Anda di halaman 1dari 9

Psikologi keperawatan

Kelompok 4:

Basriwan netra
Ligia tri alfiyelni
Megi surya despratama
Suci ramadhani
Yori gustiana


Dosen:dra marwisni mpd.kons


Stikes mercubaktijaya padang
2014/2015


A. TEORI DAN KONSEP PERILAKU

1. Pengertian

Perilaku adalah suatu kegiatan & aktifitas organisme yang bersangkutan, baik aktifitas yang
dapat diamati atau yang tidak dapat diamati oleh orang lain.
Manusia berperilaku atau beraktifitas karena adanya kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan /
goal. Dengan adanya kebutuhan akan muncul motivasi atau
penggerak. Sehingga individu itu akan beraktifitas untuk mencapai tujuan & mengalami
kepuasan. Pada umumnya, perilaku dapat ditinjau secara sosial yaitu :
pengaruh hubungan antara organisasi dengan lingkungannya.



2. Proses Pembentukan Perilaku Menurut Para Ahli

a. SKINNER (1983)
Menurut Skinner, perilaku adalah respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus. Teori Skinner
disebut teori S-O-R (stimulus-organisme-respos).

Ada 2 jenis respons menurut teori S-O-R :

1. Respondent respon : respon yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu & menimbulkan
respons yang relatif tetap.

2. Operant respon : respons yang timbul & berkembang kemudian diikuti oleh stimuli yang
lain.
Berdasarkan teori S-O-R, perilaku manusia dibagi 2 kelompok:

1. Perilaku tertutup, yaitu perilaku yang tidak dapat diamati oleh orang lain. Contoh :
perasaan, persepsi, perhatian.
2. Perilaku terbuka, yaitu perilaku yang dapat diamati oleh orang lain berupa tindakan atau
praktek.


b. BENYAMIN BLOOM (1908)

Menurutnya ada 3 tingkat ranah perilaku :

1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indera yang dimiliki.
2. Sikap (attitude)
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang
sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
3. Tindakan atau praktek
Praktek terpimpin adalah melakukan sesuatu tetapi masih menggunakan panduan.
Sedangkan praktek secara mekanisme adalah melakukan sesuatu hal secara otomatis.
Adapapun adopsi adalah tindakan tidak hanya rutinitas tetapi sudah dilakukan modifikasi
perilaku yang berkualitas.

3. PERUBAHAN PERILAKU
Teknik dasar perubahan perilaku terdiri dari :

a. PERILAKU
Yaitu adanya pengaruh hubungan antara organisasi dengan lingkungannya terhadap perilaku
intrapsikis & biologis. Intrapsikis adalah proses-proses dan dinamika
mental atau psikologis yang mendasari perilaku. Biologis adalah proses-proses dan dinamika
saraf faali (neural fisiologis) yang ada dibalik suatu perilaku.

b. SEL-SEL TUBUH
Yaitu tubuh dibekali dengan sel-sel yang berfungsi sebagai penerima rangsang (reseptor),
penerus rangsang (adjustor) & sel-sel penanggap rangsang (affector).
Dengan berfungsinya ketiga jenis sel-sel tubuh ini, organisasi dapat menerima rangsang (bunyi)
dan menanggapinya secara tepat (berbunyi).

c. SISTEM SARAF
terbagi menjadi dua :
1. Sistem saraf pusat
Terdiri dari sel-sel saraf otak & sum-sum tulang belakang. Sistem safat ini berfungsi
mengkoordinasi perilaku-perilaku yang kompleks dikoordinasi oleh otak
dan yang sederhana (seperti reflek) oleh sum-sum tulang belakang.
2. Sistem saraf tepi (perifer)
Sistem saraf ini terdapat dalam semua organ lain dalam tubuh manusia. Tugas utamanya
adalah menyalurkan rangsangan-rangsangan yang diterima baik dari dalam
maupun dari luar tubuh ke sistem saraf pusat.

Faktor-faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

1. Faktor Biologis
Yaitu adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia dan bukan pengaruh
lingkungan atau sitausi. Misalnya bercumbu, memberi makan, merawat anak dan
perilaku agresif. Selain itu, adanya motif biologis yang mendorong perilaku manusia juga
menjadi faktor biologis yang mempengaruhi prilaku manusia. Sebagai
contoh misalnya kebutuhan akan makan, minum, istirahat, seksual dan kebutuhan memelihara
kelangsungan hidup dengan menghindari sakit dan bahaya.

2. Faktor Sosiopsikologis
Komponen afektif yaitu aspek emosional dari faktor sosiopikologis. Komponen kognitif
yaitu aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui
manusia.
Komponen konatif yaitu aspek vilisional yang berhubungan dengan kebiasaan &
kemauan bertindak.

Komponen Afektif Terdiri dari Sosiogenis, Sikap & Emosi

Motif Sosiogenis (Motif Sekunder)
Menurut David McClelland motif sosiogenis terdiri dari kebutuhan berprestasi, kebutuhan akan
kasih sayang dan kebutuhan berkuasa. Sedangkan menurut W.I
Thomas dan Florian Znanieecki motif sosiogenis terdiri dari keinginan memperoleh pengalaman
baru, keinginan untuk mendapat respon, keinginan akan pengakuan
dan keingnan akan rasa aman.

Sikap
Sikap adalah Kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam menghadapi ide,
objek, situasi atau nilai. Sikap mempunyai daya pendorong atau
motivasi. Sikap relatif lebih menetap. Sikap mengandung aspek evaluatif dan Sikap timbul dari
pengalaman.

Emosi
Menunjukkan kegoncangan organisme disertai gejala kesadaran,keperilakuan & proses
fisiologis. Fungsi emosi adalah untuk pembangkit energi, pembawa informasi
intrapersonal, pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal dan sumber informasi tentang
keberhasilan kita.

Lamanya emosi :
Lamanya emosi bisa berlangsung singkat dan bisa berlangsung lama. Mood lah yang
mempengaruhi persepsi pada stimuli yang merangsang alat indera.
Intensitas emosi :
Intensitas emosi meliputi emosi ringan dan kuat. Emosi ringan adalah meningkatkan perhatian
pada situasi yang dihadapi dan disertai perasaan tegang sedikit.
Emosi kuat adalah disertai rangsangan fisiologis yg kuat, detak jantung, tekanan darah,
pernafasan dan ardenalin. Semua itu terjadi peningkatan.

Komponen Kognitif

Konponen kognitif ini adalah hubungannya dengan kepercayaan. Yaitu keyakinan bahwa sesuatu
itu benar atau salah atas dasar bukti, sugesti otoritas,
pengalaman atau intuisi (Hohler,et al,1978:48).
Kepercayaan memberikan perspektif dalam mempersepsikan kenyataan, memberikan dasar bagi
pengambilan keputusan dan menentukan sikap terhadap objek sikap.

Komponen Konasi

Kemauan
Dorongan, energi, tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan.
Kebiasaan
Adalah aspek perilaku manusia yg menetap, berlangsung secara otomatis & tidak direncanakan.
Merupakan reaksi khas yg diulangi seseorang secara berkali-kali.




B. TAHAP-TAHAP PROSES ADAPTASI

A. Adaptif
Setiap manusia tentu menginginkan agar hidupnya eksis. Untuk dapat hidup eksis ia
harus senantiasa beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungan. Dengan
penyesuaian diri ia akan mengalami perubahan-perubahan kearah yang lebih maju
(modern). Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki daya upaya untuk dapat
menyesuaikan diri, baik secara aktif maupun pasif. Seseorang aktif melakukan
penyesuaian diri bila terganggu keseimbangannya, yaitu antara kebutuhan dan
pemenuhan. Untuk itu ia akan merespon dari tidak seimbang menjadi seimbang. Bentuk
ketidakseimbangan yang dapat muncul yaitu: bimbang/ragu, gelisah, cemas, kecewa,
frustasi, pertentangan (conflict), dsb.
Penyesuaian diri seseorang dengan lingkungannya dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain:
a. Frustasi
Ada beberapa faktor penyebab frustasi. Pada umumnya frustasi dapat disebabkan karena:
(1) Tertundanya pencapaian tujuan seseorang untuk sementara, atau untuk waktu yang
tidak menentu.
(2) Sesuatu yang menghambat apa yang sedang dilakukan.
Faktor penghambat dapat dibedakan menjadi 2 yaitu faktor interen dan faktor eksteren.
Faktor interen yaitu semua faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang dapat
berpengaruh positif atau negatif.
Contoh faktor interen yaitu keadaan jasmani dan rohani. Sedangkan faktor eksteren yaitu
semua faktor yang berasal dari luar dirinya, yang dapat berpengaruh positif atau negatif.
Faktor eksteren terbagi lagi menjadi tiga yaitu dari lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.

b. Konflik
Konflik (pertentangan) dapat muncul apabila terjadi ketidakseimbangan dalam diri
individu. Salah satu contoh: Seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan yang harus
dipilih satu, atau beberapa diantaranya. Seseorang yang mengalami konflik dan tidak
segera diatasi, dapat menimbulkan gangguan perilaku. Beberapa contoh lain untuk situasi
konflik adalah sebagai berikut.
1. Approach-approach : Berhadapan dengan 2 pilihan yang menarik.
2. Avoidance-avoidance : Berhadapan dengan 2 pilihan yang tidak diinginkan.
3. Approach-avoidance : Satu pilihan menyenangkan dan satu pilihan tidak me-
nyenangkan.
4. Double approach avoidance conflict : banyak konflik, dan sebagainya
Dalam menghadapi frustasi dan/atau konflik, seseorang hendaknya memiliki kemampuan
(kecakapan) untuk menganalisis setiap stimulus. Dengan kecakapan yang dimiliki ia akan
dapat menyelesaikan masalahnya. Analisis dapat dilakukan secara bertahap, mulai dari
yang sangat sederhana (ringan) menuju yang kompleks (berat). Dengan demikian secara
bertahap pula akan ditemukan keseimbangan. Hal ini dapat dilakukan dengan penuh
kesabaran. Frustasi dan/atau konflik dapat diseimbangkan dengan berbagai cara. Trial
and error (mencoba dan salah) merupakan salah satu cara yang dapat membentuk
kebiasaan dan mekanisme.
Ada bermacam-macam mekanisme penyesuaian yang dapat dijadikan rambu-rambu
sebagai berikut.
1. Agresi: yaitu menyerang obyek frustasi untuk mendapatkan kepuasan.
2. Menarik diri: yaitu menarik atau undur diri dari permasalahan.
3. Mimpi siang hari: yaitu untuk mencapai kepuasan dengan berkhayal.
4. Regresi: merupakan reaksi terhadap frustasi dan nampak pada anak-anak.
5. Rasionalisasi: yaitu pembebasan atas suatu perilaku, bisa disebabkan oleh alasan yang
sebenarnya dari perilaku itu tidak diterima oleh masyarakat. Bentuk rasionalisasi:
Sougrapes, sweet lemon, kambing hitam.
6. Represi: situasi yang menimbulkan rasa bersalah ketakutan dsb. Lebih baik dilupakan
7. Identifikasi: mendapatkan rasa harga diri dengan menempatkan diri pada tokoh yang
dikagumi. Identifikasi dapat terjadi pada kelompok/lembaga yang bisa menjadi
kebanggaannya, dapat juga di sekolah-sekolah.
8. Konpensasi: konpensasi dapat bersifat positif atau negatif.
9. Reaksi konversi: karena terjadi konversi ketegangan emosi kesan dari psikologis.
Seseorang yang tidak bisa mengatasi konfliknya mencoba mengatasi dengan sakit kepala,
sakit perut, dll.

B. Maladaptif

Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya maladaptif: (a)
Sensitif terhadap kritik: Individu tidak bias merespon secara positif terhadap koreksi, juga
tidak dapat mengkritisi diri sendiri. (b) Tidak mampu kompetisi: Individu hanya mau
berkompetisi dengan kawan yang jelas dapat dikalahkan

Anda mungkin juga menyukai