Anda di halaman 1dari 2

Suj ud Syuuykur setel ah uj i an akhi r di Gontor

Merayakan Selesainya Ujian dan kelulusan di


Gontor
imtaq.com/merayakan-selesainya-ujian-dan-kelulusan-di-gontor/
Coret-coret baju dan konvoi setelah mengetahui kelulusan? Itu bukan budaya kami. Naik motor
bersama berkeliling bersama teman-teman memang asyik, coret-coret baju dengan pilok memang
menyenangkan. Namun, kami tidak melakukanya. Karena kami tau kami berharga.
Bagaimana Merayakan Selesainya Ujian dan kelulusan di Gontor? Sebagaimana kalian, kami juga
bergembira bila ujian telah berakhir. Seakan merasakan kepuasan yang sangat, karena bukan
hanya ujian f ormal yang berisi soal-soal f ull esay sebanyak dua puluahn pelajaran, tidak juga ujian
lisan dengan pertanyaan dari kelas satu hingga tingkat akhir, lebih daripada itu, kami telah
melewati tahap ujian mental. Ujian dimana kami harus tetap berjalan pada ketentuan disiplin yang
tak pernah dilonggarkan, tetap berjuang demi kelulusan studi, dan tetap bersabar dengan segala
keadaan yang ada.
Kembali kepada judul, Merayakan Selesainya Ujian dan kelulusan di Gontor? Setelah ujian berakhir,
kami keluar ruangan ujian dengan senyum bahagia, ada juga yang tertawa hingga yang menangis
terharu. Kami langsung dipadu, berjalan bersama-sama menuju masjid, bersyukur kepada Allah
dengan melakukan sujud syukur. Setelah itu kami juga diarahkan, diberitahu bahwa ujian ini
bukanlah akhir dari cobaan. Setelah ujian ini, akan banyak tantangan, utamanya dalam kehidupan.
Tantangan itu semakin tinggi dan menggoyahkan, namun tetep memiliki bentuk yang sama. Siapa
yang berjuang dan sabar dalam menjalaninya, akan lulus dan berhasil sebagaimana saat ini kami
rasakan.
Lalu, kami diamanahi untuk
menjadi penguji bagi adik
adik kelas kami. Ujian lisan,
ya kami juga harus membuat
pertanyaan-pertanyaan
dalam sebuah buku tulis dan
harus f ull. Esoknya,
diperiksa/ ditashih oleh para
guru senior agar dipastikan
tidak ada kesalahan dan
kekurangan. Ketika ujian
tulis, kamipun sebagian
menjadi pembantu panitia
ujian, ada juga yang menajdi
pengawas ujian dikelas-
kelas.
Menjadi pengawas ujian tulis
bukan perkara mudah bagi
kami. Kami diawasi oleh guru
pengawas ruang, guru ruangan diawasi oleh pengawas gedung, pengawas gedung diawasi lagi
oleh pengawas area, pengawas area diawasi lagi oleh direktur KMI, dan direktur KMI dimintai
laporanya oleh pengasuh dan pimpinan pondok. Pengawasan berganda, ya itulah namanya.
Membocorkan jawaban? Jangan mimpi. Memberikan isyarat akan jawaban saja sudah termasuk
pelanggaran dan bisa diskors walau ujian akhir telah diselesaikan.
Setelah ujian selesai, kami mengadakan studi tour ke berbagai tempat, utamanya pondok dengan
pembiayaan yang mandiri, tempat usaha para alumni hingga instansi dakwah umum, namun tak
lupa juga ada hiburan ke tempat wisata di akhir perjalanan. Dalam kunjungan ini kami dikenalkan
pada dunia bisnis, dunia pendidikan dan perjuangan, dunia dakwah dan lebih utamanya dikenalkan
akan kehidupan di masyarakat. Supaya menjadi bekal ketika terjun ke masyarakat, agar ikut
membantu pembagunan, bukan menjadi pembawa masalah bagi kehidupan.
Studi tour selesai, kami masih dibekali selama seminggu f ull dari pagi hingga malam. Berbagai hal,
mulai dari motivasi, cara mengajar anak kecil, dunia kesehatan, politik, budaya hingga pemikiran
Islam. Tentunya tak lupa juga orientasi setelah kelulusan kami dari pondok, mau kemana, mencari
apa dan bagaimana jalanya. Selain itu, dokumentasi-dokumentasi juga dikumpulkan menjadi
mozaik, sehingga bisa menjadi patokan dan contoh untuk terjun ke masyarakat.
Yudisium. Ya, itulah akhir dari masa-masa kami sebagai siswa Gontor. Yudisium bukan hanya
ppemanggilan nama dan pengumuman kelulusan. Namun merupakan ajang pembagian tugas baru,
yang dinamakan pengabdian. Ada yang harus membantu di pondok Gontor beserta cabangnya,
ada juga yang ditugaskan mengajar di pondok yang didirikan alumni Gontor, hingga mereka yang
ditugaskan di tempat-tempat tertentu. Kami bersyukur atas kelulusan, dan juga tertantang untuk
membuktikan kemampuan. Semangat kami menyala terang, siap menjalankan amanah dari pimpinan
untuk mengabdi di tempat tujuan.
Pengabdian bukan juga sebuah akhiran. Ada yang bertahan dalam pengabdian dan mendapatkan
ijasah dari pondok, ada juga yang tidak kuat sehingga harus terpental. Kami selalu diberi pesan,
ijasahmu adalah kemampuanmu, ijasahmu adalah pengakuan masyarakat atas kontribusimu,
bukan hanya dalam selembar kertas. Kertas ijasah hanyalah pelengkap, bagi keridhoan kyai atas
kelulusan kami, dan restu beliau bagi kami untuk menjalani kehidupan diluar pondok. Fi ayyi ardhin
tathou, anta masuulun an Islamiiha (dimanapun kamu berpijak, disitu kamu bertanggung jawab
atas keislamanya), merupakan misi kami.
Begitulah ceritanya. Kami tidak mencoret baju karena itu adalah tanda perjuangan kami. Kami tidak
berkonvoi karena kami tau keberhargaan kami. Kami belajar lagi, karena kami tau tantangan masa
depan. Kami bergerak, karena kami harus memberikan kontribusi bagi masyarakat, dan bukan
menjadi pembawa masalah bagi mereka. Kami selalu berusaha menajdi orang yang berguna.
Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanf aat bagi manusia lainya.

Anda mungkin juga menyukai