A. Identitas Informan 1. Nama responden : 2. Tempat/ tanggal lahir : 3. Jenis kelamin : (1) Laki-laki (2) Perempuan 4. Status perkawinan : (1) Kawin (2) Belum kawin 5. Agama : (1) Islam (4) Budha : (2) Protestan (5) Hindu : (3) Katolik (6) Lain-lain
B. PERTANYAAN KOMPONEN STRATEGI DOTS 1. Komitmen Politis a. Apakah Program Nasional TB di Puskesmas sudah terbentuk? Bila ya, sejak kapan? Siapa pencetus Program Nasional TB itu? b.Apa saja kegiatan Program Nasional TB baik yang sudah dijalankan maupun yang belum dijalankan oleh Puskesmas? c. Salah satu Proram Nasional TB yang mudah disosialisasikan adalah Guideline (Buku Petunjuk) mengenai program/system kesehatan DOTS ini. Apakah puskesmas sudah membuat Guaideline? Lalu bagaimana isi Guideline tersebut, apakah lengkap atau masih kurang lengkap? Apakah kelebihan dan kekurangan dari buku ini? Apakah masih perlu diperbaiki atau sudah cukup baik? d.Apakah ada dukungan dana dalam penanggulangan TB paru di Puskesmas? Apabila ya, dari mana dukungan dana dalam program ini? Apakah dukungan dana ini cukup untuk program ini? Apabila tidak, bisa tolong dijelaskan rincian dukungan dana yang diutuhkan dana pada program ini? e. Bagaimana dengan tenaga pelaksana pada program ini? Apakah tenaga pelaksana sudah memadai sesuai kegiatan yang diperlukan pada program ini? Kemudaian apakah tenaga pelaksana sudah terlatih untuk program ini? Apakah tenaga pelaksana memiliki kendala selama menjalankan tugasnya dalam program ini? 2. Diagnosis TB diawali dengan pemerikaan dahak secara mikroskopis a. Apakah pasien melakukan pemeriksaan sputum secara rutin yaitu sewaktu pagi sewaktu? Apakah ada kendala saat dilakukan pemeriksaan sputum pada pasien, baik pada pemeriksaan atau pada pasien? b.Apakah pemeriksaan mikroskopis sputum selalu rutin dilaksanakan sebagai screening awal penyakit TB? Apakah pemeriksaan mikroskopis sputum dilaksanakan oleh orang yang terlatih? Apakah ada kendala pada pemeriksaan mikroskopis sputum ini? Apabila ada bisa jelaskan kendala yang dihadapi dalam pemeriksaan mikroskopis sputum? c. Bagaimana Laboratorium tempat menjalankan pemeriksaan mikroskopis sputum ini, apakah sudah lengkap atau belum? Bila dijelaskan alat dan bahan yang dibutuhkan pada pemeriksaan mikroskopis sputum? Bila belum lengkap, apa alasan kurang lengkapnya keadaan laboratorium? d.Sebagai tambahan, biasanya dilakukan pemeriksaan foto thorax pada pasien TB. Apakah pemeriksaan rutin ini dilakukan? Apakah pemeriksaan foto thorax dapat dilakukan sebagai screening awal penyakit TB seperti pemeriksaan sputum? Apa saja kendala pada pemeriksaan foto thorax? 3. Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis pada jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) a. Siapa yang membantu mengawasi penderita menelan minum obat setiap hari, dan mengingatkan penderita untuk mengambil obatnya ke Puskesmas? b.Bagaimana peran serta keluarga dalam membantu pasien, baik dalam mengawasi pasien menelan obat setiap hari, dan mengingatkan pasien mengambil obat ke Puskesmas? Apakah peran serta keluarga sudah amat mendukung pasien dalam kesembuhannya? Apa saja peran serta lain keluarga dala mendukung pasien dalam kesembuhannya? c. Apakah Puskesmas menjalankan Pengawas Minum Obat (PMO) yang merupakan salah satu program kerja pada strategi DOTS? Apakah PMO sudah mengetahui tugasnya dengan baik dan terlatih? Apakah ketersediaan PMO sudah cukup dalam menjalankan tigasnya? Apakah PMO mempunyai kendala dalam menjalankan tugasnya? Apabila ya, apa saja kendala yang dihadapi PMO dalam menjalankan tugasnya? d.Apakah PMO mengerti mengenai pengobatan standar penyakit TB yang disesuaikan dengan klasifikasi pasien (Kasus baru/lanjutan/kambuh) melalui pemberian obat anti TB yang adekuat? Apakah PMO menjalankan tugasnya sesuai waktu pengobatan tuberculosis jangka pendek yaitu 6-8 bulan secara rutin? 4. Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek untuk penderita a. Apakah obat TB Paru tersedia dengan cukup dan lengkap di Puskesmas? Jika tidak, jenis obat apa yang tidak tersedia? Mengapa obat-obat jenis ini tidak tersedia lengkap? b.Apakah suplai obat selalu sesuai dengan kebutuhan Puskesmas dalam oengobatan? c. Apakah Pengobatan TB Paru dilakukan dengan obat tunggal atau dengan kombinasi obat yang merupakan standar pengobatan TB? Apabila menggunakan obat tunggal, mengapa? Apakah karena ketersediaan obat yang kurang, atau apakah karena factor karakteristik penyaki pada pasien TB Paru? d.Apakah pengobatan TB Paru meliputi tahap intensif dan lanjutan e. Apakah obat TB Paru sisipan diberikan setelah akhir pengobatan tahap intensif kategori I dan II, dilakukan pemeriksaan Sputum masih BTA Positif? f. Apakah selama menggunakan obat TB terjadi efek samping? Jika ya sebutkan jenis obat dan efek samping yang terjadi? 5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB Paru a. Apakah pencatan semua data pasien tersimpan dengan baik? (Catatan pemeriksaan sputum pasien, kartu pengobatan pasien, pemeriksaan sputum lanjutan, hingga kartu identitas penderita TB) b.Apakah pelaporan TB di Puskesmas dilakukan secara rutin? Apakah laporan TB sudah lengkap menurut form penanggulangan TB Nasional? c. Berapa kali dilakukan pencatatan dan pelaporan Puskesmas kepada Dinas Kesehatan setempat? Apakah rutin dilakukan? Bila ya, tiap berapa lama sekali dilakukannya? d.Apakah Petugas Kesehatan Kota Jakarta pernah melakukan kunjungan secara berkala ke Puskesmas? Jika ya, berapa kali frekuensi kunjungannya? e. Apakah Dinas Kesehatan Kota Jakarta pernah memberikan umpan balik hasil laporan TB ke Puskesmas? Apakah didapatkan umpan balik positif atau kurang mendapatkan umpan balik?