Anda di halaman 1dari 17

Selasa, 20 November 2012

LUMPUR PEMBORAN


Lumpur pemboran dapat didefinisikan sebagai semua jenis fluida (cairan-cairan
berbusa, gas bertekanan) yang dipergunakan untuk membantu operasi pemboran
dengan membersihkan dasar lubang dari serpih bor dan mengangkatnya kepermukaan,
dengan demikian pemboran dapat berjalan dengan lancar. Lumpur pemboran yang
digunakan sekarang pada mulanya berasal dari pengembangan penggunaan air untuk
mengangkat serbuk bor. Kemudian dengan berkembangnya teknologi pemboran, lumpur
pemboran mulai digunakan. Selain lumpur pemboran, digunakan pula gas atau udara
sebagai fluida pemboran.

2.1 Fungsi Lumpur Pemboran
Pada awal penggunaan pemboran berputar, fungsi utama fluida pemboran
hanyalah mengangkat serpih dari dasar sumur ke permukaan. Tetapi saat ini fungsi
utama lumpur pemboran adalah:
1. Pengangkatan Serpih Bor (Cutting Removal)
Lumpur yang disirkulasi membawa serpih bor menuju permukaan dengan adanya
pengaruh gravitasi serpih cenderung jatuh, tetapi dapat diatasi oleh daya sirkulasi dan
kekentalan lumpur. Dalam melakukan pemboran serbuk bor (cutting) dihasilkan dari
pengikisan formasi oleh pahat, harus dikeluarkan dari dalam lubang bor. Hal ini
berdasarkan atas keberhasilan atau tidaknya lumpur untuk mengangkat serbuk bor.
Apabila serbuk bor tidak dapat dikeluarkan maka akan terjadi penumpukan serbuk bor
didasar lubang, jika hal ini terjadi maka akan terjadi masalah seperti terjepitnya pipa oleh
serbuk bor.
Serbuk bor dapat diangkat jika lumpur mempunyai kemampuan untuk mengangkatnya.
Kemampuan serbuk bor untuk terangkat hingga kepermukaan tergantung yield point
lumpur itu sendiri. Jika lumpur sudah memiliki yield point yang memadai maka dengan
melakukan sirkulasi serbuk bor dapat terangkat keluar bersamasama dengan lumpur
untuk dibuang melalui alat pengontrol solid (Solid Control Equipment) berupa shale
shaker, desander, mudcleaner, dan centrifuge.
2 Mendinginkan dan Melumasi Pahat
Panas yang cukup besar terjadi karena gesekan pahat dengan formasi maka panas itu
harus dikurangi dengan mengalirkan lumpur sebagai pengantar panas kepermukaan.
Semakin besar ukuran pahat, semakin besar juga aliran yang dibutuhkan. Kemampuan
melumasi dan mendinginkan pahat dapat ditingkatkan dengan menambahkan zatzat
lubrikasi (pelincir) misalnya : minyak, detergent, grapite, asphalt dan zat surfaktan
khusus, serbuk batok kelapa bahkan bentonite juga berfungsi sebagai pelincir karena
dapat mengurangi gesekan antara dinding dan rangkaian bor.
3. Membersihkan Dasar Lubang (Bottom Hole Cleaning)
Ini adalah fungsi yang sangat penting dari lumpur bor, lumpur mengalir melalui corot
pahat (bit nozzles) menimbulkan daya sembur yang kuat sehingga dasar lubang dan
ujungujung pahat menjadi bersih dari serpih atau serbuk bor. Ini akan memperpanjang
umur pahat dan akan mempercepat laju pengeboran.
Laju sembur (jet velocity) minimum 250 fps untuk tetap menjaga daya sembur yang kuat
kedasar lubang. Laju sembur yang optimal sebaiknya harus memperhitungkan kekuatan
formasi atau daya kemudahan formasi untuk dibor (formation drillability). Kalau laju
sembur terlalu besar pada formasi yang lunak, dan akan mengakibatkan pembesaran
lubang (holeenlargement) karena kikisan semburan. Sedangkan pada formasi keras
akan terjadi pengikisan pahat dan menyianyiakan horse power
4. Melindungi Dinding Lubang Supaya Stabil
Lumpur bor harus membentuk deposit dari ampas tapisan (filter cake) pada dinding
lubang sehingga formasi menjadi kokoh dan menghalang-halangi masuknya fluida (filtrat)
kedalam formasi. Kemampuan ini akan meningkat jika fraksi koloid dari lumpur
bertambah, misalnya dengan menambahkan attapulgite atau zat kimia yang dapat
meningkatkan pendispersian padatan. Dapat pula dengan menambahkan zatzat poliner
sehingga viskositas dari filtrat (air tapisan) meningkat, dengan demikian mobilitas filtrat
didalam filter cake dan formasi akan berkurang.
5. Menjaga atau Mengimbangi Tekanan Formasi
Pada kondisi normal gradien tekanan normal : 0.465/ft, 0.107-ksc/ft. Berat dari kolom
lumpur yang terdiri dari fase air, partikelpartikel padat lainnya cukup memadai untuk
mengimbangi tekanan formasi. Tetapi jika menjumpai daerah yang bertekanan abnormal
dibutuhkan materi pemberat khusus (misal : XCD-polimer) yang mempunyai berat jenis
tinggi untuk menaikkan tekanan hidrostatis dari kolom lumpur agar dapat mengimbangi
dan menjaga tekanan formasi. Besarnya tekanan hidrostatik tergantung dari berat jenis
fluida yang digunakan dan tinggi kolom yang dapat dihitung dengan persamaan :
Hp = 0.052 x Mw (ppg) x D = Psi
= 0,00695 x Mw (pcf) x D = Psi
dimana :
Hp = Tekanan hidrostatic lumpur, psi.
Mw = Densitas lumpur, ppg/pcf
D = Kedalaman, ft.
6. Menahan Serpih / Serbuk Bor dan Padatan Lainnya Jika Sirkulasi Dihentikan
Kemampuan lumpur bor untuk menahan atau mengapungkan serpih bor pada saat tidak
ada sirkulasi tergantung sekali pada daya agarnya (gel strengt). Daya agar adalah suatu
sifat fluidathixotropis yang mempunyai kemampuan mengental dan mengagar jika
didiamkan (static condition) dan kembali lagi mencair jika diaduk atau digerakgerakkan.
Sifat pengapungan atau penahan serpih didalam lumpur sangat diinginkan untuk
mencegah turunnya serpih kedasar lubang atau menumpuk di anulus yang akan
memungkinkan terjadinya rangkaian bor terjepit. Tetapi daya agar ini tidak boleh terlalu
tinggi supaya mengalirnya kembali lumpur tidak membutuhkan tekanan awal yang terlalu
besar.
7. Sebagai Media Logging
Data-data dari sumur yang diselesaikan sangat penting untuk dasar evaluasi sumur yang
bersangkutan, juga penting untuk dasar pembuatan program dan evaluasi sumur-sumur
yang akan di bor selanjutnya. Data-data tersebut diatas didapat dari analisa cutting dan
pengukuran langsung dengan wire logging. Untuk itu lubang bor harus bersih dari cutting.
8. Menunjang (Support) Berat Dari Rangkaian Bor dan Selubung
Makin dalam pengeboran, maka berarti makin panjang pula rangkain pipa atau casing,
sehingga beban yang harus ditahan menara rig akan bertambah besar, dengan adanya
bouyancy effect dari lumpur akan menyebabkan beban efektif menjadi lebih kecil
sehingga dengan kemampuan yang ada mampu melakukan pengeboran yang lebih
dalam. Faktor yang mempengaruhi dalam hal ini adalah berat jenis dari lumpur.
9. Menghantarkan Daya Hidrolika Kepahat
Lumpur pemboran adalah media untuk menghantarkan daya hidrolika dari permukaan
kedasar lubang. Daya hidrolika lumpur harus ditentukan didalam membuat program
pengeboran sehingga laju sirkulasi lumpur dan tekanan permukaan dihitung sedemikian
agar pendayagunaan tenaga (power) menjadi optimal untuk membersihkan lubang dan
mengangkat serpih bor. Kemampuan untuk membersihkan serbuk bor dari bit itu didapat
karena adanya tenaga hidrolik yang harus disalurkan dari permukaan menuju bit melalui
media lumpur yang disebut sebagai Bit Hydraulic Horsepower
10. Mencegah dan Menghambat Laju Korosi
Korosi dapat terjadi karena adanya gas-gas yang terlarut seperti oksigen CO
2
, dan H
2
S.
Juga karena pH lumpur yang terlalu rendah atau adanya garam-garam di dalam. Untuk
menghindari hal - hal tersebut diatas, ke dalam lumpur dapat ditambahkan bahan
bahan pencegah korosi atau diusahakan untuk mencegah pencemaran yang terjadi.

2.2 Sifat-Sifat Penting Lumpur Pemboran
Dalam suatu operasi pemboran semua fungsi lumpur pemboran haruslah berada dalam
kondisi yang baik sehingga operasi pemboran dapat berlangsung dengan baik. Hal ini
dapat dicapai apabila sifat lumpur selalu diamati dan dijaga secara kontinyu dalam setiap
tahap operasi pemboran. Selain hal tersebut di atas pengukuran dan pengamatan sifat -
sifat kimia juga harus dilakukan dengan seksama.Hal ini dimaksudkan untuk menjaga
kestabilan sifat sifat lumpur pemboran.
2.2.1 Berat Jenis
Sifat ini berhubungan dengan tekanan hidrostatik yang ditimbulkan oleh suatu kolom
lumpur, karenanya harus selalu di jaga guna mendapatkan tekanan hidrostatik yang
sesuai dengan tekanan yang dibor. Lumpur yang terlalu ringan akan menyebabkan
enterusi fluida formasi kedalam lubang dan hal ini akan menyebabkan kerontokan
dinding lubang, kick dan blow out. Lumpur yang terlalu berat akan dapat menyebabkan
problema Lost Circulation.
2.2.2 Rheology dan Gel Strength
1. Viscositas
Viscositas adalah tahanan terhadap aliran atau gerakan yang penting untuk laminar flow.
Alat untuk mengukur viscositas lumpur ialah Marsh Funnel.
2. Plastic Viscosity (Pv)
Plasctic viscosity merupakan tahanan terhadap aliran yang disebabkan oleh gesekan
antara sesama benda padat didalam lubang bor dan merupakan salah satu parameter
kenaikan solid yang ada dalam lumpur.
3. Yield Point (Yp)
Yield point merupakan tahanan terhadap aliran yang disebabkan oleh gaya elektrokimia
antara padatan padatan, cairan cairan dan padatan cairan.
4. Gel Strength
Gel strength adalah sifat dimana benda cair menjadi lebih kental bila dalam keadaan
diam, dan makin lama akan bertambah kental. Sifat ini dikenal juga sebagai sifat
THIXOTOPIC.
2.2.3 Sand Content
Penentuan kadar pasir pada lumpur pemboran adalah untuk mencegah abrasi
Pada pompa dan peralatan pengeboran lainnya, juga untuk mencegah penebalan mud
cake dan drill pipe sticking.
2.2.4 Solid Control
Kandungan solid di dalam lumpur bila tidak dikontrol dengan baik akan mempunyai
akibat akibat yang buruk antara lain :
Memperlambat peneteration rate
Susah mengatur sifat sifat rheologi
Bit dan peralatan lainnya cepat aus.
Treatment menjadi lebih mahal.
Solid dapat berasal dari penambahan weighting agent dapat pula berasal dari drilled
cutting formasi.
2.2.5 Alkalinity Filtrate
Tujuan pemeriksaan alkalinity filtrate adalah untuk mengetahui kontaminan kontaminan
terhadap lumpur. Kontaminan kontaminan ini dapat berasal dari formasi yang di bor
maupun dari air yang digunakan untuk pembuatan lumpur.

2.2.6 Fluid (Water) Loss
Bila suatu campuran padat cair, seperti lumpur berada dalam kontak dengan media
porous seperti dinding lubang bor dengan adanya tekanan yang bekerja padanya, makan
akan terjadi perembesan zat cair kedalam media porous tesebut.
2.2.7 PH
PH menyatakan konsentrasi dari gugus hidroxil (OH) yang terdapat dalam lumpur yang
akan mempengaruhi kereaktifan bahan bahan kimia yang digunakan dalam lumpur.

2.3 Komposisi Lumpur Pemboran
Komposisi dari lumpur pemboran disusun dari berbagai bahan kimia yang masing-
masing mempunyai fungsi secara individual, dan diharapkan saling bekerja secara
sinergik untuk mendapatkan sifat-sifat lumpur yang di harapkan Bahan-bahan kimia
penyusun lumpur tidak hanya berfungsi tunggal melainkan dapat berfungsi ganda. Fungsi
pertama disebut primary fungtion sedangkan fungsi keduanya disebut secondary
fungtion.
Lumpur pemboran yang paling banyak digunakan adalah lumpur pemboran
dengan bahan dasar air (water base mud) dimana air sebagai fasa cair kontinyu dan
sebagai pelarut atau penahan materimateri didalam lumpur.
Empat macam komposisi atau fasa yang umum digunakan di dalam lumpur
pemboran adalah sebagai berikut :
1. Fasa cair (air atau minyak)
2. Reactive solids (padatan yang bereaksi dengan air membentuk koloid )
3. Inert solids (zat padat yang tidak bereaksi)
4. Fasa kimia
Dari keempat komponen ini dicampurkan sedemikian rupa sehingga didapatkan
lumpur pemboran yang sesuai dengan keadaan formasi yang ditembus.
2.3.1 Fasa Cair
Fasa cair adalah komponen utama lumpur pemboran. Fungsi dari fasa cair adalah
sebagai fasa dasar yang dapat menyebabkan lumpur dapat mengalir. Disamping itu bila
bereaksi dengan reaktif solid akan membentuk koloid yang viscositasnya tertentu
sehingga lumpur dapat mengangkat serpih bor. Fasa cair yang digunakan disesuaikan
dengan kondisi lapangan dan kondisi formasi yang yang dibor. Fasa cair yang biasa
digunakan adalah air tawar, air garam, minyak dan emulsi antara minyak dan air.
2.3.2 Reactive Solids
Padatan ini bereaksi dengan sekelilingnya untuk membentuk koloidal. Dalam hal
ini clay air tawar seperti bentonite mengisap (absorp) air tawar dan membentuk lumpur.
Istilah yield digunakan untuk menyatakan jumlah barrel lumpur yang dapat dihasilkan
dari satu ton clay agar viskositaslumpurnya 15 cp.
Bentonite digunakan antara lain sebagai bahan dasar lumpur pemboran, pada
dasarnya Bentonite dibuat dari bahan lempung ( clay ) yang besifat Na-Monntmorillonite
dan Ca-Monntmorillonit. Na-Monntmorillonite sangat baik digunakan sebagai bahan
dasar lumpur pemboran karena mampu mengembang ( Swelling ) sampai 8 kali jika
direndam dalam air. Kemampuan mengembang yang cukup besar, akan membentuk
suatu larutan dengan viscositas yang cukup besar, hal ini penting untuk membersihkan
dasar lubang sumur dan juga membentuk suatu lapisan dinding yang elastic yang akan
melindungi dinding lubang agar tidak runtuh.
Bentonite merupakan gabungan lempung ( Clay ) yaitu kumpulan mineral dan
bahan bahan seperti illit, kaolinit, siderite dan terbanyak adalah montmorillnite ( 85 90
% ) dan logam alkali tanah.
Untuk salt water clay (attapulgite), swelling akan terjadi baik di air tawar atau di air
asin dan karenanya digunakan untuk pemboran dengan salt water muds.
Baik bentonite atau attapulgiteakan memberikan kenaikan viskositas pada lumpur.
Untuk oil base mud, viskositas dinaikkan dengan penaikan kadar air dan penggunaan
asphalt.
2.3.3 Inert Solids
Inert solid adalah padatan yang tidak bereaksi dengan air dan dengan komponen
lainnya dalam lumpur, dimana material ini tidak tersuspensi. Fungsi utama dari material
ini adalah berkaitan erat dengan densitas lumpur berguna untuk menambah berat ata
berat jenis dari lumpur, yang tujuannya untuk menahan tekanan dari tekanan formasi dan
tidak banyak pengaruhnya dengan sifat fisik lumpur yang lain. Material inert ini antara lain
adalah barite atau barium sulfate (B
a
SO
4
), besi oxida (Fe
2
O
3
), calcite atau calsium
sulfate (C
a
SO
4
) dan galena (PbS), dimana kebanyakan dari zat-zat ini berfungsi sebagai
material pemberat.
Inert solid dapat pula berasal dari formasi-formasi yang dibor dan terbawa oleh
lumpur sepertichert, pasir atau clay-clay non swelling, padatan seperti ini bukan
disengaja untuk menaikkandensitas lumpur dan perlu dibuang secepat mungkin (dapat
menyebabkan abrasi dan kerusakan pompa).
Sebagai contoh yang umum digunakan sebagai inert solid dalam lumpur bor,
adalah :
Barite (BaSO
4
)
Oksida Besi (Fe
2
O
3
)
Kalsium Karbonat (CaCO
3
)
Galena (PbS)
2.3.4 Fasa Kimia
Zat kimia merupakan bagian dari sistem yang digunakan untuk mengontrol sifat
sifat lumpur misalnya menyebarkan partikel- partikel clay (disepertion), menggumpalkan
partikel partikel clay (flocculation) yang akan berefek pada pengkoloidan partikel clay
itu sendiri. Banyak sekali zat kimia yang dapat digunakan untuk menurunkan kekentalan,
mengurangi water loss, mengontrol fasa kolid yang disebut dengan surface active agent.
Zat kimia yang dapat menurunkan kekentalan dan mendispersi partikel clay biasa
disebut thiner. Thiner yang dapat menurunkan kekentalan atau mengencerkan partikel
clay diantaranya adalah :
1. Quobracho (dispersant)
2. Phosphate
3. Sodium Tannate (kombinasi caustic soda dan tannium)
4. Lignosulfonate
5. Lignite
Sedangkan zat-zat yang dapat menaikkan kekentalan antara lain :
1. C.M.C
2. Starch
3. Drispac
Zat-zat kimia tersebut diatas bereaksi dan mempengaruhi lingkungan sistem lumpur
tersebut, misalnya dengan menetralisir muatan muatan listrik clay, menyebabkan
dispertion dan lain sebagainya.

2.4 Jenis Lumpur Pemboran
Pada umumnya lumpur pemboran dibagi dalam dua sistem, yaitu lumpur bor
dengan bahan dasar air (water base mud) dan lumpur bor dengan bahan dasar minyak
(oil base mud). Lumpur bor berdasarkan fasa cairnya yaitu air dan minyak dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Water base mud
Lumpur jenis ini yang paling banyak digunakan, karena biayanya relatif murah. Lumpur ini
terbagi atas fresh water mud dan salt water mud, dan apabila dilihat dari komposisinya
lumpur ini terbagi lagi sebagai berikut :
a) Gel spud mud
Komposisinya adalah sebagai berikut :
- 20 25 lb/bbl bentonite
- 0.25 0.5 lb/bbl caustic soda
Lumpur ini digunakan pada awal pemboran dimana pemeliharaannya dengan cara
menjalankan desander dan desilter secara terus menerus selama sirkulasi lumpur.
b) Lignosulfonate mud
Lumpur ini dalah salah satu jenis fluida pemboran yang serba guna, dan dalam
prakteknya lumpur ini akan menajadi optimal bilamana beberapa syarat penting harus
kita perhatikan, antara lain :
Berat Jenis tinggi ( > 14ppg )
Tahan Panas ( 121 150
o
)
Toleransi padatan yang tinggi
Tapisan yang rendah ( < 10 cc )
Toleransi terhadap garam, anhydrite, gypsum
Tahan kontaminasi semen
Komponen dasarnya meliputi air tawar atau air asin, bentonite, Chrome Lignosulfonat,
lignite, caustic soda, CMC, atau modified Starch. Ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan di dalam penggunaan lumpur Lignosulfonat :
Sifat inhibitive akan rusak paa suhu 300
o
F
Sifat pengontrolan laju tapisan akan rusak pada temperatur 350
o
F
Pada temperatur > 400
o
F lignosulfonat akan pecah
Viscositas akan berkurang seiring kenaikan temperatur
Lignosulfonate tidak efektif dalam menstabilkan shale
Filtrat lumpur Lignosulfonat dianggap mempinya peranan merusak formasi yang
produktif
Lumpur Lignosulfonat yang sudah terkontaminasi semen akan mengental
Tergolong lumpur medium sampai berat, temperatur kerja 250 300 F, mempunyai
toleransi tinggi terhadap konsentrasi garam, anhidrit gipsum dan semen.
Komposisinya adalah sebagai berikut :
- Bentonite 20 25 lb/bbl
- Spersene 2 lb/bbl
- Xp 20 1 lb/bbl
- Barite secukupnya sesuai dengan kebutuhan
c) Polimer mud
Komposisinya adalah sebagai berikut :
- Menggunakan air tawar
- 0.25 lb/bbl soda ash
- Bentonite
- Caustic soda

d) Sea water mud
Adalah lumpur lignosulfonate yang mempergunakan prehydrated bentonite untuk dasar
pengental didalam air asin, formulasinya berkisar 2 ppb caustic soda, 1.5 ppb kapur
(lime), 2-4 ppb lignosulfonate, 1-2 ppb lignite dan larutan prehydrated
bentonitesecukupnya. Biasanya alkalinity pf 1.3-3.00 cc dijaga dengan caustic soda, pm
3.0-8.0 cc dengan kapur dan tapisan dipembuat lumpur. Konsentrasi garam dalam air
laut berkisar 30-35,000 ppm dengan berbagai ion-ion lain (Mg
+2
, Ca
+2
).
2. Oil base mud
Lumpur ini mengandung minyak sebagai fasa kontinyunya, komposisinya diatur
agar kadar airnya rendah (3-5% volume). Relatif lumpur ini tidak sensitif terhadap
contaminant. Tetapi airnya adalah contaminant karena memberikan efek negatif bagi
kestabilan lumpur ini. Untuk mengontrol viskositas, gel strength, mengurangi efek
kontaminasi air dan mengurangi filtrate loss, perlu ditambahkan zat-zat kimia.
Faedah oil base mud didasarkan pada kenyataan bahwa filtratnya adalah minyak,
karena itu tidak akan menghidratkan shale atau clay yang sensitif baik terhadap formasi
biasa maupun formasi produktif. Kegunaan terbesar dari oil base nud ini adalah pada
completion dan work over sumur. Kegunaan yang lain adalah untuk melepaskan drill pipe
yang terjepit , mempermudah pemasangan casing dan liner. Oil base mud ini harus
ditempatkan pada suatu tanki besi untuk menghindarkan kontaminasi air. Rig harus
dipersiapkan supaya tidak kotor dan bahaya api berkurang.
Kerugian penggunaan oil base mud adalah :
- dapat mengkontaminasi lingkungan terutama untuk daerah operasi offshore.
- solid kontrol sulit dilakukan bila dibandingkan dengan water base mud.
- Elektrik logging tidak dapat dilakukan.
- Biayanya relatif lebih mahal.
3. Emulsion mud
Terbagi atas oil in water emulsion dan water in oil emulsion tergantung dari fasa
apa yang terdispersi. Fungsi lumpur ini adalah untuk menambah ROP, mengurangi
filtration loss, menambah pelumasan dan mengurangi torque, dimana lumpur ini banyak
digunakan dalam directional drilling. Komposisinya adalah lumpur dasar ditambah minyak
mentah atau minyak solar 2-15% atau lumpur dengan dasar minyak ditambahkan air 24-
45% air.

2.5 Faktor Utama Dalam Pemilihan Lumpur Bor
Dalam menentukan lumpur bor yang akan digunakan dalam operasi pemboran
harus diperhatikan beberapa faktor utama untuk memilih lumpur bor tersebut, yaitu :
Bahan dasar pembuatannya air tawar, air asin dan minyak.
Sifat formasi yang akan ditembus.
Problem yang akan terjadi dan yang berhubungan dengan lumpur diusahakan sekecil
mungkin.
Dibutuhkan atau tidaknya peralatan pengontrol padatan yang efektif.
Kestabilan terhadap temperatur dan kontaminasi yang terjadi (misalnya semen, air tawar).
Pengaruh terhadap total biaya pemboran.

2.6 Pemakain Polimer Pada Lumpur Dasar Air Tawar
Pemakaian polimer pada lumpur bor adalah yang dapat berfungsi sebagai
Penggumpal ( flocculants )
Floculant berfungsi untuk mengikat cutting agar mudah dipisahkan dari
lumpur. Semua floculant tersusun dari polymer, contoh :
1. PHPA : ( Partially Hidrolized Polyacril Amide )
2. SPA : ( Sodium Poly Acrilate )
Pemecah gumpalan ( deflocculants )
Bahan ini berfungsi untuk menurunkan viscositas dan pada umumnya mempunyai
second fungtion sebagai fluid loss reducer.
Pengontrol kehilangan lumpur ( fluid loss control agent )
Bahan ini berfungsi sebagai viscofier seperti cmc dan pac polymer,
sedangkan yang berfungsi sebagai thinner adalah lignite.penggunaan formulasi yang
menggunakan polymer hendaknya memeperhatikan temperatur, karena pada umumnya
jenis jenis polymer tidak tahan temperatur tinggi.
Pengental ( viscosifier )
Viscosifier adalah bahan yang digunakan untuk menaikkan viskositas yang biasanya
mempunyai secondary fungtion sebagai fluid loss reducer.
Ada dua macam viscosifier yaitu :
Tipe clay mineral
Tipe polymer seperti XCD polymer dan guard gum polymer

Meningkatkan daya guna bentonite ( bentonite extender )
Polimer dengan anion tinggi mampu meningkatkan viskositas dan gel strength di dalam
konsentrasi padatan 4% dan konsentrasi <20 ppb. Polimer jenis ini mampu menempel
pada ujung ujung lempung dan mengembang, sehingga luas permukaan akan
bertambah dan dengan sendirinya viskositas juga akan meningkat.
Penstabil shale ( shale stabilization agents )
Bahan ini berfungsi untuk menstabilkan shale formasi agar tidak gugur kedalam lubang
bor. Dengan pola kerja adalah sebagai berikut :
Pola Coating
Bahan akan menyelimuti partikel partikel shale sehingga kontaknya dengan fluida
dapat dikurangi.
Pola Osmosa
Pada pola ini mengandalkan garam garam terlarut untuk mengabsorbsi air dari dalam
shale.
Penstabil pada suhu tinggi ( temperature stabilization )
Mengontrol rheologi lumpur pada temperatur tinggi, karena pada temperatur tinggi
lumpur biasanya akan terjadi gelation, yaitu naiknya viskositas lumpur jauh diatas normal,
jadi pada dasarnya bahan ini adalah defloculant untuk temperatur tinggi.
Mencegah korosi ( corrosion inhibitor )
Bahan ini berguna untuk mencegah terjadinya korosi pada drill string maupun pada
peralatan pengeboran lainnya.
Detergen
Detergen berfungsi untuk mencegah terjadinya balling oleh clay pada bit dan drill string.
Di samping itu juga berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan lumpur , sehingga
cutting lebih mudah diendapkan di settling pit.
Lubricant
Lubricant adalah bahan untuk mengurangi gesekan / torsi antara rangkain pipa dengan
dinding lubang dan pada umumnya di buat dari senyawa senyawa derivat fatty acid.

2.7 Kandungan Garam
Kandungan Cl ditentukan untuk mengetahui kadar garam dari lumpur. Kadar
garam dari lumpur akan mempengaruhi interprestasi logging listrik. Kadar garam yang
besar aka menyebabkan daya hantarnya besar pula. Pembacaan resistivity dari cairan
formasi akan terpengaruh. Naiknya kadar garam dari lumpur disebabkan cutting garam
yang masuk kedalam lumpur disaat menembus formasi yang mengandung garam,
dengan kata lain lumpur terkontaminasi oleh garam.

2.8 Kontaminasi Lumpur Bor
Kontaminasi adalah suatu problem yang dapat muncul dengan gejala yang
perlahan-lahan ataupun dengan segera dan cepat, dan biasanya diamati suatu fluktuasi
sifat-sifat lumpur yang tadinya normal saja menjadi naiknya yield point, naiknya daya
agar, viskositas yang berlebih dan laju tapisan yang tidak terkontrol.
Kontaminan didefinisikan semua jenis zat (padat, cairan ataupun gas) yang dapat
menimbulkan pengaruh merusak terhadap sifat-sifat fisika atau kimiawi dari fluida
pemboran. Semua jenis lumpur mempunyai satu kontaminan umum yaiut padatan berat
jenis rendah (Low Solid Gravity), baik yang berasal dari serbuk bor ataupun dari
pemakaian bentonite yang terlalu berlebihan.
2.8.1 Kontaminasi Sodium Chlorida
Kontaminasi ini terjadi saat pemboran menembus kubah garam (salt dome), lapisan
garam, lapisan batuan yang mengandung konsentrasi garam yang cukup tinggi atau
akibat air formasi yang berkadar garam tinggi dan masuk kedalam sistim lumpur. Akibat
adanya kontaminasi ini, akan mengakibatkan berubahnya sifat lumpur seperti viscositas,
yield point, gel strengt dan filtration loss. Kadang-kadang penurunan pH dapat pula
terjadi bersamaan dengan kehadiran garam pada sistim lumpur.
2.8.2 Kontaminasi Gypsum dan Anhydrit
Hanya sedikit daerah didunia dimana tidak dijumpai formasi gypsum (CaSO
4
),
pilihan yang diambil dalam mengatasi ini adalah dengan mengendapkan ion Ca
+2
atau
merubah sisitim lumpur kapur (dasar kalsium). Gejala mula-mula dari kontaminasi
gypsum adalah viskositas yang tinggi, daya agar tinggi dan laju tapisan bertambah.
2.8.3 Kontaminasi Semen
Kemungkinan untuk kontaminasi semen itu selalu ada pada setiap sumur
pemboran. Semen tidak menjadi kontaminan hanya jika fluida yang dipakai air jernih, air
garam, lumpur kalsium dan lumpur minyak. Parah atau tidaknya kontaminasi ini
tergantung pada faktor-faktor seperti konsentrasi padatan dalam lumpur dan keras atau
lunaknya semen pada lubang.
Gejala kontaminasi semen adalah viskositas yang tinggi, yield point yang abnormal, daya
agar yang besar dan tapisan yang tidak terkontrol, ini disebabkan reaksi ion Ca
+2
dari
semen dengan lempung dan tingginya pH larutan.

2.9 Sistem Lumpur Non Disperse Dengan Padatan Rendah
Sistem lumpur non dispersi dengan padatan rendah dipergunakan untuk
memperoleh laju penembusan yang lebih cepat tanpa merusak stabilitas lubang bor. Hal
ini dapat ditanggulangi dengan pemakain bahan kimiadan cara cara mekanis seperti :
- Menjaga lumpur dengan kadar padatan rendah dengan total kumulatif
dibawah 6%.
- Partikel koloid diperkecil di bawah 1 mikron.
Lumpur ini menggunakan bentonite dengan polimer untuk mencapai hasil yang
dikehendaki dan sifat kehilangan cairan yang terkontrol. Untuk pemberat lumpur ini dapat
dipakai barite.
Jika lumpur ini dibuat dengan komposisi yang tepat dan terus dipelihara maka
pemakaian dispersane atau pengencer dapat dihindarkan. Jika koloid dan keseluruhan
kandungan tetap dijaga dalam batas batas yang dapat diterima maka pengaturan sifat
sifat aliran dapat dibuat dengan memakai sistem polyacrylate.
Lumpur tersebut memberikan beberapa keuntungan diantaranya adalah dapat
memudahkan pembersihan padatan dengan kandungan rendah, meningkatkan daya
hidrolik, mempercepat laju penembusan, pemeliharaan yang mudah sehingga secara
keseluruhan membuat pelaksanaan operasi pemboran akan berjalan lebih efisien.
Pemakaian lumpur polimer non dispersi dengan padatan rendah sering digunakan
pada operasi pemboran dengan tingkat tinggi keberhasilan yang cukup tinggi. Dengan
manfaat yang terdapat dalam lumpur tersebut maka modifikasi dari lumpur ini menjadi
tipe fluida pemboran yang layak dipergunakan.
Faktor ekonomis dari pemakaian lumpur non dispersi dengan padatan rendah
menjadi salah satu faktor yang harus dipertimbagkan, terutama pada daerah dengan
kemampuan laju penembusan formasi 1 30 ft/jam. Dengan lumpur jenis ini maka laju
penembusan akan meningkat bahkan pada formasi batuan keras, sehingga dari segi
biaya pemakaian lumpur ini lebih menguntungkan.
Untuk penggunaan lumpur ini pada formasi sedang dengan laju penembusan ( 30
50 ft/jam ), didapat keuntungan pada usia pakai pahat bor, sehingga biaya pemboran
dapat lebih rendah.
Pada laju penembusan 50 75 ft/jam penggunaan lumpur ini akan memberikan
nilai keekonomisan yang cukup baik. Dengan catatan digunakannya menara bor ( rig )
yang memiliki alat pengontrol padatan untuk membersihkan serbuk bor.
Pada kondisi luar biasa dengan kecepatan penembusan 75 200 ft / jam, lumpur
polimer non dispersi ini tidak dapat dipergunakan karena akan menghasilkan serbuk bor
dalam jumlah besar.

2.10 Sistem Lumpur Dispersi
Lumpur pemboran dispersi yang paling sederhana adalah lumpur air tawar yang
tercampur hidrat lempung secara alami apabila mata bor menembus formasi. Lumpur
pemboran dispersi ini disebut juga lumpur alami dan dipakai dalam pemboran dangkal
atau untuk pemboran bagian atas dari sumur yang dalam.
Pemboran dimulai dengan sirkulasi air tawar,dimana reaksi padatan lempung
dalam formasi yang sedang di bor menjadi hidrat dan menyebar ( dispersi ). Sifat
kekentalan lumpur pemboran juga diperlukan untuk pengangkatan serbuk bor
kepermukaan.
Untuk meningkatkan viskositas, bentonite bisa ditambahkan sebagai pelengkap
lempung, dan jika peningkatan viskositas lebih cepat secara berlebihan maka lumpur
pemboran diencerkan dengan air. Pengencer ini terus berlanjut untuk tahap berikutnya
sehingga menjadi tidak praktis karena banyaknya volume lumpur yang perlu
diperhatikan.
Tahap berikutnya adalah mempertahankan dan memlihara jenis lumpur tersebut
dengan membersihkan bebrapa padatan pemboran atau serbuk bor dengan
perlengkapan mekanis dan pengolahan bahan kimia.
Senyawa fosfat, asam sodium pyrofosfat, sodium tetrafosfat merupakan zat - zat
utama yang dipakai dalam mengontrol kondisi lumpur. Pengontrolan padatan pemboran
didalam lumpur dilakukan melalui penambahan bahan kimia ( additive) pengenceran
lumpur dengan air dan peralatan pembersih padatan bor.

Keuntungan Dan Kerugian Sistem Fluida Pemboran Disperse
Keuntungan dan kerugian yang didapat dengan menggunakan sistem fluida
pemboran disperse ( Lumpur Lignosulfonate ) antara lain :
Keuntungan :
Mudah dalam pembuatan dan relatif lebih sedikit menggunakan bahan kimia.
Mempunyai efek penurunan laju penembusan ( karena memiliki banyak partikel yang
berukuran < 1 mikron ).
Sesuai untuk lumpur dengan berat jenis tinggi.
Dapat dipakai pada temperatur tinggi.

Kerugian :
Tidak dapat dipakai pada pemboran formasi batuan yang keras.
Tidak dapat dipakai pada operasi pemboran yang cepat karena terlalu banyak serbuk
bor yang dihasilkan.
Diposkan oleh Stefanus Christian di 01.16

http://stefanuschristian121190.blogspot.com/2012/11/lumpur-pemboran_1805.html

Anda mungkin juga menyukai