Anda di halaman 1dari 7

ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No.

1 Mei 2013
69
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA MELALUI
PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI
Oleh :
Meli Siska B
1
, Kurnia
2
, Yayan Sunarya
3
Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI email :
Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI email : kurnia_sobana@yahoo.com
Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI email : yayan_sunarya@upi.edu
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan
pembelajaran praktikum berbasis inkuiri terhadap peningkatan Keterampilan
Proses Sains (KPS) siswa SMA pada materi laju reaksi. Metode penelitian yang
digunakan adalah kuasi eksperimen one group pretes and posttest design, dengan
subjek penelitian 38 siswa SMA kelas XI. Instrumen yang digunakan meliputi tes
tertulis, LKS, angket, pedoman wawancara, dan lembar observasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada penerapan pembelajaran inkuiri mampu
meningkatkan KPS siswa secara signifikan dengan nilai rata-rata 71,9%.
Peningkatan tertinggi terjadi pada indikator meramalkan sedangkan
peningkatan terendah pada indikator berkomunikasi. Berdasarkan kategori
kelompok, siswa kelompok tinggi mengalami peningkatan dengan N-Gain
sebesar 93,8%; peningkatan tertinggi terjadi pada indikator berkomunikasi dan
indikator meramalkan sedangkan peningkatan terendah pada indikator
merencanakan percobaan. Siswa kelompok sedang mengalami peningkatan
dengan N-Gain sebesar 73,8%; peningkatan tertinggi terjadi pada indikator
meramalkan sedangkan peningkatan terendah pada indikator berkomunikasi.
Siswa kelompok rendah mengalami peningkatan dengan N-Gain sebesar 48,5%;
peningkatan tertinggi terjadi pada indikator meramalkan sedangkan
peningkatan terendah pada indikator berkomunikasi. Secara umum siswa
memberikan tanggapan positif, pembelajaran yang dilakukan telah memberi
kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif, meningkatkan minat
dan motivasi belajar karena dihubungkan dengan pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari.
Kata Kunci : keterampilan proses sains, praktikum, inkuiri, laju reaksi
INCREASING OF STUDENT SCIENCE PROCESS SKILLS THROUGH TEACHING
PRACTICE BASED INQUIRY AT REACTION RATE TOPIC
Abstract
The goal of the research is to know effect of teaching practice based inquiry
toward increasing of science process skills (KPS) at reaction rate topic. Research
methode was designed using one group pretest and postest quasi experiment.
The reseasrch subject were thirty eight students of Senior High School at year
XI. The instrument used were writen test, student work sheets, questoner,
interview guiding and observation sheets. The result showed that application of
inquiry model could increasing science process skills by average 71.9%
significantly. The highest score was achieved at prediction skill while the lowest
D
O

N
O
T

C
O
P
Y
ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013
70
score was at communication skill. Base on the student category group, the high
group level had increased by N-Gain at 93.8% which the highest increasing
score at communication and prediction skills. On the other hand the lowest
increasing was achieved at experiment planing. On the midle level group had
increased by N-Gain at 73.8% which the highest increasing score at planning
skills, while the lowest increasing was achieved at communication skill. On the
low level group had increased by N-Gain at 48.5% which the highest increasing
score at prediction skills, while the lowest increasing was achieved at
communication skill. Generally, most student gave positif respond to the model,
because gave more participation actively, interesting, motivating which related
into application to daily life.
Keyword: science process skills, practice, inquiry, reaction rate.
PENDAHULUAN
Ilmu kimia pada hakikatnya dapat
dipandang sebagai proses dan produk. Oleh
karena itu, pembelajaran kimia tidak boleh
mengesampingkan proses ditemukannya
konsep. Kimia sebagai proses meliputi
keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap
yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk
memperoleh dan mengembangkan
pengetahuan. Keterampilan-keterampilan
inilah yang disebut keterampilan proses
sains (KPS). Kimia sebagai produk meliputi
sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas
fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-
prinsip kimia.
Salah satu metode pembelajaran yang
dapat digunakan untuk membekali KPS bagi
siswa adalah metode praktikum, karena
dengan praktikum siswa dapat
mengembangkan keterampilan dasar
eksperimen. Hal tersebut menjadi sarana
tercapainya orientasi pembelajaran sains,
yaitu selain berorientasi produk juga
berorientasi pada proses. Menurut
Rustaman (2005), praktikum merupakan
sarana terbaik dalam mengembangkan KPS.
Pembelajaran dengan metode praktikum
memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri.
Pada umumnya, praktikum yang
dilakukan di sekolah belum memberikan
pengalaman kepada siswa untuk membuat
hipotesis, menguji kebenaran hipotesis dan
menganalisis data. Hal tersebut disebabkan
prosedur praktikum yang digunakan
umumnya hanya berisi instruksi langsung.
Siswa mengerjakan langkah-langkah sesuai
perintah, sehingga kurang melatih
keterampilan berpikir dan KPS. Selain itu,
kegiatan praktikum yang dilakukan belum
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berpartisipasi secara aktif dalam
melakukan eksperimen untuk menemukan
konsep sendiri.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
diperlukan suatu praktikum yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir serta
mengembangkan KPS, salah satunya adalah
praktikum berbasis inkuiri. Menurut
Rustaman (2005), inkuiri lebih menekankan
siswa untuk menemukan konsep melalui
percobaan di laboratorium menggunakan
langkah-langkah ilmiah dibantu dengan
petunjuk praktikum. Dalam pembelajaran
dengan metode praktikum, diperlukan
materi kimia yang cocok dengan metode
tersebut. Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan, materi laju reaksi dapat
dibelajarkan melalui metoda praktikum.
Terkait dengan penelitian inkuiri,
Sidharta (2005) menunjukkan bahwa
pembelajaran berbasis inkuiri pada materi
asam basa dapat meningkatkan pemahaman
konsep, mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif serta mengembangkan KPS
D
O

N
O
T

C
O
P
Y
ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013
71
siswa. Akhyani (2008) juga menunjukkan
keberhasilannya dalam pembelajaran inkuiri
pada materi kesetimbangan kimia. Hasilnya
menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri
dapat meningkatkan penguasaan konsep
dan keterampilan berpikir kritis siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian pada
pembelajaran yang dapat mengembangkan
KPS melalui praktikum berbasis inkuiri
terbimbing.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuasi eksperimen
dengan one group pre-test and post-test design.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas XI IPA di salah satu SMA Negeri di
Kota Bandung sebanyak 38 orang. Siswa
dibagi ke dalam tiga kategori kemampuan,
yaitu kelompok tinggi, sedang, dan rendah.
Implementasi pembelajaran ini
dimulai dengan pemberian tes awal yang
bertujuan untuk mengetahui bagaimana
keterampilan proses awal yang dimiliki
siswa. Siswa kemudian diberi perlakuan
berupa penerapan pembelajaran praktikum
berbasis inkuiri terbimbing. Setelah selesai,
dilakukan postes untuk mengetahui
bagaimana KPS siswa setelah diterapkannya
pembelajaran.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian, berupa soal tes tertulis 16 soal
pilihan ganda, lembar observasi, pedoman
angket, pedoman wawancara, dan LKS. Kisi-
kisi soal tes tertulis disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Kisi-kisi Soal Tes KPS
Indikator Sub-Indikator
Nomor
Soal
Berkomunikasi Mengubah bentuk
penyajian
1 dan 2
Menafsirkan Menyimpulkan 3, 4, 5, 6
dan 7
Meramalkan Menggunakan pola-
pola pengamatan
8 dan 9
Mengemukakan apa
yang mungkin terjadi
pada keadaan yang
belum diamati
10
Indikator Sub-Indikator
Nomor
Soal
Menerapkan
konsep
Menggunakan konsep
yang telah dipelajari
dalam situasi baru
11, 12, 13
dan 14
Merencanakan
percobaan
Menentukan apa yang
akan dilakukan berupa
langkah kerja
15 dan 16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Pembelajaran Praktikum
Berbasis Inkuiri
Pelaksanaan pembelajaran praktikum
berbasis inkuiri dilakukan melalui beberapa
tahap di antaranya:
1. Pendahuluan
Pada tahap ini, siswa diajak untuk
mengingat kembali konsep prasyarat
sehingga dapat mengarahkan mereka pada
materi yang akan dipelajari. Hal ini sesuai
dengan pendapat Gulo (dalam Trianto,
2009) yang menyatakan bahwa pada tahap
ini materi yang disajikan harus terkait
dengan materi yang telah diketahui siswa,
sehingga siswa tidak merasa asing terhadap
pelajaran. Guru kemudian memberikan
pertanyaan untuk memotivasi siswa agar
semangat belajar serta menjelaskan tujuan
dari pembelajaran yang akan dilakukan,
sehingga siswa mendapat gambaran
terhadap apa yang akan dipelajari dan apa
yang akan dilakukan.
2. Merumuskan masalah atau pertanyaan
Tahap ini diawali dengan mengemuka-
kan fenomena. Dari fenomena yang
diberikan, siswa diminta untuk merumus-
kan masalah atau pertanyaan. Pada awalnya,
siswa merasa kesulitan merumuskan
pertanyaan karena siswa tidak terbiasa
melakukan hal tersebut. Namun, setelah
diberikan arahan sebagian siswa mampu
membuat pertanyaan yang diharapkan.
Mereka cukup antusias ingin menuliskan
pertanyaan di papan tulis. Hal ini sesuai
dengan yang dikatakan Sanjaya (2007)
bahwa siswa akan memiliki motivasi belajar
yang tinggi manakala dilibatkan langsung
dalam merumuskan masalah yang akan
dikaji.
D
O

N
O
T

C
O
P
Y
ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013
72
3. Merumuskan hipotesis
Pada tahap ini siswa harus membuat
jawaban sementara atau hipotesis atas
pertanyaan yang telah ditentukan. Pada saat
siswa berhipotesis, diharapkan siswa
memahami bahwa hipotesis yang mereka
buat harus dibuktikan. Sanjaya (2007)
berpendapat bahwa manakala individu
dapat membuktikan prediksinya, maka ia
akan sampai pada posisi yang bisa
mendorong untuk berpikir lebih lanjut.
Oleh sebab itu, potensi untuk
mengembangkan kemampuan menebak
pada setiap individu harus dibina.
4. Mengumpulkan data
Tahap selanjutnya dalam proses inkuiri
adalah mengumpulkan data. Proses
pengumpulan data ini dilakukan melalui
percobaan. Sebelum melakukan percobaan
untuk membuktikan hipotesis yang telah
dibuat, siswa harus merencanakan
percobaan sesuai dengan arahan pertanyaan
dalam LKS serta bimbingan guru.
Kemudian siswa melakukan percobaan serta
menuliskan hasil pengamatannya.
5. Analisis data
Pada tahap ini siswa berdiskusi
melakukan analisis data dari hasil
pengamatan yang diperoleh dengan cara
menjawab pertanyaan di dalam LKS pada
bagian analisis data. Siswa harus mampu
menghubung-hubungkan data yang
diperoleh dari hasil pengamatannya
tersebut, sehingga menemukan suatu pola
tertentu, yaitu hubungan konsentrasi
pereaksi dengan laju reaksi, hubungan suhu
dengan laju reaksi, serta hubungan katalis
dengan laju reaksi.
6. Membuat kesimpulan
Tahap terakhir dalam pembelajaran
inkuiri adalah tahap membuat kesimpulan.
Guru memberikan arahan sehingga siswa
mengerti dan akhirnya bisa membuat
kesimpulan. Setelah selesai mengkomunika-
sikan kesimpulan pengaruh konsentrasi
pereaksi terhadap laju reaksi, guru
menguatkan kembali dengan dikaitkan
dengan teori tumbukan sehingga lebih
menguatkan konsep yang didapatkan siswa
ketika praktikum.
Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa
1. KPS Keseluruhan Siswa
Data hasil pengolahan skor pretes,
postes dan N-Gain KPS dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Peningkatan KPS Keseluruhan
Siswa
Berdasarkan Gambar 1 tampak bahwa
skor rata-rata pretes sebesar 13,3 sementara
skor rata-rata postes sebesar 76,0. Secara
umum, hal ini menunjukkan bahwa KPS
siswa setelah melaksanakan kegiatan
pembelajaran mengalami peningkatan
dengan pencapaian N-Gain sebesar 71,8%
(kategori tinggi).
Peningkatan KPS siswa dianalisis lebih
lanjut pada setiap indikator. Berikut
disajikan data hasil pretes, postes, dan N-
Gain KPS keseluruhan siswa pada setiap
indikator.
Gambar 2. Peningkatan KPS Keseluruhan
Siswa pada Setiap Indikator
Keterangan:
A. : Berkomunikasi
B. : Menafsirkan : Meramalkan
C. : Menerapkan Konsep
D. : Merencanakan percobaan
D
O

N
O
T

C
O
P
Y
ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013
73
Berdasarkan data pada Gambar 2,
dapat diamati bahwa pada umumnya terjadi
peningkatan pada setiap indikator KPS.
Peningkatan tertinggi terjadi pada indikator
meramalkan (N-Gain = 83,3%) dan
terendah pada indikator berkomunikasi (N-
Gain = 63,9%).
2. KPS pada Setiap Kategori Kelompok
Siswa
Untuk mengetahui peningkatan
keterampilan proses sains pada setiap
kategori kelompok siswa maka dihitung skor
rata-rata prestes, postes, dan N-Gain dari
tiap kategori siswa. Data hasil pengolahan
skor rata-rata pretes, postes dan N-Gain
pada tiap kategori kelompok siswa dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Peningkatan KPS pada Setiap
Kategori Kelompok Siswa
Berdasarkan data pada Gambar 3,
tampak bahwa skor rata-rata pretes siswa
kelompok tinggi sebesar 5,0, sementara skor
rata-rata siswa kelompok sedang dan rendah
masing-masing sebesar 15,1 dan 13,4.
Sedangkan skor rata-rata postes kelompok
tinggi sebesar 93,8, sementara skor rata-rata
siswa kelompok sedang dan rendah masing-
masing sebesar 77,9 dan 56,3. Rata-rata N-
Gain siswa kelompok tinggi sebesar 93,8%
sementara untuk siswa kelompok sedang
dan rendah masing-masing sebesar 73,8%
dan 48,5%. Secara umum, hal ini
menunjukkan keterampilan proses sain pada
setiap kategori kelompok siswa setelah
melaksanakan kegiatan pembelajaran
mengalami peningkatan. Meskipun dari
rata-rata N-Gain terungkap bahwa
pembelajaran praktikum berbasis inkuiri
meningkatkan keterampilan proses sains
pada semua kategori siswa. Pembelajaran
praktikum berbasis inkuiri yang disusun
lebih sesuai diterapkan untuk kelompok
tinggi dan sedang. Hal ini dapat terlihat dari
rata-rata N-Gain untuk kelompok rendah
yang mengalami peningkatan paling rendah
dibanding dua kelompok yang lainnya. Hasil
N-Gain tersebut menunjukkan bahwa siswa
kategori kelompok rendah belum maksimal
dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut
terjadi karena siswa kelompok rendah ketika
mengikuti kurang terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran. Peningkatan
keterampilan proses sains pada setiap
kategori dianalisis lebih lanjut untuk setiap
indikatornya. Berikut disajikan data pretes,
postes, dan N-Gain kelompok tinggi pada
setiap indikatornya.
Gambar 4 Peningkatan KPS Kelompok Tinggi
pada Setiap Indikator
Keterangan :
A: Berkomunikasi
B: Menafsirkan
C: Meramalkan
D: Menerapkan konsep
E : Merencanakan percobaan
Berdasarkan data pada Gambar 4,
tampak bahwa peningkatan tertinggi terjadi
pada indikator berkomunikasi dan
meramalkan dengan pencapaian N-Gain
masing-masing sebesar 100% (kategori
tinggi). Artinya siswa kelompok tinggi telah
mencapai peningkatan yang maksimal pada
kedua indikator tersebut. Sedangkan
peningkatan terendah terjadi pada indikator
merencanakan percobaan dengan
pencapaian N-Gain sebesar 77,8% (kategori
tinggi).
D
O

N
O
T

C
O
P
Y
ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013
74
Peningkatan keterampilan proses sains
pada setiap indikator untuk kelompok
sedang disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Peningkatan KPS Kelompok
Sedang pada Setiap Indikator
Keterangan:
A : Berkomunikasi
B : Menafsirkan
C : Meramalkan
D : Menerapkan konsep
E : Merencanakan percobaan
Berdasarkan data pada Gambar 5,
tampak bahwa peningkatan tertinggi terjadi
pada indikator meramalkan dengan
pencapaian N-Gain sebesar 81,5% (kategori
tinggi). Sedangkan peningkatan terendah
terjadi pada indikator berkomunikasi
dengan pencapaian N-Gain sebesar 66,0%
(kategori sedang).
Peningkatan keterampilan proses sains
pada setiap indikator untuk kelompok
rendah disajikan pada Gambar 6
Gambar 6. Peningkatan KPS Kelompok
Rendah pada Setiap Indikator
Keterangan:
A: Berkomunikasi
B: Menafsirkan
C: Meramalkan
D: Menerapkan konsep
E : Merencanakan percobaan
Berdasarkan data pada Gambar 6,
tampak bahwa peningkatan tertinggi terjadi
pada indikator meramalkan dengan
pencapaian N-Gain sebesar 77,8% (kategori
tinggi). Sedangkan peningkatan terendah
terjadi pada indikator berkomunikasi
dengan pencapaian N-Gain sebesar 30,8%
(kategori sedang).
Berdasarkan data peningkatan
keterampilan proses sains pada setiap
indikator untuk setiap kategori kelompok
siswa, tampak bahwa indikator meramalkan
mengalami peningkatan tertinggi pada
setiap kategori kelompok siswa. Hal ini
dikarenakan, saat pembelajaran siswa dilatih
menemukan sendiri pola dan keteraturan
dari data hasil percobaan. Ketika siswa
melakukan pengamatan dan menganalisis
hasil pengamatan, maka siswa akan
menemukan suatu pola yang dapat
memprediksi keadaan yang belum terjadi
atau diamati. Indikator berkomunikasi
mengalami peningkatan terendah pada siswa
kelompok kategori rendah dan sedang.
Rendahnya peningkatan keterampilan
berkomunikasi dapat disebabkan karena
siswa tidak terbiasa menyajikan data yang
diperoleh dari hasil percobaan ke dalam
bentuk tabel atau pun mengubah bentuk
penyajian data, siswa lebih sering diberikan
lembar kerja yang dilengkapi dengan tabel
pengamatan. Selain itu, bila ditinjau dari
segi soal, didapatkan bahwa soal tes
termasuk kategori sedang dan sulit. Hal ini
juga dapat menjadi penyebab rendahnya
kemampuan berkomunikasi pada kedua
kategori kelompok tersebut.
Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran
Secara umum siswa memberikan
tanggapan positif terhadap pembelajaran
laju reaksi dengan menggunakan praktikum
berbasis inkuiri terbimbing. Siswa
berpendapat bahwa pembelajaran yang
diterapkan telah memberi kesempatan
kepada siswa untuk berpartisipasi secara
aktif, meningkatkan minat dan motivasi
belajar, serta membantu siswa menemukan
konsep berdasarkan eksperimen sehingga
materi pembelajaran lebih mudah dipahami.
Siswa berpendapat bahwa pembelajaran
D
O

N
O
T

C
O
P
Y
ISSN : 2301-721X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013
75
yang diterapkan telah memberi kesempatan
kepada siswa untuk berpartisipasi secara
aktif, meningkatkan minat dan motivasi
belajar, serta membantu siswa menemukan
konsep berdasarkan eksperimen sehingga
materi pembelajaran lebih mudah dipahami.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data, dapat
disimpulkan bahwa secara umum pelaksanaan
pembelajaran laju reaksi dengan praktikum
berbasis inkuiri terbimbing dapat berlangsung
sesuai dengan tahapan inkuiri, di mana pada
setiap tahapannya diberikan bimbingan.
Pembelajaran ini mampu menarik minat dan
motivasi siswa karena masalah yang
diungkapkan dikaitkan dengan pengalaman
siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran yang telah dilakukan pada
penelitian ini dapat mengembangkan
keterampilan proses dengan N-Gain kategori
tinggi. Peningkatan tertinggi terjadi pada
indikator meramalkan sedangkan terendah
pada indikator berkomunikasi. Berdasarkan
kategori kelompok, siswa kelompok tinggi
mengalami tertinggi pada indikator
berkomunikasi dan indikator meramalkan
sedangkan peningkatan terendah pada
indikator merencanakan percobaan. Siswa
kelompok sedang mengalami peningkatan
tertinggi pada indikator meramalkan
sedangkan terendah pada indikator
berkomunikasi. Siswa kelompok rendah
mengalami peningkatan tertinggi pada
indikator meramalkan sedangkan peningkatan
terendah pada indikator berkomunikasi.
Siswa memberikan tanggapan positif
terhadap pembelajaran praktikum berbasis
inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi.
Siswa berpendapat bahwa pembelajaran yang
diterapkan telah memberi kesempatan kepada
siswa untuk berpartisipasi secara aktif,
meningkatkan minat dan motivasi belajar, serta
membantu siswa menemukan konsep
berdasarkan eksperimen sehingga materi
pembelajaran lebih mudah dipahami.
REFERENSI
Akhyani, A. 2008. Model Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Berbasis Inkuri Laboratorium untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis: Tidak
Diterbitkan.
Anitah, S. (2007). Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta: Gramedia.
Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Darliana. (1990). Keterampilan Proses Sains IPA. Bandung: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Hake, R.R. (1998). Interactive Angagemen Methods In Introductory Mechanichs Courses. [Online].
Tersedia:http://www.physics.Indiana.edu/~sdi/IeM-2b.pdf.accessed on [13 September
2010]
Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
Semiawan, C. (1987). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.
Sidharta, A. (2005). Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium sebagai Wahana
pembelajaran Sains Siswa SMP. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
D
O

N
O
T

C
O
P
Y

Anda mungkin juga menyukai