
lebih kompetitif, peningkatan pelayanan kepada
nasabah, keamanan dan kesehatan perbankan
yang meningkat sehingga investor dapat
menentukan strategi investasinya.
Sedangkan bagi Manajemen Bank lebih
menjaga rasio BOPO dengan tingkat signifikansi
yang ada untuk menjaga tingkat efisiensi bank
dan meningkatkan kinerja perusahaan sehingga
profitabilitas perusahaan dapat meningkat dan
menarik investor untuk berinvestasi pada
perusahaan perbankan tersebut. Dan bagi Bank
Indonesia, dari variabel tersebut sebagai bahan
pertimbangan Bank Indonesia sebagai pemegang
kendali dalam pengawasan bank untuk lebih
memperketat pengawasannya sehingga kinerja
yang tidak sehat pada bank dapat dihindari.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ahmad Buyung Nusantara. 2009. Analisis
Pengaruh NPL, CAR, LDR, dan BOPO
Terhadap Profitabilitas Bank. Tesis.
Universitas Diponegoro.
Anonymous. 2012. Panduan Menulis Artikel
Ilmiah Untuk Jurnal Dari Tugas
Skripsi/Tesis Bagi Mahasiswa. FE : UNP.
Bambang Riyanto. 2001. Dasar-dasar
Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4.
Yogyakarta: BPFE.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2010.
Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi
11. Jakarta: Salemba Empat.
Diana Puspitasari. 2009. Analisis pengaruh CAR,
NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan suku
bunga SBI terhadap ROA (studi pada bank
devisa di Indonesia periode 2003-2007).
Tesis. MM UNDIP.
Dito Nanda Supraba. 2011. Analisis pengaruh
efesiensi operasi, kualitas aktiva,
permodalan, dan likuiditas terhadap
profitabilitas bank umum di indonesia
periode 2006-2009. Skripsi. Semarang : FE
Universitas Diponegoro.
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
14
Fitriani Prastitaningtyas. 2010. Faktor-faktor
yang mempengaruhi profitabilitas
perbankan (Studi pada Bank Umum Go
Public Yang Listed di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2005-2008). Skripsi. Semarang : FE
Universitas Diponegoro.
ICMD. 2010. Indonesian Capital Market
Directory. Jakarta.
Idris. 2010. Aplikasi Model Analisis Data
Kuantitatif dengan Program SPSS. Padang :
FE-UNP.
Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: FE UNDIP.
Imam Gozali. 2007. Pengaruh CAR (Capital
Adequacy Ratio), FDR (Financing to
Deposit Ratio) BOPO (Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional) dan
NPL (Non Performing Loan) terhadap
Profitabilitas Bank Syariah Mandiri
(Januari: 2004 Oktober: 2006).
Yogyakarta. FE Universitas Islam Indonesia.
Kasmir. 2008. Manajemen Perbankan. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Perkasa.
Ketentuan Bank Indonesia. SK DIR BI No.
30/12/KEP/DIR dan SEBI No. 30/3/UPPB
Masing-Masing Tanggal 30 April 1997.
Lukman Dendawijaya. 2005. Manajemen
Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Machfoedz Payamta. 1999. Evaluasi Kinerja
Perusahaan Perbankan Sebelum dan
Sesudah menjadi Perusahaan Publik di
Bursa Efek Jakarta (BEJ). Kelola.
No.20/VIII.
Malayu S.P. Hasibuan. 2008. Dasar-Dasar
Perbankan, PT Bumi Aksara, Jakarta.
Mudrajad Kuncoro. 2003. Metode Riset untuk
Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono. 2002.
Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta; BPFE UGM.
Muhamad Djumhana. 2000. Hukum Perbankan
di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Nur Khasanah Sebatiningrum. 2006. Pengaruh
CAR, likuiditas dan efesiensi operasional
terhadap profitabilitas perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEJ. Skripsi.
Semarang : FIS UNNES.
Rudy Tri Santoso. 2000. Prinsip Dasar
Akuntansi Perbankan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Slamet Munawir. 2001. Analisa Laporan
Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
Tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun
1992 Tentang Perbankan. Jakarta.
Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal dan
Ferry N. Idroes. 2007. Bank and Financial
Institution Mangement. Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada.
Yuda Mahendra Asmara. (2011). Fenomena
Industri Perbankan.
http://qusuth.wordpress.com/2011/09/21/fen
omena-industri-perbankan/ (diakses tanggal
9 April 2012).
www.bi.go.id
www.idx.co.id
15
Lampiran Hasil Pengolahan Data Statistik dengan Progran SPSS
Regression
ANOVA
b
8.108 3 2.703 3.264 .028
a
43.880 53 .828
51.988 56
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), BOPO, CAR, LDR a.
Dependent Variable: ROA b.
Model Summary
b
.395
a
.156 .108 .90991 1.761
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), BOPO, CAR, LDR a.
Dependent Variable: ROA b.
Variables Entered/Removed
b
BOPO,
CAR, LDR
a . Enter
Model
1
Variables
Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: ROA b.
Descriptive Statistics
57 .88 4.64 2.2130 .96352
57 10.80 33.27 17.5786 5.39182
57 40.22 102.20 74.1468 15.33351
57 42.00 93.82 76.6961 14.60621
57
ROA
CAR
LDR
BOPO
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
16
Residuals Statistics
a
1.5552 3.0290 2.2130 .38051 57
-1.52898 2.33594 .00000 .88520 57
-1.729 2.144 .000 1.000 57
-1.680 2.567 .000 .973 57
Predicted Value
Residual
Std. Predicted Value
Std. Residual
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: ROA a.
Collinearity Diagnostics
a
3.879 1.000 .00 .01 .00 .00
.073 7.267 .00 .85 .08 .05
.036 10.367 .00 .00 .57 .46
.011 18.458 .99 .15 .35 .49
Dimension
1
2
3
4
Model
1
Eigenvalue
Condition
Index (Constant) CAR LDR BOPO
Variance Proportions
Dependent Variable: ROA a.
Coefficient Correlations
a
1.000 .028 -.035
.028 1.000 .020
-.035 .020 1.000
6.94E-005 5.24E-006 -2.3E-006
5.24E-006 .001 3.64E-006
-2.3E-006 3.64E-006 6.30E-005
BOPO
CAR
LDR
BOPO
CAR
LDR
Correlations
Covariances
Model
1
BOPO CAR LDR
Dependent Variable: ROA a.
Coefficients
a
3.192 .961 3.321 .002
.015 .023 .085 .675 .503 .999 1.001
.008 .008 .130 1.027 .309 .998 1.002
-.024 .008 -.366 -2.897 .005 .998 1.002
(Constant)
CAR
LDR
BOPO
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: ROA a.
17
NPar Tests
Regression
ANOVA
b
1.953 3 .651 2.304 .087
a
14.974 53 .283
16.927 56
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), BOPO, CAR, LDR a.
Dependent Variable: abs_res b.
Model Summary
.340
a
.115 .065 .53153
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), BOPO, CAR, LDR a.
Variables Entered/Removed
b
BOPO,
CAR, LDR
a . Enter
Model
1
Variables
Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: abs_res b.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
57
.0000000
.88519873
.102
.102
-.059
.769
.595
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters
a,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
18
Coefficients
a
.728 .561 1.297 .200
.000 .013 -.003 -.021 .983
.009 .005 .248 1.920 .060
-.009 .005 -.241 -1.863 .068
(Constant)
CAR
LDR
BOPO
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: abs_res a.

Anda mungkin juga menyukai