NIM : H1H010024 Tema : Teknik Reproduksi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Famili Serranidae
Nama Penilai I : NIM Penilai I : Nilai : 1. Ringkasan (max 3 hal) : 2. Kesesuaian Tema : 3. Daftar Pustaka (min. 3) : TTD Penilai I
Nama Penilai II : NIM Penilai II : Nilai : 1. Ringkasan (max 3 hal) : 2. Kesesuaian Tema : 3. Daftar Pustaka (min. 3) : TTD Penilai II
RINGKASAN TEKNIK REPRODUKSI IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) Famili Serranidae Ikan kerapu dicirikan dengan bentuk tubuh pipih, rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat, mulut lebar, sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang berjari-jari lunak, posisi sirip perut berada di bawah sirip dada, serta badan ditutupi sisik stenoid (Mariskha dan Abdulgani, 2012). Kepala dan badan berwarna coklat kemerahan. Badan dengan enam strip tegak lebar coklat tua. Sirip-sirip kecoklatan. Sirip dada kemerahan (Peristiwaldy, 2006). Musim pemijahan ikan kerapu di perairan tropis dapat terjadi pada setiap tahun atau sepanjang tahun. Musim pemijahan kerapu di Indonesia berlangsung dari bulan Januari sampai November (Mariskha dan Abdulgani, 2012). Ikan kerapu memiliki habitat di dasar perairan laut tropis dan subtropis. Pada umumnya kerapu bersifat soliter, tetapi saat akan memijah ikan bergerombol. Telur dan larva bersifat pelagis sedangkan ikan kerapu dari muda hingga dewasa bersifat demersal (Mariskha dan Abdulgani, 2012). Teknik pembenihan 1. Sarana Pembenihan 1. Induk sebanyak 5 ekor betina dan 2 ekor jantan. Induk jantan berukuran panjang 77 - 78 cm dan berat 9,5 - 11 kg/ekor. Induk betina berukuran panjang 60 - 70 cm dan berat 5,3 - 7,8 kg/ekor. 2. Pakan induk berupa ikan segar dari jenis selar, japuh dan jantan yang kandungan proteinnya tinggi dan kandungan lemaknya rendah. 3. Kurungan apung untuk pemeliharaan induk berukuran 3 x 3 x 3 m 3 . 4. Bak pemijahan dengan kapasitas 100 ton. 5. Bak penetasan sekaligus juga merupakan bak pemeliharaan larva yang berukuran 4 x 1 x 1 m 3 terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjang. 2. Metoda Metoda yang digunakan adalah manipulasi lingkungan. Teknik pemijahan dengan manipulasi lingkungan ini dikembangkan berdasarkan pemijahan ikan kerapu di alam, yaitu dengan rangsangan atau kejutan faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kadar garam, kedalaman air dan lain-lain. Pemijahan mengikuti fase peredaran bulan; pada saat bulan terang atau bulan gelap. 3. Pemeliharaan Induk Induk ikan kerapu yang dipijahkan dipelihara di laut dalam kurungan apung dengan padat penebaran induk 7,5 - 10 kg/m 3 . Pakan yang diberikan berupa ikan rucah segar berkadar lemak rendah. Diluar pemijahan ikan, takaran pakan yang diberikan sebesar 3 - 5% dari total berat badan ikan/hari, sedangkan pada musim pemijahan diturunkan menjadi 1%. Disamping itu diberikan pula vitamin E dengan dosis 10 - 15 mg/ekor/minggu. 4. Sex reversal Kerapu termasuk ikan yang hermaprodit protogyni. Sel kelamin betina terbentuk setelah berumur 2 tahun dengan panjang 50 cm dan berat 5 kg. Sel kelamin betina berubah menjadi sel kelamin jantan pada umur 4 tahun dengan panjang tubuh sekitar 70 cm dan berat 11 kg. Ada kalanya banyak ditemui mempercepat perubahan kelamin dari betina ke jantan dapat dipacu/dirangsang dengan hormon testosteron. Pemberian hormon testosteron dilakukan secara oral melalui makan setiap minggu, diikuti dengan penambahan multivitamin. Takaran yang diberikan adalah : Hormon testosteron 2 mg/kg induk Multivitamin 10 mg/kg induk 5. Seleksi Induk Kematangan kelamin induk jantan ikan kerapu diketahui dengan cara stripping ke arah awal sperma yang keluar warna putih susu dan jumlahnya banyak diamati untuk menentukan kualitasnya. Kematangan kelamin induk betina diketahui dengan cara kanulasi, yaitu memasukkan selang plastik ke dalam lubang kelamin ikan, kemudian dihisap. Telur yang diperoleh diamati untuk mengetahui tingkat kematangannya, diameter telur diatas 450 mikron. 6. Pemijahan 1. Induk kerapu matang kelamin dipindahkan ke bak pemijahan yang sebelumnya telah diisi air laut bersih dengan ketingian 1,5 m dan salinitas + 32 . 2. Manipulasi lingkungan dilakukan ketika bulan gelap yaitu dengan cara menaikkan dan menurunkan tinggi air setiap hari. Mulai jam 09.00 sampai jam 14.00 permukaan air diturunkan sampai kedalaman 40 cm dari dasar bak. Setelah jam 14.00 permukaan air dikembangkan ke possisi semula (tinggi air 1,5 m). Perlakuan ini dilakukan terus menerus sampai induk memijah secara alami. 3. Rangsangan hormonal induk kerapu matang kelamin disuntik dengan hormon Human Chorionic Gonadotropin 1.000 - 2.000 IU/kg induk dan Puberogen 150 - 225 RU/kg induk untuk merangsang terjadinya pemijahan. 4. Pengamatan pemijahan ikan dilakukan setiap hari . Pemijahan umumnya terjadi pada malam hari antara jam 22.00 - 24.00 WIB. Diduga musim pemijahannya terjadi 2 kali bulan Juni -September dan bulan November - Januari. 5. Bila diketahui telah terjadi pemijahan, telur segera dipanen dan dipindahkan ke bak penetasan.bak pemeliharaan larva. 7. Penetasan telur Bak yang dipergunakan untuk penetasan telur sekaligus juga bak pemeliharaan larva, terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 4 x 1 x 1 m . Tiga hari sebelum bak pemeliharaan larva digunakan, perlu dipersiapkan dahulu dengan cara dibersihkan dan dicuci hamakan memakai larutan chlorine (Na OCI) 50 - 100 ppm. Setelah itu dinetralkan dengan larutan Natrium thiosulfat sampai bau yang ditimbulkan oleh chlorine hilang. Air laut dengan kadar garam 32 dimasukkan ke dalam bak, satu hari sebelum larva dimasukkan supaya suhu badan stabil kisaran 27 - 28C. Telur yang dibuahi akan mengapung dipermukaan air dan transparan. Sebelum telur ditetaskan perlu direndam dalam larutan 1 - 5 ppm acriflavin mencegah serangan bakteri. Padat penebaran telur di bak berkisar 20 - 60 butir/liter air media. Bak penetasan perlu ditambahkan Chlorella sp sebanyak 50.000 - 100.000 sel/ml untuk menjaga kualitas air. Telur akan menetas dalam waktu 18 - 22 jam setelah pemijahan pada suhu 27 - 28C dan kadar garam 30 - 32 . Penentuan TKG berdasarkan Morfologi Gonad ikan kerapu dibersihkan dengan menggunakan aquades lalu diletakkan di atas kertas saring selama lima menit kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Setelah berat gonad didapatkan, gonad tersebut ditentukan tingkat kematangan gonadnya berdasarkan morfologinya dengan metode Cassie (Sihotang. 2011). Ciri-Ciri Tingkat Kematangan Gonad Betina Ciri-Ciri Tingkat Kematangan Gonad Jantan 1. Ovari seperti benang, panjang sampai ke depan rongga tubuh. Warna jernih. Permukaan licin. 2. Ukuran ovari lebih besar. Pewarnaan lebih gelap kekuning-kuningan, telur belum jelas dilihat dengan mata. 3. Ovari berwarna kuning. Secara morfologis telur mulai kelihatan butirannya dengan mata. 4. Ovari makin besar. Telur berwarna kuning, mudah dipisahkan. Butir minyak tidak tampak. Mengisi 1/2 - 2/3 rongga perut, usus terdesak. 5. Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisa terdapat di dekat pelepasan. 1. Testis seperti benang, lebih pendek, terlihat ujungnya di rongga tubuh. Warna jernih. Permukaan licin. 2. Ukuran testis lebih besar. Pewarnaan lebih putih seperti susu. Bentuk lebih jelas dari pada tingkat I. 3. Permukaan testis tampak lebih bergerigi. Warna makin putih, testis makin besar. Dalam keadaan diawetkan mudah putus. 4. Seperti pada tingkat III, tampak lebih jelas dan testis makin pejal. 5. Testis bagian belakang kempis dan bagian dekat pelepasan masih berisi.
Tingkat kematangan gonad dapat dipergunakan sebagai penduga status reproduksi ikan, ukuran dan umur pada saat pertama kali matang gonad, proporsi jumlah stok yang secara produktif matang dengan pemahaman tentang siklus reproduksi bagi suatu populasi atau spesies (Sulistiono, et,. all. 2001 dalam Sihotang, 2011). Perbedaan TKG antara ikan kerapu jantan dan betina (E. fuscoggutatus) disebabkan ikan kerapu jantan lebih cepat matang gonad dibanding ikan kerapu betina. Sedangkan ikan kerapu betina membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk matang gonad dan mengeluarkan telur. Hal ini dikarenakan pada ikan betina dibutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk proses vitelogenesis (Mariskha dan Abdulgani, 2012). Daftar Pustaka A. S. Sihotang. 2011. Biologi Reproduksi Ikan Bilis, Thryssa hamiltonii (Famili Engraulidae) yang Tertangkap di Teluk Palabuhan Ratu. Bogor:Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Mariskha, Putri Ratna, Abdulgani, Nurlita. 2012. Aspek Reproduksi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus sexfasciatus) di Perairan Glondonggede Tuban Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Sulistiono, Kurniati T. H., Riani E., dan Watanabe, S. 2001 dalam A. S. Sihotang. 2011. Biologi Reproduksi Ikan Bilis, Thryssa hamiltonii (Famili Engraulidae) yang Tertangkap di Teluk Palabuhan Ratu. Bogor:Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor T. Peristiwaldy. 2006. Ikan-Ikan Laut Ekonomis Penting di Indonesia, Petunjuk Identifikasi. Jakarta:LIPI Press .
ANALISIS INVESTASI AKTIVA TETAP MELALUI SUMBER PENDANAAN LEASING ATAU HUTANG JANGKA PANJANG (Studi Kasus Pada PT. Citra Perdana Kendedes Malang) (DAFTAR PUSTAKA)