Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PENERAPAN MATERI

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN IPA DALAM


REALITAS KEHIDUPAN TERHADAP MINAT
BELAJAR DARI PESERTA DIDIK

Sigit Prabowo

ABSTRAK

Kebiasaan, kegiatan, maupun lingkungan dari setiap orang pasti berbeda-
beda. Kebutuhan akan pengetahuan yang digunakan dalam kesehariannya tentu
saja juga akan berbeda, seperti halnya dengan pendidik (guru). Pendidik yang
bidangnya IPA maka akan dengan tekun mempelajari bab-bab, permasalahan,
serta pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan bidangnya tersebut
(IPA). Pendidik yang mengampu bidang matematika tentu juga akan senantiasa
bersemangat dalam menimba ilmu seputar matematika tersebut, sementara jika
disuguh dengan materi-materi IPA prosentase semangat yang digunakan akan
cenderung lebih sedikit karena dirasanya materi tersebut kurang sejalan dengan
kebiasaan, kegunaan dalam bidangnya (matematika). Sehingga timbul berbagai
pemikiran, berbagai persepsi mengapa hal itu dipelajari? Apakah kita gunakan
dalam kegiatan kita?
Pemaknaan dari pentingnya penggunaan, maupun penerapan dari ilmu
yang dipelajari sangat diperlukan. Keraguan dan pertanyaan akan pentingnya
mempelajari materi tersebut menjadi jelas sehingga semangat dalam mempelajari
ilmu tersebut tidak menjadi surut. Aplikasi dari kehidupan yang diterapkan
sebagai percontohan dalam pembelajaran perlu lebih diperhatikan. Hal itu
diharapkan pandangan peserta didik terhadap materi yang dipelajari mengalami
perubahan kearah yang positif. Dari yang sebelumnya tidak tertarik tetapi karena
tuntutan adanya penggunaan dimasa mendatang dan ilmu tersebut diperlukan
maka akan menimbulkan suatu semangat yang lebih besar. Sehingga hasil
pencapaian yang diharapkan dari kompetensi tersebut tercapai, kegiatan
pembelajaran tercapai, dan lebih menciptakan manfaat dari yang sebelumnya.
Oleh karena itu, penggunaan contoh penerapan ilmu yang dipelajari dalam
suatu pembelajaran perlu dikaji ulang agar peserta didik lebih mudah dalam
menerima materi, mengimajinasikan dan lebih menghargai materi tersebut serta
peserta didik lebih bersemangat dalam mempelajari materi berkaitan kegunaan
yang akan datang.

Kata kunci : Contoh, Minat, Belajar, Peserta Didik, Guru
PENDAHULUAN

Setiap manusia memiliki gejala jiwa di dalam dirinya. Gejala jiwa sangat
mendasari dan mempengaruhi berbagai perilaku seseorang, baik itu perilaku dari
seorang pendidik atau guru, maupun perilaku peserta didik, mahasiswa maupun
siswa. Meskipun setiap orang memiliki gejala jiwa akan tetapi prosentase tiap
aspek yang dimiliki selalu saja berbeda-beda, bervariasi pada setiap individu.
Sehingga output yang dihasilkan seperti sikap, perbuatan, tingkah laku dari
manusia juga akan berbeda-beda. Gejala jiwa pada manusia diantaranya yaitu
berfikir, persepsi, emosi serta motivasi.
Berfikir merupakan aktivitas kognitif manusia yang cukup kompleks.
Berpikir melibatkan berbagai bentuk gejala jiwa seperti persepsi, dan biasanya
terjadi pada orang yang mengalami masalah atau sedang dihadapkan pada suatu
masalah. Proses berfikir menghasilkan suatu pengetahuan baru yang merupakan
transormasi dari informasi-informasi sebelumnya. Solso (1988) berpikir
merupakan proses yang menghasilkan representasi mental baru yang melalui
transformasi informasi yang melibatkan interaksi yang kompleks antara berbagai
proses mental seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi dan juga
pemecahan masalah.
Persepsi dibentuk dari adanya proses pengamatan pada dua hal ataupun
lebih. Ketika melakukan pengamatan dari sudut pandang tertentu maka akan
didapatkan adanya perbedaan diantara keduanya. Dengan kata lain persepsi
merupakan perbedaan sudut pandang pada suatu pengamatan dari beberapa hal
dan beberapa aspek. Persepsi manusia terdiri dari persepsi yang positif dan
negatif. Sebagai perumpamaannya yaitu apabila kita mengamati seseorang
perempuan/laki-laki maka dari depan akan terlihat cantik/tampannya orang
tersebut, tetapi jika kita mengamatinya dari bagian belakang maka hasilnya
belum tentu sama. Sudut pandang pada pengamatan dan persepsi manusia baik
berupa persepsi positif maupun negatif akan mempengaruhi tindakan dari
manusia, termasuk juga perilaku dari pendidikik maupun peserta didik.mTindakan
positif pada sesuatu hal biasanya akan muncul apabila kita mempersepsikannya
secara positif, akan tetapi jika persepsi kita itu negatif maka tindakan negatiflah
yang lebih dominan.
Emosi dan motivasi yang dimiliki seseorang sangatlah mendominasi dalam
mewarnai perilaku kehidupan manusia pada kesehariannya. Emosi dapat diartikan
sebagai tergugahnya perasaan yang disertai dengan perubahan-perubahan dalam
tubuh, misalnya otot menegang, jantung berdebar (Kartono,1987). Emosi berperan
dalam membantu mmpercepat maupun memperlambat proses pembelajaran.
Emosi mampu membantu proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan
menyenangkan. Hal itu dikarenakan dengan emosi manusia bisa merasakan
senang, sedih, cemburu, cinta, aman, takut, semangat, dan sebagainya. Goleman
dkk (dalam DePorter, 2000) menyatakan bahwa tanpa keterlibatan emosi,
kegiatan saraf otak kurang mampu merekatkan pelajaran dalam ingatan.
Emosi dalam praktekya sering dikaitkan dengan motivasi, yaitu suatu
kondisi yang menyebabkan ataupun menimbulkan perilaku tertentu dan yang
memberi arah dan ketahanan pada tingkah lakunya. Motivasi yang tinggi dapat
menggiatkan aktivitas belajar dari peserta didik. Motivasi belajar yang tinggi
tercermin dari ketekunannya dalam belajar, tidak mudah patah semangat untuk
mencapai kesuksesan yang diharapkan meskipun dihadang oleh berbagai
kesulitan. Manfaat dari belajar lebih didapatkan dengan adanya semangat juang
yang tinggi.
Belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki
keterkaitan erat dan tidak dapat dipisahlan satu sama lain dalam proses
pendidikan. Perbedaan diantara keduanya terletak pada penekanannya. Belajar
menekankan tentang peserta didik dan proses yang menyertai dalam perubahan
tingkah laku. Untuk membuat peserta didik dapat belajar. Sedangkan
pembelajaran lebih menekankan pada pendidik dalam upayanya. Santrock dan
Yussen (1994) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatf permanen
karena adanya pengalaman. Reber (1988) mendefinisikan belajar dalam 2
pengertian yiu belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan belajar
sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil
latihan yang diperkuat. Pembelajaran menurut Sudjana (2000) merupakan setiap
upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan
peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Setiap orang mempunyai lingkungan sekitar yang bermacam-macam.
Kegiatan antar individu dalam lingkungannya juga bervariasi, terlebih jika
diklasifikasikan dalam berbagai profesinya. Mulai dari buruh, PNS dan yang
lainnya. Tentu saja hal tersebut berdampak pada pengetahuan apa yang mereka
miliki serta seberapa besar kemampuan individu dalam menguasai ilmu tersebut.
Sebagian besar dari mereka tergolong lebih memfokuskan pemikirannya pada
kompetensi yang sesuai dengan profesi maupun kesehariannya. Sehingga
kecenderungan untuk mempelajari hal yang tidak digunakan dalam kesehariannya
menjadi menurun. Demikian juga dengan peserta didik yang telah terposisi pada
suatu tujuan, sudah fokus pada jurusan maupun kompetensi keahlian yang di
inginkan. Maka motivasi akan berbeda pada keduanya.
Seorang peserta didik akan bersemangat dalam mempelajari ilmu yang
berkenaan dengan kompetensi yang mereka sukai dan cenderung menghiraukan
materi yang tidak relevan dengan kompetensinya. Hal itu dikarenakan ketika
masuk dalam ruang lingkup yang dirasanya agak jauh dari cakupan
kompetensinya motivasi akan hal tersebut menjadi berkurang. Penyebabnya dapat
berupa persepsi-persepsi yang negatif akan hal tersebut. Sehingga perlu dikaji
ulang apa yang menyebabkan hal tersebut muncul.

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
Sebagian besar pendidik, guru, peserta didik, maupun orang-orang awam
memiliki asumsi bahwa kegiatan belajar mengajar akan berfungsi dengan baik,
akan berhasil jika semua peserta didik sama. Mereka harus menggunakan buku
dan juga perlengkapan sama, bekerja dengan langkah sama, memepelajari isi
materi yang sama. Tetapi pada kenyataannya peserta didik itu sangatlah berbeda-
beda, sangat bervariasi, bukan orang yang sama. Sehingga pembelajaran yang
efektif menjadi berseberangan akibat sulitnya proses agar mampu merespon
kebutuhan dari peserta didik.
Manajemen peserta didik keberadannya diperlukan bagi kegiatan belajar
mengajar. Hal itu dikarenakan peserta didik merupakan subjek sekaligus juga
objek yang menjadi fokus dari kegiatan belajar mengajar dalam proses
transformasi ilmu dan keterampilan.keberhasilan dalam pelaksanaan perndidikan
tersebut akan sangat bergantung dengan perkembangan dari potensi fisik,
kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan dari peserta didik. Karena
setiap individu lingkungannya bermacam-macam, kebutuhannya bermacam-
macam maka besar kemungkinan perbedaan kemampuan menyebabkan
terhambatnya proses pembelajaran. Kemampuan yang dimaksudkan di dalam
konteks ini adalah kemampuan yang meliputi kapasitas individu untuk memahami
tugas, untuk menemukan strategi pemecahan masalah yang cocok, prestasi
individu dalam sebagian besar tugas-tugas.
Keseharian setiap individu menentukan kemampuan seperti apa yang
dimiliki serta seberapa besar kemampuan yang dimiliki tersebut. Semangat belajar
dari peserta didik tidak akan melenceng jauh dari kesehariannya. Terlebih lagi
apabila seorang peserta didik tersebut telah memiliki suatu tujuan, suatu target
yang ingin diraihnya dimasa mendatang, Maka segala hal yang berhubungan
dengan tujuan dirinya akan dilewati dengan penuh semangat demi meraih tujuan.
Karena motivasi yang tinggi dapat memberikan arah, memberikan ketahanan pada
tingkah laku dari seseorang dalalm menghadapi tantangan. Selain kemampuan,
kepribadian dari individu juga berperan serta dalam membentuk pola dan perilaku
seseorang. Kepribadian adalah pola perilaku dan cara berfikir yang khas, yang
menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan (Atkinson, dkk,
1996). Kepribadian juga dapat membedakan individu satu dengan individu yang
lainnya.
Peserta didik yang cara berpikirnya positif akan senantiasa mempelajari
materi yang diterimanya dengan semangat, dan cara berfikir yang negatif
cenderung menghiraukan materi yang tidak relevan dengan apa yang disukanya.
Cara berfikir tersebut dapat bermula dari adanya persepsi yang diberikan pada
materi yang dipelajari tersebut. Ketika persepsinya positif, sadar bahwa materi
tersebut nantinya akan berguna bagi dirinya maka motivasi untuk mempelajarinya
tidak akan pudar, tetapi jika persepsinya negatif, tidak memikirkan kegunaan
dimasa mendatang maka kemauan mempelajari materi tersebut cenderung
menurun.
Materi yang tidak digunakan oleh peserta didik di kemudian hari akan
cenderung ditinggalkan. Kebanyakan dari mereka berasumsi Jika ilmu tersebut
tidak kita gunakan besok mengapa susah-susah kita pelajari?Hanya membuang
waktu kita saja. Sehingga minat mereka hampir tidak ada dan bahkan tidak ada
ketertarikan dikarenakan tidak adanya penerapan yang ditunjukan dari materi-
materi tersebut. Oleh karena itu penting untuk lebih dikaji ulang, dipelajari ulang
seperti apa penyampaian materi yang harus dilakukan karena tidak mungkin jika
materi tersebut dihilangkan dari jadwal yang seharusnya.
Penyampain materi maupun pemilihan contoh penerapan sangat penting
untuk meningkatkan motivasi peserta didik. Pemilihan contoh yang relevan
dengan kehidupan peserta didik akan lebih cenderung untuk dipelajari lagi karena
mereka tau bahwa ada tuntutan dalam kesehariannya maupun dalam
kehidupannya. Tata penyampaian materi yang lebih menarik juga akan menambah
rasa keingintahuan dari peserta didik, sehingga minat untuk mempelajari materi
menjadi bertambah. Tata penyampaian ada bermacam macam, yaitu: dengan
metode ceramah, merode latihan, metode tanya jawab, metode karyawisata,
metode demonstrasi, metode sosiodrama, metode bermain peran, metode diskusi,
metode pemberian tugas dan resitasi, metode eksperimen, metode proyek. Dengan
mengkombinasikan metode-metode tersebut maka tidak menutup kemungkinan
akan menciptakan metode baru yang lebih efektif dalam menarik minat peserta
didik.
Metode ceramah merupakan metode penyampaian materi melalui lisan
baik itu secara verbal maupun nonverbal. Metode ceramah murni cenderung pada
komunikasi satu arah, akan tetapi metode ini sangat menuntut keaktifan dari
pendidik. Selain itu keberhasian dari metode ini juga harus dengan adanya
dukungan sarana prasarana lain, seperti : gambar, benda, barang tiruan, film, peta.
Metode ceramah bisa digunakan untuk menyampaikan materi pada banyak
peserta, dan cenderung lebih mudah untuk dilaksanakan.
Metode latihan ,eksperimen dan metode tanya jawab memiliki hubungan
yang signifikan. Metode latihan merupakan metode penyampaian materi melalaui
upaya penanaman terhadap kebiasaan-kebiasaan tertentu. Bentuk dari metode
latihan dapat berupa metode tanya jawab, yaitu merupakan cara penyajian materi
pelajaran melalui bentuk pelajaran yang harus dijawab oleh peserta didik.
Sehingga dapat dikembangkan ketrampilan mengamati, menginterprestasi,
mengklarifikasi, membuat kesimpulan, menerapkan, dan mengkomunikasikan.
Metode karyawisata dengan metode demonstrasi sangatlah jelas
hubungannya. Metode karyawisata merupakan metode penyampaian dengan
membawa langsung ke objek pada kehidupan nyata agar peserta didik dapat lebih
mengamati secara langsug, yang dalam hal ini dapat disebut juga dengan adanya
demonstrasi secara real. Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran
dengan cara memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang
berkaitan dengan bahan pelajaran.
Metode sosiodrama dan bermain peran hampir memiliki pengertian yang
sama. Metode sosiodrama merupakan metode pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan tersebut, sedangkan
metode bermain peran merupakan metode pembelajaran melalui pengembangan
imajinasi dengan cara melakukan perbuatan tersebut. Sehingga dengan adanya
tindakan langsung dari peserta didik keterampilan dari peserta didik menjadi lebih
meningkat, tidak hanya pada teorinya saja yang sering juga tidak relevan dengan
prakteknya.
Metode diskusi , proyek serta metode pemberian tugas mendorong peserta
didik untuk berfikir, memecahkan permasalahan secara individu maupun
kelompok. Disamping hal tersebut masih banyak manfaat yang diberikan dari
kedua metode tersebut, antara lain lebih mendorong untuk mengemukakan ide,
mengemukakan pendapat, mengemukakan gagasan, membiasakan bertanggung
jawab, lebih membangun kemandirian, membangun dan meningkatkan inisiatif
yang dimiliki oleh peserta didik.
Selain metode tersebut, pendidik mempunyai peran penting dalam
menciptakan motivasi dari peserta didik. Peran dari pendidik diantaranya:
korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator,
pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervisor, evaluator.
Ketika peran tersebut dilaksanakan dengan lebih konsisten maka akan sangat
membantu peserta didik dalam mempelajari materi-materi yang disampaikan.
Penguasaan materi dari peserta didik akan bertambah karena minat dan
kesadarannya akan peran serta materi tersebut dalam kehidupannya meskipun
tidak secara langsung.
Sebagai korektor pendidik harus mampu menilai dan mengoreksi semua
hasil belajar, sikap, tingkah laku dan perbuatan peserta didik ketika mengikuti
pembelajaran. Sehingga dapat dicari titik lemah dari penyajian materi yang
selanjutnya bisa digunakan sebagai acuan untuk kedepan. Sebagai inspirator
mempunyai arti mampu memberikan inspirasi memberi pandangan yang positif
untuk ditiru oleh peserta didik. Sebagai informator pendidik mampu memberikan
informasi yang sebaik-baiknya dan efektif mengenai materi yang diajarkan.
Organisator dimaksudkan pendidik mampu mengelola pembelajaran yang
berlangsung. Sebagai motivator pendidik dituntut agar lebih mendorong peserta
didik untuk belajar. Sebagai inisiator hendaknya dapat mencetuskan ide, gagasan
demi kemajuan pembelajaran. Sebagai fasilitator pendidik hendaknya mampu
memberikan sarana dan prasarana untuk penyampaian materi agar lebih
dimengerti. Pembimbing mempunyai maksud dapat memberikan saran,
memberikan bimbingan ketika kesulitan dalam memahami materi. Sebagai
pengelola kelas maka harus mampu mengatur ritme pembelajaran yang sesuai
dengan siapa pesertanya. Sebagai evaluator pendidik mampu menilai hasil dari
proses pembelajaran yang telah dilakukan serta jalannya proses pembelajaran.
Sehingga dapat didapatkan umpan balik untuk optimalisasi ke waktu selanjutnya.

KESIMPULAN
Persepsi, cara berfikir, cara pandang dari peserta didik akan
mempengaruhi minat belajarnya terhadap materi yang diajarkan. Pemberian
materi yang sesuai, yang lebih relevan dengan kehidupan peserta didik cenderung
lebih diminati untuk dipelajari. Selain itu pemberian contoh penerapan yang
sesuai dengan keseharian dinilai lebih menarik perhatian dari peserta didik. Untuk
itu diperlukan kemampuan dari pendidik dalam mengolah, mengatur metode
maupun strategi pembelajaran agar lebih memotivasi peserta didik dalam
mempelajari materi pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Sutomo, dkk. 1998. Profesi Kependidikan. Semarang: IKIP Semarang
Soetjipto, Kasasi Raflis. 1999. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta
Sugihartono, dkk. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Tim Dosen Ap. 2010. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Siswoyo Dwi, dkk. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

Anda mungkin juga menyukai