Kolonisasi MRSA diduga mendahului terjadinya infeksi. Namun demikian,
walaupun MRSA kini merupakan penyebab tersering terjadinya infeksi pada kulit dan jaringan lunak, prevalensi kolonisasi pada populasi umum rendah. ari !""# orang di $SA yang diskrinning dengan menggunakan kultur nasal pada %""#, hanya &,'( yang ditemukan berkolonisasi dengan MRSA, dengan community- associated strains yang terhitung hanya &!,)( MRSA yang diisolasi, %*,+( dari orang,orang yang diskrinning yang dikolonisasikan dengan methi-illin lemah terhadap S. Aureus. #% Adanya penemuan ini menggambarkan community- associated MRSA mungkin berkolonisasi di bagian tubuh yang lain, mungkin memiliki karakteristik virulensi yang mempertinggi efisisensinya menyebabkan infeksi setelah terjadinya kolonisasi sebagaimana jika dibandingkan dengan methicillin-susceptible S. Aureus atau keduanya. alam studi dengan &## anak, anak dengan lesi kulit MRSA dan infeksi jaringan lunak, *)( dikolonisasikan dengan MRSA, dengan frekuensi yang sama pada nares dan daerah inguinal, dan %),.( dari kolonisasi MRSA pada anak,anak dalam lingkungan rumah tangga terkolonisasi dengan MRSA. #. ekolonisasi terhadap pasien inde/ dan pasien kontak dalam rumah tangga mungkin sesuai untuk pasien dengan infeksi rekuren, %" dan % per-obaan terakhir telah menyajikan strategi yang mungkin efektif. alam sebuah per-obaan se-ara a-ak 0randomized trial1, termasuk &*. anak,anak dengan minimal sebuah episode community assosciated S.aureus pada abses kulit dan kolonisasi dari nares anterior, a/illae, atau lipatan inguinal, dekolonisasi terhadap pasien inde/ sendiri dibandingkan dengan dekolonisasi tambahan dari semua anggota rumah tangga, dekolonisasi ditampilakan dengan menggunakan regimen hygiene ' hari, terapi nasal mupirosin, dan pembersih tubuh klorheksidin. ## iantara &%+ pasien yang telah lengkap menjalani follow up selama &% bulan, telah dilaporkan sebanyak )%( pada kelompok inde/ dan '%( pada kelompok rumah tangga 023","%1, dimana tidak didapatkan perbedaan signifikansi yang spesifik antara kelompok dalam eradiaksi kolonisasi 0'#( dan ++(, berturut,turut1. Regimen tersebut telah direkomendasikan untuk pasien,pasien dengan infeksi rekuren yang ditemukan terkolonisasi dengan MRSA di beberapa tempat dimana nares anterior dan a/illa serta daerah lipatan inguinal dijadikan sampel dan seseorang yang bersamaan dengan anggota rumah tangga, sangat dimotivasi untuk beusaha menggunakan pendekatan dengan teliti. #' 2endekatan lain, ditujukan langsung untuk pasien inde/, yang terakhir dideskripsikan dalam penelitian prospe-tif yang didalamnya termasuk .& dewasa dengan % atau lebih yang dikonfirmasi dengan infeksi kulit MRSA sebelum + bulan. #+ 2asien yang diterapi dengan regimen &" hari mupirosin nasal % kali sehari, dan dengan antibiotik oral 04M2,SM5, doksisiklin, atau minosiklin1 dan di follow up dalam + bulan lainnya. Regimen tersebut berhubungan dengan derajat infeksi MRS, dari ",*# sampai ",". infeksi per bulan, hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin lama durasi terapinya dan dengan menggunakan terapi antibiotik sistemik mungkin meningkatkan keefektivan dari regimen obat. 6nvestigasi tersebut kurang dalam hal kelompok kontrol. Sehingga, penelitian lebih lanjut sangat dibutuhkan. 7ika klorheksidin digunakan, perawatan juga harusnya ditujukkan untuk menghindari efek pada mata dan hidung, dan segarusnya dibersihkan setelah diaplikasikan ke kulit. Mandi untuk pemutihan kulit merupakan alternatif yang sedikit mahal. Strategi pen-egahan untuk pasien dengan infeksi rekuren dan anggota rumah tangga dideskripsikan dalam tabel %. 4abel %. Strategi pen-egahan untuk pasien dengan MRSA kulit berulang dan infeksi jaringan lunak dan untuk anggota dalam rumah tangga. Strategi tersebut didapatkan dari penelitian 8rit9 et al. #. anggota penelitian juga terkolonisasi MRSA di nares, a/illa, dan daerah inguinal. Regimen &" hari dengan tambahan &" hari antibiotik anti MRSA oral untuk pasien inde/ juga telah dihubungkan dengan pengurangan infeksi berulang. 7angan sering menggunakan sabun, krim atau lotion dimana dapat menginaktivasi solusio klorheksidin. :unakan deterjen yang mengandung pemutih untuk men-u-i pakaian dan linen individu yang menggunakan klorheksidin. Kesimpulan Abses merupakan bentuk penyakit kulit dan infeksi jaringan lunak serta memiliki peningkatan dalam insidensi. ;alaupun diagnosis abses dapat ditegakan se-ara langsung, $S: mungkin sangat membantu dalam kasus dimana jika abses tersebut dalam, kompleks, atau tidak jelas karena adanya selulitis yang ekstensif. 2endekatan standar untuk insisi dan drainase abses masih merupakan prinsip utama untuk manajemen abses, mengingat pengelompokan rutin tidak diperlukan. 4abel %. Strategi pen-egahan untuk pasien dengan MRSA kulit berulang dan infeksi jaringan lunak dan untuk anggota dalam rumah tangga. <indari menggunakan ala,alat kesehatan diri se-ara bersama,sama 0misalnya, pisau -ukur, sikat gigi, dan handuk1 Aplikasikan mupirosin % ( ointment untuk nares anterior dengan kapas steril % kali sehari selama ' hari Aplikasikan solusio klorheksidin glukonat #( dengan tangan atau kain bersih ke seluruh badan, ke-uali muka, luka terbuka, dan mukosa, diikuti membilas hingga bersih dengan air untuk ' hari. 2enggunaan insisi lubang ke-il dengan loop drains dan penggunanan penutupan primer 0primary closure) mungkin dapat dipertimbangkan pada kasus,kasus yang sulit atau tidak sesuai. Antibiotik adjuvan dan kultur luka seharusnya sangat diperlukan untuk kasus,kasus yang berat, pasien immuno-ompromised,dan seseorang dengan terapi insisial yang telah gagal. Karena derajat kegagalan yang tingi walaupun dengan terapi yang optimal, edukasi kepada pasien dan follow up yang terus,menerus sangat disarankan.