Anda di halaman 1dari 16

DAPUR INDUKSI

1. PENDAHULUAN

1.1 Sejarah
Hubungan teknologi pengecoran dengan peradaban manusia sangat erat
disetiap zaman dibuktikan dengan dikenalnya zaman perunggu dan zaman besi.
Peradaban tersebut ditandai dengan kemampuan manusia untuk mengolah logam
dengan temperatur leleh yang lebih tinggi. Teknik pengecoran adalah proses awal
dari teknik produksi, hal ini menjadikan teknik pengecoran suatu bagian yang sangat
penting untuk dipahami. Langkah awal pengenalan teknik pengecoran di dunia
kampus dimulai dengan mengenalkan teknik peleburan logam yang salah satunya
adalah proses peleburan logam.

1.2. Latar Belakang.
Dalam proses pengecoran logam tahapan peleburan untuk mendapatkan logam
cair pasti akan dilakukan dengan menggunakan suatu tungku peleburan di mana
material bahan baku dan jenis tungku yang akan digunakan harus disesuaikan dengan
material yang akan dilebur.
Pemilihan tungku peleburan yang akan digunakan untuk mencairkan logam
harus sesuai dengan bahan baku yang akan dilebur. Paduan Aluminium, paduan
tembaga, paduan timah hitam, dan paduan ringan lainnya biasanya dilebur dengan
menggunakan tungku peleburan jenis krusibel,sedangkan untuk besi cor
menggunakan tungku induksi frekwensi rendah atau kupola. Tungku induksi rekwensi
tinggi biasanya digunakan untuk melebur baja dan material tahan
temperatur tinggi.
Tungku yang paling banyak digunakan dalam pengecoran logam antara lain
ada lima jenis yaitu; Tungku jenis kupola, tungku pengapian langsung, tungku
krusibel, tungku busur listrik, dan tungku induksi. Dalam memproduksi besi cor
tungku yang paling banyak digunakan industri pengecoran adalah krusibel dan tungku
induksi, jenis kupola sudah mulai jarang digunakan karena pertimbangan tertentu.
Berikut ini uraian tentang tungku induksi

2. ISI

2.1. Kajian Tentang Dapur Induksi
Secara umum tanur induksi digolongkan sebagai tanur peleburan (melting
furnace) dengan frekuensi kerja jala-jala (50 Hz) sampai frekuensi tinggi (10000 Hz)
dan tanur penahan panas (holding furnace) yang bekerja pada frekuensi jala-jala.
Tanur induksi listrik adalah tanur yang melebur logam dengan medan
elektromagnet yang dihasilkan oleh induksi listrik, baik yang berfrekuensi rendah
maupun yang berfrekuensi tinggi. Tanur induksi biasanya berbentuk crucible yang
dapat dimiringkan. Tanur ini dipakai untuk melebur baja paduan tinggi, baja perkakas,
baja untuk cetakan, baja tahan karat,dan baja tahan panas yang tinggi..
Penggunaan tanur induksi di industri pengecoran logam dewasa ini telah
semakin berkembang. Hal ini terutama karena tanur induksi menjanjikan beberapa
kelebihan antara lain:
1. Hasil peleburan bersih.
2. Mudah dalam mengatur/mengendalikan temperatur.
3. Komposisi cairan homogen.
4. Efisiensi penggunaan energi panas tinggi.
5. Dapat digunakan untuk melebur berbagai jenis material
Namun demikian terdapat pula hambatan/kendala yang perlu diperhatikan
yaitu:
1. Infestasi biaya beban tetap yang cukup besar menuntut loading yang tinggi.
2. Biaya operasi yang besar menuntut tingkat kegagalan yang rendah.
3. Dibutuhkan operator maupun teknisi berpengalaman dalam mengoperasikannya.
4. Tingkat bahaya besar, mengingat tanur ini menggunakan enerji listrik yang sangat
besar.
5. Biaya perawatan besar.


2.2. Bagian-Bagian Dapur Induksi
Secara umum konstruksi dari dapur induksi bentuknya tidak jauh beda dengan
dapur-dapur peleburan lainnya. Akan tetapi bagian-bagian dalam dapur induksi tentu
berbeda sesuai fungsi dan perannya.


Gambar 2. 2.1 Kostruksi dari dapur induksi



Gambar 2. 2.2 Kostruksi dari dapur induksi



Bagian - bagian dapur induksi terdiri dari
1. Spot : bias disebut juga dengan corong yang berfungsi sebagai tempat keluarnya
cairan logam yang sudah dileburkan.
2. Crusible : sebagai tempat pemanasan logam
3. Lining : lapisan pada diding bagian dalam yang tahan panas , berfungsi sebagai
krus.
4. Antena : memiliki peranan penting sebagai sensor kebocoran yang berfungsi
untuk mendeteksi kebocoran cairan logam pada lining (lapisan pada dinding
bagian dalam induction furnace), apabila terdapat kerusakan pada lining
dikarenakan crack (retak), erosi, serta lining tergerus yang menyebabkan cairan
logam bisa keluar menembus ke plat bajanya dan bisa terus melelehkannya serta
cairan logam bisa sampai terus merusak induktor tembaga yangdidalamnya
terdapat air, maka akan terjadi ledakan pada induction furnace.
5. Coil (Induktor) : komponen yang tersusun dari lilitan kawat berfungsi
menimbulkan arus listrik.
6. Refaktori : merupakan material yang mempunyai ketahanan dalam temperatur
tinggi d an material yang mampu mempertahankan sifatnya terhadap tegangan
mekanik maupun serangan kimia dari gas-gas panas, cairan logam dan slag
7. Dan komponen-komponen lainnya.

2.3. Prinsip Proses Peleburan Dengan Tanur Induksi
Tanur induksi bekerja dengan prinsip transformator dengan kumparan primer
dialiri arus AC dari sumber tenaga dan kumparan sekunder. Kumparan sekunder yang
diletakkan didalam medan mahnit kumparan primer akan menghasilkan arus induksi.
Berbeda dengan transformator, kumparan sekunder digantikan oleh bahan baku
peleburan serta dirancang sedemikian rupa agar arus induksi tersebut berubah menjadi
panas yang sanggup mencairkannya.
Sesuai dengan frekuensi kerja yang digunakan, tanur induksi dikatagorikan
sebagai tanur induksi frekuensi jala-jala (50 Hz 60 Hz) dengan kapasitas lebur
diatas 1 ton/jam dan tanur induksi frekuensi menengah (150 Hz 10000 Hz) untuk
tanur dengan kapasitas lebur rendah.

Frekuensi jala-jala pada tanur induksi frekuensi menengah diubah terlebih
dahulu dengan menggunakan thyristor menjadi freukensi yang lebih tinggi sebelum
dialirkan kekumparan primer.

Gambar 2.3.1. Skema tanur induksi frekuensi menengah

Secara umum tanur induksi terdiri dari 2 jenis yaitu:
a. Dapur induksi jenis saluran.
Jenis saluran inidigunakan sebagai holding furnace (hanya berfungsi untuk
menahan temperatur cairan agar tidak turun).

Gambar 2.3.2. Dapur induksi jenis saluran potongan melintang.

Prinsip pemanasan tanur induksi jenis saluran. Pemanasan hanya
dilakukan pada bagian saluran cairan. Bahan cair yang panas akan bergerak
keatas, sedangkan bahan cair yang dinggin bergerak kebawah mengisi saluran.
Dengan demikian cairan didalam tanur akan mengalami sirkulasi.


Gambar 2.3.3. Prinsip pemanasan dapur induksi jenis saluran.

b. Dapur Induksi jenis krus


Gambar 2.3.4 Dapur induksi jenis krus.

Untuk dapur jenis ini digunakan sebagai dapur peleburan. Tanur induksi
jenis krus dikonstruksi sedemikian rupa disesuaikan dengan ukuran dan jenis
bahan yang dilebur, sehingga terdapat tanur induksi frekuensi jala-jala, tanur
induksi frekuensi menengah dan tanur induksi frekuensi tinggi.


Gambar 2.3.5. Prinsip dapur induksi jenis krus.

Hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih frekuensi kerja tanur
induksi adalah hubungannya dengan ukuran minimum bahan baku yang dapat
ditembus oleh frekuensi tersebut, sebagai berikut


Dimana :
= kedalaman penetrasi elektromagnetik [m].
K = Konstanta bahan baku.
f = Frekuensi kerja [Hz].
Ukuran minimum bahan baku yang dapat dilebur tanpa bantuan cairan adalah:
D = 3,5 x



Pada tanur induksi frekuensi jala-jala (50 Hz), mengingat dimensi bahan baku
minimumnya sedemikian besar, maka peleburan pertama selalu dimulai dengan bahan
berukuran besar sebagai starting-block serta selalu disisakan sekurang-kurangnya 1/3
cairan didalam tanur untuk membantu proses peleburan berikutnya

Oleh Brown Bovery C. ditabelkan sebagai berikut :

Tabel 2.3.1 Ukuran minimum bahan baku


Pada tanur induksi frekuensi jala-jala (50 Hz), mengingat dimensi bahan baku
minimumnya sedemikian besar, maka peleburan pertama selalu dimulai dengan bahan
berukuran besar sebagai starting-block serta selalu disisakan sekurang-kurangnya 1/3
cairan didalam tanur untuk membantu proses peleburan berikutnya.


2.4. Lining Tanur Induksi
Hal utama yang perlu sangat diperhatikan disamping prinsip pemanasan dan
pencairan pada penggunaan tanur induksi adalah lapisan bahan tahan panas (lining)
yang berfugsi sebagai krus. Kualitas lining ini sangat berperan terhadap fungsi,
keselamatan kerja, metalurgi peleburan dan efisiensi.
Beban-beban yang harus dapat diatasi oleh lining adalah:
a. Temperatur tinggi selama proses peleburan dan perubahan temperatur dari tinggi
kerendah yang sangat cepat (temperatur shock) dan berulang-ulang khususnya
ketika bahan baku dimuatkan.
b. Gaya-gaya mekanik yang dihasilkan oleh tekanan cairan, benturan bahan baku
dan gesekan baik ketika bahan masih beku ataupun telah mencair.
c. Efek-efek metalurgi dari reaksi-reaksi yang berlangsung antara lining dengan
bahan dan terak cair, unsur-unsur asing serta merusak yang berasal dari bahan
baku (Zn, Pb) yang pada temperatur peleburan besi berada dalam keadaan sangat
cair sehingga mampu menyusup diantara celah-celah lining.

Ketebalan lining tanur induksi berpengaruh pula terhadap efisiensi penggunaan
energi listrik karena lining yang terlalu tebal akan menghambat aliran induksi.
Dengan demikian lining harus dibuat setipis mungkin dengan tetap
mempertimbangkan keamanan tanur. Dewasa ini tergantung dari kapasitas muat
tanur, ketebalan lining adalah antara 80 mm sampai dengan 200 mm.
Lining tanur induksi terbuat dari bahan berbentuk serbuk kasar yang kering.
Bahan tersebut harus dapat terpasang dengan baik melapisi kumparan bagian dalam.
Kekuatan dari bahan lining tersebut baru diperoleh setelah bahan mengalami proses
sintering.
Proses sintering adalah proses pemanasan terhadap lining baru sehingga bahan
lining yang semula terdiri dari serbuk kasar, sebagian berubah menjadi bersifat
keramik yang tahan terhadap temperatur tinggi dan pengaruh-pengaruh kimiawi,
sebagian berupa padatan masif yang segera akan berubah menjadi keramik bila daerah
keramik telah menipis dan sebagian masih merupa serbuk yang mampu meredam
getaran akibat benturan oleh bahan baku serta meredam retakan lining.
Selama proses peleburan daerah keramik akan terus menerus terkikis oleh
cairan, namun demikian daerah padatan yang terletak tepat disebelahnya akan segera
menjadi keramik sehingga ketebalan daerah keramik ini relatif tetap. Hal mana terjadi
pula terhadap daerah padatan yang pada saat bagian terdepan berubah menjadi
keramik bagian lain segera digantikan oleh bagian bahan serbuk yang berubah
menjadi padatan.
Dengan demikian pada akhirnya bagian lining yang akan habis adalah bagian
yang masih berupa serbuk. Artinya, bila bagian ini sudah habis maka lining tidak akan
mampu lagi untuk meredam getaran dan retakan. Hal ini menjadi indikator bahwa
lining harus segera diperbarui.


Daerah
cairan
Permukaan keramik
Bahan lining padatan
Bahan lining tetap serbuk
Bahan isolator
Penetrasi panas




Daerah
cairan
Permukaan keramik
Bahan lining padatan
Bahan isolator
Penetrasi panas


Ketebalan dari masing-masing daerah lining sesaat setelah proses sintering
selesai adalah relatif sama, dengan demikian lining dapat dinyatakan habis bila
ketebalannya tinggal 2/3 dari ketebalan semula.

Tiga daerah lining dan masing-masing fungsinya:
Daerah keramik yang tahan terhadap temperatur tinggi dan pengaruh-pengaruh
kimiawi.
Daerah padatan masif yang segera akan berubah menjadi keramik bila daerah
keramik telah menipis.
Daerah serbuk yang mampu meredam getaran akibat benturan oleh bahan baku
serta meredam retakan lining.
Gambar 2.4.1 Lining setelah proses
sintering
Gambar 2.4.1 Lining setelah digunakan berkali-kali


Daerah
cairan
Permukaan keramik
Bahan lining padatan
Bahan lining tetap serbuk




2.5. Pemuatan bahan peleburan.
Proses peleburan dengan tanur induksi akan semakin efisien bila
menggunakan bahan baku yang masif (berukuran besar) dan kompak. Keuntungan
yang diperoleh dari bahan masif adalah :
1. Bahan yang dilewati oleh medan induksi lebih banyak sehingga menghasilkan
enerji panas yang lebih besar.
2. Permukaan bahan yang bersentuhan dengan udara sedikit sehingga mengurangi
efek oksidasi.
3. Bahan homogen dengan komposisi yang serupa sehingga mengurangi faktor
kesalahan peramuan.
4. Mengurangi kemungkinan bahan asing dan kotoran ikut terbawa pada saat
pemuatan sehingga lebih dapat menjamin pencapaian komposisi yang dikehendaki
serta mengurangi terak ataupun bahaya-bahaya lain yang ditimbulkannya.

Ketersediaan cairan didalam tanur juga akan dapat meningkatkan kecepatan.
peleburan.Maka dalam hal pemuatan bahan kedalam tanur indsuksi berlaku urutan
sebagai berikut:
Tanur induksi frekuensi jala-jala:
1. Sarting blok untuk awal peleburan :
2. Sisa cairan, yaitu 1/3 dari kapasitas tanur untuk peleburan lanjutan.
3. Besi kasar.
4. Bahan daur ulang.
5. Besi bekas.
6. Baja bekas.
7. Baja bekas.
8. Bahan paduan, dimana paduan dengan kehilangan terbakar (melting loss)
tinggi dimuatkan paling akhir.

Poin 1 merupakan tuntutan wajib bagi tanur induksi frekuensi jaringan, sebab
tanpa starting block proses peleburan tidak dapat berlangsung. Sedangkan poin 2
adalah upaya untuk meningkatkan efisiensi enerji peleburan. Poin 3 sampai 8
merupakan urutan prioritas bila bahan-bahan tersebut digunakan
Tanur induksi frekuensi menengah dan tinggi:
1. Sarting blok untuk awal peleburan (bila tersedia).
2. Besi kasar.
3. Bahan daur ulang.
4. Besi bekas.
5. Baja bekas.
6. Carburisher (bersama baja bekas).
7. Bahan paduan, dimana padfuan dengan kehilangan terbakar (melting loss)
tinggi dimuatkan paling akhir.
Poin 1 lebih baik dilakukan walaupun tanpa sarting blok proses peleburan
dengan tanur induksi frekuensi menengah sampai tinggi tetap dapat dilakukan.
Sedangkan poin 2 sampai 7 merupakan urutan prioritas bila bahan-bahan tersebut
digunakan.







3. KESIMPULAN
1. Dapur Induksi termasuk dalam dapur peleburan yang prinsi kerjanya
menggunakan induksi arus listrik.
2. Dapur Induksi mempunyai beberapa keuntungan yaitudapat meleburkan semua
jenis baja dan bahan material yang lainnya yang tidak dapat dileburkan oleh
dapur-dapur peleburan yang lain. Tempearur dapat diatur serta kebersihannya dan
karateristik memadai.
3. Disamping banyak keuntungan dari dapur induksi ada juga kerugiannya yaitu
dalam hal biaya dan pengoperasian yang sulit, sehingga dibutuhkan tenaga ahli
yang handal.






















DAFTAR PUSTAKA
Mikel, P. Grover. Fundamental of Modern Manufacturing
http://ghulamzoldics.wordpress.com/
electric-mechanic.blogspot.com/2010/11/tungku-induksi.html
epository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22553/4/Chapter%20II.pdf
http://hapli.wordpress.com/foundry/peleburan-dengan-tanur-induksi/
http://mechanical90.blogspot.com/2010/03/jenis-jenis-tungku-peleburan-logam.html
















TEKNOLOGI PENGECORAN
DAPUR INDUKSI








Disusun oleh :
DANANG KURNIAWAN
I0409012



JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

Anda mungkin juga menyukai