NIM : 102010315 Lupus Eritematosus Sistemik Penyakit rematik autoimun yang Ditandai inflamasi luas Berhubungan dengan autoantibody dan kompleks imun Anamnesis 1. gejala lokal akibat keganasan, cth: buang air besar, hematemesis, hemoptisis. 2. gejala sistemik , cth : demam, penurunan berat badan, anoreksia, gatal. 3. gejala metastasis , cth: ikterus, pembesaran kelenjar getah bening. 4. manifestasi nonmetastatik dari keganasan. 5. Tingkat fungsional pasien. 6. Riwayat terapi, cth: kemoterapi, radioterapi, terapi hormonal. Keluhan umum pasien : demam (75%), artralgia, rasa tidak enak badan, kelelahan, penurunan berat badan. Pemeriksaan Fisik Sendi (90% kasus) : Poliartralgia migrans (tidak simetris), seperti artiritis reumatoid, mialgia Kulit (80% kasus) : eritema nonspesifik, fotosensitivitas, alopesia, ruam malar, ulkus mulut dan mukosa, telangiektasia pada telinga, leher, dada, ekstremitas atas. Ginjal (100% kasus) : manifestasi penyakit ginjal (hipertensi, hematuria, proteinuria, sindrom nefrotik, gagal ginjal akut) Darah : LED , trombositopenia, anemia normokromik (kronis), anemia hemolitik.
Sistem saraf : nyeri kepala, neuropati perifer, gangguan saraf kranial, stroke, psikosis, depresi. Iskemi menyebabkan vaskulitis, koagulopati, emboli, diseksi, aterosklerosis dini. (prognosis buruk) Paru-paru : pleuritis, pneumonitis lupus, hemoragik (jarang tapi fatal) Sistem kardiovaskular : perikarditis, gagal jantung, kardiomiopati, endokarditis nonbakterialis pada katup mitral & katup aorta Sistem limfatik : limfadenopati generalisata, hepatosplenomegali, okular, sindrom Sjrgen. Endokrin : distirodisme, hiportiriodisme.
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan rutin : jumlah leukosit (normal), CRP (normal/meningkat). Antibodi terhadap DNA (dsDNA) ditemukan 90% penderita penyakit. Kadar komplemen serum (fraksi C3 & C4) rendah. Etiologi Faktor genetik : resiko kembar monozigotik . Kompleks Histokampabilitas Mayor (MHC) : polimorfisme gen HLA kelas II, gen HLA kelas III (komponen komplemen C2 & C4). Faktor lingkungan : Virus Epstein-Barr (EBV) menginduksi respon spesifik melalui kemiripan molekular & gangguan regulasi imun Diet, agen fisik/kimia mempengaruhi produksi mediator inflamasi
Faktor hormonal : Mendominasi pada perempuan (estrogen abnormal, adrogen plasma rendah) Pada laki-laki : konsentrasi androgen berkorelasi negatif, testosteron plasma rendah, LH meningkat. Progesteron penderita pria dan wanita rendah Prolactin : menstimulasi imun humoral & selular untuk patogenesis SLE. Fungsinya menyerupai sitkokin,; menstimulasi sel T, sel NK, makrofag, neutrofil, sel hemopoietik CD34+ dan sel dendritik presentasi antigen. Hormon lemak : leptin
Antibodi : Ditujukan pada self molecules terdapat pada nucleus, sitoplasma, permukaan sel, IgG & faktor koagulasi. ANA paling banyak penderita SLE anti ds-DNA dan anti-Sm antibodi yang spesifik untuk SLE. Anti-Sm antibodi berikatan dengan protein inti snRNP
Patofisiologi SLE salah satu tipe dari hipersensitivitas tipe III Antigen yang berperan : DNA, nucleoprotein, mekanisme meliputi nefritis, arthritis, vaskulitis Patogenesis kompleks imun sistematik : Pembentukan kompleks antigen-antibodi dai sirkulasi Pengendapan kompleks imun di jaringan Reaksi peradangan di tempat kompleks imun
Fase pertama : Antigen masuk Interaksi dengan sel imunokompeten -> terbentuk antibodi Antibodi disekresi ke darah bereaksi dengan antigen di sirkulasi -> kompleks antigen-antibodi Fase kedua : Kompleks antigen-antibodi dalam darah mengendap di jaringan Fase ketiga : (sekitar 10 hari) Muncul gejala klinis (demam, urtikaria, artralgia, pembesaran kelenjar limfe, proteinuria) Pengaktifan komplemen Pengaktifan neutrofil dan makrofag menimbulkan peradangan pembentukan faktor kemotaksis -> migrasi leukosit polimorfonukleus dan monosit (terutama C5a) & pengeluaran anfilaktoksin (C3a dan C5a) -> permeabilitas vascular Gejala Konstitusional Kelelahan : diukur menggunakan POMS (Profile of Mood States) & tes toleransi latihan. Pemeriksaan penunjang : kadar C3 rendah. Penurunan berat badan : karena penurunan nafsu makan & gejala gastrointestinal Demam : suhu lebih dari 40 o c tanpa infeksi, tanpa menggigil. Gejala Muskuloskeletal Nyeri otot (mialgia), nyeri sendi (artralgia), artritis dengan inflamasi sendi -> manifestasi rematoid artritis., biasanya tidak terjadi deformitas Manifestasi kulit : fotosensitivitas, subacute lupus erythematosus. Manifestasi paru : interstisial parenkim paru, emboli paru, hipertensi pulmonum, perdarahan paru, atau shrinking lung syndrome, pneumonitis lupus. Pasien merasa sesak, batuk kering, dan dijumpai adanya ronki di basal.
Manifestasi kardiologis : perikarditis, nyeri substernal, Miokarditis (aritmia, gangguan konduksi, kardiomegali , takikardia), jantung koroner (gagal jantung kongestif, angina pektoris, infark miokard ). Manifestasi renal : pada pasien yang telah 5 tahun menderita SLE Manifestasi gastrointestinal : keluhan, esophagus, mesenteric vasculitis, inflammatory bowel disease (IBS), pancreatitis dan penyakit hati, disfalgia, nyeri abdominal .
Manifestasi neuropsikiatrik : epilepsy, hemiparesis, lesi saraf kranial, lesi batang otak, meningitis aseptic atau myelitis transversal, neuropati perifer, myasthenia gravis atau mononeuritis multiplex. Manifestasi Hemik-limfatik : Limfadenopati, splenomegali , Kerusakan lien berupa infark atau thrombosis, defisiensi besi, sickle cell anemia dan anemia sideroblastik, anemia pernisiosa, hemolitik otoimun.
Terapi Konservatif Artritis, artralgia, mialgia : Ringan : analgetik sederhana atau obat antiinflamasi nonsteroid. Perhatikan efek samping sistem gastrointestinal, hepar, dan ginjal Antimalaria (hidroksiklorokuin 400 mg/hari) -> tidak boleh lebih dari 6 bulan. Kortikosteroid (Metotrexat dosis rendah ,7,5-15 mg/minggu) Osteonekrosis : tes MRI Lupus kutaneus : 70% mengalami fotosensitivitas Eksaserbasi akut SLE terpapar oleh sinar ultraviolet, sinar inframerah, panas , sinar fluorosensi Sunscreen dipakai ulang setelah mandi atau berkeringat Glukortikoid lokal, seperti krem, salep dan injeksi dipertimbangkan pada dermatitis lupus Untuk kulit muka : preparat steroid lokal berkekuatan rendah dan tidak diflorinasi, misalnya hidrokortison, kulit badan dan lengan dapat digunakan steroid topical berkekuatan sedang,, betametason valerat dan triamsinolon asetonid
Fatigue dan keluhan sistemik : Fatigue juga dapt timbul akibat terapi glukokortikoid, penurunan berat badan dan fever dapat juga diakibatkan oleh pemberian quinakrin. Serositis : Nyeri dada dan nyeri abdomen salisilat, obat antiinflamasi non-steroid, antimalaria atau glukokortikoid dosis rendah (1 mg/hari) glukokortikoid sistemik Terapi Agresif SLE berat : glukokortikoid dosis tinggi Deksametason dihindari, prednisone dapat dipertimbangkan. dosis prednison mencapai 30 mg/hari, maka penurunan dosis dilakukan 2,5 mg/minggu, dan setelah dosis prednisone mencapai 10-15 mg/hari, penurunan dosis dilakukan 1 mg/minggu. glukokortikoid oral, sebaiknya diberikan dosis tunggal pada pagi hari. pemberian glukokortikoid dosis tinggi selama 6 minggu, harus dilakukan penurunan dosis secara bertahap, dimulai dengan 5-10% setiap minggu
Bolus sikofosfamid intravena 0,5-1 gr/m 2 dalam 250 ml NaCl 0,9% selama 60 menit diikuti dengan pemberian cairan 2-3 liter/24 jam Penderita dengan penurunan fungsi ginjal sampai 0%, dosis sikofosfamid diturunkan sampai 500- 750 mg/m 2. jumlah leukosit mencapai `1500/ml, maka dosis siklofosfamid berikutnya diturunkan 25% Kegagalan penekanan jumlah leukosit sampai 4000/ml -> dosis siklofosfamid tidak adekuat -> tingkatkan 10% Azatioprin : alternatif siklofosfamid dengan dosis 1-3 mg/kgBB/ hari , peroral, 6-12 bulan. Toksisitas azatioprin : penekanan sistem hemopoetik, peningkatan enzim hati dan mencetuskan keganasan. Imunosupresan : siklosporin-A dosis rendah (6 mg/kgBB/hari) dan mofetil mikofenolat. Terapi hormonal : danazol, suatu androgen, mengatasi trombositponeia. Pemberian immunoglobulin intravena -> mengatasi trombositopenia, dosis 300-400 mg/kgBB/hari, 5 hari berturut-turut, Prognosis Riwayat relaps episodik Angka harapan hidup lima tahun lebih dari 95%. kecuali bila telah mengenai ginjal. Pencegahan efek fotosensitivitas :memakai payung, topi, baju lengan panjang jika keluar rumah. Rheumatoid Arthritis Arthritis Gout Kesimpulan SLE merupakan penyakit autoimun yang ditandai adanya inflamasi tersebar luas dan mempengaruhi setiap organ atau sistem dalam tubuh. SLE lebih banyak menyerang wanita, memiliki gejala arthritis, tetapi dengan adanya gejala khas lain berupa fotosentivitas dan rash. Pengobatan SLE dapat dilakukan secara konservatif maupun agresif. Prognosis SLE terdapat relaps episodik, pasien dapat meninggal apabila SLE mengenai ginjal atau penyakit SLE aktif secara menyeluruh dalam tubuh pasien.