Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

MATA KULIAH
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I
Sri Yuliati, SE.
AKUNTANSI PERSEDIAAN





Penyusun :

Yesy Tri Prasetyo 12.51650
Desi Ambar Sulistyowati 12.51656
Lathifatun Nimah 12.51664



POLITEKNIK PRATAMA MULIA
SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persediaan (inventory) adalah pos pos aktiva yang dimiliki untuk
dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau
dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual. Deskripsi dan
pengukuran persediaan membutuhkan kecermatan karena investasi dalam
persediaan biasanya merupakan aktiva lancar paling besar dari perusaan
barang dagang (ritel) dan manufaktur.
Sebuah perusahaan dagang (merchandising concern), seperti walt-
mart, biasanya membeli barang dagang dalam bentuk yang siap untuk dijual.
Perusahaan dagang ini melaporkan biaya yang terkait dengan unit-unit yang
belum terjual dan masih ada ditangan sebagai persediaan barang dagang
(merchandisise-inventory). Hanya satu akun persediaan, persediaan barang
dagang, yang muncul dalam laporan keuangan. Perusahaan manufaktur
(manufacturing-concern), pada sisi lain, memproduksi barang yang akan
dijual kepada perusahaan dagang, namun perusahaan manufaktur biasanya
memiliki tiga akun persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang
jadi.

B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Manajemen persediaan dan fungsinya
2. Mengetahui apa saja Jenis-jenis Manajemen persediaan
3. Mengetahui Manfaat Menajemen Persediaan
4. Fungsi fungsi persediaan
5. Factor yang mempengaruhi tingkat persediaan
6. Mengetahui Metode Manajemen persediaan

C. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian persediaan
2. Faktor
3. Fungsi dan manfaat
4. Pencatatan persediaan
5. Perbandingan pendekatan LIFO

BAB II
PERSEDIAAN

A. PENGERTIAN PERSEDIAAN
Persediaan merupakan barang yang diperoleh untuk dijual kembali
atau bahan untuk diolah menjadi barang jadi atau barang jadi yang akan
dijual atau barang yang akan digunakan. Persediaan ini dapat dicatat dengan
dua sistem yaitu: Sistem Periodik dan Sistem Perpetual.
Dalam Metode Perpetual, pada waktu membeli barang dibuat jurnal
yang men-debet akun Persediaan Barang Dagangan dan meng-kredit akun
Hutang atau Kas. Pada waktu menjual barang dibuat jurnal yang mendebet
akun Harga Pokok Penjualan dan mengkredit akun Persediaan sehingga akun
Persediaan akan menunjukkan harga pokok dari persediaan yang ada di
gudang.
Jika menggunakan Sistem Periodik, jika ada penjualan barang tidak
dibuat jurnal untuk harga pokok dari barang yang dijual di bagian akuntansi.
Pada akhir tahun, persediaan yang ada di gudang penyimpanan dihitung
jumlah kuantitasnya dan ditentukan nilai/harga belinya. Untuk menentukan
persediaan yang dipakai/dijual, persediaan yang pernah ada (persediaan awal
ditambah pembelian selama satu periode) dikurangi dengan persediaan akhir
periode. Kemudian dibuat dua ayat jurnal penyesuaian. Jurnal yang pertama
mendebet akun Ikhtisar Laba Rugi dan mengkredit akun Persediaan sejumlah
persediaan awal. Jurnal yang kedua didasarkan atas hasil inventarisasi fisik
barang pada akhir tahun. Jurnalnya mendebet akun Persediaan Barang
Dagangan dan mengkredit akun Ikhtisar Laba Rugi. Ayat jurnal ini dibuat
sekaligus dalam satu periode.


B. FAKTOR
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat persediaan, antara
lain :
1. Biaya persediaan barang (Inventory cost). Biaya yang berkaitan dengan
pemilikan barang dapat dibedakan ke dalam : a. Holding atau Carrying
cost, yaitu biaya yang dikeluarkan karena memelihara atau menyimpan
barang; atau opportunity cost karena melakukan investasi dalam bentuk
barang dan bukan investasi lainnya, b. Ordering cost, yaitu biaya yang
dikeluarkan untuk memesan barang dari supplier untuk mengganti
barang yang telah dijual, c. Stock out cost, yaitu biaya yang timbul karena
kehabisan barang pada saat diperlukan.
2. Sejauh mana permintaan barang oleh pembeli dapat diketahui. Jika
permintaan barang dapat diketahui, maka perusahaan dapat menentukan
berapa kebutuhan barang dalam suatu periode.
3. Lama penyerahan barang antara saat dipesan dengan barang tiba, atau
disebut sebagai lead time atau delivery time.
4. Terdapat atau tidak kemungkinan untuk menunda pemenuhan pesanan
dari pembeli atau disebut sebagai backlogging atau backordering.
Transaksi Sistem Periodik Sistem Perpetual
1.
Membeli
barang
dagangan
secara
kredit Rp
10.000
Pembelian
Hutang
10.000


10.000
Persediaan
Brg Dag
Hutang
10.000


10.000
2.
Retur
pembelian
Rp 500
Hutang
Retur
Pembelian
500


500
Hutang
Persediaan
Brg Dag
500


500
3.
Terdapat
barang
yang dijual.
Harga jual
Rp 4.000
dan harga
pokok
barang Rp
1.500
Piutang /
Kas
Penjualan
4.000


4.000
Piutang/Ka
s
Penjualan
HPP
Persediaan
Brg Dag
4.000


1.500


4.000


1.500
4.
Pada akhir
tahun
Mutlak harus dilakukan
inventarisasi fisik karena tanpa
inventarisasi fisik barang, tidak
dapat diketahui persediaan yang
ada
Tanpa inventarisasi sudah dapat
diketahui persediaan, namun
inventarisasi perlu dilakukan
Misalkan
menurut
perhitungan
fisik pada
akhir tahun
saldo
persediaan
Rp 200 dan
pada awal
tahun Rp
150.


Ikhtisar L/R
Persediaan
B.D.


Persediaan
B.D
Ikhtisar L/R


150




200




150




200
Jika hasil inventarisasi fisik tidak
sama dengan saldo rekening
persediaan, perusahaan perlu
membuat jurnal, jika sama tidak perlu
membuat jurnal.
5. Kemungkinan diperolehnya diskonto untuk pembelian dalam jumlah
besar. Dengan menerima diskonto untuk pembelian dalam jumlah besar,
total biaya persediaan barang akan berkurang. Tetapi pembelian dalam
jumlah besar akan meningkatkan biaya penyimpanan atau holding cost.
Sedangkan pembelian kurang dari jumlah minimum tidak memperoleh
diskonto, tetapi biaya pesanan akan meningkat. Dengan demikian
terdapat pertimbangan untung rugi dalam keputusan untuk mengambil
diskonto atau tidak.

C. FUNGSI DAN MANFAAT
Fungsi dan Manfaat Persediaan:
a. Mengatasi risiko keterlambatan pengiriman
b. Mengatasi risiko kesalahan pengiriman
c. Mengatasi risiko kenaikan harga
d. Mengatasi ketergantungan pada musim
e. Mendapatkan keuntungan dari pembelian
f. Untuk melayani konsumen dengan lebih baik
g. Kelangsungan operasional perusahaan


D. PENCATATAN PERSEDIAAN
Berikut ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem
periodic, namun belum mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan
persediaan, seperti pembayaran ongkos angkut, penerimaan dan pemberian
diskon.
1. MENENTUKAN COST DARI PERSEDIAAN AKHIR
Jika perusahaan sering membeli barang dan harga beli masing-
masing pembelian berbeda, maka perusahaan akan mengalami kesulitan
dalam menentukan harga pokok barang yang dipakai/dijual dan harga
pokok barang yang masih ada di gudang.
Sebagai contoh data persediaan barang dagangan untuk bulan
Januari 2006 sebagai berikut:

Januari 1 Persediaan 200 unit @ $10 = $2,000
12 Pembelian 400 unit @ $12 = $4,800
26 Pembelian 300 unit @ $11 = $3,300
30 Pembelian 100 unit @ $13 = $1,300
Setelah dilakukan inventarisasi fisik, jumlah pesediaan per 31
Januari 2006 adalah 300 unit. Tentukan:
1. Persediaan per 31 Januari 2006.
2. Harga pokok persediaan yang dijual dalam bulan Januari 2006.
Barang yang tersedian untuk dijual selama bulan Januari adalah
200 + 400 + 300 + 100 = 1.000 unit, maka barang yang dijual adalah
1.000 300 = 700 unit. Karena harga belinya berbeda-beda, maka perlu
asumsi arus barang yang akan digunakan sebagai dasar penentuan harga
pokok barang yang dijual dan persediaan akhir sebagai berikut:
1. FIFO (First In First Out), barang yang masuk terlebih dahulu
dianggap yang pertama kali dijual/keluar sehingga persediaan akhir
akan berasal dari pembelian yang termuda/terakhir.
2. LIFO (Last In First Out), barang yang terakhir masuk dianggap
yang pertama kali keluar, sehingga persediaan akhir terdiri dari
pembelian yang paling awal.
3. Rata-rata (Everage), pengeluaran barang secara acak dan harga
pokok barang yang sudah digunakan maupun yang masih ada
ditentukan dengan cara dicari rata-ratanya.
Penerapan asumsi ini berlaku baik dalam sistem periodik
maupun dalam sistem perpetual.
Jika perusahaan menggunakan Sisem Periodik
1. FIFO
Dengan metode ini jumlah barang yang digunakan sebanyak
700 unit diasumsikan berasal dari barang yang pertama kali dibeli,
yaitu:
200 unit @ $10 = $2,000
400 unit @ $12 = $4,800
100 unit @ $11 = $1,100
Harga pokok penjualan $7,900
Selanjutnya persediaan yang 300 unit dianggap dari
pembelian tanggal 26 dan 30 Januari 2006 dengan rincian sebagai
berikut:
200 unit @ $11 = $2,200
100 unit @ $13 = $1,300
Persediaan akhir $3,500

2. LIFO
Dengan metode ini jumlah barang yang dijual sebanyak 700
unit diasumsikan berasal dari barang yang terakhir dibeli, yaitu:
100 unit @ $13 = $1,300
300 unit @ $11 = $3,300
300 unit @ $12 = $3,600
Harga pokok penjualan $8,200
Selanjut persediaan akhir 300 unit dianggap berasal dari
pembelian tanggal 1 dan 12 Januari 2006, yaitu:
200 unit @ $10 = $2,000
100 unit @ $12 = $1,200
Persediaan akhir $3,200
3. Metode Rata-rata
Untuk menghitung persediaan akhir dan harga pokok
penjualan perlu dibuat perhitungan sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Unit Harga per Unit Jumlah
Jan 1 Persediaan 200 $10 $2,000
12 Pembelian 400 $12 $4,800
26 Pembelian 300 $11 $3,300
30 Pembelian 100 $13 $1,300
Jumlah 1,000 $11,400
Rata-rata = $11,400 : 1,000 $11.4
Harga pokok penjualan = 700 x $ 11.4 = $7,980
Persediaan akhir = 300 x $11.4 = 3,240
Jika perusahaan menggunakan Sistem Perpetual
Jika perusahaan menggunakan sistem perpetual, penentuan harga
pokok barang yang dijual dan persediaan akhir dilakukan setiap
perusahaan menjual barang. Untuk mempermudah pekerjaan
menentukan harga pokok ini digunakan suatu kartu yang lazim disebut
Kartu Persediaan. Satu jenis barang disediakan satu Kartu. Dengan
demikian sistem ini baru cocok untuk persediaan yang nilainya tinggi.
Misalkan atas satu jenis barang diperoleh informasi sebagai
berikut:
Tanggal Keterangan Unit Harga Beli per Unit
Jan. 1 Persediaan 200 $10
12 Pembelian 400 $12
17 Dijual 300
26 Pembelian 300 $11
27 Dijual 200
28 Dijual 300
30 Pembelian 100 $13

Berikut ini hanya diberikan contoh metode FIFO:

Tgl

Ket
Dibeli Dipakai Persediaan
U
n
i
t

C
o
s
t

J
u
m
l
a
h

U
n
i
t

C
o
s
t

J
u
m
l
a
h

U
n
i
t

C
o
s
t

J
u
m
l
a
h

Jan
1
Persediaan 200 10 2,000
12 Pembelian 400 12 4,800
200
400
10
12
2,000
4,800
17 Dijual
200
100
10
12
2,000
1,200
300 12 3,600
26 Pembelian
300

11

3,300


300
300
12
11
3,600
3,300
27 Dijual 200 12 2,400
100
300
12
11
1,200
3,300
28 Dijual
100
200

12
11

1,200
2,200

100 11 1,100
30 Pembelian
100

13

1,300


100
100
11
13
1,100
1,300

2. MENAKSIR COST PERSEDIAAN
Kadangkala situasi tidak memungkinkan dilakukan penghitungan
fisik atau sistem perpetual sangat mahal untuk diterapkan. Suatu
supermarket dengan beribu macam jenis persediaan mungkin akan
terganggu operasionalnya jika setiap bulan harus melakukan
penghitungan fisik persediaan dalam rangka menyusun laporan
keuangan bulanan. Perusahaan asuransi dalam menentukan besarnya
kerugian atas persediaan yang terbakar tidak mungkin menghitung
secara fisik barang yang terbakar karena barangnya sudah rusak bahkan
habis.
Keadaan di atas mendorong dilakukan penaksiran cost dari
persediaan. Terdapat dua metode yang sering digunakan yaitu metode
harga eceran dan metode laba kotor.
1. Metode Harga Eceran
Cost persediaan ditentukan dengan mengkonversi persediaan
menurut harga eceran menjadi cost dengan mengggunakan
prosentase cost terhadap harga eceran. Contoh :
Harga Pokok (Cost) Harga Eceran
Persediaan 1 Januari 2005 $ 60,000 $ 100,000
Pembelian Januari 2005 $ 540,000 $ 900,000
Barang tersedia untuk dijual $ 600,000 $ 1,000,000
% Cost thd Harga Eceran= (600,000 : 1,000,000) x 100% = 60%

Penjualan $ 700,000
Persediaan akhir $ 300,000
Nilai cost persediaan akhir = 60% x $ 300,000 = $ 180,000
2. Metode Laba Kotor
Persediaan akhir ditentukan dengan cara persediaan awal
ditambah dengan pembelian selama satu periode kemudian
dikurangi dengan harga pokok barang yang dijual pada periode
yang bersangkutan. Untuk menentukan harga pokok penjualan,
penjualan yang telah dicatat dalam rekening penjualan dikurangi
dengan laba kotornya. Umumnya laba kotor ini sudah diketahui %-
nya. Jika belum diketahui, % laba kotornya digunakan % laba kotor
tahun-tahun sebelumnya. Misalkan persediaan awal tahun 2005 $
100,000 pembelian selama bulan Januari $ 1,200,000 dan penjualan
selam bulan Januari menurut rekening buku besar $ 900,000 dan
laba kotor 20% dari harga jual, maka persediaan akhir dapat
dihitung sebagai berikut:
Persediaan 1 Januari 2005 $ 100,000
Pembelian Januari 2005 $ 1,200,000
Barang tersedia untuk dijual $ 1,300,000
Penjualan $ 900,000
Laba Kotor (20% x $ 900,000) $ 180,000
Harga pokok barang yang dijual $ 720,000
Persediaan akhir $ 580,000

3. MENYAJIKAN NILAI PERSEDIAAN DI NERACA
Nilai yang disajikan di neraca dpat saja nilai costnya seperti yang
telah ditentukan dengan berbagai asumsi arus barang. Nilai yang
disajikan di neraca dapat juga nilai pasarnya. Atau dapat juga dipilih
yang terendah antara cost dengan harga pasarnya.
Biasanya nilai yang disajikan di neraca adalah nilai yang
terendah antara cost dengan harga pasarnya. Misalnya dalam perusahaan
mempunyai persediaan dengan cost $ 1,000. Pada akhir tahun harga
pasar dari persediaan tersebut adalah $ 900, maka yang disajikan di
neraca adalah $ 900. Jika harga pasar barang tersebut adalah $ 1,100,
maka yang disajikan di neraca adalahcostnya yaitu $ 1,000.
Yang dimaksud dengan cost adalah pasar harga yang tidak lebih
tinggi dari ceiling dan tidak boleh lebih rendah dari floor. Ceiling adalah
taksiran harga jual dikurangi dengan taksiran biaya penjualan barang
tersebut. Floor adalah ceiling dikurangi dengan laba normal. Misalkan
perusahaan telah menaksir biaya penjualan adalah 2% dari harga jual
dan laba kotor yang normal bagi perusahaan itu adalah 20% dari harga
jual maka berikut ini diberikan beberapa kemungkinan sebagai berikut:


Kasus


Cost
($)
Market

COMWIL
($)
Replacement
Cost ($)
Floor
($)
Ceiling
($)
Market
($)
A .65 .70 .55 .80 .70 .65
B .65 .60 .55 .80 .60 .60
C .65 .50 .55 .80 .55 .55
D .50 .45 .55 .80 .55 .50
E .75 .85 .55 .80 .80 .75
F .90 1.00 .55 .80 .80 .80

Dalam kasus A replacement cost berada di
antara floor dan ceiling, oleh karena itu replacement cost akan mewakili
market untuk dibandingkan dengan cost yaitu $ .65. Ternyata cost $.65
lebih rendah dari market ($.70) oleh karena itu harga yang dilaporkan
adalah cost nya yaitu $ .65.
Dalam kasus B, replacement cost yang $.60 berada di
antara ceiling, dan floor oleh karena itureplacement cost dapat
mewakili market kemudian dibandingkan dengan cost $.65. Ternyata
market lebih rendah, maka yang disajikan di neraca adalah market.
Dalam Kasus C, replacement cost $.50 ternyata
dibawah floor maka market diwakili oleh floor, kemudian dibandingkan
dengan cost, ternyata floor lebih rendah, maka yang disajikan di neraca
adalah floor.
Dalam kasus D, replacement cost di bawah floor,
maka market diwakili oleh floor dan dibandingkan dengan cost.
Ternyata cost lebih rendah, maka yang disajikan di neraca adalahcost.
Begitu juga kasus E.
Dalam kasus F, replacement cost di atas ceiling, sehingga ceiling,
mewakili market dan dibandingkan dengan cost, ternyata lebih rendah,
sehingga yang disajikan di neraca adalahceiling,.
CONTOH SOAL:
Berikut ini disajikan data persediaan dari PT ABC untuk bulan Januari 2006:
Tanggal Keterangan Unit Harga per Unit
Jan 1 Persediaan 10 $50
5 Pembelian 20 $55
10 Pembelian 30 $60
15 Penjualan 15
20 Pembelian 20 $65
25 Penjualan 25


E. PERBANDINGAN PENDEKATAN LIFO
Ada tiga pendekatan yang berbeda untuk menghitung persediaan
LIFO yaitu
1. LIFO barang-khusus
Adalah tidak realistis karena sebagian besar perusahaan memiliki
berbagai jenis barang dalam persediaan pada akhir periode, dan
penentuan harga persediaan ini atas dasar per unit membutuhkan banyak
biaya dan waktu.
2. Pendekatan LIFO pool barang-khusus
Lebih baik karena mengurangi biaya pencatatan dan biaya klerikal.
Selain itu lapisan persediaannya menjadi lebih sulit mengalami erosi
karena penurunan suatu kuantitasdalam satu pool bisa dioffset oleh
kenaikan kuantitas lain.
Meskipun demikian pendekatan pool yang menggunakan kuantitas
sebagai dasar pengukuran bisa mengarah pada likuidasi LIFO yang
premature.
3. LIFO nilai-dollar
Adalah metode yang dipakai oleh sebagian besar perusahaan yang
menggunakan system LIFO. Walaupun pendekatan ini tampak rumit,
namun logika dan cara perhitungannya sebetulnya sangat sederhana, jika
indeks yang tepat telah diperoleh.
Keunggulan utama dari pendekatan LIFO
Salah satu keunggulan nyata dari pendekatan LIFO adalah bahwa
dalam situasi tertentu, arus biaya LIFO menyerupai arus fisik barang yang
keluar masuk persediaan. Sebagai contoh dalam kasus tumpukan batu bara,
batu bara terakhir adalah batu bara pertama yang akan keluar karena terletak
pada puncak tumpukan. Petugas pengambilan tidak akan mulai mengambil
batu bara dari bagian paling bawah. Batu bara yang akan diambil pertama
adalah batu bara yang ditempatkan paling akhir ditumpukan.
Akan tetapi situasi tumpukan batubara diatas hanya salah satu dari
sedikit situasi dimana arus fisik actual cocok dengan arus biaya LIFO. Oleh
karena itu sebagian besar menganut LIFO menggunakan argument lain
untuk mendukung pemakaiannya.
Manfaat pajak
Adalah alasan utama mengapa LIFO sangat popular. Sepanjang
tingkat harga terus naik dan kuantitas persediaan tidak menurun, pemakaian
LIFO akan menangguhkan pajak penghasilan karena item-item yang dibeli
paling akhir dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pendapatan.
Kelemahan Utama Pendekatan LIFO
a. Berkurangnya laba
b. Persediaan kurang saji
c. Arus fisik
d. Laba biaya berjalan tidak diukur
e. Likuidasi terpaksa
f. Kebiasaan pembelian yang buruk



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas maka dapat disimpilkan bahwa Persediaan adalah
suatu bagian dari kekayaan perusahaan yang digunakan dalam rangkaian proses
produksi untuk diolah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi, yang
dalam hal ini dapat berupa barang maupun jasa.
Jenis-jenis persediaan terbagi menjadi 2 karakteristik yaitu 1). persediaan
sesuai fungsinya terbagi atas Batch Stock, Fluctuation Stock, dan Anticipation
Stock. 2). Persediaan menurut jenis dan posisi barangnya terdiri dari : Persediaan
Bahan Mentah (Raw Material), PersediaanKomponen-Komponen Rakitan
(Purchased Parts/Components), Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong
(Supplies), Persediaan Barang Dalam Proses (Work In Process), Persediaan
Barang Jadi (Finished Goods).
Adapun manfaat dari memanajemeni persediaan yaitu sebagai berikut
: Memanfaatkan Diskon Kuantitas, Menghindari Kekurangan Bahan (Out Of
Stock), Manfaat Pemasaran,Peningkatan Tingkat Pelayanan, dan Pengontrolan
Persediaan yang Lebih Baik.

Faktor yang mempengaruhi pengendalian bahan baku persediaanya
sebagai berikut : Perkiraan Pemakaian Bahan Baku, Harga Bahan Baku, biaya-
biaya persediaan, Kebijaksanaan pembelanjaan, Pemakaian Bahan, Waktu
Tunggu, Model Pembelian Bahan Baku,Persediaan Pengaman, Pembelian
Kembali.

REFERENSI
Buku : Akuntansi Intermediate. Edisi 10. Donald E. Kieso, Jerry J.
Weugandt, Terry D. Warfield
http://id.scribd.com/doc/64222491/Akuntansi-Persediaan
http://dasar-akuntansi.blogspot.com/2009/09/akuntansi-persediaan.html
http://id.shvoong.com/business-management/management/2180343-faktor-yang-
mempengaruhi-persediaan/#ixzz2ioVFsHf7
https://www.google.co.id/#q=manfaat+persediaan

Anda mungkin juga menyukai