Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Nitrat (NO
3
-
) dan nitrit (NO
2
-
) adalah ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari
siklus nitrogen. Aktifitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung
nitrogen organik pertama-pertama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit
dan nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat
adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang
terdapat di permukaan. Pencemaran oleh pupuk nitrogen, termasuk ammonia anhidrat seperti
juga sampah organik hewan maupun manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di dalam air.
Senyawa yang mengandung nitrat di dalam tanah biasanya larut dan dengan mudah
bermigrasi dengan air bawah tanah.

Pada daerah dimana pupuk nitrogen secara luas digunakan, sumur-sumur perumahan yang
ada disana hampir pasti tercemar oleh nitrat. Diperkirakan 14 juta rumah tangga di Amerika
Serikat menggunakan sumur pribadi untuk memenuhi kebutuhan air minumnya (Badan
Sensus Amerika Serikat 1993). Pada daerah pertanian, pupuk nitrogen merupakan sumber
utama pencemaran terhadap air bawah tanah yang digunakan sebagai air minum. Sebuah
penelitian oleh United States Geological Survey menunjukkan bahwa > 8200 sumur di
seluruh AS terkontaminasi oleh nitrat melebihi standar air minum yang telah ditetapkan oleh
Envrironmental Protection Agency (EPA), yaitu 10 ppm. Sumber nitrat lainnya pada air
sumur adalah pencemaran dari sampah organik hewan dan rembesan dari septic tank.

Bahan makanan yang tercemar oleh nitrit ataupun bahan makanan yang diawetkan
menggunakan nitrat dan nitrit dapat menyebabkan methemoglobinemia simptomatik pada
anak-anak. Walaupun sayuran jarang menjadi sumber keracunan akut, mereka memberi
kontribusi >70% nitrat dalam diet manusia tertentu. Kembang kol, bayam, brokoli, dan umbi-
umbian memiliki kandungan nitrat alami lebih banyak dari sayuran lainnya. Sisanya berasal
dari air minum (+ 21%) dan dari daging atau produk olahan daging (6%) yang sering
memakai natrium nitrat (NaNO
3
) sebagai pengawet maupun pewarna makanan.
Methemoglobinemia simptomatik telah terjadi pada anak-anak yang memakan sosis yang
menggunakan nitrit dan nitrat secara berlebihan.
2

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Nitrat?
2. Apa sifat fisik dan struktur kimia dari nitrit?
3. Bagaiman Dosis dan kadar normal Nitrit?
4. Apa saja klasifikasi paparan zat nitrat dan nitrit?
5. Apa Farmakokinetik nitrat dan nitrit?
6. Apa gejala dan manifestasi klinis dari nitrit?
7. Bagaimana kasus Baby Blues Sindrome Karena Nitrit dan Nitrat?
8. Bagaiman Pengobatan dan Penangan Keracunan nitrit?
9. Bagaiman penecegahan terhadap blue baby syndrome.

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan nitrat.
2. Mengetahui sifat fisik dan struktur kimia nitrit
3. Mengetahui dosis dan kadar normal nitrit
4. Mengetahui farmakologi nitrat dan nitrit
5. Mengetahui klasifikasi paparan zat nitrit dan nitrat
6. Mengetahui gejala dan manifestasi klinis dari nitrit
7. Memahami kasusu baby blues syndrome akibat nitrat dan nitrit
8. Mengetahui pengobatan dan penangan keracunan nitrit
9. Mengetahui pencegahan blue baby syndrome.







3

BAB II
ISI

2.1 DEFINISI NITRAT
Nitrat (NO
3
-
) dan nitrit (NO
2
-
) adalah ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian
dari siklus nitrogen. Aktifitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang
mengandung nitrogen organik pertama-pertama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan
menjadi nitrit dan nitrat.
Tahap pertama, daur nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfer ke dalam tanah.
Selain air hujan yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke dalam tanah
terjadi melalui proses fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen secara biologis dapat di lakukan oleh
bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azobacter dan
Clostridium. Selain itu ganggang hijau biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi
nitrogen.
Tahap kedua, nitrit yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen
(tumbuhan) di ubah menjadi molekul protein. Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati,
makhluk pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH
3
) dan garam ammonium yang
larut dalam air (NH
4
-
). Proses ini di sebut Amonifikasi.
Bakteri nitromonas mengubah amoniak dan senyawa ammonium menjadi nitrat oleh
Nitrobakter. Apabila oksigen dalam tanah atau oksigen nitrogen oleh proses yang di sebut
denitrifikasi.

2.2 SIFAT FISIK DAN STRUKTUR KIMIA
Nitrat dibentuk dari asam nitrit yang berasal dari ammonia melalui proses oksidasi
katalitik. Nitrit juga merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen. Bentuk pertengahan
dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Nitrat dan nitrit adalah komponen yang mengandung
nitrogen berikatan dengan atom oksigen, nitrat mengikat tiga atom oksigen sedangkan nitrit
mengikat dua atom oksigen. Di alam, nitrat sudah diubah menjadi bentuk nitrit atau bentuk
lainnya.

4

Struktur kimia dari nitrat

Berat molekul: 62.05
Struktur kimia dari nitrit

O == N -- O-

Berat molekul: 46.006

Pada kondisi yang normal, baik nitrit maupun nitrat adalah komponen yang stabil, tetapi
dalam suhu yang tinggi akan tidak stabil dan dapat meledak pada suhu yang sangat tinggi dan
tekanan yang sangat besar. Biasanya, adanya ion klorida, bahan metal tertentu dan bahan
organik akan mengakibatkan nitrat dan nitrit menjadi tidak stabil. Jika terjadi kebakaran,
maka tempat penyimpanan nitrit maupun nitrat sangat berbahaya untuk didekati karena dapat
terbentuk gas beracun dan bila terbakar dapat menimbulkan ledakan. Bentuk garam dari
nitrat dan nitrit tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak berasa. Bersifat higroskopis.

2.3 DOSIS DAN KADAR NORMAL
Dosis letal dari nitrat pada orang dewasa adalah sekitar 4 sampai 30 g (atau sekitar 40
sampai 300 mg NO3-kg). Dosis antara 2 sampai 9 gram NO3- dapat mengakibatkan
methemoglobinemia. Nilai ini setara dengan 33 to 150 mg NO3-/kg. Sedangkan, dosis letal
dari nitrit pada orang dewasa bervariasi antara 0.7 dan 6 g NO2- (atau sekitar10 sampai 100
mg NO2-/kg).
Dengan dosis yang lebih kecil akan dapat membahayakan neonatus karena belum
lengkapnya pembentukan dan regenerasi hemoglobin didalam tubuh mereka.. Kebanyakan
kasus membuktikan bahwa neonatus langsung mengalami methemoglobinemia setelah
minum air formula yang tinggi nitrat atau nitrit.

2.4 FARMAKOKINETIK
Nitrat dan nitrit yang diberikan secara oral akan diabsorbsi oleh traktus digestivus bagian
atas dan dipindahkan ke dalam darah. Di dalam darah, nitrit mengubah hemoglobin menjadi
methemoglobin yang kemudian teroksidasi menjadi nitrat. Normalnya methemoglobin akan
langsung diubah menjadi hemoglobin kembali melalui proses enzimatik. Nitrat tidak
diakumulasikan didalam tubuh. Nitrat kemudian didistribusikan ke cairan-cairan tubuh
5

seperti urin, air liur, asam lambung, dan cairan usus. Sekitar 60% dari nitrat oral
diekskresikan melalui urin. Sisanya belum diketahui, tetapi metabolisme bakteri endogen
mengeliminasi sisanya.
Apabila nitrat dan nitrit yang masuk bersamaan dengan makanan, maka banyaknya zat
makanan akan menghambat absorbsi dari kedua zat ini dan baru akan diabsorbsi di traktus
digestivus bagian bawah. Hal ini akan mengakibatkan mikroba usus mengubah nitrat menjadi
nitrit sebagai senyawa yang lebih berbahaya. Karena itu, pembentukan nitrit pada intestinum
mempunyai arti klinis yang penting terhadap keracunan. Nitrit dapat mengakibatkan
vasodilatasi pada pembuluh darah, hal ini mungkin diakibatkan karena adanya perubahan
nitrit menjadi nitrit oksida (NO) atau NO-yang mengandung molekul yang berperan dalam
membuat relaksasi otot-otot polos.
Selain itu, nitrit di dalam perut akan berikatan dengan protein membentuk N-nitroso,
komponen ini juga dapat terbentuk bila daging yang mengandung nitrat atau nitrit dimasak
dengan panas yang tinggi. Sementara itu, komponen ini sendiri diketahui menjadi salah satu
bahan karsinogenik seperti timbulnya kanker perut pada manusia.

2.5 KLASIFIKASI
Klasifikasi yang dibuat adalah berdasarkan besar tidaknya kemungkinan paparan zat nitrat
dan nitrit pada manusia.
1) Paparan yang tidak disengaja, Kontak secara tidak sengaja dengan komponen nitrat
maupun nitrit, baik secara inhalasi maupun tertelan.
2) Paparan yang terus-menerus, Pekerja yang sering berhubungan dengan nitrit, misalnya
petugas yang selalu berada di dalam laboratorium. Pekerja yang bekerja ditempat
pembuatan pupuk dan bahan peledak sangat mungkin terpapar nitrat secara inhalasi
karena terhisap debu yang mengandung garam nitrat. Debu nitrat ini dapat dengan mudah
bercampur dengan gula dan kulit. Hal ini juga terjadi pada para petani yang sering
menggunakan pupuk yang mengandung nitrat.
3) Paparan medis, diakibatkan penggunaan sodium nitrit intravena secara berlebihan
sebagai antidotum keracunan sianida.


6

2.6 GEJALA DAN MANIFESTASI KLINIS
Nitrat yang masuk ke dalam saluran pencernaan melalui makanan atau air minum, tetapi
yang terbanyak adalah melalui air minum. Nitrat yang berlebih dari sisa pemupukan akan
mengalir bersama air menuju sungai atau meresap ke dalam air tanah. Nitrat yang berlebih
akan terakumulasi di dalam tanah. Selain peroral, nitrat dan nitrit dapat masuk ke dalam
tubuh dalam bentuk debu secara inhalasi. Nitrat dan nitrit sulit untuk diabsorbsi kulit. Belum
ada penelitian yang menjelaskan apakah nitrat dan nitrit dapat masuk melalui kulit. Tetapi
absorbsi dapat terjadi bila terjadi kerusakan kulit misalnya adanya luka bakar.
Belum ada laporan yang jelas mengenai efek racun dari nitrat. Selama ini yang diketahui efek
racunnya adalah konversi dari nitrit. Efek racun yang akut dari nitrit adalah
methemoglobinemia, dimana lebih dari 10% hemoglobin diubah menjadi methemoglobin.
Bila konversi ini melebihi 70% maka akan sangat fatal.
Gejala keracunan nitrit:
1) Menurunnya tekanan darah (hypotensi)
2) Sakit kepala di sertai berdenyut-denyut, pusing-pusing (vertigo), berdebar-debar dan
gangguan penglihatan.
3) Kulit merah dan berkeringat, kulit dingin cyanotis (kulit kebiru-biruan)
4) Mual dan muntah karena diare berdarah.
5) Pingsan
6) Methahemoglobin dengan di tandai cyanotis dan anoxia
7) Nafas keras kemudian sesak dan pernapasan lambat.
8) Nadi dan nafas perlahan-lahan, denyut nadi lemah. Discorti dan berselang seling.
9) Bertambahnya daya tegang pada mata.
10) Kelumpuhan di kulit dengan kejang-kejang kronik.
11) Kematian biasanya di sebabkan kegagalan bernafas.
Pada kasus yang ringan, sianosis hanya tampak disekitar bibir dan membran mukosa.
Adanya sianosis sangat tergantung dari jumlah total hemoglobin dalam darah, saturasi
oksigen, pigmentasi kulit dan pencahayaan saat pemeriksaan. Bila mengalami keracunan
yang berat, korban dapat tidak sadar seperti stupor, koma atau kejang sebagai akibat hipoksia
berat. Prognosis sangat tergantung dari terapi yang diberikan.
7

Mula-mula timbul gangguan gastrointestinal dan sianosis tanpa sebab akan sering
dijumpai. Pada kasus yang berat, koma dan kematian dapat terjadi dalam satu jam pertama
akibat timbulnya hipoksia dan kegagalan sirkulasi. Akibatnya, terjadi iskemia terutama
organ-organ yang vital. Efek vasodilatasi ini tidak dapat di blok oleh atropin atau obat-obatan
lain. Tubuh seharusnya mengkompensasinya dengan takikardi tetapi karena pada korban
dapat terjadi vasovagal reflex yang mengakibatkan bradikardi. Pada sistem pernafasan mulai
tampak takipneu dan hiperventilasi disertai dengan sianosis. Apabila dibiarkan maka akan
timbul koma dan kejang sebagai akibat anoksia serebri.

2.7 KASUS KERACUNAN NITRIT PENYEBAB Blue Baby Syndrome
JAKARTA- Baru-baru ini di kabarkan tim dokter dari sebuah rumah skit di india
berhasil menyembuhakan seorang bayi yang di diagnosis dengan blue baby syndrome.
Namun ini bukanlah blue baby syndrome biasa karena sindromnya diakibatkan sang ibu
yang memberi bayi ini susu yang di campur air tercemar.
Bulan lalu bayi asal distrik Gauntam Budh Nagar, Uttar Pradesh ini di rujuk ke Sir
Ganga Ram Hospital, New Delhi karena di duga jntungnya berlubang.
Sampai di sini bayi ini telah membiru. Setelah kami cek kadar methemoglobin-
nya ternyata jumlahnya mencapai 67%. Padahal secara normal, kadar methemoglobin
dalam darah seharusnya kurang dari satu persen, ungkap Satish Saluja dari Departemen
Neonatologi, Sir Ganga Ram Hospital.
Methemoglobin merupakan campuran dari hemoglobin (sel darah merah) dengan
senyawa kimia dan polutan tertentu. Masalahnya, methemoglobin dapat mengubah warana
darah dari merah menjadi biru dan menyebanbkan rendahnya suplai oksegen ke jaringan-
jaringan tubuh pasien.
Jelas bayi ini pun kami diagnosa blue baby syndrome. Kami sendiri sebenarnya
tak banyak menemukan kasus semacam ini. Tapi jika kadar methemoglobin-nya lebih dari
80 %, maka peluang pasien untuk bertahan hidup sangatlah kecil, kata Saluja.
Beruntung setelah di beri obat-obatan untuk mengurangi efek methemoglobinnya ,
Saluja mengatakan bahwa 12 jam kemudian warna tubuh bayi yang berusia 23 bulan ini
kembali normal. Sibayi pun di perbolehkan pulang beberapa hari kemudian.
Namun ada yang mengganjal dari kasus ini karena tim dokter penasaran dengan
8

jenis polutan yang menyebabkan gangguan jantung pada bayi ini.
Ternyata sang ibu tidak bias menyususi bayinya sendiri. Untuk itu, ia mulai
member bayi ini susu formula yang di campur dengan air sumur bor yang berda di
rumahnya. Kata Pankaj Garg, konsultan senior di departemen yang sama dengan Saluja
seperti dilansir Medindia, senin (17/6/2013).
Ketika sampel darah si bayi dikirmkan ke kami untuk dilakukan pengecekan,
ditemukan bahwa air sumur bor yang digunakan oleh keluarga pasien mengandung nitrat
dengan kadar yang tinggi sehinnga memicu masalah ini. Tutupnya.
Sumber: Rahma Lilahi Sativa- detikHealth

2.7.1 Penjelasan Kasus Keracunan Nitrit Penyebab Blue Baby Syndrome
Dari kasus tersebut dapat di jelaskan mekanisme baby blue syndrom, pemeriksaan
baby blue syndrome di lihat dari kadar methemoglobinnya. orang dewasa tidak terpengaruh
nitrat karena perut mereka mengahsilkan asam yang melawan bakteri yang membantu
merubah nitrat menjadi nitrit. perubahan inilah bersama dengan nitrit yang dihasilkan yang
mengakibatkan keracunan nitrat yang disebut syndrome bayi biru (methemoglobinemia)
dengan kadar >11% . Hal ini disebabkan karena sistem enzim (NADH dan NADPH) yang
masih belum sempurna. Keracunan kronis menyebabkan depresi umum, sakit kepala, dan
gangguan mental. Nitrit terutama akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk
methemoglobin (Slamet, 2002). Kandungan MetHb dalam darah 30-40% dapat
menimbulkan gejala klinis dan bila kandungannya mencapai 80-90% akan menyebabkan
kematian. Beberapa hewan dapa mentoleransi kandungan MetHb sampai 50% tanpa
menimbulkan gejala sakit. Namun, apabila kandungan MetHb melebihi 80% akan
menyebabkan kematian
Methemoglobin (MetHb) merupakan suatu hasil oksidasi hemoglobin yang tidak
mempunyai kemampuan lagi untuk mengangkut oksigen. Simbol dari hemoglobin yang
teroksidasi yaitu HBFe
3+
. MetHb yang tidak dapat berikatan lagi dengan oksigen maka
tingkat kejenuhan oksigen di arteri berkurang seiring meningkatnya MetHb. Peningkatan
MetHb akan mengganggu transportasi oksigen menuju jaringan.
Beberapa zat yang dapat menyebabkan pembentukan MetHb yaitu amina aromatik
atau senyawa nitro aromatik yang dalam organisme direduksi menjadi amina aromatik,
9

sulfonamide, asetanilid, asam amino salisilat, nitro furantoin, primakuina, kuinina, atau
nitrit (Ariens et al., 1994).
Pembentukan MetHb terjadi akibat oksidasi Fe dalam darah dari ferro menjadi
ferri. Salah satu senyawa yang mampu mengoksidasi ferro menjadi ferri adalah senyawa
nitrit. Nitrit merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen. Bentuk pertengahan dari
nitrifikasi dan denitrifikasi. Nitrat atau nitrit adalah komponen yang mengandung nitrogen
berikatan dengan atom oksigen. Nitrat mengikat tiga atom oksigen, sedangkan nitrit
mengikat dua atom oksigen. Nitrat sudah diubah menjadi bentuk nitrit atau bentuk lainnya
saat berada di alam (Ruse, 1999).
Ion nitrit dan nitrat yang terdapat secara alami dalam bentuk nitrogen yang berada
baik ditanah atau permukaan air. Pemaparan dari nitrit atau nitrat dalam tingkat yang
melampaui batas dapat mengakibatkan sindrom akut dari methemoglobinemia. Hal ini
terjadi karena nitrit atau nitrat berikatan dengan hemoglobin. Gejala-gejala yang
ditimbulkan biasanya adalah tangan menjadi menguning, bibir dan ujung kuku membiru,
sakit kepala, pening, mual, dada sakit, dan sulit berkonsentrasi (Slamet, 2002).
Kadar MetHb dalam darah < 4% untuk nilai normal. Kadar MetHb yang melebihi
persentase 15% pada keracunan nitrit dapat menyebabkan kulit akan menjadi kebiruan,
sebagai gejala kekurangan oksigen. Keracunan ini pun dapat terjadi pada bayi yang
menyebabkan penyakit blue babies, dengan kadar MetHb >11% (Ariens et al., 1994).
Pengukuran kadar MetHb dapat dilakukan dengan spektrofotometer. Absorbansi maksimal
untuk mengukur kadar MetHb sebesar 630 nm (Berksun et al., 2008).
Pembentukkan MetHb dapat disebabkan oleh berbagai macam zat kimia melalui
aksi stoikiometri searah dimana satu mol zat kimia, bereaksi dengan satu mol Hb untuk
membentuk satu MetHb atau melalui transformasi katabolik turunannya (perubahan
asetanilid menjadi fenilhidroksilamina) yang secara langsung bereaksi pada Hb. Senyawa
fenilhidroksilamina bereaksi dengan oksiHb untuk membentuk nitrobenzene yang
terkompleks dengan Hb dan hydrogen peroksida dimana yang terakhir ini tidak stabil dan
menghasilkan MetHb. Nitrobenzene tersebut direduksi kembali oleh fenilhidroksilamina.
Pencemaran lingkungan yang dapat menyebabkan terbentuknya MetHb yaitu
toksikan dalam jumlah besar yang dapat menyebabkan peningkatan MetHb, adanya
radikal-radikal bebas yang memacu oksidasi hemoglobin. Kurangnya enzim glukosa 6-
10

fosfat dehidrogenase yang dapat menyebabkan terbentuknya MetHb (Mansyur, 2002).
Prasetyastuti (2009), menambahkan radikal bebas baik yang ada dilingkungan maupun di
dalam tubuh akan menyebabkan kerusakan membran sel, kerusakan protein, kerusakan
DNA, lipid peroksida. Radikal bebas secara terus menerus diproduksi dalam eritrosit akibat
tingginya tekanan oksigen dan besi heme. Secara spontan hemoglobin akan menghasilkan
superoksida yang diikuti dengan proses oksidasi hemoglobin menjadi methemoblobin.

2.7.2 Faktor yang Mempengaruhi Kadar MetHb dalam Darah Manusia.
Menurut Harrison (1996):
1) Adanya keracunan zat kimia tubuh yang terikat pada Hb.
2) Adanya kenaikan gula darah.
3) Adanya radikal-radikal bebeas di udara
4) Tidak adanya enzim atau koenzim
5) Factor usia (pada bayi system enzim belum sempurna.

2.8 PENGOBATAN DAN PENANGANAN
1. Menjaga korban dalam posisi terlentang/tidak pakai bantal dan menjaga suhu tubuhnya
agar tetap hangat (tidak kedinginan)
2. Melakukan pembilasan lambung (gastric Lavage) pakai larutan postasium permanganate
1.500 (bila keracunan nitrit karena tertelan/terminum)
3. Dianjurkan pemberian oksigen dan pernapasan buatan (bila diperlukan).
4. Berikan suntikan intravenous (iv) 1 % larutan methylen blue atau 1-2 m/kgbb atau
50mg/kgbb melalui mulut (peroral) untuk mengurangi sifat keracunan berat
methemoglobinemia. Pemberian Metilen blue sangat efektif tetapi juga mempunyai
banyak efek samping. Dosis inisial adalah 1 sampai 2 mg/kg secara intravnea selama 5-
10 menit. Pemulihan dari sianosis akan muncul dalam jangka waktu 1-2 jam. Tingkat dari
methemoglobin harus dimonitor satu jam kemudian. Bila ternyata kadar nitrat dalam
darah masih tinggi maka dapat diberikan dosis ulangan. Dosis dari metilen blue ini tidak
boleh melebihi 7 mg/kgBB.
Efek samping dari dari metilen blue adalah terjadinya nyeri dada, keletihan dan
anemia hemolitik pada pasien dengan ganngguan defisiensi glukosa 6 fosfat
11

dehidrogenase. Asam askorbat dapat menjadi antidotum alternatif walaupun efeknya
sangat lambat.
5. Berikan acidum ascorbic 0,5 1,0 gr disuntikkan IN, diberiakan dengan perlahn-lahan
setelah pemberian methylen blue , tetapi mungkin ini kurang efektif.
6. Berikan transfuse darah segar atau plasma.
7. Beriakan caffeine sodium benzoate 0,5 gr IV atau subcutaneous.
8. Juga bias dengan vitamin C yang membantu menurunkan sianosis akibat
methemoglobinemiaakut.

2.9 PENCEGAHAN blue baby syndrome.
1. Menghindari pemberian sayuran (misalnya bayam, kembang kol, brokoli, wortel, dan
umbi-umbian memiliki kandungan nitrat alami lebih banyak dari sayuran lainnya).
Mengandung nitrat yang tinggi dan perlu di hindari pada pasien yang mudah terkena met-
hemoglobin
2. Menghindari penggunaan sumber air minum yang tercemar.
3. Jika ibu bayi tidak dapat menyusui sebaiknya mencari ibu susu untuk bayinya dan hindari
penggantian dengan susu formula .
4. Mengganti kemasan untuk air minum dan memasak adalah langka yang sederhana dan
relative murah untuk mengurangi kemungkinan nitrat masuk ke dalam tubuh.
5. Ada tiga cara pembersiahn nitrat dari air yaitu penyulingan, tekanan balik osmotic dan
pertukaran ion.







12

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Nitrit termasuk dalam golongan senyawa anorganik , terutama natrium nitrit . Nitrit
berbentuk bubuk kristal berwarna putih kekuningan yang sangat larut dalam air , memiliki
sifat higroskopis dan banyak digunakan dalam bidang industri .Sejak awal 1900-an, natrium
nitrit telah digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme penyebab penyakit ,
memberikan rasa dan warna pada daging dan menghambat oksidasi lipid yang mengarah ke
bau tengik.
Konsumsi air yang mengendung nitrat tinggi oleh wanita hamil dan menyisusi tidak
seperti bila bayi itu yang mengkonsumsi langsung. Pada kasus ini tidak terlalu jelas, untuk
itu hanya di rekomendasikan untuk wanita yang mengandung dan sementara menyususi agar
dapat mengurangi kemungkinan mengkonsumsi nitrat. Hubungan yang bias di lihat antara
nitrat dan masalah kesehatan lainnya seperti gangguan system syaraf, kanker, dan kerusakan
hati tidak dijelaskan dalam literature-literatur dan masih dalam penelitian.
Kasus keracunan nitrit pada bayi di india yang diakibatkan karena air susu sang ibu tidak
keluar dan dig anti dengan pemberian susu formula yang di campur dengan air yang
tercemar dengan kandungan nitrit yang amat tinggi. Sehingga bayi tersebut mengalalami
baby blue syndrome.

3.2 SARAN
Dari pembuatan makalah ini diharpkan pembaca dapat mengambil informasi makalah ini,
diantaranya:
1. Ibu
Tidak memberi susu formula dan makanan pengganti pada bayi yang berumur kurang
dari 3 bulan karena pada bayi yang berumur kurang dari 3 bulan terjadi peningkatan
jumlah asam klorida dalam lambung bayi yang bias membunuh sebagian besar bakteri
yang membantu proses perubahan nitrat menjadi nitrit selain itu, jenis sel darah merah
dalam darah bayi dan rendahnya aktifitas enzim yang dapat menetralisir
13

methemaglobinemia pada bayi kurang kurang dari 3 bulan, sehingga memungkinkan
terjadinya keracunan nitrit.
2. Pembaca
Dari pembuatan makalah ini di harapakan pembaca dapat menambah wawasan menegnai
kecacunan nitit penyebab baby blue syndrome.



















14

DAFTAR PUSTAKA
Thompson B, Nitrates And Nitrites Dietary Exposure and Risk Assessment. Institute of
Environmental Science & Research Limited. Christchurch Science Centre. New Zealand. 2004.
Available from: www.esr.cri.nz. Access on: November 22, 2006.
Parrot K, Woodard J,Ross B. Household Water Quality. Nitrates in Household Water. Virginia
polytechnic institute and state university. Virginia State University. Virginia. 2002. Available
from: info.ag.uidaho.edu/pdf/CIS/CIS1099.pdf. Access on: December 1, 2006.
Argonne National Laboratory, EVS. Nitrate and Nitrite. Human Health Fact Sheet.. 2005.
Available from: http://www.epa.gov/OGWDW/dwh/c-ioc/nitrates.html. Access on: November
22, 2006.
Ruse M, Nitrates and Nitrites. IPCS, Newcastle. United Kingdom. 1999. Available from:
http://www.inchem.org/nitrates&nitrites.html. Access on: November 22, 2006.

Mancl K, Nitrate in Drinking Water, University Outreach and Extension. University of Missouri.
Missouri. 1998. Available from: www.p2pays.org/ref/17/16682.pdf. Access on ; December 1,
2006.

Morris D, Nitrate and Nitrite Poisoning. Vet Column. French Post. 1996. Available from:
http://www/rmla.com/index.htm. Access on: November 22, 2006.

Allison CD. Nitrate Poisoning of Livestock. Cooperative Extension Service. College of
Agriculture andHome Economics. New Mexico State University. 2003. Available from:
cahe.nmsu.edu/pubs/_b/b-807.pdf. Access on: December 1, 2006.

Anda mungkin juga menyukai