Anda di halaman 1dari 1

Pada tahun 1999 ke 2000 mengalami peningkatan pertumbuhan penjualan sebesar 17.40%.

Adapun
peningkatan tersebut cenderung disebabkan olehmeningkatnya daya beli masyarakat kembali setelah
agak membaiknya kondisi perekonomian dan pengaruh program iklan secara gencar melalui media
elektronik yang dijalankan oleh kantor pusat untuk beberapa produk tertentu merk Sosro. Pada tahun
2000 ke 2001 dan tahun 2001 ke 2002 perusahaan mengalami penurunan penjualan sebesar -4.22%
dan -3.02, dan tahun 2002 ke 2003 mengalami pertumbuhan penjualan kembali sebesar 13.02%
(dengan tambahanadanya produk baru) atau sebesar 6.41% (tanpa produk baru). Tidak mantapnya
pertumbuhan penjualan tersebut dimungkinkan disebabkan oleh banyak faktor, antara lain: kondisi
pasar, pengaruh harga jual, volume penjualan, kebijaksanaan dan program yang ditetapkan oleh
kantor pusat maupun perusahaan pada kegiatan penjualannya. Selain itu, prestasi kegiatan penjualan
juga dapat dipengaruhi oleh biaya penjualan karena hasil penjualan yang tinggi biasanya memerlukan
biaya penjualan yang tinggi pula. Oleh karena itu, dilakukan analisis selisih laba bruto
untuk mengetahui faktor penyebab tidak mantapnya pertumbuhan penjualan.

Analisis Efektivitas Penjualan

Efektivitas kegiatan penjualan diukur dari perbandingan antara anggaran penjualan dan hasil
penjualan yang dicapai. Dikatakan efektif apabila perusahaan dalam memenuhi atau melebihi
anggaran penjualan mendapatkan selisih laba (positif) atau selisih menguntungkan. Metode analisis
yang digunakan untuk menilai efektivitas kegiatan penjualan adalah analisis selisih laba bruto. Laba
bruto adalah selisih antara hasil penjualan dan harga pokok penjualan. Hasil penjualan merupakan
hasil kali volume produk yang dijual dengan harga jual per unit. Harga pokok penjualan merupakan
hasil kali volume produk yang dijual dengan biaya produksi per unit. Unit pemasaran hanya
bertanggungjawab atas volume produk yang dijual dan harga jual per unit. Oleh karena itu, didalam
analisis selisih laba bruto ini, harga pokok penjualan yang diperhitungkan untuk menentukan laba
bruto sesungguhnya adalah harga pokok penjualan standar yaitu hasil kali volume penjualan
sesungguhnya dengan biaya produksi standar per unit.
Dari lampiran D diketahui bahwa tingkat efektivitas perusahaan dari tahun 2001 hingga 2003
mengalami penurunan yaitu dari 1.13 menjadi 1.04 hingga 1.00. Selain itu, diketahui juga
untuk tahun 2001 terdapat s elisih laba sebesar Rp. 2.909.024.820,00 Rp. 2.577.758.820,00 = Rp.
331.266.000,00; untuk tahun 2002 terdapat selisih laba sebesar Rp. 2.783.957.280,00 Rp.
2.682.257.760,00 = Rp. 101.699.520,00; dan tahun 2003 mengalami selisih rugi sebesar
Rp.3.154.561.280,00 Rp. 3.155.061.520,00= (Rp. 500.240,00).

Anda mungkin juga menyukai