PENDAHULUAN
Dermatitis atau eksim pada bayi dan anak masih merupakan masalah dalam bidang kesehatan
karena penyakit ini sering bersifat kronik residif. Kortikosteroid masih menjadi pilihan utarna
pengobatan, meskipun diketahui pemakaian yang berulang dan dalam jangka waktu lama
dapat menimbulkan efek samping. Akhir-akhir ini berbagai obat baru, misalnya
imunomodulator, telah diteliti dan dikembangkan untuk penatalaksanaan dermatitis dengan
hasil yang memuaskan dan profil keamanan jangka panjang yang tampaknya lebih baik.
DERMATITIS SEBOROIK
PENDAHULUAN
Sinonim penyakit ini adalah eksema seboroik, dermatitis seboroides, morbus unna,
eksematides, dermatitis Flannellaire. Penyakit ini pertama kali digambarkan oleh Paul
Gerson Unna pada tahun 1887. Penyakit ini terjadi pada 1-3 % populasi dan 3-5 % usia
dewasa muda, lebih sering mengenai laki-laki." Di Indonesia insidens pada anak berkisar
antara 3-6 % (KSDAI 2001). Pada penderita AIDS (acquired immunodeficiency syndrome)
atau ARC (AIDS-related complex) insidens DS berkisar antara 32-83 %.
ETIOPATOGENESIS
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya OS. Etiologi yang potensial
menyebabkan DS antara lain adalah sebore, Pityrosporum ovale, infeksi oleh kandida,
gangguan neurotransmitter, respons emosi terhadap stres atau kelelahan, proliferasi
epidermis, diet, kondisi, kondisi atopik, genetik, dan faktor imunologik.
Etiologi yang spesifik DS sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun tampaknya
berhubungan dengan reaksi inflamasi kulit individu yang mempunyai predisposisi. Banyak
usaha telah dilakukan untuk menghubungkan etiologi penyakit ini dengan infeksi
Pityrosporum ovale (Malassezia furfur, Malassezia ovalis). Pengamatan pada beberapa kasus
yang membaik dengan ketokonazol sistemik atau topikal bulkan dugaan bahwa ragi ini
memegang peranan primer dan sekunder dalam patogenesis DS.
3
GEJALA KLINIS
DS biasanya terbatas pada kulit kepala bayi, dapat berkembang dan menyebar ke bawah
mengenai dahi, telinga alis mata, dan hidung. Lesi eritematosa bersisik berwarna seperti
ikan salmon, berminyak, serta dapat mengenai bagian lain tubuh terutama daerah
intertriginosa dan fleksural, postauricular, batang tubuh, umbilikus, anogenital, dan lipat
paha. Gatal hanya ringan atau tidak ada, biasanya tidak didapatkan stigmata atopi.
3
Antara pubertas dan usia pertengahan, DS dapat tampak pada kulit kepala sebagai sisik
kering; deskuamasi biasanya dikenal sebagai pityriasis sicca atau ketombe. Eritema dapat
juga pada daerah supraorbital, antara alis mata, di atas batang hidung, lipatan nasolabial,
bibir, daerah retroaurikular dan liang telinga. Derajat keparahan dan perjalanan penyakit DS
pada kelopak mata dan daerah berjenggot berbeda-beda, serta mempunyai kecenderungan
menjadi kronik dan rekuren.
4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DS merupakan suatu diagnosis klinik. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik
untuk membantu menegakkan diagnosis, demikian juga pemeriksaan histologi tidak khas,
namun biopsi kulit dapat membedakan DS dengan diagnosis banding lainnya.
1-3
DIAGNOSIS BANDING
Beberapa kemungkinan diagnosis pada masa anak-anak adalah dermatitis atopik, tinea
kapitis, psoriasis, dan dermatitis popok sedangkan yang lebih jarang adalah penyakit Letterer-
Siwe. Diagnosis banding DS pada remaja bisa melibatkan berbagai penyakit yang luas.
Kelainan yang paling sering adalah dermatitis kontak, psoriasis, erupsi obat, dan pityriasis
rosea.
1-3
PENATALAKSANAAN
Pengobatan DS biasanya ditujukan untuk :
1, Melepaskan dan menghilangkan skuama
2. Menghambat kolonisasi ragi
3. Mengontrol infeksi sekunder
4. Mengurangi eritema dan gatal
UMUM
Diberikan penjelasan pada pasien bahwa penyakit ini tidak menular dan bersifat kronik
rekuren. Penyakit ini sukar disembuhkan secara sempurna, namun dapat dikontrol dan
dikurangi peradangan- nya. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi rekurensi dan
kesembuhannya."
MEDIKAMENTOSA
Topikal
Skuama pada stadium awal penyakit mungkin hanya memerlu- kan pembersih skalp dengan
sampo bayi dan hidrasi kulit dengan emolien dan krim pelembab. Perlu mandi setiap hari,
tetapi hindari sabun mandi yang bersifat iritatif. Untuk penyakit yang lebih berat sam po
antiketombe dapat dipakai setiap hari atau dua kali seminggu.'
Kulit kepala harus dicuci dengan sampo antiseboroik yang mengandung belerang atau
asam salisilat, atau keduanya. Tindakan ini biasanya mendapatkan hasil yang
memuaskan. Jika skuama sangat tebal dan lengket, dapat dilunakkan dengan minyak
mineral hangat, dipijat sampai masuk pada kulit kepala atau dengan menggunakan P
and S liquid (Baker/Cummins). P and S liquid harus didiamkan pada kulit kepala selama 8
sampai 12 jam, diikuti dengan pelepasan skuama dengan jari-jari atau sikat halus sebelum
memakai sampo yang sesuai. Anak remaja dengan OS di kulit kepala dapat menggunakan
sampo antiseboroik serupa. Juga dapat menggunakan sampo yang mengandung seng pirition;
selenium sulfida; ter; atau ketoconazole 2%.1
Ter
Ter, misalnya Iikuor karbonas detergen 2-5% atau krim pragmatar serta resorsin 1-3%,
dapat menghambat proliferasi epidermis dan infiltrasi dermal, selain mempunyai aktivitas
anti pruritus dan antibakteri." Untuk kasus-kasus yang refrakter dapat diberikan preparat ter
yang dioleskan pada malam hari misalnya likuor karbonas detergen 5, 10, atau 20 % dan
ditutup dengan stockinette. Meskipun preparat ini baunya kurang menyenangkan, pasien
biasanya masih dapat menerima terapi ini. Namun obat ini bukan merupakan pilihan yang
terbaik karena potensial bersifat karsinogenik serta dapat menimbulkan fotosensitivitas. Bila
pengobatan ini diberikan dianjurkan untuk menghindari sinar matahari 24 jam setelah
pemakaian obat.
Salisilat
Salisilat dapat berfungsi sebagai keratolitik. Pada bayi peng- gunaan salisilat dan steroid
topikal yang kuat sebaiknya dihindari karena peningkatan absorpsi dapat mengakibatkan efek
samping sistemik.
Sulfur presipitatum 4-15%
Dapat dikombinasi dengan asam salisilat 3-6%.
Ketokonazol
Ketokonazol adalah suatu derivat imidazole yang merupakan antijamur spektrum luas
yang bersifat fungistatik. Ketokonazol bekerja dengan cara menghambat biosintesis
ergosterol, sterol utama yang berfungsi mempertahankan membran sterol jamur,
dengan meng- hambat enzim sitokrom P450 14-a-demetilasi lanosterol, enzim
esensial dalam sintesis ergosterol membran jamur.
Penggunaan krim ketokonazol 2% selama 4 minggu memberikan hasil baik. Untuk OS
pada skalp dapat digunakan sam po ketokonazol
2%. Jika pengobatan konservatif gagal, krim ketakonazol atau topikal steroid ringan
(krim hidrokortison 1-2,5%) sampai tiga kali per hari mungkin perlu untuk mengobati
lesi yang tebal.
10,15.16
Kortikosteroid
Kortikosteroid digunakan sebagai antimitotik dan antiinflamasi serta vasokonstriktor pada
DS fase akut.
1,2.15
Umumnya obat-obat topikal misalnya hidrokortison 1%, hidrokortison 17-
butirat, betametason valerat 0,005%, atau betametason dipropionat 0,1% dapat mengurangi
peradangan ringan sampai berat.
Sistemik
1. Bila luas, dapat diberikan antihistamin atau sedatif untuk mengurangi rasa gatal yang
mungkin timbul, terutama pada pasien dengan emosi labil.
2. Kortikosteroid berguna untuk menurunkan inflamasi dengan cepat bila obat-obat topikal
tidak bermanfaat dan bila terdapat gatal yang hebat atau penyakit meluas di luar tempat
predileksi.
3. Antibiotik dapat diberikan bila ada tanda-tanda infeksi sekunder.
4. Ketokonazol oral dapat diberikan karena menekan P. ova/e, tetapi harus diingat
kontraindikasi dan efek sarnpingnya.':"