FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2014 KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar tanpa ada hambatan yang berarti. Makalah tentang kebersihan diri pada lansia ini kami tujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Keperawatan Gerontik pada semester genap tahun 2014. Kami mengucapkan terima kasih kepada pembimbing ruangan mata kuliah Praktik Keperawatan Gerontik yaitu Ibu Sondang Rita S.Kp., Ibu Ns. Ade Lisna, S. Kep dan Bapak Chandra yang telah membantu kami dalam memperdalam materi. Terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu memperlancar penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk proses penyempurnaan makalah kami selanjutnya. Besar harapan kami makalah ini bermanfaat baik bagi kami sebagai penyusun maupun bagi para pembaca yang budiman.
Depok, April 2014
Penyusun
i DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..i DAFTAR ISI .ii ABSTRAK iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1 1.2 Rumusan Masalah ..1 1.3 Tujuan Penulisan 2 1.4 Metode Penulisan ...2 1.5 Sistematika Penulisan .2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Kulit pada Lansia .1 2.2 Gangguan Pemenuhan Kebersihan Diri pada Lansia .4 2.3 Mekanisme Perubahan Patofisiologi Defisit Perawatan Diri..5 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Asuhan Keperawatan .11 BAB IV ANALISA KASUS DAN IMPLEMENTASI 4.1 Analisa Kasus dan Implementasi....23 BAB V KESIMPULAN & SARAN 5.1 Kesimpulan 24 5.2 Saran ..25 DAFTAR PUSTAKA 26
ii
ABSTRAK
Lansia sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis dan psikologis dari masalah kebersihan diri. Banyak gangguan kesehatan yang diderita lansia karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku. Memenuhi kebutuhan kebersihan diri pada lansia adalah suatu tindakan perawatan sehari hari yang harus diberikan kepada klien lanjut usia terutama yang berhubungan dengan kebersihan perorangan (Personal Hygiene), yaitu antara lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kepala, rambut dan kuku. Oleh sebab itu pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan status kesehatan, di mana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit. Kata Kunci: kebersihan diri, higiene, higene oral, berhias, berpakaian
iii BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan suatu kejadian yang pasti dialami secara fisiologis oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang. Menua ditandai dengan menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi. Menurunnya kemampuan sistem integumen pada lansia merupakan salah satu perubahan fisiologis yang dialami lansia. Lansia yang tinggal di komunitas seperti rumah sakit dan panti sangat rentan mengalami masalah yang berhubungan dengan sistem integumen yaitu masalah kebersihan diri dan integritas kulit. Permasalahan ini menimbulkan berbagai masalah keperawatan seperti defisit perawatan diri dan kerusakan integritas kulit. Sekitar 30% dari orang berusia 65 tahun atau lebih mengalami xerostomia (mulut kering) karena medikasi dan penyakit (Turner & Ship, 2007 dalam Miller, ). Penyebab umum lainnya adalah dehidrasi, diabetes, dan terapi radiasi pada kepala dan leher (Visnathan & Nix, 2010 dalam Miller, ). Selain itu, kemampuan kognitif lansia yang sudah mulai menurun dapat juga menyebabkan kebersihan diri pada lansia merupakan hal yang harus diperhatikan. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain : a) Bagaimana struktur kulit pada lansia? b) Apa saja gangguan pemenuhan kebersihan diri pada lansia? c) Bagaimana mekanisme perubahan patofisiologi defisit perawatan diri? d) Bagaimana pengkajian komprehensif lansia dengan masalah kebersihan diri dan gangguan integritas kulit? e) Bagaimana asuhan keperawatan pada masalah-masalah kebersihan diri dan integritas kulit pada lansia? f) Apa saja intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kebersihan diri dan integritas kulit pada lansia?
1.3 Tujuan Penulisan 1) Tujuan Umum Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan lansia khususnya lansia dengan masalah kebersihan diri dan gangguan integritas kulit. 2) Tujuan Khusus a) Mendeskripsikan struktur kulit, gangguan pemenuhan kebersihan diri, serta mekanisme perubahan patofisiologi defisit perawatan diri yang berhubungan dengan penuaan pada lansia. b) Mengidentifikasi berbagai masalah keperawatan atau gangguan kebersihan diri dan integritas kulit pada lansia. c) Menganalisis asuhan keperawatan yang dapat dilakukan untuk masalah kebersihan diri dan integritas kulit pada lansia.
1.4 Metode Penulisan Makalah ini disusun dengan metode studi pustaka. Materi diambil dari penelusuran berbagai literatur baik dari buku maupun internet. Selain itu makalah dibuat berdasarkan kasus yang dihadapi dan ditangani kelompok pada klien langsung di rumah sakit H. Marzoeki Mahdi Bogor pada hari Senin sampai Jumat tanggal 21-25 April 2014.
1.5 Sistematika Penulisan Makalah ini terdiri dari empat bab. Bab I berisi pendahuluan, bab II berisi tinjauan pustaka yaitu materi dan penjabaran dari rumusan masalah, bab III asuhan keperawatan, bab IV analisis masalah kebersihan diri dan integritas kulit pada lansia, dan diakhiri dengan bab V berisi kesimpulan dan saran.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Pemenuhan Kebersihan Diri pada Lansia Menurut Potter Perry (2005) menyebutkan bahwa Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.Sedangkan defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemmpuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi, berpakaian atau berhias, makan, dan buang air kecil atau besar (toileting). Tanda dan gejala dari defisit perawatan diri diantaranya seseorang mengalami masalah mandi. Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh serta masuk dan keluar mandi. Masalah berhias juga mengalami gangguan seperti seseorang mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongam pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Seseorang juga tidak dapat menggunakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan kancing baju, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, dan sebagainya. Pada masalah makan, seseorang tidak mampu menelan makanan, menangani alat-alat makanan, mengunyah makanan, mendapatkan makanan, memanipulasi makanan ke dalam mulut, mengambil gelas, serta mencerba cukup makanan dengan aman. Masalah toileting, seseorang mempunyai keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toilrting serta membersihan diri setelah buang air kecil atau buang air besar dan emnyiram toilet atau kamar kecil. Menurut Depertemen Kesehatan (2000), ada tiga tanda dan gejala klien mengalami defisit perawatan diri yaitu fisik seperti badan baum pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor disertai mulut bau, penampilan tidak rapi. Tanda yang kedua yaitu psikologis seperti malas (tidak ada inisiatif), menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. Sedangkan tanda dan gejala yang ketiga yaitu sosial, seperti interaksi sosial kurang, kegiatan sosial kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma, cara makan tidak teratur, BAK dan BAB pada sembarang tempat. Defisit perawatan diri merupakan masalah yang penting dan biasanya terjadipada lansia. Maka dari itu, hal utama yang perlu diperhatikan adalah perawatan diri lansia. Lansia perlu mendapatkan perhatian dengan mengupayakan agar lansia tidak bergantung kepada orang lain, dengan kata lain dapat mandiri. Menurut Potter & Perry (2005) menyatakan bahwa sikap seseorang melakukan perawatan diri dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti citra tubuh, praktik sosial, status sosioekonomi, pengetahuan, variabel kebudayaan, pilihan pribadi, dan kondisi fisik. Miller (2012) menjelaskan bahwa defisit perawatan diri juga dipengaruhi oleh pengabaian lansia dari keluarga maupun di rumah sakit. Selain itu juga, abuse pada lansia juga mempengaruhi tingka perawatan diri pada lainsia.Sehingga, perawat seharusnya dapat mengkaji penyebab dari defisit perawatan diri pada lansia. 2.2 Etiologi Defisit Perawatan Diri Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut: a. Kelelahan fisik b. Penurunan kesadaran Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah : a. Faktor prediposisi Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. b. Faktor presipitasi Faktor presiptasi dari defisit perawatan diri adalah kurangnya motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami klien sehingga menyebabkan klien kurang mampu melakukan perawatan diri.
2.3 Faktor yang MempengaruhiKebersihan Diri pada Lansia Menurut Depkes (2000: 59) faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan diri adalah: a. Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. b. Praktik Sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. c. Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. d. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada klien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. e. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. f. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain. g. Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. 2.4 Mekanisme Perubahan Patofisiologi Defisit Perawatan Diri Bau badan, kebersihan yang kurang baik, baju yang tidak layak dapat berhubungan dengan beberapa kondisi seperti inkontinensia, masalah kognitif, sumber penghasilan yang kurang, kurangnya tanggung jawab dari pemberi asuhan, masalah penglihatan dan penciuman, serta masalah yang berhubungan dengan susahnya melakukan aktivitas mandi seperi lumpuh dan lain-lain (Miller, 2012). Semua kondisi di atas dapat merupakan masalah yang banyak terjadi pada lansia terutama yang berkaitan dengan kebersihan diri. Kebersihan diri mempengaruhi rasa aman dan nyaman. Pada umumnya, orang dengan kesehatan yang baik tidak akan mengalami hambatan dalam masalah kebersihan diri. Lain halnya dengan orang dengan penyakit atau keterbatasan tertentu yang terkadang membutuhkan bantuan dalam menjaga kebersihan diri (Potter & Perry, 2005). Hal tersebut banyak dialami oleh lansia berkaitan dengan penurunan beberapa fungsi organ sesuai dengan pertambahan usia sehingga beberapa diantara mereka merasa kesulitan dalam hal menjaga kebersihan diri. Masalah kebersihan diri tidak lepas dari pengetahuan yang dalam mengenai anatomi dan fisiologi dari kulit, rongga mulut, mata, telinga dan hidung (Potter & Perry, 2005). 1. Kulit Kulit merupakan sebuah organ aktif yang berfungsi untuk proteksi, sekresi, ekskresi, regulasi suhu dan sensasi.Kulit dan sel mukosa melakukan pertukaran oksigen, nutrisi dan cairan dengan pembuluh darah (Potter & Perry, 2005). Sel yang mendapatkan nutrisi, hidrasi dan sirkulasi yang adekuat akan menghasilkan struktur dan fungsi yang normal dari jaringan tubuh itu sendiri.Akan tetapi lain halnya dengan lansia, berkurangnya elastisitas kulit berdampak pada kulit yang menjadi kering. Hal tersebut diperparah dengan kondisi beberapa lansia yang terkadang susah untuk mandi yang disebabkan oleh masalah kognitif seperti demensian ataupun fisik seperti lumpuh. Kondisi kulit kering ini akan menghasilkan bentuk kulit yang nantinya bersisik yang terkadang juga disertai dengan rasa gatal. 2. Kaki, tangan dan kuku Kaki, tangan dan kuku mempunyai peranan yang penting dalam hal menjaga kebersihan diri seseorang.Adanya cedera ataupun luka pada kaki, baik di dalam ataupun di luar dapat mengakibatkan rasa sakit yang menghambat kemampuan berjalan dan menyanggah tubuh klien (Potter & Perry, 2005). Hal ini akan sangat berpengaruh dalam hal kebersihan diri yang mengharuskan adanya mobilisasi dari klien itu sendiri, seperti mandi, buang air besar dan buang air kecil. Tangan merupakan organ yang sangat tinggi tingkat ketangkasannya.Kemampuan tangan dalam menggenggam di antara sela- sela jari sangat bermanfaat bagi lansia untuk melakukan aktivitas- aktivitas kebersihan diri seperti mandi dan lain-lain.Akan tetapi, masalah yang dapat menghambat pergerakkan jari-jari tangan seperti rasa sakit dan inflamasi pada sendi dapat menghambat kemampuan dalam melakukan aktivitas tersebut secara mandiri (Potter & Perry, 2005). Kuku merupakan jaringan epithelial yang tumbuh dari akar bantalan kuku.Walaupun merupakan bagian yang pada dasarnya tidak terlalu menonjol, kebersihan kuku sangat berpengaruh pada kebersihan diri yang dialami oleh lansia (Potter & Perry, 2005).Contoh kasus yang sering terjadi adalah jari-jari dengan kuku yang kotor tersebut sangat sering digunakan lansia untuk makan sesuatu. 3. Rongga mulut Rongga mulut merupakan salah satu organ pencernaan yang banyak terdapat organ-organ lain diantaranya seperti gigi dan lidah. Gigi yang sehat akan memudahkan seseorang untuk mengunyah sehingga proses pencernaan makanan pun dapat berjalan dengan baik. Sebaliknya, masalah yang terdapat pada rongga mulut mengakibatkan masalah pencernaan (Potter & Perry, 2005).Kasus yang biasanya sangat sering dialami oleh lansia adalah bau mulut.Kondisi anggota gerak lansia yang terkadang mengalami masalah menjadi salah satu dampak terjadinya bau mulut tersebut. Gangguan mobilisasi menjadikan lansia susah untuk mencapai kamar mandi yang akhirnya menjadi jarang untuk menggosok gigi sehingga terjadi penumpukan kotoran pada gigi yang berakhir dengan bau mulut. 4. Rambut Pertumbuhan, distribusi dan bentuk rambut mengindikasikan status kesehatan dari seseorang.Perubahan 12eficit, stress fisik dan emosional, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu dapat mempengaruhi bentuk dari rambut itu sendiri.Perubahan pada warna rambut dapat disebabkan oleh hormonal dan 12 eficit nutrisi dari folikel rambut (Potter & Perry, 2005).Perubahan-perubahan tersebut umumnya banyak terjadi pada lansia karena faktor fisiologis. Akan tetapi lain halnya, apabila masalah rambut dikaitkan dengan 12eficit perawatan diri yang biasanya terjadi pada lansia. Jarangnya intensitas lansia keramas dengan benar, baik itu ditimbulkan dari masalah susahnya mobilisasi ataupun jari-jari tangan yang kaku sehingga sangat susah untuk keramas secara mandiri. 5. Mata, telinga dan hidung Perubahan-perubahan terkait masalah yang berdampak terhadap kebersihan diri juga terlihat pada alat indra dari lansia. Pada mata, penglihatan yang tidak setajam biasanya menjadikan lansia susah untuk melihat benda-benda atau kotoran-kotoran kecil yang terdapat di sekitarnya, atau bahkan di bagian tubuhnya seperti lipatan kulit dan sebagainya. Begitu juga dengan telinga, perubahan normal yang terkait dengan kebersihan diri adalah adanya penumpukan serumen dalam telinga yang mengakibatkan telinga tampak tidak bersih.Selanjutnya hidung juga mengalami penurunan fungsi berupa berkurangnya kepekaan terhadap bau. Pengurangan kepekaan ini menjadikan lansia bahkan tidak terlalu sadar akan aroma badannya sendiri (Potter & Perry, 2005). Lansia selain mengalami masalah dari segi kebersihan secara fisik, beberapa dari mereka juga mengalami masalah dari segi aroma yang terkadang tercium bau pesing.Pada umumnya penyebab adanya bau pesing tersebut memang disebabkan oleh terjadinya inkontinensia pada lansia yang menyebabkan tidak sempatnya waktu untuk mencapai kamar mandi. Akan tetapi, ada pula penyebab lain yang juga menyebabkan masalah bau pesing di lingkungan lansia adalah perubahan fisiologis pada kandung kemih, yaitu berupa penurunan kapasitas kandung kemih yang mengakibatkan kandung kemih menjadi cepat penuh. Kondisi inilah yang akhirnya menjadikan lansia harus sering bolak-balik kamar mandi dan akan diperparah dengan adanya inkontinensi urin (Potter & Perry, 2005).
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Kasus Seorang wanita lansia, ibu EY berusia 60 tahun dirawat di rumah sakit X tercium baru kurang sedap dari tubuhnya. Tampak telinga, mata, dan mulut terdapat kotoran. Rambut hitam, lebat, merata namun berkutu dan banyak telurnya. Bajunya tampak kotor dan bau serta dipakai double. Menurut petugas, setiap hari sudah dibantu untuk memenuhi kebutuhan kebersihan seperti mandi dan sudah diingatkan untuk memelihara kebersihan dirinya. Diajak bicara jawabnya inkoheren, klien dapat memulai pembicaran terlebih dahulu, dan bercerita panjang dan terus menerus. Kulit kering dan kasar, turgor kulit yang berkurang, keriput, dan ada lesi di siku kanannya kulit dan mudah mengelupas.
Pengkajian Data Umum Nama : EY Jenis Kelamin : Perempuan Tgl Lahir : 4 Februari 1954 Umur : 60 tahun Status Perkawinan : Kawin Agama : Islam Pendidikan Terakhir : D3 Pekerjaan terakhir : Ibu rumah tangga Alamat Rumah : Patung Bingung, RT 04 RW 03, Pancoran Mas, Depok No. MR : 00.02.43 Ruangan : Saraswati Status Pasien : Self care Ruang rawat : Ruang Saraswati, RS dr.Marzoeki Mahdi, Bogor Alasan Dirawat Ibu E suka keluyuran, mondar-mandir, tertawa-tertawa sendiri, berbicara sendiri Pengalaman Tidak Menyenangkan Pernah patah hati dengan pacarnya, sudah bertunangan namun ditinggalkan, dijodohkan oleh orang lain yang menjadi suaminya namun ditinggalkan saat hamil dua bulan. Genogram
Keterangan: Klien anak ke empat dari delapan bersaudara, kakak ketiga mengalami sakit jiwa namun berobat jalan. Pengambil keputusan kakak sulung klien. Komunikasi di dalam keluarga baik. Masalah Kesehatan yang Dirasakan Sekarang Gatal-gatal dan luka di bagian siku, perilaku mondar-mandir, ketika di ajak bicara lama kelamaan inkoheren, bau mulut, gigi kuning dan terdapat banyak sisa-sisa makanan, kulit kering dan pecah-pecah di bagian kaki, rambut berkutu dan berantakan. Diagnosa Masuk Schizophrenia Paranoid Perjalanan Penyakit 1 April 2014 Ibu E diterima dari poli psikiatri, di antar oleh petugas dan keluarga menyetujui untuk dirawat, kondisi umum relatif tenang, cukup kooperatif, masih dapat diarahkan, berbicara-bicara dan tertawa sendiri, setelah dikaji klien halusinasi pendengaran. Selain itu klien juga memiliki panyakit DM tipe dua dengan pemeriksaah gula darah sewaktu 158 mg/dl.
Keadaan Umum
No. Pengkajian Fisik Hasil Pengkajian 1. Biologis Pola makan: Makan 3 kali sehari, sering makan pop mie setelah makan sore, dan makan- makanan ringan. Pola minum: Jarang minum, minum hanya ketika haus atau di ingatkan Kebersihan diri: Mampu melakukan sendiri (mandiri) namun harus di ingatkan dan di bimbing Jarang mandi, hygiene, dan hygiene oral, tubuh terlihat kusam, gigi kotor dan bau tidak sedap, telinga kotor, pakaian bersih dan kotor bercampur, sering menggunakan lebih dari satu baju. 2. Psikologis Keadaan emosi: Sering bercerita tidak jelas, tertawa dan bicara sendiri Perilaku mondar-mandir Halusinasi pendengaran Terkadang marah jika di ingatkan tentang baju yang di gunakan Sering telanjang ketika dikamar 3. Sosial Dukungan keluarga: Tidak ada Hubungan antar penghuni: Mampu berinteraksi dengan sesame penghuni ruang saraswati Hubungan dengan orang lain: Mampu berinteraksi dengan orang lain secara baik 4. Spiritual/ Kultural Pelaksanaan Ibadah Terkadang mengaku beragama Kristen, terkadang sholat satu kali sehari karena malas Keyakinan tentang kesehatan Merasa sakit jantung dan saat ini sedang hamil, terkadang merasa anggota badan nya hancur 5. Aktivitas / istirahat
Gejala (Subyektif): Pekerjaan: ibu rumah tangga Pola tidur: tidak bisa tidur, sering mondar-mandir, terbangun jam 2 pagi. Tanda (obyektif): Respon terhadap aktivitas yang teramati: Kardiovaskuler: irama jantung regular, kualitas kuat Pernafasan: rr 20 x/menit, tidak memakai alat bantu pernapasan Status mental: pasien tenang, halusinasi pendengaran, tertawa dan bicara-bicara sendiri, mondar-mandir, terkadang marah tanpa sebab yang jelas Massa tonus otot sebanding secara bilateral ekstremitas atas, area kiri dan kanan bawah baik. Tremor: tidak ada Rentang gerak: aktif 6. Sirkulasi Gejala (subyektif): Tidak ada riwayat hipertensi, mengaku mempunyai masalah jantung, memiliki riwayat DM Tanda (obyektif): TD: 120/70 mmHg Nadi perifer + : 82 x/menit Nadi Jugularis: + Kualitas nadi: kuat Bunyi Jantung: I dan II normal, gallop - , murmur Suhu: 35,8 o C Ekstremitas: akral hangat Warna membrane mukosa merah, bibir merah kecoklatan, konjungtiva pucat -/- Kepala normosefal 7. Respirasi Gejala (subyektif): Tidak merokok Irama: reguler, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, napas normal Tanda (obyektif): Pernafasan: 20 x/menit Bunyi nafas: vesikuler Kedalaman: sedang, biasa Simetris: kiri dan kanan Ronchi: -/- Wheezing: -/- 8. Eliminasi Gejala (subyektif): Abdomen membuncit, shifting dullness (-) BAB keras dan sulit Toileting: mandiri BAK normal, kurang lebih 4 kali sehari 9. Mobilisasi Tanda (obyektif): Bentuk tubuh : sedikit membungkuk dan condong kedepan Tulang : tidak ada masalah Sendi : sendi kaki dan tangan tidak terasa sakit susunan ruas tulang belakang kyphosis (membungkuk) Tonus otot
5555 5555 5555 5555
Rentang gerak: aktif TB: 148 cm BB: 50 kg 6. Reproduksi Gejala (subyektif): Klien mengatakan saat ini sedang hamil Tanda (obyektif): Klien sudah lansia, 60 tahun dan sudah menopause Bentuk putting payudara masuk kedalam
Kebersihan Perorangan Kepala Rambut : hitam, kotor, bau, berkutu dan kusam Mata : normal, simetris, kotor (belekan), terdapat warna selaput putih di iris mata Hidung : simetris, bersih Mulut : gigi kotor, banyak terdapat sisa-sisa makanan, warna gigi kuning, tercium bau tidak sedap Telinga : kotor, banyak serumen Leher : bersih Dada/thorax : simetris, dada bersih Abdomen : membuncit, terlihat bersih Musculoskeletal : kaki dan tangan bersih, terdapat luka di siku tangan kanan, kulit kaki kering, dan bintik-bintik merah di bagian paha kaki
Keadaan lingkungan sekitar Tercium bau tidak sedap, suasana gaduh oleh klien lain Obat/ terapi medis: Risperidone : 2 x 2 mg Olandoz : 1 x 1 mg (M) Clozapine : 1 x 25 mg (M) Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Hb 12,4 gr/dl 11-16,5 Hematokrit 37 % 35-45 Eritrosit 4,3 Juta/uL 4-5 Leukosit 6550 /mm 3 4.000-10.000 Trombosit 270000 /mm 3 150.000-450.000 Gula Darah Sewaktu 158 mg/dl < 140
BBT (Berg Balance Test) Skor 56, menunjukan bahwa klien Ibu E normal (form terlampir).
MMSE (Mini Mental Self Examination) Skor 30, menunjukan bahwa klien normal (form terlampir)
Analisa Data dan Masalah Keperawatan No Data Masalah Keperawatan 1 Data Objektif: Pakaian klien tampak kotor Klien tampak kotor, rambut berketombe, dan berkutu, kulit kering. Tercium bau tidak sedap ketika berdekatan. Data Subjektif: Enggan untuk mandi karena perlengkapan mandinya hilang Badannya sering gatal-gatal Deficit perawatan diri mandi/ hygiene 2 Data Objektif: Pakaian klien tampak kotor Tercium bau tidak sedap ketika berdekatan Rambut berantakan dan bau Data Subyektif: bajunya takut hilang jika dicuci bersamaan dengan yang lain sehingga idak memiliki baju bersih Deficit perawatan diri berhias/ berpakaian 3 Data Objektif: Kerusakan integritas kulit Terdapat lesi kulit bersisik di siku tangan kanan klien Terdapat bintik-bintik merah di kulit paha klien Kulit betis terlihat bersisik dan kering Data Subjektif sering merasa gatal
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI MANDI/ HYGIENE Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional Defisit Perawatan Diri: Mandi/ Hygiene Definisi: Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/aktivitas perawatan diri untuk diri sendiri. (NANDA, 2012) Data Objektif: Pakaian klien tampak kotor Klien tampak kotor, rambut berketombe, dan Tujuan Umum: Setelah diberikan asuhan keperawatan 1x45 menit klien dapat melakukan upaya kebersihan diri: mandi, hygiene, hygiene oral
Tujuan Khusus: Setelah diberikan asuhan keperawatan 1x15menit klien dapat: 1. Membina hubungan saling percaya 2. Mengenali pentingnya menjaga kebersihan diri yaitu mandi Klien dapat melakukan upaya perawatan kebersihan diri yaitu mandi dengan benar
Klien menunjukan ekspesi bersahabat dengan tersenyum atau membalas sapaan Klien bercerita tentang keluhannya Klien mengetahui pentingnya menjaga kebersihan diri 1. Beri salam dan sapaan dengan baik, lembut dan sopan 2. Bina hubungan saling percaya 3. Perkenalkan nama dan tujuan interaksi 4. Tanyakan nama klien 5. Tanyakan perasaan klien 6. Memberikan kontrak waktu 7. Melatih klien cara-cara perawatan kebersihan diri yang meliputi: a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri. b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri (mandi, hygiene, hygiene oral) Rasa saling percaya adalah cara untuk memfasilitasi ekspresi dan pikiran/perasaan secara terbuka
Mengenali pentingnya menjaga kebersihan diri memberikan motivasi bagi klien untuk melakukan kebersihan diri. Kebersihan mata dan berkutu, kulit kering. Tercium bau tidak sedap ketika berdekatan. Data Subjektif: Enggan untuk mandi karena perlengkapan mandinya hilang Badannya sering gatal-gatal
3. Membimbing klien untuk melakukan upaya kebersihan diri yaitu mandi, hygiene, dan hygiene oral termasuk kebersihan mata, gigi dan area genitalia. Klien menyatakan kemampuan dan kenyamanan untuk melakukan mandi dengan benar Klien terbebas dari bau badan d) Melatih klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri (mandi, hygiene, hygiene oral) 8. Kolaborasi dengan petugas untuk mengontrol keadaan perlengkapan mandi dan perawatan gigi serta kamar mandi bagi klien. 9. Kolaborasi dengan petugas untuk membuat jadwal aktifitas harian 10. Berikan motivasi bagi klien untuk mandi secara mandiri apabila sudah mampu 11. Berikan pujian bagi klien apabila termotivasi untuk melakukan mandi secara tepat dan mandiri 12. Tetap perhatikan klien jika mulut merupakan bagian yang penting dalam melakukan upaya kebersihan diri.
Dengan melibatkan petugas akan mempermudah klien untuk mendapatkan perawatan dengan cepat dan tepat
Pemberian pujian akan meningkatkan motivasi klien untuk melakukan perawatan butuh bantuan ketika mandi kebersihan diri dengan tepat
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI BERPAKAIAN DAN BERHIAS Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional Defisit Perawatan Diri: Berpakaian dan berhias Definisi: Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri. (NANDA, 2012) Data Objektif: Pakaian klien tampak kotor Tercium bau tidak Tujuan Umum: Setelah diberikan asuhan keperawatan 1x45 menit klien dapat melakukan upaya kebersihan diri: Berpakaian dan berhias
Tujuan Khusus: Setelah diberikan asuhan keperawatan 1x15 menit klien dapat: 1.Mengenali pentingnya Klien dapat melakukan upaya perawatan kebersihan diri yaitu berpakaian dan berhias Klien menjaga kebersihan berpakaian Klien mampu mengenali keadaan dimana dirinya harus mengganti pakaian dengan yang bersih Kolaborasi dengan petugas untuk menggunting kuku. 1. Diskusi dengan klien mengenai pentingnya menjaga kebersihan berpakaian 2. Anjurkan klien untuk mengganti pakaian 2 kali sehari atau ketika kotor/basah 3. Berikan kesempatan bagi klien untuk memilih pakaian kesukaan 4. Latih klien Klien mengetahui manfaat menjaga kebersihan diri untuk berpakaian dan akibat dari tidak menjaga kebersihan berpakaian Dengan membiasakan klien untuk mengganti pakaian 2 kali sehari bisa mencegah timbulnya bau tidak sedap dan penumpukan kotoran di badan sedap ketika berdekatan Rambut berantakan dan bau Data Subyektif: bajunya takut hilang jika dicuci bersamaan dengan yang lain sehingga idak memiliki baju bersih
menggunakan pakaian bersih 2.Membimbing klien untuk berpakaian dengan benar, sesuai dengan lingkungan sekitar (waktu, suhu dan cuaca) 3.Membimbing klien untuk berpakaian yang bersih dan berhias secara mandiri Klien dapat memilih pakaian kesukaan Tersedia jumlah pakaian bersih yang memadai bagi klien Klien dapat berpakaian dan berhias dengan mandiri
berdandan/berhias meliputi : berpakaian, menyisir rambut, dan berhias 5. Anjurkan klien untuk menyisir rambut dan menggunakan sandal 6. Beri pujian ketika klien berhasil berpakaian dengan baik dan bersih 7. Kolaborasi dengan petugas untuk membantu klien memotong kuku 8. Kolaborasi dengan petugas untuk membantu memisahkan pakaian klien dengan penghuni yang lainya Memberikan motivasi berpakaian dan berhias pada klien dengan memilih pakaian kesukaan
Dengan memisahkan pakaian klien dengan yang lainya akan mengatur jumlah pakaian bersih yang dimiliki klien. setelah baju di cuci
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisis Kasus dari Kajian Teori Defisit perawatan diri merupakan kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi, berpakaian atau berhias, makan, dan buang air kecil atau besar (toileting). Pada kasus, Ibu E mengalami defisit perawatan diri hygiene/ mandi dan berpakaian atau berhias. Ibu E mengalami DPD hygiene/ mandi dan berpakaian atau berhias dilihat dari tanda dan gejala yang ada pada Ibu E, diantaranya: Ibu E tidak mampu dalam membersihkan badan, badan bau, pakaian kotor, rambut berkutu dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor disertai mulut bau, penampilan tidak rapi. Selain itu, Ibu E selalu merasa bahwa peralatan mandinya hilang. DPD hygiene/ mandi dan berpakaian/ berhias pada Ibu E lebih disebabkan oleh faktor psikologis seperti gangguan presepsi sensori: halusinasi serta rasa malas (tidak ada inisiatif) untuk mandi, kurangnya dukungan dari pasien lain yang seruangan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya yang masih kurang. Hal ini karena berpengaruh terhadap kemampuan Ibu E dalam melakukan kebersihan diri karena situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. Defisit perawatan diri merupakan masalah yang penting dan biasanya terjadi pada lansia. Maka dari itu, hal utama yang perlu diperhatikan adalah perawatan diri lansia. Lansia perlu mendapatkan perhatian dengan mengupayakan agar lansia tidak bergantung kepada orang lain, dengan kata lain dapat mandiri terutama lansia dengan gangguan jiwa. Klien lansia dengan gangguan jiwa mempunyai kemampuan realitas yang kurang sehingga menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri termasuk di antaranya kebersihan dirinya. Status kesehatan Ibu E masih dalam tingkatan selfcare dan mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri. Verbal Ibu E lama-kelamaan menjadi inkoheren ketika di ajak bicara, namun perilaku masih bisa diarahkan sehingga perawat masih dapat mengajarkan cara menjaga kebersihan diri baik mandi/hygiene maupun perawatan diri berpakaian/ berhias. 4.2 Hambatan yang ditemui Hambatan yang ditemui saat melakukan intervensi keperawatan terhadap Ibu E yaitu pembicaraan klien yang lama-lama inkoheren, seringkali tidak sesuai dengan topik yang dibicarakan, tidak fokus dan mudah terdistraksi sehingga perawat harus memberikan instruksi atau pertanyaan yang sama berulang-ulang agar klien mengerti. Klien terkadang tampak tidak suka dan marah saat perawat menanyakan atau menyatakan hal yang sama berulang kali, sehingga dalam menyampaikan pertanyaan ataupun instruksi harus dilakukan dengan pendekatan tertentu, dan memakan waktu lebih lama. Ibu E terkadang marah tanpa sebab yang jelas dan tidak mau melakukan instruksi perawat sehingga perawat harus membujuk Ibu E berulangkali. Pelaksanaan tindakan keperawatan pun seringkali tidak tercapai sesuai dengan rencana yang telah dibuat perawat dan klien tidak ingat untuk melaksanakan tindakan yang sudah dijelaskan perawat secara mandiri. Perawat tetap harus mengawasi dan melatih Ibu E untuk mandi, sikat gigi, keramas, dan berhias/berdandan. Hambatan lainnya yang ditemui yaitu Ibu E selalu bilang bahwa peralatan mandinya hilang, padahal di kamar mandi sudah tersedia peralatan mandi dan juga ada yang di simpan di lemari yang disediakan untuk peralatan mandi pasien, namun Ibu E tidak mau meminta kepada perawat ruangan. Namun, peralatan mandi yang tersedia hanya sedikit, misalnya sikat gigi, sikat yang ada di kamar mandi hanya ada dua atau tiga saja sehingga penggunaan alat sikat gigi digunakan secara bersama-sama secara bergantian. Meskipun disediakan peralatan mandi sesuai jumlah, seringkali peralatan mandi hilang. Kamar mandi yang digunakan pun hanya satu, sehingga pasien harus bergantian mandinya dan membutuhkan waktu lama. Ibu E juga sulit di atur dalam memisahkan pakaian bersih dan kotor karena Ibu E takut kehilangan pakaianya. Hal ini memang disebabkan pakaian kotor Ibu E akan bercampur dengan pasien lain sehingga seringkali hilang. 4.3 Solusi Strategi yang perlu diterapkan pada klien Ibu E adalah dengan pendekatan yang sebentar namun sering dan fokus pada masalah. Perawat ruangan harus tetap berulangkali mengingatkan Ibu E untuk mandi, sikat gigi, berdandan/ berhias. Selain itu pakaian milik Ibu E perlu diberi nama dan ruangan Ibu E dirawat sehingga ketika baju di cuci bersama baju pasien lain tidak tertukar atau hilang. Ibu E masih dapat membaca dan mampu membuat jadwal kegiatan harian, oleh karena itu perlu dibuat jadwal harian yang di temple di dekat tempat tidur Ibu E sehingga Ibu E dapat melihat jadwal tersebut dan mampu melakukan secara mandiri. Selain itu perlu di buat daftar ceklis kegiatan perawatan diri yang harus dilakukan Ibu E, misalnya jika Ibu E sudah mandi dengan langkah-langkah mandi yang benar, maka daoat di ceklis. Hal ini di upayakan untuk memandirikan Ibu E dalam melakukan perawatan diri hygiene mandi dan berhias/ berpakaian.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Lansia yang tinggal di rumah sakit rentan dengan permasalahan kebersihan diri yang dapat menyebabkan gangguan integritas kulit. Lansia mengalami perubahan integritas kulit dikarenakan proses penuaan yang dialaminya. Proses penuaan mempengaruhi stratum korneum, lapisan epidermis, lapisan dermis, jaringan subkutan, saraf-saraf kulit, kelenjar sebasea dan rambut. Perubahan pada sistem tersebut diantaranya menyebabkan lansia mengalami kulit kering dan kasar, kulit yang mudah mengelupas, turgor kulit yang berkurang, keriput, kulit yang mudah terinfeksi dan lambat dalam proses penyembuhan. Pada kasus yang kelompok kami bahas, terdapat diagnosa utama yang muncul yaitu defisit perawatan diri: mandi/hygiene; berpakaian/berhias. Diagnosa defisit perawatan diri: mandi/higiene dan berpakaian/berhias diangkat dari data adanya kotoran di mata dan telinga klien walaupun sudah mandi dan terciumnya bau tidak sedap dari tubuh klien. Selain itu mulut klien juga tercium bau mulut. Data lain terdapat adanya kutu dan telur kutu di rambut klien, rambut klien acak-acakan, pakaian klien kurang sesuai digunakan, klien sering berganti pakaian, klien tidak menggunakan bra, dan sering memakai baju berlebih 2-3 pakaian sekaligus.
Impelementasi defisit perawatan diri: mandi/higiene dan berpakaian/berhias yang telah dilakukan kelompok diantaranya: Memotivasi ibu E untuk dapat mandi sendiri Mengasistensi ibu E saat mandi. Membersihkan kotoran telinga dengan cotton bud dan daun telinga dengan baby oil Menggunting kuku tangan dan kaki Membersihkan rambut dari kutu dan telurnya menggunakan obat penghilang kutu dan keramas menggunakan sampo Mengajarkan teknik menyikat gigi yang benar dan mengajarkannya menyimpan benda milik dirinya sendiri agar tidak lupa dan dikatakan hilang Membenarkan cara memakai handuk yang benar Mengajarkan menggunakan bra Memotivasi memakai bedak mandiri Memotivasi menyisir rambut ibu E secara mandiri Menyarankan kepada ibu E agar tidak memakai baju lebih dari satu Mengingatkan ibu E agar memakai sandal dengan benar
5.2 Saran 5.2.1 Rumah Sakit 1. Modifikasi lingkungan: a. Lantai Pastikan lantai kering dan rata Penggunaan karpet non-slip dan tidak mudah bergeser sehingga risiko jatuh terhindari Penggunaan karpet non-selip di depan wastafel Terdapat warna pemisah (menggunakan selotip) antara ruang yang berbeda. Misal antara kamar tidur dan kamar mandi terdapat warna pemisah merah. Pastikan tidak ada lantai berundak. Jika ada yang berundak, tambahkan semen sehingga bentuknya menjadi seperti tanjakan. b. Furniture Petugas kesehatan memastikan kekontrasan warna pada setiap perabot berbeda untuk memudahkan lansia mengambil benda/barang c. Kamar mandi Memasang pegangan tangan di kamar mandi Memasang dan memastikan tempat gangtungan handuk dan peralatan mandi terpasang dengan kuat Menganjurkan menempatkan keset karet di kamar mandi Menganjurkan menempatkan keset kering di depan pintu kamar mandi d. Tempat tidur Menganjurkan tempat tidur untuklansia berada di lantai dasar sehingga tidak terlalu sering turun naik kasur Meletakkan kasur di atas lantai untuk mengurangi risiko jatuh dari tempat tidur Menyediakan kursi dengan pegangan yang kuat untuk lansia saat dipakai duduk saat berpakaian. 5.2.2 Akademik Pembimbing dapat hadir minimal satu kali dalam seminggu Pembimbing dapat mengetahui perkembangan mahasiswa baik tatap muka maupun via online serta memberikan feedback yang baik 5.2.3 Perawat melatih sifat lebih sabar dalam merawat lansia ditambah dengan gangguan jiwa Melatih sifat peka terhadap sikap yang ditunjukkan maupun yang tidak ditunjukkan lansia Lebih waspada terutama pada malam hari karena risiko jatuh lebih tinggi Lebih waspada terhadap klien lansia yang keluyuran. Saran menambah perawat atau menambah kewaspadaan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. (2000). Standar Pedoman Perawatan jiwa. Juniarti, Nety. Kurnianingsih, Sari. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik, Ed. 2 (Gerontological Nursing: A health promotion/protection approach 2 nd ). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Miller, C. A. (2012). Nursing for Wellness in Older Adults: Theory and Practice.6 th
Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Miller, C.A. (2004). Nursing for wellness in older adult: theory and practice (4 th
Edition). Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. NANDA Internasional. (2012). Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012- 2014. Jakarta: EGC Stanley, M., dan Beare, P.G. (1999). Gerontological nursing: a health promotion/protection approach (2 nd Edition). Philadelphia: F.A. Davis Company. Tamher & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Catatan Perkembangan (Caper) Senin, 21 April 2014 No. Dokumentasi keperawatan Evaluasi
DS: - Engga mau mandi karena perlengkapan mandi hilang - Badan sering gatal-gatal DO: - Pakaian klien tampak kotor - Rambut acak-acakan dan tekstur keras - Klien tampak kotor, telinga kotor, rambut berkutu, bau mulut - Tercium bau tidak sedap ketika berdekatan Dx Defisit Perawatan Diri: Mandi/Higiene; berpakaian/berhias;
Implementasi: - Memberi salam dan sapaan dengan baik, lembut, dan sopan - Membina hubungan saling percaya - Memperkenalkan nama dan tujuan - Menanyakan nama klien - Menanyakan perasaan klien - Melakukan pengkajian umum - Membersihkan kotoran telinga - Membantu dan mendampingi klien berganti pakaian - Membantu memakaikan bra S: menyebutkan tidak bisa membersihkan kotoran telinga sendiri, berkata tidak bisa memakai bra, perkataan sering inkoheren, O: - Wajah cerah bertemu perawat baru, tersenyum - Mau berkenalan - Ada kontak mata - Menerima kehadiran perawat - Bersedia menceritakan perasaannya
A: masalah teratasi sebagian P: sikat gigi
RTL - Mengkaji penyebab tidak merawat diri - Mengajarkan manfaat perawatan diri - Mengajarkan tanda-tanda bersih dan rapi - Mengajarkan gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan
Catatan Perkembangan (Caper) Selasa, 22 April 2014 No. Dokumentasi keperawatan Evaluasi
DS: - sudah mandi, alat mandi suka diambil - jangan atur baju saya, baju saya suka hilang DO: - Pakaian klien tampak kotor, memakai 2-3 baju sekaligus - Klien tampak kotor, rambut berkutu, kuku bersih - Tercium bau tidak sedap ketika berdekatan - Meletakkan pakaian kotor di lemari baju Dx Defisit Perawatan Diri: Mandi/Higiene; berpakaian/berhias;
S: klien inkoheren, marah ketika diajak oral higiene
O: Wajah cerah terkadang murung, kontak mata tajam, ingin menyendiri
A: masalah teratasi sebagian
P: mandi mandiri Implementasi: - Memberi salam dan sapaan dengan baik, lembut, dan sopan - Memperkenalkan nama dan tujuan - Menanyakan perasaan klien - Menyisir dan membersihkan kutu menggunakan sisir khusus - Memotong kuku
RTL - Mengkaji frekuensi dan cara mandi - Mengkaji frekuensi dan cara sikat gigi - Mengkaji frekuensi dan cara keramas - Mengkaji frekuensi dan cara menggunting kuku
Catatan Perkembangan (Caper) Rabu, 23 April 2014 No. Dokumentasi keperawatan Evaluasi
DS: - Sudah mandi - Badannya sering gatal-gatal DO: - Pakaian klien tampak kotor, memakai 2-3 baju sekaligus - Klien tampak kotor, rambut berkutu, kuku panjang bersih - Tercium bau tidak sedap ketika berdekatan S: klien inkoheren O: Wajah cerah, tersenyum; ada kontak mata, menerima kehadiran perawat, bersedia menceritakan perasaannya
A: masalah teratasi sebagian
P: keramas sore hari - Meletakkan pakaian kotor di lemari baju Dx Defisit Perawatan Diri: Mandi/Higiene; berpakaian/berhias;
Implementasi: - Memberi salam dan sapaan dengan baik, lembut, dan sopan - Memperkenalkan nama dan tujuan - Menanyakan perasaan klien - Memberikan obat penghilang kutu
RTL - Membilas obat penghilang kutu dengan keramas memakai sampo
Catatan Perkembangan (Caper) Kamis, 24 April 2014 No. Dokumentasi keperawatan Evaluasi
DS: - belom mandi, alat-alat suka hilang diambil mama papa - ini sikat gigi E dari suster Sari - mau di obat kutu lagi DO: - Rambut klien lebih lemas dan lembut dari hari kemarin - Klien memakai pakaian yang kemarin S: klien inkoheren O: Wajah cerah, tersenyum dan mau berkenalan; ada kontak mata, menerima kehadiran perawat, bersedia menceritakan perasaannya,
A: masalah teratasi sebagian
- Klien sudah tidak memakai pakaian berlebih lagi - Telur kutu rambut sudah berkurang - Tidak bau mulut seperti pertama bertemu - Masih meletakkan pakaian kotor di dalam tas di lemari bajunya Dx Defisit Perawatan Diri: Mandi/Higiene; berpakaian/berhias;
Implementasi: - Memberi salam dan sapaan dengan baik, lembut, dan sopan - Memperkenalkan nama dan tujuan - Menanyakan perasaan klien - Memberikan motivasi mandi kepada klien - Membantu klien menyiapkan peralatan mandi secara mandiri - Menemani dan membantu klien mandi, jika dibutuhkan - Menginstruksikan ibu E untuk merapikan rambutnya dengan sisir secara mandiri
RTL - Memotivasi untuk mandi sendiri P:
Catatan Perkembangan (Caper) Jumat, 25 April 2014 No. Dokumentasi keperawatan Evaluasi
DS: - sudah mandi, pakaian hilang - ga mau sikat gigi DO: - Rambut klien lebih lemas dan lembut dari hari kemarin - Klien memakai pakaian yang kemarin - Klien sudah tidak memakai pakaian berlebih lagi - Telur kutu rambut sudah berkurang - Tidak bau mulut seperti pertama bertemu - Masih meletakkan pakaian kotor di dalam tas di lemari bajunya Dx Defisit Perawatan Diri: Mandi/Higiene; berpakaian/berhias;
Implementasi: - Memberi salam dan sapaan dengan baik, lembut, dan sopan - Memperkenalkan nama dan tujuan - Menanyakan perasaan klien - Memberikan motivasi mandi kepada klien - Membantu menyiapkan pakaian ganti yang bersih S: masih sering mengatakan pakaian hilang O: Wajah murung,; kontak mata tajam, menerima kehadiran perawat, bersedia menceritakan perasaannya
A: masalah teratasi sebagian
P: belajar cara memisahkan pakain bersih dan kotor - Memotivasi klien menyisiri rambutnya secara mandiri - Melakukan fase terminasi kepada ibu E
RTL - Memberikan obat penghilang kutu kembali - Keramas minimal 3 hari sekali - Mengajarkan membedakan pakaian yang bersih dan kotor
LAMPIRAN 1. FMS (Fall Morse Scale) No Item Skala Skor 1 Riwayat jatuh Tidak : 0 Ya : 25 0 2 Diagnosis sekunder Tidak : 0 Ya : 15 15 3 Bantuan Berjalan Bedrest/bantuan perawat Kruk/tongkat/walker Furnitur
0 15 30 0 4 Terapi intravena/heparin lock Tidak : 0 Ya : 20 0 5 Gaya berjalan Normal/bedrest/immobile Lemah Dengan bantuan
0 10 20 0 6 Status mental Orientasi terhadap kemampuan diri sendiri Melebih-lebihkan/melupakan keterbatasan
0
15
0 TOTAL 15
2. BBT (Berg Balance Test) Perintah dalam Berg Balance Test 1. Duduk ke berdiri Instruksi: tolong berdiri, cobalah untuk tidak menggunakan tangan sebagai sokongan ( 4 ) 4 mampu berdiri tanpa menggunakan tangan 3 mampu untuk berdiri namun menggunakan bantuan tangan 2 mampu berdiri menggunakan tangan setelah beberapa kali mencoba 1 membutuhkan bantuan minimal untuk berdiri 0 membutuhkan bantuan sedang atau maksimal untuk berdiri 2. Berdiri tanpa bantuan Instruksi: berdirilah selama dua menit tanpa berpegangan ( 4 ) 4 mampu berdiri selama dua menit 3 mampu berdiri selama dua menit dengan pengawasan 2 mampu berdiri selama 30 detik tanpa bantuan 1 membutuhkan beberapa kali untuk mencoba berdiri selama 30 detik tanpa bantuan 0 tidak mampu berdiri selama 30 detik tanpa bantuan 3. Duduk tanpa sandaran punggung tetapi kaki sebagai tumpuan di lantai Instruksi: duduklah sambil melipat tangan Anda selama dua menit ( 4 ) 4 mampu duduk dengan aman selama dua menit 3 mampu duduk selama dua menit di bawah pengawasan 2 mampu duduk selama 30 detik 1 mampu duduk selama 10 detik 0 tidak mampu duduk tanpa bantuan selama 10 detik 4. Berdiri ke duduk Instruksi: silahkan duduk ( 4 ) 4 duduk dengan aman dengan pengguanaan minimal tangan 3 duduk menggunakan bantuan tangan 2 menggunakan bantuan bagian belakan kaki untuk turun 1 duduk mandiri tapi tidak mampu mengontrol pada saat dari berdiri ke duduk 0 membutuhkan bantuan untuk duduk 5. Berpindah Instruksi: buatlah kursi bersebelahan. Minta klien untuk berpindah ke kursi yang memiliki penyagga tangan kemudian ke arah kursi yang tidak memiliki penyangga tangan ( 4 ) 4 mampu berpindah dengan sedikit penggunaan tangan 3 mampu berpindah dengan bantuan tangan 2 mampu berpindah dengan isyarat verbal atau pengawasan 1 membutuhkan seseorang untuk membantu 0 membutuhkan dua orang untuk membantu atau mengawasi 6. Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup Instruksi: tutup mata Anda dan berdiri selama 10 detik ( 4 ) 4 mampu berdiri selama 10 detik dengan aman 3 mampu berdiri selama 10 detik dengan pengawasan 2 mampu berdiri selama 3 detik 1 tidak mampu menahan mata agar tetap tertutup tetapi tetap berdiri dengan aman 0 membutuhkan bantuan agar tidak jatuh 7. Berdiri tanpa bantuan dengan dua kaki rapat Instruksi: rapatkan kaki Anda dan berdirilah tanpa berpegangan ( 4 ) 4 mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit 3 mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit dengan pengawasan 2 mampu merapatkan kaki tetapi tidak dapat bertahan selama 30 detik 1 membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi yang diperintahkan tetapi mampu berdiri selama 15 detik 0 membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi dan tidak dapat bertahan selama 15 detik 8. Meraih ke depan dengan mengulurkan tangan ketika berdiri Instruksi: letakkan tangan 90 derajat. Regangkan jari Anda dan raihlah semampu Anda (penguji meletakkan penggaris untuk mengukur jarak antara jari dengan tubuh) ( 4 ) 4 mencapai 25 cm (10 inchi) 3 mencapai 12 cm (5 inchi) 2 mencapai 5 cm (2 inchi) 1 dapat meraih tapi memerlukan pengawasan 0 kehilangan keseimbangan ketika mencoba/memerlukan bantuan 9. Mengambil objek dari lantai dari posisi berdiri Instruksi: Ambilah sepatu/sandal di depan kaki Anda ( 4 ) 4 mampu mengambil dengan mudah dan aman 3 mampu mengambil tetapi membutuhkan pengawasan 2 tidak mampu mengambil tetapi meraih 2-5 cm dari benda dan dapat menjaga keseimbangan 1 tidak mampu mengambil dan memerlukan pengawasan ketika mencoba 0 tidak dapat mencoba/membutuhkan bantuan untuk mencegah hilangnya keseimbangan atau terjatuh 10. Melihat ke belakang melewati bahu kanan dan kiri ketika berdiri Instruksi: tengoklah ke belakang melewati bahu kiri. Lakukan kembali ke arah kanan ( 4 ) 4 melihat ke belakang dari kedua sisi 3 melihat ke belakang hanya dari satu sisi 2 hanya mampu melihat ke samping tetapi dapat menjaga keseimbangan 1 membutuhkan pengawasan ketika menengok 0 membutuhkan bantuan untuk mencegah ketidakseimbangan atau terjatuh 11. Berputar 360 derajat Instruksi: berputarlah satu lingkaran penuh, kemudian ulangi lagi dengan arah yang berlawanan ( 4 ) 4 mampu berputar 360 derajat dengan aman selama 4 detik atau kurang 3 mampu berputar 360 derajat hanya dari satu sisi selama empat detik atau kurang 2 mampu berputar 360 derajat, tetapi dengan gerakan yang lambat 1 membutuhkan pengawasan atau isyarat verbal 0 membutuhkan bantuan untuk berputar 12. Menempatkan kaki secara bergantian pada sebuah pijakan ketika beridiri tanpa bantuan Instruksi: tempatkan secara bergantian setiap kaki pada sebuah pijakan. Lanjutkan sampai setiap kaki menyentuh pijakan selama 4 kali. ( 4 ) 4 mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 pijakan dalam 20 detik 3 mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 kali pijakan > 20 detik 2 mampu melakukan 4 pijakan tanpa bantuan 1 mampu melakukan >2 pijakan dengan bantuan minimal 0 membutuhkan bantuan untuk mencegah jatuh/tidak mampu melakukan 13. Berdiri tanpa bantuan satu kaki di depan kaki lainnya Instruksi: tempatkan langsung satu kaki di depan kaki lainnya. Jika merasa tidak bisa, cobalah melangkah sejauh yang Anda bisa ( 4 ) 4 mampu menempatkan kedua kaki (tandem) dan menahan selama 30 detik 3 mampu memajukan kaki dan menahan selama 30 detik 2 mampu membuat langkah kecil dan menahan selama 30 detik 1 membutuhkan bantuan untuk melangkah dan mampu menahan selama 15 detik 0 kehilangan keseimbangan ketika melangkah atau berdiri 14. Berdiri dengan satu kaki Instruksi: berdirilah dengan satu kaki semampu Anda tanpa berpegangan ( 4 ) 4 mampu mengangkat kaki dan menahan >10 detik 3 mampu mengangkat kaki dan menahan 5-10 detik 2 mampu mengangkat kaki dan menahan >3 detik 1 mencoba untuk mengangkat kaki, tidak dapat bertahan selama 3 detik tetapi dapat berdiri mandiri 3. MMSE (Mini Mental Self Examination)
The Mini-Mental State Exam Maximum Score Orientation 5 ( 5) What is the (year) (season) (date) (day) (month)? 5 ( 5) Where are we (state) (country) (town) (hospital) (floor)? Registration 3 ( 3) Name 3 objects: 1 second to say each. Then ask the patient all 3 after you have said them. Give 1 point for each correct answer. Then repeat them until he/she learns all 3. Count trials and record. Trials Attention and Calculation 5 (5 ) Serial 7s. 1 point for each correct answer. Stop after 5 answers. Alternatively spell world backward. Recall 3 (3 ) Ask for the 3 objects repeated above. Give 1 point for each correct answer. Language 2 (2 ) Name a pencil and watch. 1 (1 ) Repeat the following No ifs, ands, or buts 3 (3 ) Follow a 3-stage command: Take a paper in your hand, fold it in half, and put it on the floor. 1 ( 1) Read and obey the following: CLOSE YOUR EYES 1 (1 ) Write a sentence. 1 (1 ) Copy the design shown. __30___ Total Score