Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA

HIPOTERMI DAN HIPERTERMI


Dosen : Hapisah S.ST.,M.PH





Oleh : Kelompok 3
Putri Amalia
Putri Wulandari
Raden Gusti Ayu C.R.P
Raudatul Jannah
Resky Novia Anggeraini
Ridhayatunnisa
Rifaatul Mahmudah
Rizky Vaira
Sara Cintia
Tessa Dwi Muliawati
Tri Noor Hayati
Triana Murti Handayani
Widya Isnawati
Zulfina Nadya Kaffi
POLITEKNEIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN DIII KEBIDANAN
2013/2014
HIPOTERMIA DAN HIPERTERMIA

PRINSIP DASAR MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR
DENGAN MENCEGAH HIPOTERMIA
Mengeringkan bayi baru lahir segera setelah lahir
Bayi baru lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran udara melalui jendela/pintu
yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas
tubuh. Akibatnya dapat timbul serangan dingin (Cold Stress) yang merupakan gejala awal
hipotermi. Bayi kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil oleh karena control
suhunya belum sempurna. Hal ini menyebabkan gejala awal hipotermia seringkali tidak tidak
terdeteksi oleh ibu/keluarga bayi atau penolong persalinan.
Gejala hipotermia terjadi bila suhu tubuh (aksila) bayi turun di bawah 36
o
C. Nilai normal
36,5
o
C-37,5
o
C
Untuk mencegah terjadinya serangan dungin, setiap bayi baru lahir harus segera
dikeringkan dengan handuk yang kering dan bersih (sebaiknya handuk tersebut dihangatkan
terlebih dahulu). Mengeringkan tubuh bayi harus dilakukan dengan cepat mulai kepala kemudian
seluruh tubuh. Handuk yang basah harus diganti dengan dengan handuk yang kering dan hangat.
Setelah tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut, diberi topi/tutup kepala, kaus tangan
dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan dengan dengan telungkup diatas dada untuk mendapat
kehangatan dari dekapan ibu.
Penilaian derajat vitalitas bayi segera lahir hendaknya dilakukan dibawah lampu agar
terang dan sinar lampu dapat memanasi tubuh bayi.
Segera keringkan setiap bayi baru lahir
dengan kain yang hangat dan kering untuk menghindari hipotermia.

Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil
Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong persalinan harus
menunda memandikan bayi.
Pada bayi baru lahir sehat yaitu lahir cukup bulan, berat >2.500 gram, langsung menangis
kuat, maka memandikan bayi, gunakanlah air hangat.
Pada bayi baru lahirdengan risiko (tidak termasuk kriteria diatas), keadaan umum bayi
lemah atau bayi dengan dengan berat lahir <2.000 gram, sebaiknya bayi jangan
dimandikan ditunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh
bayi stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat mengisap ASI dengan baik. (Sarwono, 2010)





















A. HIPOTERMIA
1. Prinsip dasar
Suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5
o
C-37,5
o
C (suhu ketiak). Gejala awal
hipotermia apabila suhu ,36,5
o
C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh
tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32
o
C-
36
o
C). Disebut hipotermia kuat bila suhu tubuh <32
o
C.
Untuk mengukur suhu hipotermia diperlukan thermometer ukuran rendah (low
reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25
o
C. Di samping sebagai suatu
gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
Hipotermia menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah, yang
mengakibatkan hipoksemia dan berlanjut dengan kematian. (Sarwono, 2010)

2. Etiologi
BBL dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan
dengan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan
kehilangan panas:

a. Penurunan produksi panas
Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi
penurunan basal metabolisme tubuh, sehingga timbul proses penurunan produksi
panas, misalnya pada keadaan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitaria.
(Kosim, 2008)

b. Peningkatan panas yang hilang.
Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar, dan tubuh kehilangan
panas. (Kosim, 2008)
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir :
- Radiasi
Dari objek ke panas bayi. Contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas
- Evaporasi
Karena penguapan cairan yang melekat pada kulit. Contoh : air ketuban pada
tubuh bayi baru lahir, tidak cepat dikeringkan.
- Konduksi
Panas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang melekat di tubuh. Contoh :
pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti.
- Konveksi
Penguapan dari tubuh ke udara. Contoh : angin disekitar tubuh bayi baru
lahir.(Sarwono, 2010)

c. Kegagalan termoregulasi
Kegagalan termoregulasi secara umum disebabkan kegagalan hipotalamus
dalam menjalankan fungsinya dikarenakan berbagai penyebab. Keadaan hipoksia
intrauterin/ saat persalinan/post partum, defek neurologik dan paparan obat prenatal
(analgesik/ anestesi) dapat menekan respons neurologik bayi dalam
mempertahankan suhu tubuhnya. Bayi sepsis akan mengalami masalah dalam
pengaturan suhu dapat rnenjadi hipotermi atau hipertermi. (Kosim, 2008)


3. Faktor Predisposisi
a. Bayi berat lahir rendah (Wiknjosastro, 2007 : 253)
b. Bayi asfiksia (Wiknjosastro, 2007 : 253)
c. Bayi preterm dan bayi-bayi kecil lainnya yang dihubungkan dengan tingginya rasio
luas permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badannya (Kosim, 2008 : 90)
d. Bayi dengan kelainan bawaan khususnya dengan penutupan kulit yang tidak
sempurna, seperti pada meningomielokel, gastroskisis, omfalokel (Kosim, 2008 : 90)
e. BBL dengan gangguan saraf sentral, seperti pada perdarahan intrakranial, obat-
obatan (Kosim, 2008 : 90)
f. Bayi dengan sepsis (Kosim, 2008 : 90)
g. Bayi dengan tindakan resusitasi yang lama (Kosim, 2008 : 90)
h. Bayi IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) atau Janin Tumbuh Lambat (Kosim,
2008 : 90)
i. Bayi dengan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm (Hipotermi pada bayi baru lahir.
rioyonatanplb.blogspot.com/2009)
j. Bayi dengan tanda-tanda otot lembek, kulit keriput (Hipotermi pada bayi baru lahir.
rioyonatanplb.blogspot.com/2009)

4. Diagnosis
Ukur temperatur dengan menggunakan termometer, letakkan di aksilla ( rektal
hanya dilakukan satu kali untuk menghilangkan adanya kemungkinan anus imperforata)
butuh 3 menit. Proses kehilangan panas telah dijabarkan diatas. Ada buku yang
menuliskan bahwa apabila kaki bayi hangat dan berwarna pink maka dikatakan
normal.Apabila kaki dingin dan abdomen hangat maka dikatakan cold stress, dan apabila
kaki dan abdomen dingin maka hipotermi.
Diagnosis hipotermi ditegakkan dengan pengukuran suhu baik suhu tubuh atau
kulit bayi.Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah satu petunjuk penting
untuk deteksi awal adanya suatu penyakit, dan pengukurannya dapat dilakukan melalui
aksila, rektal atau kulit. (Kosim, 2008)
Melalui aksila merupakan prosedur pengukuran suhu bayi yang dianjurkan, oleh
karena mudah, sederhana dan aman.Tetapi pengukuran melalui rektal sangat dianjurkan
untuk dilakukan pertama kali pada semua BBL, oleh karena sekaligus sebagai tes
skrining untuk kemungkinan adanya anus imperforatus.Pengukuran suhu rektal tidak
dilakukan sebagai prosedur pemeriksaan yang rutin kecuali pada bayi-bayi sakit. (Kosim,
2008)

5. Penilaian hipotermia bayi baru lahir
Gejala hipotermia bayi baru lahir
a. Bayi tidak mau minum / menetek.
b. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.
c. Tubuh bayi teraba dingin.
d. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras
(sklerema).

Tanda-tanda hipotermia sedang (stress dingin)
a. Aktivitas berkurang, letargis.
b. Tangisan lemah.
c. Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
d. Kemampuan menghisap lemah.
e. Kaki teraba dingin.

Tanda-tanda hipotermia berat (cedera dingin)
a. Sama dengan hipotermia sedang.
b. Bibir dan kuku kebiruan.
c. Pernafasan lambat.
d. Pernafasan tidak teratur.
e. Bunyi jantung lambat.
f. Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolic.

Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia
a. Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.
b. Bagian tubuh lainnya pucat.
c. Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan
(sklerema). (Sarwono, 2010)

6. Penanganan hipotermia bayi baru lahir
a. Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang
harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi didalam incubator atau melalui
penyinaran lampu.
b. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah
menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu
agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap
hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada dalam satu pakaian (merupakan teknologi
tepat guna baru) disebut sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan
pakaian longgar dan berkancing didepan.
c. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangatyang disetrika
terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah
berulang kali sampai tubuh bayi hangat.
d. Biasanya hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-
sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak menhisap, diberi infuse glukosa 10%
sebanyak 60-80 ml/kg per hari.

BAGAN PENANGANAN HIPOTERMIA NEONATORUM
TANDA-TANDA Aktivitas berkurang (letargi), tangisan lemah, kemampuan
menghisap lemah, bibir dan kuku kebiruan,
kaki bayi teraba dingin.
KATEGORI Hipotermia sedang Hipotermia berat
PENILAIAN Suhu aksila 32-36C Suhu aksila < 32C
PENANGANAN
Bidan atau Puskesmas Keringkan bayi dengan handuk hangat
Memberikan lingkungan hangat dengan cara kontak
kulit ke kulit (metode kangguru) dan atau bungkus bayi
baru lahir dengan kain hangat
Kepala bayi ditutupi topi
Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering
dan hangat
Sering disusui
Hipotermia berat
Rujuk ke rumah
sakit
Rumah Sakit Sama dengan di atas
Beri lampu 60 watt dengan jarak minimal 60 cm dari
bayi
Dalam incubator
Penghangatan kembali dengan metode yang sesuai
(dalam incubator, pemanasan perlahan 0,5- 1C/jam).
Hipotermia berat
Infuse dekstrose 10%

Prinsip dasar metode kanguru
Prinsip dasar metode kangguru ini adalah mengganti perawatan BBLR dalam inkubator
dengan metode kangguru. Ibu diidentifikkan sebagai kangguru yang dapat mendekap bayinya
secara seksama, dengan tjuan mempertahankan suhu bayi secara optimal (36,5-37,5C). Suhu
yang optimal diperoleh dengan adanya kontak langsng antara kulit bayi dengankulit ibunya
secara kontinu. Ibu berfungsi sebagai host atau indung bagi bayi.
Posisi bayi dalam kantung kangguru adalah tegak/vertical pada siang hari ketika ibu
berdiri atau duduk dan tengkurap/miring pada malam hari ketika ibu berbaring/tidur.
1. Hipotermia Sedang
a. Lepaskan baju yang dingin atau basah, jika ada. (World Health Organization, 2007 : 92)
b. Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan
selimuti dengan selimut hangat. (Kosim, 2008 : 96)
c. Bila ada ibu/ pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak
kulit dengan kulit atau perawatan bayi lekat (PMK: Perawatan Metode
Kanguru).(Kosim, 2008 : 96)
d. Bila ibu tidak ada:
Beri bayi baju hangat dan topi, dan tutupi dengan selimut hangat;(World Health
Organization, 2007 : 92)
Hangatkan kembali bayi dengan rnenggunakan alat pemancar panas, gunakan
inkubator dan ruangan hangat, bila perlu; (Kosim, 2008 : 96)
Periksa suhu alat penghangatdan suhu ruangan, beri ASI peras dengan mengunakan
salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu;(Kosim,
2008 : 97)
Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan
ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.(Kosim, 2008 :
97)
Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan napas, kejang,
tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut.(Kosim, 2008 :
97)
Periksa kadar glukosa darah, bila < 45 mg/dL (2,6 mmol/L), tangani
hipoglikemia.(Kosim, 2008 : 97)
Nilai tanda kegawatan, misalnya gangguan napas, bila ada tangani gangguan
napasnya.(Kosim, 2008 : 97)
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5C/ jam, berarti
usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam:(Kosim,
2008 : 97)
Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,5C/jam, cari tanda
sepsis.(Kosim, 2008 : 97)
Setelah suhu tubuh normal:
- Lakukan perawatan lanjutan(Kosim, 2008 : 97)
- Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam (Kosim,
2008 : 97)
Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak
ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi
dapatdipulangkan. Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di rumah.
(Kosim, 2008 : 97)

2. Hipotermia Berat
a. Segera hangatkanbayi di bawahpemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila
mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat, bila perlu.(Kosim, 2008 : 96)
b. Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai topi dan
selimutidengan selimut hangat.(Kosim, 2008 : 96)
c. Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih 60 atau kurang 30
kali/menit,tarikan dinding dada, merintih saat eksipirasi), lakukan manajemen
Gangguan napas.(Kosim, 2008 : 96)
d. Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan infus tetap
terpasang di bawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan.(Kosim, 2008 : 96)
e. Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45 mg/dL (2,6
mmol/L),tangani hipoglikemia.(Kosim, 2008 : 96)
f. Nilai tanda kegawatan pada bayi (misalnya gangguan napas, kejang atau tidak sadar)
setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali
dalam batas normal.(Kosim, 2008 : 96)
g. Ambil sample darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan dalam
penanganan kemungkinan besar sepsis.(Kosim, 2008 : 96)
h. Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap:
Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu
alternatifcara pemberian minum (Kosim, 2008 : 96)
Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI
peras begitu suhu bayi mencapai 35C.(Kosim, 2008 : 96)
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5
o
C/ jam, berarti
upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi
setiap 2 jam.(Kosim, 2008 : 96)
Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap
jam.(Kosim, 2008 : 96)
Setelah suhu tubuh bayi normal:
- Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi (Kosim, 2008 : 96)
- Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam (Kosim,
2008 : 96)

Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap
dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatar di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu
bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah.(Kosim, 2008 : 96)

7. Pencegahan
Ruang melahirkan yang hangat (Kosim, 2008: 98)
Selain bersih, ruang bersalin tempat ibu melahirkan, harus cukup hangat dengan suhu
ruangan antara 25
o
C-23
o
C serta bebas dari aliran arus udara melalui jendela, pintu,
ataupun dan kipas angin. Selain itu saran resusitasi lengkap yang diperlukan untuk
pertolongan BBL sudah disiapkan, serta harus dihadiri paling tidak 1 orang tenaga
terlatih dalam resusitasi BBL sebagai penanggung jawab pada perawatan BBL.
(Kosim, 2008: 98)

Pengeringan segera (Kosim, 2008: 98)
Segera setelah lahir, bayi dikeringkan kepala dan tubuhnya, dan segera mengganti
kain yang basah dengan kain yang hangat dan kering. Kemudian diletakkan di
permukaan yang hangat seperti pada dada atau perut ibunya atau segera dibungkus
dengan pakaian hangat. Kesalahan yang sering dilakukan adalah, konsentrasi
penolong kelahiran terutama pada oksigenasi dan tindakan pompa jantung pada waktu
resusitasi, sehingga rnelupakan kontrol terhadap paparan dingin yang kemungkinan
besar terjadi segera setelah bayi dilahirkan. (Kosim, 2008: 98)
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh
bayi. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. (Wiknjosastro, 2008 :
124)

Kontak kulit dengan kulit (Kosim, 2008: 99)
Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang sangat efektifuntuk mencegah hilangnya
panas pada BBL, baik pada bayi-bayi aterm maupun preterm. Dada atau perut ibu,
merupakan tempat yang sangat ideal bagi BBL untuk rnendapatkan lingkungan suhu
yang tepat. Apabila oleh karena sesuatu hal melekatkan BBL ke dada atau ke perut
ibunya tidak dimungkinkan, maka bayi yang telah dibungkus dengan kain hangat
dapat diletakkan dalam dekapan lengan ibunya (Kosim, 2008: 99)
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan. Mencegah
kehilangan panas dan anjurkan ibu untuk rnenyusui bayinya segera setelah lahir
sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalarn waktu satu jam pertama kelahiran.
(Sumarah, 2009 : 174)
Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi.
Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu
pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai Metoda Kanguru.
Sebaiknya ibu menggunakanpakaian longgar berkancing depan. (Saifuddin. 2007 :
374)
Metode perawatan kontak kulit dengan kulit (Skin to skin contact / Kangoroo mother
care / KMC / perawatan bayi lekat) dalam perawatan bayi selanjutnya sangat
dianjurkan khususnya untuk bayi-bayi kecil, oleh karena dari beberapa penelitian
dilaporkan adanya penurunan secara bermakna angka kesakitan dan angka kematian
bayi-bayi kecil. (Kosim, 2008: 99)


Pemberian ASI (Kosim, 2008: 99)
Pemberian ASI sesegera mungkin, sangat dianjurkan dalam jam -jam pertama
kehidupanBBL. Pemberian ASI dini dan dalam jumlah yang mencukupi kini sangat
menunjangkebutuhan nutrisi, serta akan berperan dalam proses termoregulasi pada
BBL. (Kosim, 2008: 99)

Tidak segera memandikan/menimbang bayi (Kosim, 2008: 99)
Memandikan bayi dapat dilakukan beberapa jam kemudian (paling tidak setelah 6
am) yaitu setelah keadaan bayi stabil. Oleh karena tindakan memandikan bayi segera
setelah lahir, akan menyebabkan terjadinya penurunan suhu tubuh bayi. Mekoneum,
darah, atau sebagian verniks, dapat dibersihkan pada waktu tindakan mengeringkan
bayi. Sisa verniks yang masih rnenernpel di tubuh bayi tidak perlu dibuang, selain
tindakan tersebut akan menyebabkan iritasi kulit juga verniks tersebut masih
bermanfaat sebagai pelindung panas tubuh bayi, dan akan direabsorbsi dalam hari-
hari pertama kehidupan bayi. (Kosim, 2008: 99)
Menimbang bayi dapat ditunda beberapa saat kemudian, oleh karena dengan tindakan
menimbang sangat dimungkinkan akan terjadi penurunan suhu tubuh bayi. Sangat
dianjurkan pada waktu menimbang bayi, timbangan yang diigunakan diberi alas kain
hangat. (Kosim, 2008: 99)

Praktik memandikan bayi yang dianjurkan:
Tunggu minimal enam jam setelah lahir untuk memandikan bayi (lebih lama jika bayi
mengalami asfiksia atau hipotermi). Sebelum memandikan bayi, pastikan suhu tubuh bayi
stabil (suhu aksila 36,5
o
37,5C). Jika suhu tubuh bayi masih di bawah 36,5 C, selimuti
kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di
tempat tidur atau lakukan kontak kulit ibu-bayi dan selimuti keduanya. Tunda memandikan
bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil daam waktu (paling sedikit) satu jam.
Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernafasan.
Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruang mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin.
Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan beberapa lembar kain
atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan.
Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat.
Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering.
Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi
secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik.
Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik.
Usahakan Ibu dan bayi dirawat pada satu tempat (rawat gabung) dan anjurkan ibu untuk
menyusukan bayinya.
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat. Idealnya bayi baru lahir (ditempatkan ditempat
tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi
tetap hangat, mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan infesi pada
bayi.
Bayi jangan dibedong
Bayi jangan dibedong terlalu ketat. Hal ini akan menghambat gerakan bayi.
(Wiknjosastro, 2008 : 125)

Pakaian dan selimut bayi yang adekuat (Kosim, 2008: 99)
Secara umum, BBLmemerlukan beberapa lapis pakaian dan selirnut lebih banyak
daripada orang dewasa. Pakaiandalam halini juga meliputi topi, karena sebagiam
besar (kurang lebih 25 %) kehilangan panas dapat terjadi melalui kepala bayi.Pakaian
dan selimutseyogyanya cukup longgar, sehingga meimungkinkan adanya lapisan
udara diantara pemukaannya sebagai penyangga panas tubuh yang cukup efektif.
Bedong (swaddling) yang biasanya sangat erat sebaiknya dihindarkan, selain
menghilangkan lapisan udara sebagai penyangga panas, juga menaikkan risiko
terjadinya pneumonia dan penyakit infeksi saluran nafas lainnya, karena tidak
memungkinkan paru bayi mengembang sempurna pada waktu bernafas. (Kosim,
2008: 99)

Rawat Gabung (Kosim, 2008: 100)
Bayi-bayi yang dilahirkan di rumah ataupun yanng dilahirkan di rumah sakit,
seyogyanya dijadikan satu, dalam tempa tidur yang sama dengan ibunya, selama 24
jam penuh dalam ruangan yang cukup hangat (minimal 25C). Hal ini akan sangat
menunjang pemberian ASI ondemand, serta mengurangi risiko terjadinya infeksi
nosokomial pada bayi-bayi yang lahir di rumah sakit. (Kosim, 2008: 100)

Transportasi hangat (Kosim, 2008: 100)
Apabila bayi perlu segera dirujuk ke rumah sakit, atau ke bagian lain di lingkungan
rumah sakit seperti di ruang rawat bayi atau di NICU, sangat penting untuk selalu
menjaga kehangatan bayi selama dalarn perjalanan. Apabila memungkinkan, adalah
merujuk bayi bersarnaan dengan ibunya dalam perawatan bayi lekat, oleh karena hal
ini merupakan cara yang sederhana dan aman.
(Kosim, 2008: 100)

Resusitasi hangat (Kosim, 2008: 100)
Pada waktu melakukan resusitasi, perlu menjaga agar tubuh bayi tetap hangat. Hal ini
sangat penting, oleh karena bayi-bayi yang mengalami asfiksia, tubuhnya tidak dapat
menghasilkan panas yang cukup efisien schingga mempunyai risiko tinggi menderita
hipotermia. (Kosim, 2008: 100)
Pada waktu melakukan resusitasi di rumah sakit, memberikan lingkungan yang
hangat dan kering, dengan meletakkan bayi di bawah alat pemancar panas,
merupakan salah satu dari rangkaian prosedur standar resusitasi BBL.
(Kosim, 2008: 100)

Pelatihan dan sosialisasi rantai hangat (Kosim, 2008: 100)
Semua pihak yang terlibat dalam proses kelahiran serta perawatan bayi (dokter,
bidan, perawat, dukun bayi dan lain-lain), perlu dilatih dan diberikan pemahaman
tentang prinsip-prinsip serta prosedur yang benar tentang rantai hangat. Keluarga dan
anggota masyarakat yang mempunyai bayi di rumah, perlu diberikan pengetahuan
dan kesadaran tentang pentingnya menjaga agar bayinya selalu tetap hangat. (Kosim,
2008: 100)

















B. HIPERTERMI
1. Prinsip Dasar
Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila
bayi diletakkan di dekat apai atau dalam ruangan yang berudara panas.
Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan
termoregulasi.Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau menyerap lebih
banyak panas dari pada mengeluarkan panas. Ketika suhu tubuh cukup tinggi,
hipertermia menjadi keadaan darurat medis dan membutuhkan perawatan segera untuk
mencegah kecacatan dan kematian.
Hypertermia pada bayi adalah peningkatan suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 C.

2. Etiologi
Disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang terlalu panas atau campuran dari
gangguan infeksi dan suhu lingkungan yang terlalu panas. Keadaan ini terjadi bila bayi
diletakkan di dekat api atau ruangan yang berudara panas.Selain itu, dapat pula
disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang dapat mempengaruhi pusat
pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat
pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat
berupa protein , pecahan protein dan zat lain , terutama toksin polisakarida , yang
dilepas oleh bakteri toksik / pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh
dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit.

3. Tanda dan Gejala
a. suhu tubuh bayi >37,5 C (panas).
b. Tanda dehidrasi, yaitu berat badan bayi turun, turgor kulit kurang, mata dan ubun
ubun besar cekung, lidah dan membran mukosa kering, banyaknya air kemih
berkurang.
c. Kulit memerah
d. Malas minum
e. Frekuensi nafas lebih dari 60x/menit
f. Denyut jantung lebih dari 160 x/menit
g. Letargi
h. Kedinginan,lemas
i. Bisa disertai kejang

4. Klasifikasi Hipertermi
Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas :
a. Hipertermia maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia.
Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara
autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium intraselular
dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia. Pusat
pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak
bemanfaat.

b. Exercise-Induced hyperthermia (EIH)
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan
aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan
dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada
suhu 30
0
C atau lebih dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman
lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian yang
berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap keringat.

c. Endocrine Hyperthermia (EH)
Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih jarang
dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan endokrin
yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain hipertiroidisme,
diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan
Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering berhubungan dengan
demam (merangsang pembentukan pirogen leukosit).

Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.
a. Hipertermia neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga kehidupan
bisa disebabkan oleh:
1) Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan
atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini
merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma
lahir.
2) Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi
terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.
3) Trauma lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada
24%dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari
tapi bisa juga menetap dan menimbulkan komplikasi berupa kejang.
4) Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.5
0
C atau sedikit
lebih rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat,
takikardia, aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard, dan pada saluran
cerna terjadi mual, muntah, dan kram.
5) Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)
Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat
penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang
tinggi. HSE diduga berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi
atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-trypsin.
Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari sampai
dengan 15 tahun (sebagian besar usia < 1 tahun dengan median usia 5
bulan). Pada umumnya HSE didahului oleh penyakit virus atau bakterial
dengan febris yang tidak tinggi dan sudah sembuh (misalnya infeksi
saluran nafas akut atau gastroenteritis dengan febris ringan).
6) Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang
mendadak, tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang
mendahului sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan febris ringan
yang tidak fatal. Hipertermia diduga kuat berhubungan dengan SIDS.



5. Penilaian hipertermia bayi baru lahir
Gejala hipertermia bayi baru lahir:
a. Suhu tubuh bayi > 37,5C
b. Frekuensi pernafasan bayi > 60/menit
c. Tanda tanda dehidrasi, yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang,
banyaknya air kemih berkurang.

6. Penanganan hipertermia bayi baru lahir
a. Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejk dengan suhu kamar seputar 26-28c.
b. Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu tubuh bayi normal (jangan
menggunakan air es)
c. Berikanlah cairan dekstrose: Nacl= 1:4 secara intravena sampai dehidrasi teratasi
d. Antibiotika diberikan apabila ada infeksi

7. Pencegahan Terhadap Hipertermia
a. Kesehatan lingkungan.
b. penyediaan air minum yang memenuhi syarat.
c. Pembuangan kotoran manusia pada tempatnya.
d. Pemberantasan lalat.
e. Pembuangan sampah pada tempatnya.
f. Pendidikan kesehatan pada masyarakat.
g. Pemberian imunisasi lengkap kepada bayi.
h. Makan makana yang bersih dan sehat
i. Jangan biasakan anak jajan diluar


DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, S. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
http://mymidwife.files.wordpress.com/2012/06/hipotermi.docx. Di unduh Kamis, 6 Maret 2014,
pukul 14.00 WITA. Online
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23045/4/Chapter%20II.pdf. Di unduh Kamis, 6
Maret 2014, pukul 14.00 WITA. Online

Anda mungkin juga menyukai