Anda di halaman 1dari 41

1

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
No. RM :612018
Nama : Tn.M
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa :Bugis/Indonesia
Alamat : Bulukumba
Tanggal Pemeriksaan :2 Mei 2014
Pekerjaan : Petani
Rumah sakit : RSWS
Dokter Pemeriksa : dr. R

II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Penglihatan kabur pada kedua mata.
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak + 1 bulan yang lalu, dimana penglihatan jauh dan dekat
terganggu. Awalnya pasien hanya merasakan kabur pada penglihatannya
dalam satu tahun terakhir tetapi dirasakan semakin menurun dakam 1 bulan.
Pasien melihat seperti ada kabut/asap yang menghalangi pandangannya. Mata
2

merah (-), air mata berlebih (+), kotoran mata berlebih (-), gatal (-), nyeri
pada bola mata (-), silau(+), rasa mengganjal (-).
Riwayat trauma (-), riwayat pengobatan sebelumnya (-),riwayat memakai
kaca mata baca (-)riwayat penyakit DM (-), Riwayat menderita hipertensi (-),
Riwayat operasi mata (-).

III. STATUS GENERALISATA
Status generalis : Sakit ringan, gizi cukup, compos mentis
Status vitalis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,7 C

IV. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. INSPEKSI
Pemeriksaan OD OS
Palpebra Edema (-) Edema (-)
Apparatus
Lakrimalis
Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
Silia Sekret (-) Sekret (-)
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Bola Mata Normal Normal
3

Mekanisme
muscular
Ke segala arah

Ke segala arah



Kornea Jernih Jernih
BMD Normal Normal
Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
Pupil Bulat, sentral, RC (+) Bulat, sentral, RC (+)
Lensa Keruh Keruh

V. PALPASI
Pemeriksaan OD OS
Tensi Okuler Tn Tn
Nyeri tekan (-) (-)
Massa tumor (-) (-)
Glandula preaurikuler Tidak ada
pembesaran
Tidak ada
pembesaran

TONOMETRI:
TOD : 6/5,5 = 14.6 mmHg
TOS : 5/5,5 = 17,3 mmHg
4

VISUS
VOD : 1/300` LP:

VOS : 1/ LP


B. CAMPUS VISUAL : Tidak dilakukan pemeriksaan
C. COLOR SENSE : Tidak dilakukan pemeriksaan
D. PENYINARAN OBLIK :
Pemeriksaan OD OS
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Jernih Jernih
Bilik Mata Depan Normal Normal
Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
Pupil Bulat, sentral, RC
(+)
Bulat, sentral, RC
(+)
Lensa Keruh Keruh

E. DIAFANOSKOPI : Tidak dilakukan pemeriksaan
F. OFTALMOSKOPI :
FOD : Refleks fundus (-), terhalang kekeruhan lensa
FOS : Refleks fundus (-), terhalang kekeruhan lensa

5

G. SLIT LAMP:
- SLOD : konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih (-), BMD kesan
normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa
keruh (NO5 NC5)
- SLOS : Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD kesan
normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa
keruh (NO5 NC5)
H. BIOMETRI
POL TR
OD: R1 : 7,79 AX : 76 K: 118,9 21,0 0,38
R2 : 7,56 AXL : 23,02 21,5 0,03
22,0 -0,32

POL TR
OS: R1 : 7,76 AX : 74 K: 117,9 22,0 0,36
R2 : 7,52 AXL : 23,00 22,5 0,02
23,0 -0,30


VI. RESUME
Seorang pria, 64 tahun datang ke poliklinik mata dengan keluhan visus
menurun pada kedua mata sejak 1 tahun yang lalu dan memberat 1 bulan
6

terakhir. Hiperemis (-), hiperlakrimasi(-), sekret (-), nyeri pada bola mata (-),
fotophobia (+), rasa mengganjal (-).
Riwayat trauma (-), riwayat pengobatan sebelumnya (-) riwayat memakai
kacamata baca (-), riwayat DMn (-), riwayat menderita hipertensi (-), riwayat
operasi mata (-)
Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD : 1/300, VOS:1/.
LPOD: LPOS:
TIO pada kedua mata dalam batas normal.

VII. DIAGNOSIS
ODS katarak Senil matur







Gambar1. Foto Klinis Pasien


7

VIII. DIFERENTIAL DIAGNOSIS
Katarak Diabetik, Katarak Traumatik

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG B-SCAN

Gambar2. USG B-SCAN
Baca Hasil USG B-SCAN
echo dalam ke baik
lensa dalam keadaan keruh
vitreus dalam keadaan jernih
retina dalam keadaan detachmen
koroid, scelera dalam batas normal
N.II dalam keadaan intak

X. TERAPI.
Rencana ODS ekstraksi lensa + IOL
Lab: GDP
8

XI. PROGNOSIS
1. Quo ad vitam : bonam
2. Quo ad sanationem : bonam
3. Quo ad Visam : bonam
4. Quo ad kosmeticum : bonam

XII. DISKUSI
Dari anamnesis pasien mengeluhkan penglihatan kabur pada kedua mata
yang dialami secara perlahan-lahan yang awalnya seperti adanya kabut atau
asap yang menghalangi penglihatannya. Riwayat penyakit DM (-), hipertensi
(-) Dan dari pemeriksaan inspeksi dan slit lamp pada ODS, ditemukan
kekeruhan pada kedua lensa. Maka pasien ini menderita ODS Katarak Senil
Matur.
Visus menurun dapat terjadi akibat adanya gangguan pada media
refrakta, Pasien juga mengeluhkan penglihatannya semakin menurun dalam
satu tahun terakhir. Riwayat operasi pada mata kanan 10 tahun yang lalu.
Gejala-gejala ini dapat timbul akibat adanya kekeruhan pada lensa mata
atau yang biasa disebut katarak. Penyebab katarak dapat bermacam-macam.
Terkait dengan usia pasien yaitu 64 tahun dan tidak ada riwayat trauma,
penyakit sistemik, misalnya stress, DM, maka kemungkinan pada pasien ini
terjadi age related cataract, sehingga diagnosis pasien ini adalah katarak
senilis yaitu kekeruhan lensa akibat proses penuaan.

9

Pada pemeriksaan fisis, didapatkan:
- Ketajaman penglihatan menurun dimana visus OD : 1/300 dan visus OS: 1/
Adapun terapi definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa dan
sekaligus dilakukan pemasangan IOL. Setelah operasi diberikan steroid topikal
sekaligus antibiotik..

Dari hasil Anamnesis dan pemeriksaan fisis pasien ini. Dapat disimpulkan
bahwa pasien ini mengalami Katarak Senil Matur. hal ini disebabkan karena
terjadinya kekeruhan lensa yang menyebabkan penurunan visus pada kedua mata
pada usia pasien yaitu 64 tahun, yang mana usia tersebut masuk dalam kriteria
katarak senil, serta pada pemeriksaan fundus menunjukkan kekeruhan yang tinggi
sehingga dikatakan tidak dapat melihat isi dalam bola mata.











10

KATARAK SENILIS

I. PENDAHULUAN
Lensa Kristaline merupakan struktur yang transparan. Struktur yang
transparan tersebut dapat terganggu oleh suatu proses degenerasi yang
menyebabkan kekeruhan pada lensa fiber. Kekeruhan yang terbentuk pada lensa
dikenal sebagai katarak.
1

Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggris cataract, dan latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun. Katarak adalah kekeruhan lensa yang
mengarah kepada penurunan ketajaman visual dan/atau cacat fungsional yang
dirasakan oleh pasien.
2,3
Lebih dari 90% dari semua katarak adalah tipe katarak senile (katarak
senilis).
Oleh karena itu, katarak adalah merupakan penyakit yang menyerang usia lanjut
dan tua. Hal ini dapat diasumsikan bahwa sekitar 20-40% dari orang yang berusia
60 tahun dan 60-80% dari orang yang berusia 80 tahun memiliki kekeruhan lensa
yang mengurangi penglihatan, contohnya., katarak. Prevalensi katarak kongenital
di negara maju adalah sekitar 2-4 per 10 000 kelahiran. Semua bentuk katarak
mempengaruhi kedua jenis kelamin dengan sekitar frekuensi yang sama. Satu-
satunya pengecualian adalah kekeruhan lensa traumatis, yang didominasi oleh
laki-laki. Di seluruh dunia, sekitar 20 juta orang buta karena katarak. Dengan
demikian katarak merupakan penyebab utama kebutaan. Sebuah tugas penting
11

dari masyarakat dunia adalah untuk meningkatkan jumlah operasi katarak di
negara-negara berkembang untuk mememnuhi angka kebutuhan masyarakat untuk
melihat
4
Meskipun katarak dapat diklasifikasikan dengan berbagai metode,
pada umumnya digunakan klasifikasi berdasarkan lokasi dalam tiga zona lensa
yaitu kapsul, korteks, atau nukleus. Mekanisme pembentukan katarak sangat
multifaktorial, karenanya, sulit untuk dipelajari. Oksidasi lipid membran,
struktural atau enzimatik protein, atau DNA oleh peroksida atau radikal bebas
yang disebabkan oleh sinar UV merupakan hal awal terjadinya kejadian yang
mengakibatkan hilangnya transparansi baik di nukleus dan jaringan korteks pada
lensa.
5

II. EPIDEMIOLOGI
Dalam sebuah penelitian Amerika Serikat yang berbasis di rumah jompo,
katarak merupakan penyebab utama untuk low vision (seperti yang didefinisikan
oleh ketajaman visual yang lebih buruk dari 20/40), yang mana bertanggung
jawab atas 37% dari low vision antara subyek Amerika kulit putih dan 54% dari
low vision antara subyek Amerika kulit hitam. Demikian pula, di Belanda, low
vision binonuclear ada 31,3% dari penghuni panti jompo, dan 78% dari low
vision disebabkan oleh katarak. Data ini menunjukkan bahwa katarak merupakan
kontributor penting untuk kecacatan pada populasi yang lebih tua di negara maju
meskipun terdapat ketersediaan pengobatan dan diperkirakan 50 juta orang akan
12

mengalami kebutaan pada tahun 2020.
6,7
Selain itu asia merupakan benua terbesar
di dunia dengan lebih dari separuh penduduk didunia. Dan ada dua penyebab
terbesar kebutaan yang terjad di asia yaitu katarak dan kegagalan refraksi yang
tidak terkoreksi.
8


Tabel1. Prevalensi dan Insiden Katarak
6


Tabel2. Prevalensi Kebutaan di asia
8

Sedangkan di Indonesia proporsi diagnosis katarak meningkat sesuai
pertambahan usia. Proporsi katarak menurut umur yang dikelompokkan dengan
interval 10 tahun memberikan gambaran adanya kecenderungan peningkatan
13

proporsi katarak untuk tiap kelompok umur kurang lebih dua kali lipat dalam tiap
periode 10 tahunan.
9



Tabel 3. Proporsi pasien katarak di Indonesia
8


*)D = proporsi responden yang mengaku pernah didiagnosis katarak oleh tenaga
kesehatan dalam 12 bulan terakhir.
**)DG= proporsi responden yang mengaku pernah didiagnosis katarak oleh
tenaga kesehatan atau mempunyai gejala penglihatan berkabut dan silau dalam 12
bulan terakhir

III. ANATOMI DAN FISIOLOGIS LENSA
14

Lensa merupakan struktur biologis yang tidak biasa. Transparan dan
biconvex, dengan konveksitas terbesar pada sisi posterior, lensa terdiri dari
lapisan sel epitel kuboid pada permukaan anterior dan daerah posterior sel
epitel columnar yang sangat panjang disebut serat lensa. Sel-sel dari epitel
anterior berkembang biak dan menimbulkan serat lensa di ekuator lensa. Serat
lensa kehilangan inti mereka dan organel seluler lainnya dan mengumpulkan
satu set khusus protein yang disebut kristal. Lensa kristal ini ditutupi oleh
kapsul transparan yang sangat elastis.
10

Gambar3. Lensa dan struktur disekelilingnya
10

a. Kapsul lensa, Tipis, transparan, membran hialin yang mengelilingi
lensa yang tebal lebih ke anterior daripada permukaan posterior.
Kapsul lensa tebal di daerah pra-khatulistiwa (14 ) dan tertipis di
kutub posterior (3 ).
b. Epitel anterior. Ini adalah satu lapisan sel kuboid yang terletak jauh
pada kapsul anterior. Di daerah ekuator sel-sel ini menjadi columnar,
15

secara aktif membagi dan memanjangkan untuk membentuk serat lensa
baru sepanjang hidup. Tidak ada epitel posterior, sel-sel ini digunakan
dalam mengisi rongga pusat vesikel lensa selama pengembangan lensa.
c. Serat lensa. Sel-sel epitel memanjang untuk membentuk serat lensa
yang memiliki bentuk struktur yang rumit. Serat lensa dewasa adalah
sel yang telah kehilangan inti. Serat lensa terbentuk sepanjang hidup,
ini disusun kompak sebagai inti dan korteks lensa
Nucleus. Ini adalah bagian tengah yang mengandung serat
tertua. Ini terdiri dari zona yang berbeda, yang berturut-turut
ditetapkan sebagai hasil pembangunan. Dalam berkas celah-
lampu ini terlihat sebagai zona diskontinuitas. Tergantung pada
periode pembangunan, berbagai zona inti lensa meliputi:
a. Inti embrio. Ini adalah bagian terdalam dari inti yang sesuai
dengan lensa pada 3 bulan pertama kehamilan. Ini terdiri
dari serat lensa primer yang dibentuk oleh pemanjangan
sel-sel dari dinding posterior vesikel lensa.
b. Inti janin. Itu terletak sekitar inti embrio dan sesuai dengan
lensa pada 3 bulan kehamilan sampai kelahiran. Serat
bertemu dan kemudian berbentuk Y pada anterior dan
berbentuk Y terbalik pada posterior.
c. Inti infantil sesuai dengan lensa dari lahir sampai pubertas,
dan
16

d. Nukleus dewasa sesuai dengan serat lensa terbentuk setelah
pubertas untuk sisa hidup.
Cortex. Ini adalah bagian perifer yang terdiri dari serat lensa
termuda.
1

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan
kation (Na, K).Kedua kation ini berasal dari humor aquous dan vitreus.
Kadang kalium dibagian anterior lebih tinggi dibandingakn posterior
sedangkan kadar natrium lebih tinggi di posterior. Ion K bergerak ke bagian
posterior dan keluar ke humor aquous, dan ion Na bergerak ke anterior
untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATP-ase.
Transport aktif asam-asam amino mengambil tempat pada lensa dengan
mekanisme tergantung pada gradient natrium yang dibawa oleh pompa
natrium. Aspek fisiologis terpenting dari lensa adalah mekanisme yang
mengatur keseimbangan air dan elektrolit lensa yang sangat penting untuk
menjaga kejernihan lens.Karena kejernihan lensa sangat tergantung pada
komponen struktural dan makromolekular, gangguan dari hidrasi lensa
dapat menyebabkan kekeruhan lensa. Telah ditentukan bahwa gangguan
keseimbangan air dan elektrolit sering terjadi pada katarak kortikal, dimana
kadar air meningkat secara bermakna
. 11
Lensa manusia normal mengandung sekitar 66% air dan 33% protein
dan perubahan ini terjadi sedikit demi sedikit dengan bertambahnya usia.
Korteks lensa menjadi lebih terhidrasi dari pada nucleus lensa.Sekitar 5%
volume lensa adalah air yang ditemukan diantara serat-serat lensa diruang
17

ekstraseluler.Konsentrasi natrium lensa dipertahankan pada 20 mm dan
konsentrasi kalium sekitar 120 mm
2
.
11
Epithelium lensa sebagai tempat transport aktif lensa bersifat
dehidrasi dan memiliki kadar ion Kalium (K
+
) dan asam amino yang lebih
tinggi dari humor aquous dan vitreus disekelilingnya. Sebaliknya, lensa
mengandung kadar ion natrium (Na+), ion klorida (Cl-) dan air yang lebih
sedikit dari lingkungan sekitarnya. Keseimbangan kation antara di dalam
dan di luar lensa adalah hasil dari kemampuan permeabilitas membrane sel-
sel lensa dan aktivitas dari pompa (Na
+
, K
+
-ATPase) yang terdapat pada
membrane sel dari epithelium lensa dan setiap serat lensa. Fungsi pompa
natrium bekerja dengan cara memompa ion natrium keluar dari dan menarik
ion kalium ke dalam. Mekanisme ini bergantung dari pemecahan ATP dan
diatur oleh enzim Na
+
, K
+
-ATPase.Keseimbangan ini mudah sekali
terganggu oleh inhibitor spesifik ATPase. Inhibisi dari Na
+
, K
+
, ATPase
akan menyebabkan hilangnya keseimbangan kation dan meningkatkan kadar
air dalam lensa. Pada perkembangan katarak kortikal beberapa studi telah
menunjukkan bahwa terjadi penurunan aktivitas Na
+
, K
+
-ATPase,
sedangkan yang lainnya tidak menunjukkan perubahan apapun. Dari studi-
studi lain telah diperkirakan bahwa permeabilitas membrane sedikit
meningkat seiring dengan perkembangan katarak.
11

18

d. Ligamen suspensorium lensa (zonules of Zinn). Juga disebut sebagai
zonules ciliary, serangkaian dari ciliarybody ke lensa. Ini
mempertahankan lensa dalam posisinya.


Gambar4. Struktur lensa
1
gambar5. Struktur Y pada
fetal nuchleus
1


19

IV. KLASIFIKASI
Secara Umum klasifikasi katarak dibagi berdasarkan:
A. Klasifikasi etiologi
1. Katarak kongenital dan Juvenil
Ini terjadi karena beberapa gangguan dalam perkembangan
normal lensa. Ketika gangguan terjadi sebelum kelahiran, anak
lahir dengan katarak kongenital. Oleh karena itu, kekeruhan
katarak kongenital terbatas baik embrio atau janin. Katarak
Juvenil dapat terjadi dari bayi sampai remaja. Oleh karena itu,
kekeruhan tersebut mungkin melibatkan anak-anak dan orang
dewasa, bagian yang lebih dalam dari korteks atau
kapsul. Katarak juvenil biasanya mempengaruhi zona tertentu
yang sedang terbentuk ketika proses ini terganggu.
2. Katarak yang didapat
a. Katarak senil
Juga disebut sebagai 'katarak terkait usia', ini adalah
jenis yang paling umum dari bentuk katarak mempengaruhi
kedua jenis kelamin dan biasanya mengenai orang di atas
usia 50 tahun.
b. Katarak Komplikata
Hal ini mengacu pada kekeruhan dari lensa sekunder akibat
beberapa penyakit intraokular lainnya.
c. Katarak Metabolik
20

Katarak ini terjadi karena gangguan endokrin dan kelainan
biokimia
d. Katarak Elektrik
Hal ini diketahui terjadi setelah aliran arus listrik yang kuat
melalui tubuh. Katarak biasanya dimulai sebagai kekeruhan
subkapsular yang berubah dengan cepat..
e. Katarak radiational
Paparan hampir semua jenis energi radiasi diketahui
menyebabkan katarak dengan menyebabkan kerusakan
pada epitel lensa.
B. Klasifikasi Morphologi
1. Katarak Kapsular
Melibatkan kapsul dan dapat terjadi pada kapsul anterior
maupun posterior
2. Katarak Sub kapsular
Yang terjadi di bagian superficial dari korteks (hanya di bagian
bawah kapsul) dan termasuk di anterior maupun posterior
3. Katarak Kortikal
Melibatkan bagian terbesar dari korteks
4. Katarak Supranuklear
Melibatkan hanya bagian yang dalam dari korteks (diluar
nukleus)
5. Katarak Nuklear
21

Melibatkan nukleus pada lensa kristal
6. Katarak Polar
Melibatkan kapsul dan bagian superficial dari kortex hanya
dibagian kutub.

Gambar6. Bentuk Morfologi dari katarak
1

Tiga tipe katarak terkait usia yaitu nuklear, kortikal, dan subkapsular
posterior katarak. Pada beberapa pasien penggabungan dari beberapa tipe
juga ditemukan.
Katarak Nuklear
Dimana terjadi penguningan dan pengerasan bagian tengah lensa kristal
dan terjadi secara perlahan selama bertahun-tahun. Sebagai inti dari lensa
mengeras, sering menyebabkan lensa untuk meningkatkan daya bias dan
menyebabkan rabun jauh. Inilah sebabnya mengapa beberapa pasien yang
sebelumnya bergantung pada kacamata baca untuk membaca mungkin tidak
lagi membutuhkan kacamata. Jenis katarak juga dapat mempunyai warnya
yang kurang terang sehingga sering tidak disadari.
12

22


Gambar7. Katarak Nuklear
12

Katarak kortikal
Katarak kortikal terjadi ketika porsi serat lensa yang mengelilingi inti
menjadi opak. Dampak terhadap penglihatan adalah terkait dengan seberapa
dekat kekeruhan ke pusat sumbu visual dan dampaknya dapat sangat
bervariasi serta bersifat progresif. Gejala yang paling umum dari katarak
kortikal adalah silau, terutama dari cahay lampu pada saat berkendara
malam hari.
12


Gambar8. Katarak kortikal
12

Katarak Subkapsular Posterior
23

Katarak subkapsular posterior (PSC) adalah kekeruhan terletak di lapisan
korteks paling posterior, langsung di bawah kapsul lensa. Jenis katarak
cenderung terjadi pada pasien yang lebih muda dari katarak kortikal
sklerotik atau nuklear. Gejala silau, kesulitan melihat dalam cahaya terang,
dan penglihatan dekat seringkali lebih terpengaruh daripada jauh.
12


Gambar9. Katarak Capsular posterior
12

Selain klasifikasi tadi, sekarang lebih cenderung menggunakan Lens
Opacities Classification System (LOCS) dimana lensa dinilai dari warna
nuklear (NC) dan opasitas Nuklear (NO), katarak kortikal (C), dan katarak
sub-kapsular posterior (P).
13

24


Gambar10. LOCS(lensa opacities Classification System III) III
13

V. ETIOLOGI
Katarak senil pada umumnya adalah proses penuaan. Dengan
etiopatogenesis yang tidak jelas. Namun ada beberapa faktor yang
terlibat dalam terjadinya katarak senil.
Keturunan: Hal ini memainkan peran yang cukup besar dalam
kejadian, onset usia dan pematangan katarak senil dalam
keluarga yang berbeda.
Radiasi Ultraviolet: Paparan lebih radiasi UV dari sinar
matahari terlibat dalam onset awal dan pematangan katarak
senilis pada banyak studi epidemiologi.
25

Faktor makanan. Kekurangan protein tertentu, seperti asam
amino, vitamin (riboflavin, vitamin E, vitamin C), dan unsur-
unsur lainnya yang berperan dalam pematangan katarak senil.
Krisis Dehydrational. Sebuah asosiasi dengan sebelumnya
episode krisis dehydrational berat (karena diare, kolera dll) dan
usia onset dan pematangan katarak juga disarankan.
Merokok juga telah dilaporkan memiliki beberapa efek
terhadap timbulnya katarak senilis. Merokok menyebabkan
akumulasi pigmen molekul-3 hydroxykynurinine dan
kromofor, yang menyebabkan menguning. Sianat dalam asap
rokok berperan dalam carbamylation dan denaturasi protein.
1


VI. STADIUM KATARAK
1. Stage of Lamellar Separation: Perubahan senil awal adalah
demarkasi serat kortikal karena perpisahan serat kortikal dengan
cairan. Fenomena pemisahan lamellar dapat ditunjukkan dengan
pemeriksaan slit-lamp saja. Perubahan ini reversibel.
2. Stage of Incipient Cataract: Dalam tahap ini kekeruhan awal
terdeteksi dengan daerah yang jelas. Dua jenis yang berbeda dari
katarak kortikal mature dapat dikenali pada tahap ini:
a. Cuneiform senile cortical catarac. Hal ini ditandai dengan
kekeruhan berbentuk baji dengan daerah yang jelas di antara
keduanya.
26

b. Cupuliform Senile Cortical cataract: Berikut cawan berbentuk
opak berkembang tepat di bawah kapsul. biasanya di bagian
tengah dari korteks posterior (Katarak subkapsular posterior),
yang secara bertahap meluas
arah luar.
3. Katarak Senil Imatur: Dalam tahap ini, kekeruhan berlangsung
lebih lanjut. Pola Cuneiform atau cupuliform dapat diakui sampai
stadium lanjut ISC ketika kekeruhan menjadi lebih menyebar dan
tidak teratur. Lensa muncul keabu-abuan putih tapi korteks jelas
masih ada sehingga bayangan iris terlihat.

Gambar11. Katrak senil immature
1

4. Katarak Senil Matur: Dalam tahap ini, kekeruhan menjadi
lengkap, yaitu, seluruh korteks yang terlibat. Lensa menjadi
mutiara berwarna putih. Katarak seperti ini juga disebut sebagai
'Katarak Matur '
27


Gambar12. Katarak senile mature
1

5. Hypermature Senile Catarct: dibagi menjadi dua yaitu Morgagni
Hypermatur cataract dan Sclerotic type Hypermature cataract.
1


Gambar13. Katarak senil hypermature( Morgagni)
1

VII. DIAGNOSIS
Gejala:
1. Silau. Salah satu gangguan visual awal dengan katarak adalah silau
atau intoleransi cerah ringan; seperti sinar matahari langsung atau
lampu dari
28

kendaraan bermotor yang lewat. Jumlah silau atau menyilaukan
akan bervariasi dengan lokasi dan ukuran kekeruhan.
2. Polyopia Uniocular (yaitu, dua kali lipat atau tiga kali lipat dari
benda): Ini juga merupakan salah satu gejala awal. Itu terjadi
karena pembiasan tidak teratur oleh lensa karena variabel indeks
bias sebagai akibat dari proses katarak.
3. Coloured halos. Ini dapat dirasakan oleh beberapa pasien karena
cahaya putih masuk ke dalam spektrum berwarna karena adanya
air tetesan dalam lensa.
4. Bintik-bintik hitam di depan mata. Black Stationary spot dapat
dirasakan oleh beberapa pasien.
5. Gambar kabur, distorsi gambar dan penglihatan berkabut dapat
terjadi pada tahap awal katarak.

Gambar14. Penglihatan Orang katarak
10

29

6. Kehilangan penglihatan. Kerusakan penglihatan karena katarak
matur memiliki beberapa fitur khas. Hal ini menimbulkan rasa
sakit dan secara bertahap progresif di alam.
Tanda:
1. Tes ketajamaan visus. Tergantung pada lokasi dan pematangan
katarak, visual ketajaman dapat berkisar dari 6/9 hanya LP +.
2. Pemeriksaan penerangan Oblique. Ini menunjukkan warna lensa di
daerah pupil yang bervariasi dalam berbagai jenis katarak
3. Tes iris Shadow. Ketika berkas cahaya secara oblik jatuh ke arah
pupil, bayangan margin iris akan terbentuk pada lensa, selama
korteks masih jelas namun inti buram akan terbentuk margin iris.
Ketika lensa transparan atau keseluruhan lensa buram, tidak ada
bayangan iris terbentuk. Oleh karena itu, adanya bayangan iris
adalah tanda katarak yang belum matang(immatur).
1


VIII. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Katarak diabetik
Diabetes dikaitkan dengan dua jenis katarak:
1. Katarak senilis pada penderita diabetes muncul pada awal usia dan
berlangsung cepat.
2. True Cataract Diabetic. Hal ini juga disebut 'serpihan salju katarak
'atau' katrak badai salju'. Ini merupakan kondisi yang jarang,
biasanya terjadi pada orang dewasa muda karena over-hidrasi
30

osmotik pada lensa. Awalnya besar jumlah vakuola cairan muncul
di bawah anterior dan posterior kapsul, yang segera diikuti dengan
penampilan bilateral snowflake seperti kekeruhan putih di korteks.
Katarak Traumatik
Katarak traumatik disebabkan oleh trauma okular sekunder baik
trauma tumpul atau tajam. Energi infra merah (katarak kaca-blower
itu), sengatan listrik, dan radiasi pengion adalah penyebab langka
lainnya katarak traumatik.
Katarak yang disebabkan oleh trauma tumpul secara klasik
membentuk gambaran stellata atau rosette kekeruhan axial posterior
yand stabil atau progresif. Sedangkan trauma tajam dengan gangguan
kapsul lensa membentuk perubahan kortikal yang tetap namun dapat
progressif sehingga menyebabkan kekeruhan total kortikal.
14

IX. PENATALAKSANAAN
1. intracapsular (ICCE). Dalam hal ini teknik, seluruh lensa catarak
bersama dengan kapsul utuh diangkat. Oleh karena itu, zonules
lemah adalah prasyarat untuk ini Metode. Karena alasan ini, teknik
ini tidak dapat digunakan pada pasien yang lebih muda di mana
zonules kuat. ICCE dapat dilakukan antara 40-50 tahun dengan
menggunakan enzim alphachymotrypsin (Yang akan melarutkan
zonula). Di luar usia 50 tahun biasanya tidak dibutuhkan enzim ini.
31

Indikasi. ICCE telah banyak digunakan selama sekitar 50 tahun di
seluruh dunia. Indikasi ICCE adalah nyata subluxated dan dislokasi
lensa.
1

Gambar15 Langkah operasi ICCE
1

A.Memotong sutura rectus superior, B. Flap konjungtiva dengan dasar fornix, C.
Membuat lekukan yang tebal, D. Penyelesaian seksio kornea sacral, E.
Iridectomy peripheral, F. Ekstraksi cryolens, G&H. Insersi lensa intra okuler di bilik mata
depan, I. Menjahi kornea-sclera.

2. Ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE). Di teknik ini, sebagian
besar dari kapsul anterior dengan epitel, inti dan korteks akan
dihapus; meninggalkan
belakang kapsul posterior yang utuh. Indikasi. Saat ini, ekstraksi
katarak ekstrakapsular adalah operasi pilihan untuk hampir semua
jenis katarak kecuali kontraindikasi yaiut subluksasi atau dislokasi
lensa yang nyata.
1

32


Gambar16. Langkah Operasi ECCE
1

A. Teknik membuka dapa di daerah kapsula tomy anterior, B. Pengangkatan kapsula
anterior, C. Menyelesaikan potongan corneo-sclera, D. Pengangkatan nukleus(
metode pressure dan counter pressure), E. Aspirasi cortex, F. Memasukkan haptic
inferior pada IOL bilik mata belakang, G. Memasukkan haptic superior pada IOL
bilik mata belakang, F. Merapika IOL, dan G. Menjahit cornea-sclera.

3. Fakoemulsifikasi. Standard ECCE dan fakoemulsifikasi adalah
serupa bahwa ekstraksi inti lensa dilakukan melalui sebuah lubang
di kapsul anterior atau capsulotomy anterior. Kedua teknik juga
membutuhkan mekanisme untuk mengairi dan aspirasi cairan dan
materi kortikal selama operasi. Terakhir, kedua prosedur
menempatkan IOL dalam kantong kapsuler posterior yang lebih
anatomi daripada anterior ditempatkan IOL. fakoemulsifikasi
menawarkan keuntungan dari menggunakan luka yang kecil,
meminimalkan komplikasi yang timbul dari penutupan luka yang
33

tidak benar, dan kemampuan penyembuhan luka yang lebih cepat
dan rehabilitasi visual yang lebih cepat. Selain itu, fakoemulsifikasi
menggunakan sistem yang relatif tertutup selama proses
fakoemulsifikasi dan aspirasi dengan kontrol yang lebih baik dari
tekanan intraokular selama operasi, memberikan perlindungan
terhadap tekanan vitreous positif dan perdarahan choroid. Namun,
mesin yang lebih canggih dan instrumen yang diperlukan untuk
melakukan fakoemulsifikasi.
15


Gambar17. Langkah Operasi dengan menggunakn
fakoemulsifikasi
1

A. Capssularrhexis curvillinear Continues, B. Hydrodissection, C. Hydrodelinaeation,
D&E. Emulsifikasi nukleus oleh teknik divide dan conquer ( penghancuran 4
quadran) , F. Aspirasi Kortex.

4. SICS (Small Incision Catarct Surgery),
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang
merupakan teknik pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih
menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah.
11

34

Adapun persiapan yang dilakukan sebelum melakukan operasi
katarak adalah :
11

1. Biometri : Pengukuran panjang mata dengan memakai
pemeriksaan ultrasound dan keratometri untuk mengukur kurvatur
kornea sehingga kita dapat menghitung kekuatan implant yang
akan dimasukkan ke mata pada saat operasi.
2. Konfirmasikan bahwa tidak terdapat masalah kesehatan yang lain,
terutama hipertensi, penyakit traktus respirasi dan diabetes.
3. Beberapa obat dapat meningkatkan insiden perdarahan. Warfarin
tidak perlu dihentikan hanya dikurangi dosisnya. Aspirin harus
dihentikan 1 minggu sebelum operasi.
4. Beritahukan pada pasien perkiraan hasil operasi dan komplikasi
dari proses operasi yang mungkin terjadi.
Namun pada dasarnya ada dua prinsip yang digunakan dalam
operasi SICS
a. Melakukan ekstraksi nukleus tanpa fragmentasi
b. Melakukan ekstraksi nukleus setelah fragmentasi
16

35


Gambar18. Teknik operasi menggunakan metode SICS
1

A. Menjahit bridel rectus superior, B. Flap konjungtiva dan exposure pada
sclera, C D, E. Insisi Sklera eksternal, F. Membuat cannal sclero-corneal
dengan pisau sabit, G. Insisi kornea interna, H. Entry side port, I.
Pembesaran CCC, J. Hydrodisection, K. Prolapsus nucleus kedalam bilik
mata depan, L. Nucleus dimasukkan dengan irigasi wire vectis. M.
Aspirasi korteks, N. Insersi haptic inferior pada bilik mata belakang IOL,
O. Insersi haptic superior pada PCIOL, P. Dialing IOL, Q. Reposisi flap
konjungtiva.



X. KOMPLIKASI
1. Phacoanaphylactic uveitis. Katarak yang hipermatur mungkin
bocor, sehingga protein lensa ke ruang anterior. Protein tersebut
protein dapat bertindak sebagai antigen dan menyebabkan reaksi
antigen antibody yang menyebabkan uveitis.
2. Lens-induced glaukoma.
36

Ini dapat terjadi dengan mekanisme yang berbeda misalnya, karena
lensa intumescent (glaukoma phacomorphic) dan kebocoran
protein ke dalam ruang anterior dari katarak hypermature
(glaukoma phacolytic).
3. Dislokasi lensa.
Ini dapat terjadi karena degenerasi zonules dalam tahap
hypermature.
1
Komplikasi yang timbul ketika dilakukan operasi
1. Tekanan Postif Vitreus
Hal ini dapat disebabkan oleh akinesia yang buruk, penekanan bola
mata dari spekulum yang dapat menyebabkan iris, lensa terdorong
kedepan yang membuat operasi semakin sulit dan nantinya dapat
menyebabkan kerusakn iris, kapsula posterior pecah, dan
perdarahan suprachoroidal.
2. Perdarahan Suprachoroidal
Resiko perdarahan suprachoroidal kurang dijumpai pada operasi
yang menggunakan teknik facoemulsifikasi dan SICS
dibandingkan dengan operasi katarak dengan insisi yang luas.
3. Ruptur kapsula posterior
Ruptur kapsula posterior dapat terjadi pada setiap tahap operasi
katarak, biasanya terjadi menjelang akhir operasi pada saat
pengangkatan korteks atau sebaliknya saat mengeluarkan kuadran
37

terakhir dari inti terutama karena kapsul posterior lebih terbuka
pada tahap ini operasi.
Komplikasi awal yang muncul setelah postoperatif
1. Prolaps Iris
Prolaps iris biasa terjadi karean penutupan luka yang tidak adekuat,
trauma setelah postoperatif, dan peningkatan tekanan intraokuler.
2. Uveitis Postoperatif
Merupakan komplikasi yang jarang terjadi dan bila terjadi dapat
diobati dengan penggunaan kortikosteroid tetes.
3. Infeksi endoftalmitis
Biasanya muncul 3-4 hari setelah operasi. Dengan gejala seperti
penurunan penglihatan dan nyeri, serta gejal endoftalmitis yang
klasik seperti injeksi konjungtiva, edema korneal, dan abses
vitreus.
Komplikasi yang lambat muncul setelah postoperatif
1. Perubahan refraksi/ Astigma
2. Kekeruhan kapsula posterior
19

3. Cystoid Macular Oedem (CM E)
Merupakan komplikasi yang jarang. Namun insiden CMO
lebih tinggi jika terjadi komplikasi dalam operasi seperti pecahnya
kapsul posterior dengan atau tanpa hilangnnya cairan viterus, luka
pada iris, dan pada pasien diabetes atau pasien dengan uveitis yang
sudah ada.
38



4. Edema Kornea
Edema kornea postoperatif merupakan komplikasi yang
tidak jarang terjadi pada Fakoemulsifikasi. Edema epitel biasanya
disebabkan oleh peningkatan TIO dan bersifat reversibel bila
penyebabnya diobati.

XI. REHABILITASI POST OPERASI
Dalam minggu pertama setelah operasi, pasien direkomendasikan
untuk tetap menutup matanya sepanjang waktu, dengan menggunakan
kacamata atau pelindung mata lainnya, untuk melindungi dari trauma
dari luar, karean tekanan sekecil apapun dapat membuka jahitan
operasi. Selain itu pasien juga direkomendasikan untuk tidak
mengangkat beban lebih dari 5 Kg, mengedan , dan membungkuk
lebih dari setengah pinggang karena dapat menyebabkan luka jahitan
operasi terbuka. Selain itu pasien diberikan obat penghilang nyeri
seperti acetominphen (Tylenol) atau ibuprofen ( Advil, Mortin).
20

XII. PROGNOSIS
Katarak merupkan penyakit yang tidak pernah reversibel,
bagaimanapun, bahkan setelah faktor (seperti obat-obatan atau
penyakit), yang mungkin telah mencetuskan perkembangan katarak
telah dihilangkan. Jika katarak yang luas dan progresif tidak diobati
39

dapat menyebabkan kebutaan. Namun pada pasien yang telah
melakukan operasi dapat meningkatkan kembali visusnya menjadi
95%. Dan pada pasien yang telah menggunakan IOL , 90% memiliki
visus 20/40 atau lebih.
21,22






DAFTAR PUSTAKA
1. Khurana AK. Diseases of the Lens. In Comprehensive Ophthalmology. Fourth
edition. New Age International (P) Limited: India; 2007. P.167
2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Tajam penglihatan, kelainan refraksi dan
penglihatan warna. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : Jakarta; 2007. Hal 72-5
3. Vaugan G. D, Asbury T, Eva R.P. (2000). Oftalmologi umum. Edisi 14.
Bab.20 Widya medika : Jakarta. hal 401-6
4. Scholote T,et.al; Pocket Atlas Ophtalmology. Thieme. 2006
5. Ocampo VVD. Cataract. [Online].2011. [cited 2013 January 17. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview
6. Alison G. Abraham, The New Epidemiology of Cataract, ophtalmologic
Clinic of North America; 2006. 415-416
7. Hammond Chris, The Epidemiology of catarac. Bausach and Lomb; 2001
8. Wong Y. T. et. al. The epidemiology of age related eye diseases in asia. Br. J.
Ophtalmology; 2006
40

9. Riset Kesehatan Dasar 2007, Laporan Nasional 2007; badan penelitian dan
pengembangan kesehatan Departemen kesehatan, republik Indonesia, 2008
10. Sheely, et, al. Anatomy and Physiology, 6th ed. MC. Graw Hill Companies.
2004
11. Lang G. Lens. In Ophthalmology: A Pocket Text Book Atlas.Second edition.
Thieme Stuttgart : Germany. 2006.p.170-5
12. Cataract. [Online]. 2014 [citied 2014 May 06. Available from:
http://eyewiki.aao.org/Cataract
13. Bencecic Choran, et. al. Clinical importantion of The Lens Opacities
Classification System III (LOCS III) in phacoemulsification. University
Department of Ophtalmology, clinical hospital, sisters of Mercy, Zagreb.
Croatia; 2005.
14. Graham H Robert,et.al. Trauma Cataract. [online]. 2014. [citied 2014 7 May
2014] Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1211083-
overview
15. Senile Cataract Treatment and Management. [Online]. 2013. [ citied 2014
May 06. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1210914-
treatment#a1128
16. Singht Kamaljeet. Small Incision Catarac Surgery (Manual Phacofractur).
Jaypee highlights.2010
17. Shahid Erum, et. al Complication of Hypermature Catarct and Visual outcome
. Pak J Ophtalm. 2011
41

18. Ismael R, Sallem A. Complication Associated with cataract Surgery, Aberden
of university. 2003
19. Turner. D. Tina, How Long is the recovery time after surgery? [online] 2013.
[citied 2014 may 7] from:
http://www.visionaware.org/section.aspx?FolderID=6&SectionID=112
20. Heisler Jennifer. The Risk of Surgery [online] 2013. [citied 2014 may 7]
from: http://surgery.about.com/od/aftersurgery/a/The-Risks-Of-Cataract-
Surgery.htm
21. University of Maryland . Cataract-Prognosis. [online] 2013. [citied 2014 may
7] from:
22. http://health.kernan.org/patiented/articles/how_serious_cataracts_000026_4.ht
m
23. Wilmer Eye institute at Jhon hopkins. Cataract FAQ [online]. 2010. [Citied
2014 may 17] Available from:
http://www.hopkinsmedicine.org/wilmer/conditions/cataracts_faq.html

Anda mungkin juga menyukai