Anda di halaman 1dari 2

1

BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan didefinisikan oleh Federasi Obstetri dan Ginekologi
Internaional sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang
kemudian dilanjutkan dengan proses nidasi atau implantasi. Kehamilan terbagi
dalam 3 trimester dan berlangsung selama 40 minggu bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi.
1
Pada ibu hamil akan terjadi perubahan anatomi,
fisiologi, serta biokemistri tubuh sebagai adaptasi terhadap kehamilannya. Tidak
hanya organ reproduksi yang mengalami perubahan, tetapi semua organ juga akan
mengalami penyesuaian, termasuk organ ginjal dan saluran kemih.
2

Dalam kehamilan terjadi perubahan anatomis dan fisiologis ginjal dan
saluran kemih, yang sering menimbulkan gejala, kelainan fisik, dan perubahan
hasil pemeriksaan laboratorium.

Secara anatomis, volume, berat, dan ukuran ginjal
akan bertambah selama masa kehamilan dan perubahan fisiologis penting yang
timbul antara lain adalah peningkatan aliran plasma rena (Renal Plasma
Flow/RPF), peningkatan filtrasi glomerulus (Glomerural Filtration Rate/GFR),
dan perubahan reabsorpsi glukosa, sodium, asam amino, dan asam tubular.
3
Sebenarnya, kehamilan bukan merupakan faktor risiko penyakit ginjal
karena perubahan-perubahan tersebut terjadi secara reversibel, akan tetapi, ketika
muncul gejala klinis dengan hasil pemeriksaan yang tidak normal, perlu
diperhatikan dan ditangani lebih lanjut. Penyakit ginjal dapat memberikan akibat
yang buruk bagi ibu dan janin, sebaliknya kehamilan dapat pula memberikan efek
samping ke ginjal yang permanen. Sindroma nefrotik merupakan salah satu
penyakit ginjal yang dapat dialami oleh siapa saja, termasuk ibu hamil. Sindroma
nefrotik adalah suatu sindroma (kumpulan gejala) yang terdiri dari proteinuria
masif (>3,5 gr/hari), hipoalbuminemua (<3,5 gr/hari), edema anasarka,
hipokolesterolemia, dan lipiduria.

Penyebab sindroma ini banyak dan kelainan
histopatologisnya pun bervariasi, secara umum dapat dibagi menjadi primer (dari
glomerulus itu sendiri) dan sekunder (akibat hal lain di luar ginjal).
1,2
2


Penatalaksanaan serta prognosis pada ibu hamil dengan sindroma nefrotik
bergantung pada faktor penyebab dan pada beratnya insufisiensi ginjal.
Penatalaksanaan ditujukan untuk menurunkan jumlah proteinuria pasien.
2,3


Secara umum, setiap kelainan ginjal baik yang permanen atau yang
reversibel, akan memberikan risiko peningkatan kematian janin, pertumbuhan
intrauterin yang terganggu, atau prematuritas. Suatu penelitian retrospektif di
Australia oleh Packham dkk. melaporkan adanya gangguan fungsi ginjal,
hipertensi sebelum kehamilan, atau sindroma nefrotik dapat menyebabkan
mortalitas perinatal sebesar 30% dibandingkan populasi normal sebanyak 5% saat
itu.
2
Perubahan patologis pada ginjal dan saluran kemih pada ibu hamil dapat
memberikan dampak buruk bagi ibu dan janin. Untuk itu, perlu pemahaman lebih
dalam mengenai kelainan ginjal yang terjadi pada masa kehamilan, dalam tulisan
ini lebih dispesifikasikan ke sindroma nefrotik, agar ibu dan janin selamat sampai
proses kelahiran. Diharapkan tulisan ini dapat memberikan manfaat berupa
wawasan pengetahuan mengenai sindroma nefrotik pada kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai