Anda di halaman 1dari 6

LI 1.

Autoimun
1.1 Definisi
Autoimunitas merupakan respons imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan
oleh mekanisme normal yang gagal berperan untuk mempertahankan sel-tolerance sel B, sel T
atau keduanya. Autoimun terjadi oleh karena dikenalnya self antigen yang menimbulkan aktivasi,
proliferasi serta diferensiasi sel T autoreaktif menjadi sel efektor yang menimbulkan kerusakan
jaringan. Penyakit autoimun adalah kerusakan jaringan atau gangguan fungsi fisiologis yang
ditimbulkan oleh respons autoimun. (Baratawidjaya & Rengganis, 2010)
Penyakit autoimun merupakan penyakit sistem imun, baik secara humoral maupun imunitas
sel perantara, yang menghasilkan kerusakan jaringan oleh reaksi terhadap antigen sendiri.
Perbedaan pengenalan antigen dalam sistem imun sangat besar sehingga mampu mengenal
antigen sendiri dan mengadakan reaksi melawan antigen tersebut. Pada individu normal,
walaupun pengenalan antigen sendiri oleh klon limfosit tidak terjadi, suatu respon autoimun yang
merugukan tetap diawasi oleh mekanisme kontrol yg aktif dalam sistem imun.
Sistem kekebalan pada keadaan tertentu tidak mampu bereaksi terhadap antigen yang
lazimnya berpotensi menimbulkan respon imun. Keadaan tersebut disebut toleransi kekebalan
(immunological tolerance) dan terjadi melalui beberapa mekanisme, yaitu :
1. Deleksi klonal, yaitu eliminasi klon (kelompok sel yang berasal dari satu sel) limfosit,
terutama limfosit T dan sebagian kecil lmfosit B, selama proses pematangan;
2. Anergi klon, yaitu ketidakmampuan klon limfosit menampilkan fungsinya;
3. Supresi klon, yaitu pengendalian fungsi pembantu limfosit T.

Pada umumnya, sistem kekebalan dapat membedakan antar antigen diri (self antigen) dan
antigen asing atau bukan diri (non-self antigen). Dalam hal ini terjadi toleransi imunologik
terhadap antigen diri (self tolerance). Apabila sistem kekebalan gagal membedakan antara antigen
self dan non-self, maka terjadi pembentukan limfosit T dan B yang auto reaktif dan
mengembangkan reaksi terhadap antigen diri (reaksi auto imun).

1.2 Klasifikasi
Beberapa Gangguan Autoimun
Gangguan
Jaringan yang
terkena
Konsekwensi
Anemiahemolitik
autoimun
Sel darah merah
Anemia (berkurangnya jumlah sel darah merah) terjadi,
menyebabkan kepenatan, kelemahan, dan sakit kepala
ringan. Limpa mungkin membesar. Anemia bisa hebat
dan bahkan fatal.
Bullous pemphigoid Kulit
Lepuh besar, yang kelilingi oleh area bengkak yang
merah, terbentuk di kulit. Gatal biasa. Dengan
pengobatan, prognosis baik.
Sindrom Goodpasture Paru-paru dan ginjal
Gejala, seperti pendeknya nafas, batuk darah,
kepenatan, bengkak, dan gatal, mungkin berkembang.
Prognosis baik jika pengobatan dilaukan sebelum
kerusakan paru-paru atau ginjal hebat terjadi.
PenyakitGraves Kelenjar tiroid
Kelenjar gondok dirangsang dan membesar,
menghasilkan kadar tinggi hormon thyroid
(hyperthyroidism). Gejala mungkin termasuk detak
jantung cepat, tidak tahan panas,tremor, berat
kehilangan, dan kecemasa. Dengan pengobatan,
prognosis baik.
Tiroiditis Hashimoto Kelenjar tiroid
Kelenjar gondok meradang dan rusak, menghasilkan
kadar hormon thyroid rendah (hypothyroidism). Gejala
seperti berat badan bertambah, kulit kasar, tidak tahan
ke dingin, dan mengantuk. Pengobatan seumur hidup
dengan hormon thyroid perlu dan biasanya mengurangi
gejala secara sempurna.
Multiple sclerosis Otak dan spinal cord
Seluruh sel syaraf yang terkena rusak. Akibatnya, sel
tidak bisa meneruskan sinyal syaraf seperti biasanya.
Gejala mungkin termasuk kelemahan, sensasi
abnormal, kegamangan, masalah dengan pandangan,
kekejangan otot, dan sukar menahan hajat. Gejala
berubah-ubah tentang waktu dan mungkin datang dan
pergi. Prognosis berubah-ubah.
Myasthenia gravis
Koneksi antara saraf
dan otot
(neuromuscular
junction)
Otot, teristimewa yang dipunyai mata, melemah dan
lelah dengan mudah, tetapi kelemahan berbeda dalam
hal intensitas. Pola progresivitas bervariasi secara luas.
Obat biasanya bisa mengontrol gejala.
Pemphigus Kulit
Lepuh besar terbentuk di kulit. Gangguan bisa
mengancam hidup.
Pernicious anemia
Sel tertentu di
sepanjang perut
Kerusakan pada sel sepanjang perut membuat kesulitan
menyerap vitamin B12. (Vitamin B12 perlu untuk
produksi sel darah tua dan pemeliharaan sel syaraf).
Anemia adalah, sering akibatnya menyebabkan
kepenatan, kelemahan, dan sakit kepala ringan. Syaraf
bisa rusak, menghasilkan kelemahan dan kehilangan
sensasi. Tanpa pengobatan, tali tulang belakang
mungkin rusak, akhirnya menyebabkan kehilangan
sensasi, kelemahan, dan sukar menahan hajat. Risiko
kanker perut bertambah. Juga, dengan pengobatan,
prognosis baik.
Rheumatoid arthritis
Sendi atau jaringan
lain seperti jaringan
paru-paru, saraf,
kulit dan jantung
Banyak gejala mungkin terjadi. termasuk demam,
kepenatan, rasa sakit sendi, kekakuan sendi, merusak
bentuk sendi, pendeknya nafas, kehilangan sensasi,
kelemahan, bercak, rasa sakit dada, dan bengkak di
bawah kulit. Progonosis bervariasi
Systemic lupus
erythematosus(lupus)
sendi, ginjal, kulit,
paru-paru, jantung,
Sendi, walaupun dikobarkan, tidak menjadi cacat.
Gejala anemia, seperti kepenatan, kelemahan, dan
otak dan sel darah ringan-headedness, dan yang dipunyai ginjal, paru-
paru, atau jantung mengacaukan, seperti kepenatan,
pendeknya nafas, gatal, dan rasa sakit dada, mungkin
terjadi. Bercak mungkin timbul. Ramalan berubah-ubah
secara luas, tetapi kebanyakan orang bisa menempuh
hidup aktif meskipun ada gejolak kadang-kadang
kekacauan.
Diabetes mellitus tipeI
Sel beta dari
pankreas (yang
memproduksi
insulin)
Gejala mungkin termasuk kehausan berlebihan, buang
air kecil, dan selera makan, seperti komplikasi
bervariasi dengan jangka panjang.
Pengobatan seumur hidup dengan insulin diperlukan,
sekalipun perusakan sel pankreas berhenti, karena tidak
cukup sel pankreas yang ada untuk memproduks
iinsulin yang cukup. Prognosis bervariasi sekali dan
cenderung menjadi lebih jelek kalau penyakitnya parah
dan bertahan hingga waktu yang lama.
Vasculitis Pembuluh darah
Vasculitis bisa mempengaruhi pembuluh darah di satu
bagian badan (seperti syaraf, kepala, kulit, ginjal, paru-
paru, atau usus) atau beberapa bagian. Ada beberapa
macam. Gejala (seperti bercak, rasa sakit abdominal,
kehilangan berat badan, kesukaran pernafasan, batuk,
rasa sakit dada, sakit kepala, kehilangan pandangan,
dan gejala kerusakan syaraf atau kegagalan ginjal)
bergantung pada bagian badan mana yang dipengaruhi.
Prognosis bergantung pada sebab dan berapa banyak
jaringan rusak. Biasanya, prognosis lebih baik dengan
pengobatan.

1.3 Etiologi
Reaksi autoimun dapat dicetuskan oleh beberapa hal :
Senyawa yang ada di badan yang normalnya dibatasi di area tertentu (dan demikian
disembunyikan dari sistem kekebalan tubuh) dilepaskan ke dalam aliran
darah.Misalnya, pukulan ke mata bisa membuat cairan di bola mata dilepaskan ke
dalam aliran darah.Cairan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali mata
sebagai benda asing dan menyerangnya.
Senyawa normal di tubuh berubah, misalnya, oleh virus, obat, sinar matahari, atau
radiasi. Bahan senyawa yang berubah mungkin kelihatannya asing bagi sistem
kekebalan tubuh. Misalnya, virus bisa menulari dan demikian mengubah sel di badan.
Sel yang ditulari oleh virus merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menyerangnya.
Senyawa asing yang menyerupai senyawa badan alami mungkin memasuki badan.
Sistem kekebalan tubuh dengan kurang hati-hati dapat menjadikan senyawa badan
mirip seperti bahan asing sebagai sasaran. Misalnya, bakteri penyebab sakit
kerongkongan mempunyai beberapa antigen yang mirip dengan sel jantung manusia.
Jarang terjadi, sistem kekebalan tubuh dapat menyerang jantung orang sesudah sakit
kerongkongan (reaksi ini bagian dari deman rumatik).
Sel yang mengontrol produksi antibodi misalnya, limfosit B (salah satu sel darah
putih) mungkin rusak dan menghasilkan antibodi abnormal yang menyerang beberapa
sel badan.
Keturunan mungkin terlibat pada beberapa kekacauan autoimun. Kerentanan
kekacauan, daripada kekacauan itu sendiri, mungkin diwarisi. Pada orang yang rentan, satu
pemicu, seperti infeks virus atau kerusakan jaringan, dapat membuat kekacauan berkembang.
Faktor Hormonal juga mungkin dilibatkan, karena banyak kekacauan autoimun lebih sering
terjadi pada wanita.

MEKANISME
a. Faktor Genetik
Kehailangan Toleransi Diri
Pemintasan Toleransi Sel Penolong tidak adanya sel T spesifik sehingga bergantung
sepenuhnya kepada sel B spesifik terhadap hapten.
1. Modifikasi Molekul
2. Reaksi Silang: antigen manusia dan antigen kuman tertentu mempunyai spesifikasi
haptenik yang tumoang tindih
3. Aktivasi sel B poliklonal: Mikroorganisme dan endotoksin dapat bertindak sebagai
stimulan sel B yang kuat. Kebutuhan sel helper dapat dipintasi dengan lipopolisakarida
(endotoxin). Kejadian ini dapat diikuti dengan infeksi bakteri gram negatif

Abnormalitas dalam regulasi respon imun
Penurunan prematur fungsi sel T supressor mempunyai hubungan denan timbulnya
autiantibodi.

Pelepasan antigen yang terasing
Efek trauma dapat menimbulkan pelepasan antigen yang termodifikasi yang mampu
memintasi toleramsi sel T.
1.4 TOLERANSI
Respon antibodi terhadap berbagai antigen memerlukan kerja sama dengan sel T helper dan
sel B. Antugen dapat digambarkan sebagai kompleks pembawa hapten. Sel B pembentuk antibodi
mengenal determinan haptenik dan membentuk antobodi antihapten, tetapi proses ini hanya terjadi
bilas el T helper mengenali determinan pembawa dan mengirimkan sinyal aktivasi secukupnya kpd
sel B spesifik terhadap hapten.
Kekurangan satu respon imun dapat terjadi karena DELESI atau SUPRESI sel B maupun sel
Thelper atau keduanya. Sehubungan dengan antigen diri sendiri, diyakini bahwa toleransi
dipertahankan terutamam pada tingkat sel T. Sel B yang autoreaktif selalu diawasi oleh
kehadiran sel T supresor yang reaktif terhadap sel T helper atau delesi klonal sel penolong.
LI 2. Sistemic Lupus Erthematosus
2.1 Definsi
SLE (Systemic Lupus erythematosus) adalah penyakit autoimun dimana organ dan sel
mengalami kerusakan yang disebabkan oleh tissue-binding autoantibody dan kompleks imun,
yang menimbulkan peradangan dan bisa menyerang berbagai sistem organ namun sebabnya
belum diketahui secara pasti, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan
atau kronik, terdapat remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam
autoantibody dalam tubuh.
Terdapat beberapa spekulasi pendapat untuk istilah lupus eritematosus. Kata lupus
dalam bahasa Latin berarti serigala, erythro berasal dari bahasa yunani yang berarti merah,
sehingga lupus digambarkan sebagai daerah merah sekitar hidung dan pipi, yang dikenal
dengan butterfly - shaped malar rash. Tetapi pendapat lain menyatakan istilah lupus bukan
berasal dari bahasa Latin, melainkan dari istilah topeng perancis dimana dilaporkan wanita
memakainya untuk menutupi ruam di wajahnya. Topeng ini dinamakan Loup,yang dalam
bahasa perancis berarti serigala atau wolf dalam bahasa Inggris.

Pada setiap penderita, peradangan akan mengenai jaringan dan organ yang berbeda.
Beratnya penyakit bervariasi mulai dari penyakit yang ringan sampai penyakit yang
menimbulkan kecacatan, tergantung dari jumlah dan jenis antibodi yang muncul dan organ
yang terkena.

2.2 Etiologi
Penyebab SLE terdiri dari faktor:
- Genetik, angka keluarga tinggi memilki resiko mengalami SLE
- Hormon, pada populasi kaukasia di Americ utara, terdapat hubungan bermakna
antara sel SLW dan gen DR-2, DR-3 komoleks HLA
- Lingkungan (Sinar matahari dan obat-obatan)
Sekelompok autoantibodi, beberapap diantaranya bereaksi dengan berbagai
sasaran, talah dibuktikan bereaksi terhadap inti sel maupun terhadap komponen
sitoplasmik sel. ANA (Antibodi antinuklir) ditunjukkan terhadap beberapa antigen
nuklir dan dapat dikelompokkan ke dalam 4 kategori:
1. Antobodi terhadap DNA
2. Antibodi terhadap histon
3. Antobodi terhadap protein non histon
4. Antibodi terhadap protein non histon yang terikat pada RNA
5. Antigen terhadap antigen nukleolar

2.3 Epidemiologi
Prevalence rate wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Perbandingan wanita-
pria ialah 4:1 sebelum pubertas dan setelah monopouse. Dan 8:1 dengan adanya siklus
esterogen.
Faktor non genetik
Faktor non genetik bisa timbuk dengan meminum

Anda mungkin juga menyukai