Anda di halaman 1dari 11

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN

MEROKOK DI KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR



FACTORS ASSOCIATED WITH SMOKING RELAPSE IN DISTRICT
TAMALATE MAKASSAR

Rosdiana
1
, Mappeaty Nyorong
2
, Ida Leida M. Thaha
3


1
Alumni Program Magister Promosi Kesehatan FKM Universitas Hasanuddin.
2
Bagian Promosi Kesehatan, FKM, Universitas Hasanuddin.
3
Bagian Epidemiology, FKM, Universitas Hasnuddin.









Alamat Korespondensi :
Rosdiana, SKM
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
Makassar,
HP ; 085299856836
Email: rosdianaary@rocketmail.com






Abstrak

Kekambuhan merokok adalah kembali keperilaku awal dimana seorang individu kembali merokok secara
berkelanjutan setelah melewati masa absen dari merokok, karena berhenti merokok merupakan perubahan
perilaku yang tidak mudah bagi seorang perokok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian kekambuhan merokok di Kecamatan Tamalate. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif yang menggunakan desain Cross Sectional, dengan menggunakan uji statistik Chi-square
dan regresi logistik dan di analisis dengan menggunakan program SPSS versi 21. Pemilihan sampel dilakukan
dengan cara Purposive Random Sampling sebesar 384 sampel. Variabel dari penelitian ini adalah persepsi
terhadap ancaman penyakit akibat rokok, persepsi manfaat berhenti merokok, persepsi hambatan berhenti
merokok, kepercayaan diri, motivasi dan tingkat ketergantungan nikotin. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel ancaman (p=0,060) dan variabel manfaat (p=0,114) tidak memberikan pengaruh terhadap
kejadian kekambuhan merokok, dan variabel kepercayaan diri (p=0,034) merupakan variabel yang paling besar
pengaruhnya terhadap kejadian kekambuhan merokok, sehingga untuk meningkatkan kepercayaan diri untuk
berhenti merokok diperlukan suatu kondisi yang mendukung agar seseorang tidak merokok yakni kawasan
bebas rokok.

Kata Kunci : Kekambuhan merokok, Berhenti merokok

Abstract

Smoking relapse is a return to the earlier behavior in which an individual is smoking again after a period of
continuous absence of smoking, because smoking cessation is a change in behavior that is not easy for a
smoker. This research aims to analyze the factors associated with the incidence of smoking relapse in District
Tamalate. This research is quantitative research that uses cross-sectional design, using statistical test and Chi-
square and logistic regression analysis using SPSS version 21. Samples are selected by using purposive
sampling, then obtained samples were 384 people. The variables in this research were perceived of threat to
diseases caused by smoking, perceived benefits to quit smoking, perceived barrier to quit smoking, self efficacy,
motivation, and levels of nikotin dependence. The results of this research indicate that the threat to diseases
variables (p = 0.060) and a variable benefit to quit smoking (p = 0.114) did not have influence on the incidence
of smoking relapse, and self efficacy variable (p = 0.034) were the variables that most influence on the
incidence of smoking relapse, so as to increase the confidence needed to quit a condition that a person is not
permitted to support the non-smoking area.

Keywords : Smoking relapse, Smoking cessation













PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan
guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat pada setiap
penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Salah satu
perilaku hidup sehat adalah dengan tidak merokok, namun berhenti merokok bukanlah hal
yang mudah dilakukan oleh seorang perokok.
Data dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) Indonesia tahun 2011 menunjukkan
bahwa 5 dari 10 perokok saat ini berpikir atau merencanakan ingin berhenti merokok.
Kebanyakan dari mereka menyadari bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan dan oleh sebab
itu mereka berniat berhenti merokok, namun tidak semua perokok berhasil melewati masa
rehabilitasi dan seringkali mengalami kekambuhan merokok (relapse).
Laporan dari American Lung Association tahun 2011, menunjukkan bahwa angka
kekambuhan merokok (relapse) dikalangan perokok adalah sebesar 90 % dalam satu tahun
sejak berhenti merokok. Artinya hanya 10% yang dapat tetap tidak merokok sampai masa
evaluasi satu tahun, sekitar 90% lainya kambuh lagi akan kebiasaan lamanya dan merokok
kembali dalam waktu kurang dari satu tahun sejak berhenti merokok.
Menurut data dari layanan berhenti merokok di Inggris melaporkan, sekitar 50%
perokok ingin berhenti merokok dalam 4 minggu, tetapi hanya 25 % yang berhasil,
selebihnya sekitar 75 % kembali lagi merokok secara reguler dalam 4 52 minggu sejak
tanggal berhenti. ( Song F. et.al.2012 )
Hasil survey yang juga dilakukan di Belanda juga menunjukkan angka kekambuhan
merokok (relapse) yang sangat tinggi yaitu 90% dalam 3 bulan pertama, dan hanya 3%-5%
dari perokok yang berhenti merokok dapat mempertahankan usahanya untuk berhenti
merokok selama 6 bulan atau lebih (Hughes, et.al 2004 dalam Iman, et.al 2012).
Penelitian lainnya di Brazil, dimana mengevaluasi 465 pasien pengobatan berhenti
merokok di klinik berhenti merokok hasilnya adalah 34% berhasil berhenti merokok dalam 1
tahun, 48% relapse/kambuh, 11% gagal pengobatan dan 7% berhenti dari pengobatan
(Zavattieri et,al 2006). Sedangkan data dari report IU smoking survey yang memilih individu
usia 18-24 tahun (yang telah berhenti merokok selama 1 tahun dan diprediksi tetap pantang
selama 5 tahun untuk tetap tidak merokok) mendapatkan bahwa dari 67% peserta dapat
mempertahankan jangka panjang pantang (tidak merokok) dan 33% lainnya relapse merokok
(Macy et.al. 2007). Hal tersebut menandakan walaupun perokok tersebut sudah mendapatkan
pengobatan/usaha untuk berhenti merokok tapi angka yang mengalami kekambuhan merokok
masih cukup tinggi.
Berdasarkan Fakta Beban Tembakau Indonesia tahun 2011, terdapat sekitar 61 juta
perokok di Indonesia. Menurut survey Sosial Ekonomi Nasional dari tahun 1995 sampai
tahun 2010 menunjukkan peningkatan prevalensi perokok laki-laki 15 tahun keatas dari 53,4
% (1995) menjadi 65, 9 % (2010), sedang prevalensi perokok wanita 1,7 % (1995) menjadi
4,2 % (2010) (Akhsan. A et.al dalam Thabrani, 2012).
Menghentikan perilaku merokok bukanlah hal yang mudah, terlebih lagi bagi
perokok di Indonesia. Hasil survey yang dilakukan oleh LM3 (Lembaga Menanggulangi
Masalah Merokok) pada tahun 2005 menunjukkan dari 375 responden yang dinyatakan
66,2% perokok pernah mencoba berhenti merokok, tetapi mereka gagal. Kegagalan ini ada
berbagai macam ; 42,9% tidak tahu caranya; 25,7% sulit berkonsentrasi dan 2,9% terikat oleh
sponsor rokok Sementara itu ada yang berhasil berhenti merokok disebabkan kesadaran
sendiri (76%), sakit (16%) dan tuntutan profesi (8%) (Fawzani, 2005).
Angka-angka diatas menggambarkan bahwa meskipun terdapat banyak perokok
yang berkeinginan untuk mengakhiri perilaku merokoknya, namun hanya sedikit yang
berhasil terbebas dan mempertahankan masa bebas rokoknya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian kekambuhan merokok di kecamatan Tamalate kota Makassar.

BAHAN DAN METODE
Lokasi Penelitian dan Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kecamatan Tamalate Kota Makassar, dengan
pertimbangan bahwa kecamatan ini merupakan kecamatan di kota Makassar yang
mempunyai populasi penduduk paling besar. Jenis penelitian ini adalah penelitian
observasional dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk kecamatan tamalate kota
Makassar, sedang sampel penelitian dilakukan dengan purposive sampling.
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian perokok laki-laki yang diambil dari
keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi. Dengan menggunakan
rumus lemeshow besar sampel dalam penelitian ini adalah 384 sampel.


Pengumpulan Data
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh berdasarkan wawancara
langsung dengan responden yang terpilih dengan menggunakan kuesioner.
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran literatur dan data-
data yang berasal dari instansi terkait serta hasil-hasil penelitian sebelumnya.
Analisis Data
Analisa data yang dilakukan adalah analisis univariat, analisis bivariat (uji chi
square) dan analisis multivariat (uji regresi logistik). dan hasilnya disajikan dalam bentuk
tabel dan narasi.

HASIL
Analisis Univariat
Tabel 1 memperlihatkan bahwa responden yang mengalami kekambuhan merokok
(relapse) adalah sebanyak 299 responden (77.9%) sedangkan yang berhasil berhenti merokok
adalah sebesar 85 responden (22.1%), dan untuk variabel-variabel yang lain dapat dilihat
pada tabel 1.
Analisis Bivariat
Tabel 2 memperlihatkan hasil uji statistic dengan menggunakan Chi-square, hasil
analisis menunjukkan tidak ada hubungan antara persepsi ancaman penyakit akibat rokok
dengan kejadian kekambuhan merokok dengan nilai p=0,060 (p<0,05), tidak ada hubungan
persepsi manfaat berhenti merokok dengan kejadian kekambuhan merokok dengan nilai
p=0,114 (p<0,05), ada hubungan persepsi hambatan berhenti merokok dengan kejadian
kekambuhan merokok dengan nilai p=0,023 (p<0,05), ada hubungan kepercayaan diri dengan
kejadian kekambuhan merokok dengan nilai p=0,034 (p<0,05), ada hubungan motivasi
dengan kejadian kekambuhan merokok dengan nilai p=0,037 (p<0,05), dan ada hubungan
tingkat ketergantungan nikotin dengan kejadian kekambuhan merokok dengan nilai p=0,008
(p<0,05).
Analisis Multivariat
Tabel 3 memperlihatkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji regresi logistic,
memperlihatkan bahwa variabel yang sangat berpengaruh dalam kejadian kekambuhan
merokok adalah variabel kepercayaan diri dengan nilai Exp(B)=2,793 kali lebih besar dari
variabel yang lain.

PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel persepsi terhadap ancaman penyakit
akibat rokok dan variabel persepsi manfaat berhenti merokok tidak mempunyai hubungan
yang signifikan terhadap kejadian kekambuhan merokok, Padahal menurut teori Health
Belief model, persepsi terhadap ancaman penyakit merupakan salah satu komponen dari teori
ini yang berhubungan secara langsung dengan kecenderungan seseorang untuk melakukan
perilaku kesehatan dimana dalam hal ini yaitu perilaku untuk berhenti merokok. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Son et,al (2009) yang menyatakan tidak adanya
hubungan antara persepsi terhadap ancaman penyakit dengan terjadinya kekambuhan
merokok (relapse) pada perokok yang tengah menjalani masa rehabilitasi berhenti merokok.
Manfaat berhenti merokok berupa manfaat fisiologis,ekonomi, dan sosial. Akan tetapi tidak
semua orang yang merasakan manfaat berhenti merokok akan memiliki motivasi yang tinggi
untuk berhenti merokok Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kim dan Bae (2011), yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan persepsi manfaat
berhenti merokok dengan terjadinya relapse pada perokok aktif. Hal ini berarti bahwa
persepsi manfaat berhenti merokok bukan merupakan prediktor terjadinya kekambuhan
merokok (relapse).
Penelitian ini juga menemukan bahwa variabel kepercayaan diri merupakan variabel
yang paling berpengaruh terhadap kejadian kekambuhan merokok. hasil analisis multivariat
dengan uji regresi logistik mendapatkan nilai Exp(B)=2,793 kali lebih besar dari variabel
yang lain. kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk
mengatur dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, dan
berusaha untuk menilai tingkatan dan kekuatan di seluruh kegiatan dan konteks
(Bandura,1997 dalam Scheiding, 2009). Semakin tinggi tingkat kepercayaan diri, semakin
sukses seseorang dalam membuat dan memelihara perubahan perilaku. Ketika seseorang
merasa memiliki sedikit atau tidak memiliki kemampuan untuk melakukan kontrol atas
perilaku tertentu, ia cenderung untuk tidak mau mencoba mengubah perilaku itu. Jika ia
memutuskan untuk mencoba, dia lebih cenderung untuk menyerah ketika hasilnya tidak
langsung atau terjadi kemunduran (Scheiding, 2009). Begitu pun dalam hal usaha berhenti
merokok, hal ini ditunjukkan bila melanggar komitmen mereka untuk berhenti merokok
(walaupun hanya dengan satu batang rokok), maka dapat menghancurkan kepercayaan
dirinya untuk mengubah perilaku merokoknya. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
penelitian Scheiding (2009), menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai kepercayaan
diri yang tinggi, maka kemungkinan untuk berhenti merokok akan lebih besar. Penelitian
Borland(2009) juga mendapatkan bahwa kekambuhan merokok (relapse) berhubungan
dengan rendahnya kepercayaan diri seseorang untuk berhenti merokok.
Persepsi hambatan berhenti merokok adalah pikiran,perasaan atau pengalaman
seseorang tentang hambatan yang dirasakan apabila berhenti merokok. Dalam penelitian ini
hambatan yang dirasakan paling banyak adalah rasa stress dan frustasi yang dirasakan selama
masa pantang, dan terjadinya peningkatan berat badan juga ditemukan sebagai hambatan
yang besar dalam usaha berhenti merokok dari responden. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Kumboyono (2011), yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara
persepsi terhadap penghambat berhenti merokok dengan motivasi untuk berhenti
merokok.Hasil penelitian ini telah sesuai dengan teori Health Belief Model dalam Pender
et,al.2002 (kumboyono, 2011), yang menyebutkan tingginya persepsi terhadap penghambat
berhenti merokok secara signifikan dapat berpengaruh pada rendahnya kemauan atau
motivasi seseorang untuk berhenti merokok.
Motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh
seorang individu. Berdasarkan teori diatas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi seorang
perokok dalam usahanya untuk berhenti merokok adalah suatu dorongan yang terdapat dalam
diri individu sehingga menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya
untuk segera berhenti merokok (Maslow 1950, dalam Pradana 2008). Dari penelitian ini
didapatkan sebagian besar motivasi seorang perokok untuk berhenti merokok adalah karena
ingin hidup sehat dan karena ingin menghemat uang. Hasil penelitian ini sesuai dengan studi
yang dilakukan oleh Winurini (2011) yang menyatakan bahwa motivasi kesehatan merupakan
inti dari keberhasilan seorang perokok yang mencoba untuk berhenti merokok. Pada dasarnya
seorang perokok berhasil atau tidak untuk berhenti merokok adalah tergantung pada
keseimbangan antara motivasinya untuk berhenti merokok dan tingkat ketergantungannya
terhadap nikotin (Robert West. 2004), seperti yang didapatkan pada penelitian ini seorang
perokok yang mempunyai motivasi yang tinggi untuk berhenti, didapatkan hanya 25,8 %
yang berhasil berhenti merokok dan 74, 2 % kembali lagi merokok (relapse).
Tingkat ketergantungan nikotin pada penelitian ini didapatkan bahwa responden
yang mengalami relapse lebih banyak terjadi pada responden yang mempunyai tingkat
ketergantungan nikotin tinggi yakni sebanyak 207 responden dan 92 responden yang
mempunyai tingkat ketergantungan nikotin rendah, berdasarkan uji Chi square menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan tingkat ketergantungan nikotin terhadap kejadian
kekambuhan merokok. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Fagan (2007),
menyatakan bahwa tingkat ketergantungan nikotin mempunyai hubungan yang signifikan
dengan niat untuk berhenti merokok seorang perokok. Demikian juga hasil penelitian Girma
(2010), menyatakan bahwa mereka yang memiliki tingkat ketergantungan nikotin tinggi tidak
mempunyai niat untuk berhenti merokok.

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
variabel persepsi terhadap ancaman penyakit akibat rokok dan variabel persepsi manfaat
berhenti merokok tidak memberikan kontribusi terhadap kejadian kekambuhan merokok,
sedangkan variabel persepsi hambatan berhenti merokok, variabel kepercayaan diri, variabel
motivasi dan tingkat ketergantungan nikotin memberikan kontribusi terhadap kejadian
kekambuhan merokok. Dari hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik mendapatkan
bahwa variabel yang sangat berpengaruh terhadap kejadian kekambuhan merokok adalah
variabel kepercayaan diri dengan nilai Exp(B)=2,793 kali lebih besar dari variabel yang lain,
sehingga untuk meningkatkan kepercayaan diri untuk berhenti merokok diperlukan suatu
kondisi yang mendukung agar seseorang tidak merokok misalnya dengan kawasan bebas
rokok. Untuk itu berharap kepada pemerintah segera memberlakukan undang-undang
larangan merokok ditempat-tempat umum dengan sanksi yang tegas bagi yang melanggarnya.

DAFTAR PUSTAKA

American Lung Association. (2011). Trens in Tobacco Use. Research and Program Service
Epidemiologi and Statistic Unit.
Borland, Hyland. et.al. (2009). Predictors of smoking relapse by duration of abstinence:
findings from the International Tobacco Control (ITC) Four Country Survey.
Department of Psychology. The University of Melbourne. Melbourne. VIC.
Australia
Fagan, Augustson, E., Backinger, C.L., O Connel,M.E.,Robert E. Vollinger Jr., Kaufman,
A., & Gibson J.T. (2007). Quit Attempts and Intention to Quit Cigatette Smoking
Among Young Adults in The United States. American Journal of Public Healh.
Fawzani dan Atik. (2004). Terapi Berhenti Merokok ( Studi Kasus 3 Perokok Berat). Makara
Kesehatan 2005.
Girma, Assefa. et.al . (2010). Cigarette smokers intention to quit smoking in Dire Dawa
town Ethiopia: an assessment using the Transtheoretical Model. BMC Public Health
2010.
Iman, Bolman C,.Candel. Wiers R. (2012). Preventing Smoking Relapse via Web-Based
Computer-Tailored Feedback: A Randomized Controlled Trial. Department of Health
Promotion, University, Maastricht, Netherlands
Kumboyono. (2011). Analisis Faktor Penghambat Berdasarkan Berhenti Merokok
Berdasarkan Health Belief Model pada Mahasiswa F.T. UNIBRAW Malang. Jurnal
Keperawatan Soedirman 2011.
KEMENKES. (2012). Laporan GATS Indonesia 2011.
Kim, H.S. dan Bae S.S. (2011). Factors Associated with Relapse to Smoking Behavior Using
Health Belief Model. Graduate School of Public Health, Hallym Health Services
Research Center, Hallym University, Korea
Macy, Seo. et.al. (2007). Prospective Predictors of Long-Term Abstinence Versus Relapse
Among Smokers Who Quit as Young Adults. American Journal of Public Health.
Agustus 2007, Vol 97, No. 8.
Pradana, Kemal A. (2008). Dinamika Motivasi Mengakhiri Perilaku Merokok Mantan
Perokok yang Pernah Mengalami Fase Relapse. Tesis (online). (http://
lontar.ui.ac.id/file ) diakses 1 januari 2013.
Robert west. (2004). ABC of smoking cessation. Assessment of dependence and motivation to
stop smoking. BMJ Vol. 328.
Scheiding, Rachel, A. (2009). The Relationship Between smoking Cessation and self efficacy.
Thesis. Department of Psychology Marietta Collegge.
Son, HK, et.al. (2009). The factors implicated when an individual starts to smoke again after
a 6 month cessation. Department of Preventive Medicine, School of Medicine,
Kyungpook National University.
Song, F. et.al. (2012). Self-help materials for the prevention of smoking relapse: study
protocol for a randomized controlled trial. Biomed Central
Thabrany dan Sarnantio. (2012). Indonesia The Heaven for Cigarette Companies and The
Hell For The People. Faculty of Public Health. Indonesia University
Winurini, Sulis. (2011). Penyebab Relapse (kembali merokok)pada Perokok Berat di tinjau
dari Health Belief Model. Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi Sekretaris
Jenderal DPR RI.
Zavattieri, A.G,. et.al. (2006). Which The Reason to Relapse in The First 12 week, Between
The 13 and 24 and after 24 Weeks of Smoking Cessation Treatment?. Smoking
cessation, Heart Institute - University of So Paulo Brazil














Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Penelitian Di Masyarakat
Kecamatan Tamalate Kota Makassar.
No Variabel Penelitian n %
1. Kambuh Merokok (Relapse)
a. Ya
b. Tidak (berhenti merokok)

229
85

77,9
22,1
2. Persepsi terhadap ancaman penyakit
a. Terancam
b. Tidak Terancam

189
196

49,2
50,8
3. Persepsi manfaat berhenti merokok
a. Bermanfaat
b. Tidak bermanfaat

236
148

61,5
38,5
4. Persepsi hambatan Berhenti merokok
a. Terhambat
b. Tidak terhambat

202
182

52,6
47,4
5. Kepercayaan diri
a. Kepercayaan diri tinggi
b. Kepercayaan diri rendah

226
158

58,9
41,1
6. Motivasi
a. Motivasi tinggi
b. Motivasi rendah

236
148

61,5
38,5
7. Tingkat ketergantungan nikotin
a. Tingkat ketergantungan nikotin tinggi
b. Tingkat ketergantungan nikotin rendah

252
132

65,6
34,4
Sumber : Data Primer 2013














Tabel 2 Hubungan Masing-Masing Variabel Terhadap Kejadian Kekambuhan
Merokok di Kecamatan Tamalate Kota Makassar.
No Variabel Berhenti
Merokok
Kambuh
Merokok
Jumlah
n % n % n %
1. Persepsi ancaman
Terancam
Tidak terancam

50
35

26,5
17,9

139
160

73,5
82,1

189
195

100
100
P= 0,060
2. Persepsi manfaat
Bermanfaat
Tidak bermanfaat

59
26

25,0
17,6

177
122

75,0
82,4

236
148

100
100
P= 0,114
3. Persepsi hambatan
Terhambat
Tidak terhambat

35
50

17,3
27,3

167
132

82,7
72,5

202
182

100
100
P= 0,023
4. Persepsi ancaman
Terancam
Tidak terancam

50
35

26,5
17,9

139
160

73,5
82,1

189
195

100
100
P= 0,060
5. Persepsi manfaat
Bermanfaat
Tidak bermanfaat

59
26

25,0
17,6

177
122

75,0
82,4

236
148

100
100
P= 0,114
6. Persepsi hambatan
Terhambat
Tidak terhambat

35
50

17,3
27,3

167
132

82,7
72,5

202
182

100
100
P= 0,023
Sumber : Data Primer 2013.
Tabel 3 Hasil Analisis Uji Regresi Logistik Faktor Kejadian Kekambuhan Rokok pada
Perokok Aktif pada Masyarakat Kec. Tamalate Kota Makassar.

Variabel B Nilai p Exp(B)
Step 1






Step 2
Ancaman
Manfaat
Penghambat
Kepercayaan diri
Motivasi
Nikotin
Constant
Ancaman
Hambatan
kepercayaan diri
Motivasi
Nikotin

Constant
Overall Percentage
0.402
0.417
0.732
0.978
0.441
0.634
-0.344
0.434
0.657
1.027
0.456
0.664

-0.216
79.7
0.125
0.139
0.010
0.001
0.117
0.020
0.268
0.095
0.019
0.000
0.104
0.014
1.494
1.517
2.080
2.658
1.554
1.886
0.709
1.543
1.929
2.793
1.578
1.942
Sumber : data Primer 2013

Anda mungkin juga menyukai