Anda di halaman 1dari 6

AGORAPHOBIA

Polimah, wanita usai 30 tahun, serumah dengan suami dan seorang


anak perempuannya yang berusia 6 tahun. Sejak lebih kurang 9 tahun
yang lalu, Polimah selalu takut bepergian tanpa didampingi suaminya. Ia
tidak pernah pergi ke pasar. Untuk kebutuhan sehari-hari suaminya
yang berbelanja.
Lebih kurang 3 bulan setelah ia kawin (9 tahun yang lalu), Polimah
melihat langsung pamannya (T) pensiunan polisi yang sedang bekerja di
ladang tiba-tiba ditembak oleh seseorang memakai cadar penutup muka
dan meninggal seketika. Rumah merupakan tempat paling aman baginya.
Ia melakukan aktivitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga dan
menjahit borongan bahan pakaian untuk tambahan penghasilan.
Polimah selalu menghindar berada di tempat-tempat umum dan
situasi dimana banyak orang berkerumun. Pernah suatu saat 3 tahun
yang lalu di terminal Bis, didapati dirinya hampir pingsan, badannya
gemetar, dahi mengkerut, bibir pucat dan berkeringat dingin karena
ditingal sendirian sementara suaminya sedang pergi ke toilet. Polimah
telah berobat kepada pengobat tradisional dan Dokter Puskesmas
selama bertahun-tahun namun perasaan takut berada di tempat umum
atau tempat ramai belum hilang sampai dengan kini.






GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Ahram, laki-laki usia 20 tahun datang ke Poliklinik Gabungan dalam
kondisi gelisah tidak dapat duduk tenang dan rileks, sulit tidur dan
mengeluh mimpi dikejar-kejar. Keadaan tersebut telah dialami lebih
kurang 5 tahun dan memberat dalam 2 bulan terakhir dengan keluhan-
keluhan sakit kepala hebat, nyeri ulu hati, sesak napas, berdebar dan
rasa seperti mau pingsan.
Sebulan yang lalu Ahram baru saja dirawat di RS diperiksa EKG
jantungnya dalam batas normal. Dokter di bagian Penyakit Dalam
menyatakan dirinya menderita dyspepsia karena asam lambungnya
terlalu tinggi. Ahram menyadari dan mengakui bahwa dirinya mengalami
gangguan ketegangan mental dan sudah melakukan berbagai cara
mengatasi ketegangan mentalnya melalui berbagi cerita dengan teman
kuliahnya, dzikir di malam hari namun belum juga memberikan rasa
tenang yang stabil, rasa cemasnya selalu muncul jangan-jangan terjadi
sesuatu yang buruk bagi kedua orang tuanya. Gangguan kecemasan yang
dialaminya justru tidak pernah diberitahukan kepada kedua orang
tuanya yang sering kali mereka cekcok dan tidak harmonis selama
bertahun-tahun.
Ahram mengutarakan bahwa rasa cemas yang dirasakan dapat
memberat jika ada masalah lain yang sedang dihadapi, misalnya di akhir
bulan dimana kantongnya tidak ada uang. Ahram masih mempunyai
harapan gangguan yang dialaminya akan dapat sembuh melalui bantuan
para ahli



PHOBIA SOSIAL
Zaenab 25 tahun tamat sekolah Penyuluh Pertanian (SPP) Saree
anak ke 3 dari tiga bersaudara kandung wanita semua. Dari dua tahun
yang lalu, ia bekerja sebagai tenaga bakti di Balai Penyuluh Pertanian
Kandang Aceh Utara. Ia memiliki masalah ketidakmampuan menjalin
komunikasi yang baik dengan kelompok tani pria. Dia merasa kurang
percaya diri (PD) grogi bila akan tampil memberikan penyuluhan kepada
kelompok tani yang audientnya bapak-bapak atau laki-laki.
Pernah suatu saat 6 bulan yang lalu, pagi hari 3 jam sebelum dia
akan tampil memberikan penyuluhan tentang hama tanaman, tiba-tiba ia
sakit perut, pusing, mual muntah dan diare, gemetar dan keringatan
sehingga batal memberikan penyuluhan dan digantikan oleh atasan
langsungnya di BPP. Sampai dengan kini ia tetap takut diperhatikan
orang lain dalam kelompok tani bapak-bapak dan lancar tidak bicara
patah-patah serta tidak takut menatap lawan bicara dari kelompok tani
ibu-ibu.
Waktu berkonsultasi pada dokter Puskesmas Zainab mengutarakan
bahwa dia grogi menjadi perhatian orang banyak, takut dikritik sehingga
takut dan menghindar untuk berbicara di depan umum. Ia mengakui
bahwa sejak kecil kurang senang bergaul ,banyak waktunya habis dengan
game online dan komputer. Obat yang diberikan dokter ternyata sangat
membantu mengurangi rasa groginya namun sampai dengan kini ia belum
berani tampil memberikan penyuluhan di depan kaum laki-laki.





GANGGUAN PANIK (PANICK ATTACK)

Doni, eksekutif muda usia 30 tahun tiba-tiba merasakan
jantungnya berdebar sangat cepat. Ia juga merasakan sesak napas dan
perasaan seperti tercekik, nyeri dada dan mati rasa di tangan. ia
mengalami serangan sakit tersebut paling tidak 3 kali dalam sebulan,
bisa terjadi di tempat kerja, di rumah dan di tempat umum serta tidak
bisa di duga sebelumnya.
Pernah suatu saat 1 tahun yang lalu serangan sakit seperti itu
dialami saat ia dalam perjalanan menuju tempat kerjanya, karena
ketakutan akan keadaan tersebut ia berhenti meminggirkan mobilnya ,
karena saat itu ia sangat takut mati mendadak dan kemudian ia pergi ke
Klinik 24 jam. Pada pemeriksaan jantung dan laboratorium penunjang
lainnya, semuanya dalam batas normal. Sampai dengan kini Doni masih
juga mengalami gangguan seperti itu kumat-kumatan secara periodik.
Dokter menyarankan untuk tidak khawatir berlebihan karena tidak
ditemukan kelainan fisik apapun. Mungkin anda terlalu sibuk dan banyak
pekerjaan kata dokter menenangkan.








REAKSI STRESS AKUT
Aminah wanita 26 tahun karyawan perusahaan swasta di Banda
Aceh tiba-tiba berguling-guling di lantai rumahnya sambil berteriak-
teriak marah dan kecewa. Hari itu adalah hari meninggalnya suaminya
karena kecelakaan tabrakan mobil dimana banyak orang bertandang ke
rumahnya melayat. Sebelum berguling-guling di lantai, Aminah rona
wajahnya merah, tampak bengong, sedih menatap wajah almarhum
suaminya yang terbaring kaku sebelum jenazah dibawa ke kuburan.
Untung saat itu kondisinya segera bisa diatasi berkat bantuan
dokter keluarga yang segera datang mengobatinya dengan suntikan
penenang. Namun sampai hari ketiga meninggalnya almarhum suaminya
Aminah sering berdiam diri tidak mau banyak bicara seperti biasanya,
sering gelisah, mudah terkejut dan sering mimpi sedih jatuh dari
ketinggian, tidur di kuburan dll.
Hari ketujuh berkabung Aminah nampak lebih ceria karena
ayahnya yang seorang Teungku Imum Menasah mengajaknya selalu
dzikir bersamanya dan berpikir positif bahwa harta, anak, pasangan
hidup hanyalah titipan sementara dari yang maha kuasa dan pada
saatnya kita juga akan kembali kepadaNya.








Gangguan obsesif kompulsif
Mimi wanita usia 21 tahun berpikir berulang-ulang dan
melakukan aktifitas yang juga berulang-ulang. Ia menghabiskan
waktu berjam-jam untuk mandi 5 kali sehari dan mencuci
tangannya berulang-ulang. Setiap menit bagian tubuhnya terus
di kontrol dan selalu berpikir bahwa dirinya selalu dalam
keadaan kotor. Ibunya (Saudah) merasa heran dengan
kebiasaan Mimi seringkali mandi dan mencuci tangan berulang
sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu, beberapa bulan setelah
ayahnya yang menderita diabetes meninggal karena komplikasi
luka di kaki yang tidak kunjung sembuh. Mimi sadar dan tahu
tindakan yang ia lakukan adalah tidak rasional tapi dia sendiri
tidak kuasa bisa mengendalikan dan menghentikan tindakan
berulang-ulang tersebut sampai teman dan sahabatnya mimi
menilai Mimi sebagai orang yang aneh dan mabuk kebersihan.
Mimi juga menceritakan kepada dokternya bahwa ia harus
mengganti sarung bantalnya setiap hari dan mengganti seprei 3
kali seminggu. Setiap keluar dari kamarnya ia memastikan
tempat tidurnya sudah dalam keadaan rapi, sempurna, tanpa
ada yang kusut. Ia telah minum obat dari dokter langganannya
selama 6 bulan namun belum bisa merubah isi pikiran ragu-ragu
bahwa dirinya bersih apa belum dan terpaksa melakukan
tindakan mandi dan mencuci tangan berulang-ulang yang
melelahkan baginya. Dokter langganan Mimi merujuk ke
poliklinik gabungan di RSUZA dan dalam satu setengah bulan
terakhir Mimi mengaku sudah ada perbaikan setelah minum
obat anafranil yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai