Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

MANAJEMEN KEUANGAN II
MANAJEMEN PERSEDIAAN
Dosen Pembimbing : Fika Fitriasari, S.E., M.M










Oleh : Kelompok 4
EBTANTO ADI NUGROHO 09610385
WEMY WILDA AMALIA 201110160311321
RUSMIN 201110160311336
SATRIO BAGUS K. 201110160311353
DIAN SOFYIAN A. 201110160311358



JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN AJARAN 2013 / 2014
i

KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Wr.Wb.
Syukur alhamdulilah kita haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat,
taufik dan hidayahnya, kita selalu di beri kesehatan sampai pada saat ini. Shalawat dan salam
kita haturkan selalu kepada junjungan Nabi kita yaitu Rosululloh SAW, beliaulah Guru dari
segala Guru yang mengajarkan kita tentang Ilmu yang bermanfaat Dunia dan Akhirat. Dan
dengan adanya izin dari Allah SWT kami selaku Pemakalah dapat menyelesaikan tugas kami
yang berjudul MANAJEMEN PERSEDIAAN
Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu tujuan untuk menambah wawasan
kita tentang ilmu manajemen keuangan II, dan untuk memudahkan kita dalam ujian semester
nanti, amin Ya Rabbal Alamin.
Dalam proses penyusunan hingga terselesaikannya makalah ini, kami sebagai
pemakalah sangat banyak mendapat bantuan, doa, motivasi, dan bimbingan dari berbagai
pihak, dan kami ingin mengucapkan banyak Terima Kasih kepada :
1. Kedua orang tua kami
2. Ibu Fika Fitriasari, S.E., M.M. Selaku Dosen Pembimbing.
3. Semua pihak yang telah membantu kami.
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penulis dapat menyadari masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak, dengan ini harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak.
Wassalamualaikum Wr.Wb


ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latarbelakang .............................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah .................................................... 2
BAB II MANAJEMEN PERSEDIAAN
2.1 Pengertian Manajemen Persediaan .............................. 3
2.2 Jenis-jenis Persediaan .................................................. 4
2.2.1 Jenis Persediaan Menurut Fungsinya .................. 5
2.2.2 Jenis Persediaan Menurut Cara Pengolahannya
dan Posisi Barang ................................................ 6
2.2.2 Persediaan Hubungan antara Produksi dan
Penjualan Produk dan Posisi Barang .................. 6
2.3 Alasan Memiliki Persediaan ........................................ 7
2.4 Fungsi dan Manfaat Manajemen Persediaan ............... 8
BAB III PERTIMBANGAN MANAJEMEN PERSEDIAAN
3.1 Prinsip Pengendalian Manajemen Persediaan ............. 9
3.2 Pertimbangan Manajemen Persediaan ......................... 10
3.3 Metode Perhitungan Manajemen Pemasaran ............... 11
3.3.1 Model Economic Order Quantity (EOQ) ............. 12
3.3.2 Model Periodic Order Quality (POQ). ................. 18
3.3.3 Model Quantity Discount Model (QDM) ............ 18
3.3.4 Model Analisis ABC. ........................................... 19
3.3.5 Model Just In Time (JIT) ..................................... 21
3.4 Pengawasan Persediaan ............................................... 21
BAB IV STUDI KASUS
4.1 Pembahasan Kasus ..................................................... 23
iii

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................. 27
5.2 Saran ........................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA






















iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar i : Grafik Ilustrasi Pemesanan Ulang ................ 17
Gambar ii : Kurva Analisis ABC ....................................... 20
Gambar iii : Grafik EOQ .................................................. 25

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan laju perkembangan yang terus berkembang di Indonesia, maka
banyak bermunculan perusahaan, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar.
Tujuan utama suatu perusahaan yaitu memperoleh laba seoptimal mungkin dan
mengawasi berjalannya perusahaan serta berkembangnya perusahaan, maka hal yang
perlu dilakukan oleh suatu perusahaan adalah mengadakan penilaian terhadap
persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Hal ini dilakukan karena
persediaan bagi kebanyakan perusahaan merupakan salah satu modal kerja yang
sangat penting didalam suatu perusahaan, dimana prosedurnya terus menerus
mengalami perubahan dan perputaran.
Dalam suatu perusahaan, pelaporan mengenai persediaan sangat penting bagi
perusahaan dalam mengambil suatu keputusan dan persediaan merupakan salah satu
dari beberapa unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus
meneru diperoleh, diproduksi dan dijual. Oleh karena itu, system akuntansi itu sendiri
harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga tidak mengalami hal-hal yang
mengganggu jalannya operasi perusahaan.
Pelaporan persediaan yang diteliti dan relevan dianggap vital untuk
memberikan informasi yang berguna bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan
dalam pencatatan persediaan, maka akan mengakibatkan kesalahan dalam
menentukan besarnya laba perusahaan yang diperoleh. Jika persediaan akhir dinilai
terlalu rendah dan mengakibatkan harga pokok barang yang dijual terlalu rendah,
maka pendapatan bersih akan mengalami peningkatan. Begitu juga dengan lamanya
persediaan yang tersimpan digudang akan mempengaruhi biaya sehingga
kemungkinan akan terjadinya kerusakan yang mengakibatkan kerugian dan
kemungkinan juga persediaan akan kadaluarsa sehingga tidak laku dipasar.
Dari penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa persediaan sangat penting
artinya bagi perusahaan. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk lebih mengetahui
dan memahami bagaimana persediaan dimanage secara benar yang diterapkan dalam
suatu perusahaan agar membawa manfaat yang baik dalam pencapaian laba yang
2

diinginkan. Menurut prinsip-prinsip akuntansi persediaan merupakan barang dagang
yang disimpan kemudian dijual dalam operasi normal perusahaan.
. Seseorang manajer hendaklah mempelajari dan memahami secara keseluruhan
tentang manajemen persediaan. Sehingga seorang manajer dapat mengetahui keadaan
bahan persedian disebuah perusahaan secara langsung dilapangan, bukan sekedar
yang termuat di laporan atau dikertas semata. Dan yang paling penting, seorang
manajer tau persis metode perhitungan persediaan seperti apa yang akan digunakan
dalam perusahaannya. Dengan demikian apabila seorang manajer menghadapi situasi
yang berkenaan dengan persediaan, manajer tersebut dengan cepat dan mudah dalam
mengambil keputusan yang tepat.

1.2 Identifikasi Masalah
Mengingat betapa pentingnya manajemen persediaan bagi suatu perusahaan,
manajer atau penengusaha dalam berbisnis. Maka, keberadaannya selalu dibutuhkan
oleh pelaku bisnis atau pengusaha untuk dipelajari dan dianalisis guna mencari,
merencanakan dan menerapkan strategi mana yang cocok dalam mengelola
persediaan sehingga mampu mengoptimalkan keuntungan dalam perusahaan.
Dengan demikan kita perlu mengetahui, mempelajari dan memahami apa itu
manajemen persediaan?. Dalam mempelajari manajemen persediaan, kita tidak akan
terlepas oleh teori-teori yang berkaitan dengan persediaan dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, dalam penulisan makalah ini kelompok kami berusaha untuk
memudahkan pembahasan, supaya lebih mudah dalam penyampaiannya. Maka, kami
hanya memaparkan masalah-masalah sebagai berikut :
- Apa itu Manajemen Persediaan?
- Apa saja jenis manajemen persediaan?
- Apa pertimbangan di dalam manajemen persediaan?
- Seperti apa bentuk pengaplikasiannya terhadap suatu perusahaan?
- Dan, Studi kasus mengenai manajemen persediaan.
Dengan pengidentifikasian beberapa masalah diatas kami juga memberikan
beberapa contoh yang nyata serta mudah dipahami.
3

BAB II
MANAJEMEN PERSEDIAAN


Sebelum kita membahas lebih jauh tentang Manajemen Persediaan. Terlebih dahulu
kita mengetahui apa itu manajemen pemasaran, baik itu meliputi bentuknya, seluk beluknya
dan juga manfaatnya bagi seorang manajer atau sebuah perusahaan. Dalam
perkembangannya, manajemen persediaan tidak semudah yang dipikirkan.
Manajemen Persediaan yaitu bagian utama dari modal kerja, merupakan aktiva yang
pada setiap saat mengalami perubahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan persediaan adalah suatu aktiva yang harus tersedia dalam perusahaan pada saat
diperlukan untuk menjamin kelancaran dalam menjalankan perusahaan.
Manajemen persediaan diperlukan untuk perusahaan dibidang industri manufaktur
dan perdagangan saja. Hal ini dikarenakan dalam aktifitas industri manufaktur dan
perdagangan didalamnya terdapat persediaan-persedeiaan. Berbeda dengan perusahaan jasa
yang tidak terdapat persediaan bahan baku atau persediaan bahan dangang unutk dijual
kembali. Persediaan dapat dikategorikan dalam bentuk barang jadi, barang setengah jadi dan
barang dalam proses.
2.1 Pengertian Manajemen Persediaan

Pada awal bab ini telah disinggung sedikit mengenai arti manajemen
persediaan. Memang benar persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam
operasi perusahaan dagang dan perusahaan industry serta perusahaan jasa. Tanpa
adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada keadaan bahwa
perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan para pelanggannya
sehingga kontinuitas perusahaan dapat teranggu karena sumber utama pendapatan
perusahaan berasal dari penjualan persediaan. Ini berarti perusahaan akan kehilangan
kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seterusnya didapatkan.
Istilah persediaan memberikan pengertian yang berbeda-beda tetapi pada
dasarnya maksud dan tujuannya adalah sama. Berikut pendapat para ahli mengenai
manajemen persediaan:


4

1. C. Rolln Niwwonger, Philip E. Fess dan Carl S. Wareen
istilah persediaan (inventories) merupakan barang dagangan yang
disimpan untuk dijual dalam operasi perusahaan dan merupakan
barang yang terdapat dalam proses produksi atau yang disimpan untuk
tujuan itu.

2. Prawirosentono
Persediaan adalah aktiva lancar yang terdapat dalam perusahaan
dalam bentuk persediaan bahan mentah (bahan baku / raw material,
bahan setengah jadi / work in process dan barang jadi / finished goods).

3. Ikatan Akuntansi Indonesia.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan Indonesia, Manajemen
persediaan merupakan:
a. Tersedia untuk dijual (dalam kegiatan operasi normal)
b. Dalam proses produksi ( dalam kegiatan usaha normal)
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supllies) untuk
digunakan proses produksi atau pemberian jasa

Persediaan mempunyai arti dan peranan yang penting dalam suatu perusahaan.
Persediaan barang dagangan yang secara terus menerus dibeli dan dijual yang
merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan, baik itu
perusahaan dagang maupun perusahaan industry. Penjualan barang dagangan
merupakan sumber utama penghasilan bagi perusahaan, karena sebagian besar sumber
perusahaan tertanam dalam persediaan.

2.2 Jenis-jenis Persediaan
Jenis persediaan setiap perusahaan tidaklah sama. Karena setiap perusahaan
membutuhkan bahan persedian bergantung pada aktivitaas produksi yang dikerjakan.
Namun, secara teori persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan atas:



5

2.2.1 Jenis Persediaan Menurut Fungsinya
a. Bacth Stock/Lot Size Inventory
yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat
bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar yang
dibutuhkan pada saat itu. Jadi, dalam hal ini pembelian atas pembuatan yang
dilakukan dalam jumlah besar sedangkan penggunaan atau pengeluarannya
dalam jumlah kecil.
Terjadinya persediaan karena pengadaan barang atau bahan yang
dilakukan lebih banyak lagi yang dibutuhkan. Keuntungan yang akan
diperoleh dari adanya Bacth Stock/Lot Size Inventory ini adalah :
- Memperoleh potongan harga pada harga pembelian
- Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economic) karena
adanya operasi (production run) yang lebih lama.
- Adanya penghematan dalam biaya pengangkutan

b. Fluctuation Stock
yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan
mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen.
Apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau
tidak tetap dan fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan yang
dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya
permintaan tersebut.

c. Anticipation Stock
yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman yang terdapat
dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan/penjualan atau
permintaan yang meningkat. Disamping itu, menurut Rangkuti Freddy dalam
buku Manajemen Persediaan, anticipation stock juga dimaksudkan untuk
menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak
mengganggu jalannya produksi atau untuk menghindari kemacetan produksi.


6

2.2.2 Jenis Persediaan Menurut Cara Pengolahannya Dan Posisi Barang
a. Persediaan bahan baku (Raw Material Stock)
yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam
proses produksi.

b. Persediaan bagian produksi / parts yang dibeli (Purchased Parts/Component
Stock)
yaitu persediaan barang yang terdiri dari parts yang diterima dari
perusahaan lain yang dapat secara langsung tanpa melalui proses produksi
selanjutnya.

c. Persediaan bahan pembantu / bahan-bahan pelengkap (supplier Stock),
yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan
dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang
dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan tetapi tidak merupakan
bagian atau komponen dari barang jadi.

d. Persediaan barang setengah jadi / barang dalam proses (Works in
Process/Progress),
yaitu barang-barang yang dikeluarkan dari tiap-tiap bagian dalam suatu
pabrik atau bahan-bahan yang diolah menjadi suatu bentuk tetapi masih perlu
diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.

2.2.3 Persediaan Hubungan antara Produksi dan Penjualan Produk.
Perseddiaan dalam kategori hubungan antara produksi dan penjualan produk
terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Perusahaan Dagang.
- Persediaan barang dagangan.
b. Perusahaan Manufaktur
- Persediaan bahan baku
- Persediaan barang dalam proses
- Persediaan barang jadi

7

2.3 Alasan Memiliki Persediaan
Laba yang maksimal dapat dicapai dengan meminimalkan biaya yang
berkaitan dengan persediaan. Namun meminimalkan biaya persiapan dapat dicapai
dengan memesan atau memproduksi dalam jumlah yang kecil, sedangkan untuk
meminimalkan biaya pemesanan dapat dicapai dengan melakukan pesanan yang besar
dan jarang.
Jadi, meminimalkan biaya penyimpanan mendorong jumlah persediaan yang
sedikit atau tidak ada, sedangkan meminimalkan biaya pemesanan harus dilakukan
dengan melakukan pemesanan ,persediaan dalam jumlah yang relatif besar, sehingga
mendorong jumlah persediaan yang besar.
Alasan yang kedua yang mendorong perusahaan menyimpan persediaan dalam
jumlah yang relative besar adalah masalah ketidakpastian permintaan. Jika permintaan
akan bahan atau produk lebih besar dari yang diperkirakan, maka persediaan dapat
berfungsi sebagai penyangga, yang memberikan perusahaan kemampuan untuk
memenuhi tanggal penyerahan sehingga pelanggan merasa puas.
Secara umum alasan untuk memiliki persediaan disebuah perusahaan adalah
sebagai berikut :
1. Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dan biaya
penyimpanan.
2. Untuk memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati tanggal
pengiriman.
3. Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat :
a. Kerusakan mesin
b. Kerusakan komponen
c. Tidak tersedianya komponen
d. Pengiriman komponen yang terlambat
4. Untuk menyanggah proses produksi yang tidak dapat diandalkan.
5. Untuk memanfaatkan diskon
6. Untuk menghadapi kenaikan harga di masa yang akan datang




8

2.4 Fungsi dan Manfaat Manajemen Persediaan

Menurut Handoko Manajemen Persediaan memiliki banyak sekali fungsi dan
manfaat dalam sebuah perusahaan. Beberapa fungsi dari manajemen persediaan dapat
mempengaruhi kestabilan, kelancaran, keuntungan sebuah perusahaan. Fusngsi-fungsi
terrsebut antara lain yaitu:
a. Fungsi Decoupling
Persediaan decoupling ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi
permintan langganan tanpa tergantung pada supplier. Untuk dapat memenuhi fungsi
ini dilakukan cara-cara sebagai berikut:
- Persediaan bahan mentah disiapkan dengan tujuan agar perusahaan tidak
sepenuhnya tergantung penyediaannya pada suplier dalam hal kuantitas dan
pengiriman.
- Persediaan barang dalam proses ditujukan agar tiap bagian yang terlibat dapat
lebih leluasa dalam berbuat.
- Persediaan barang jadi disiapkan pula dengan tujuan untuk memenuhi
permintaan yang bersifat tidak pasti dari langganan.
b. Fungsi Economic Lot Sizing
Tujuan dari fungsi ini adalah pengumpulan persediaan agar perusahaan dapat
berproduksi serta menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam jumlah yang
cukup dengan tujuan agar dapat menguranginya biaya perunit produk.
c. Fungsi Antisipasi
Perusahaan sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan
permintaan akan barang barang selama periode pemesanan kembali, sehingga
memerlukan kuantitas persediaan ekstra. Persediaan antisipasi ini penting agar proses
produksi tidak terganggu. Sehubungan dengan hal tersebut perusahaan sebaiknya
mengadakan seaseonal inventory (persediaan musiman).
Adapun manfaat dari persediaan adalah menjamin kebebasan atau kelancaran kegiatan
operasional internal dan eksternal sehingga permintaan pelanggan dapat terpenuhi tanpa
tergantung pemasok.
9

BAB III
PERTIMBANGAN MANAJEMEN PERSEDIAAN

Mengingat peranan dan fungsi manajemen dalam perusahaan begitu penting, maka
seorang manajer dalam mengambil keputusan atau kebijakan harus mempertimbangkan
sesuatu dengan matang dan teliti. Sehingga dalam pengambilan keputusan dan kebijakan
tidak merugikan sebuah perusahaan yang dikelolanya.
Pertimbangan pertimbangan yang harus di perhatikan tidaklah semudah mengucapkan
kata-kata. Melainkan harus dilakukan sebuah evaluasi dan metode-metode perhitungan
manajemen persediaan. Tujuannya tidak lain untuk meminimalisasi persediaan dan
menciptakan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Pada bab ketiga ini akan membahas tentang hal-hal dan beberapa metode perhitungan
persediaan yang digunakan sebagai bahan pertimbangan seorang manajer dalam
memanajemen perseediaan.

3.1 Prinsip Pengendalian Manajemen Persediaan
Prinsip dalam mengendalikan persediaan sangat diperlukan dalam Manajemen
persediaan. Hal ini dikarenakan prinsip persediaan dijadikan sebagai salah satu
landasan dan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Menurut Matz, sistem dan
teknik pengendaliaan persediaan harus didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
a. Persediaan diciptakan dari pembelian bahan dan suku cadang, tambahan biaya
pekerja dan overhead untuk mengelola bahan menjadi barang jadi.
b. Persediaan berkurang melalui penjualan dan perusakan.
c. Perkiraan yang tepat atas jadwal penjualan dan produksi merupakan hal yang
esensial bagi pembelian, penanganan, dan investasi bahan yang efisien.
d. Kebijakan manajemen, yang berupaya menciptakan keseimbangan antara
keragaman dan kuantitas persediaan bagi operasi yang efisien dengan biaya
pemilikan persediaan tersebut merupakan faktor yang paling utama dalam
menentukan investasi persediaan.
e. Pemesanan bahan merupakan tanggapan terhadap perkiraan dan penyusunan
rencana pengendalian produksi.
10

f. Pencatatan persediaan saja tidak akan mencapai pengendalian atas persediaan.
g. Pengendalian bersifat komparatif dan relatif, tidak mutlak.

3.2 Pertimbangan Manajemen Persediaan.
Banyak hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
manajemen persediaan. Baik itu dari segi biaya, waktu, proses pemesanan, dan juga
dari jenis bahan persediaan yang dibutuhkan. Seorang manajer akan menganalisis itu
semua dengan pertimbangan yang sudah mereka tetapkan. Berikut beberapa hal yang
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen persediaan:

1. Struktur Biaya Persediaan
Struktur biaya persediaan dapat kita kelompokkan sesuai dengan model
pemesannanya, seperti:
a. Biaya per unit (item cost)
b. Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)
- Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)
- Biaya pengiriman pemesanan
- Biaya transportasi
- Biaya penerimaan (Receiving cost)
- Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost):
surat
- menyurat dan biaya untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan.
c. Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost)
- Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang
apabila nilai persediaan digunakan untuk investasi (Cost of capital).
- Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of
storage). Biaya ini berubah sesuai dengan nilai persediaan.
d. Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence,
deterioration and loss).
e. Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost)


11

2. Faktor yang mempengaruhi investasi dalam persediaan.
Faktor ini mencakup beberapa aspek yang berkaitan dengan proses
produksi dan daya tahan suatu persediaan. Beriut cakupapn dari faktor yang
mempengaruhi investasi dalam persediaan:
a. Tingkat Penjualan.
Semakin tinggi omzet penjualan maka makin besar investasi
persediaannya. Begitu juga sebaliknya. Jika omzet penjualannya rendah maka
persediaan akan sedikit.

b. Sifak Teknis dan Sifat Produksi
- Produksi pesanan => persediaan beragam dan banyak
- Produksi massal => persediaan bisa diatur

c. Lamanya Proses Produksi
Jika proses produksi persediaan lama maka akan mengakibatkan BDP
biayanya semakin mahal dan tidak efisien.

d. Daya Tahan Bahan Baku dan Produk Akhir
- Barang tahan lama => Persediaan relatif tinggi
- Barang tahan tidak lama => Persediaan relatif rendah
- Barang Musiman => Persediaan tinggii pada musimnya

e. Lama Pembelian dan pengiriman

3.3 Metode Perhitungan Manajemen Persediaan.

Penanganan persediaan tidak hanya dilakukan dengan melihat semata. Tetapi,
terdapat hal yang bisa dihitung untuk dijadikan sebagai bahan dalam menentukan
kebijakan dalam manajemen persediaan. Perhitungan dalam manajemen persediaan
banyak sekali jenisnya. Makalah ini akan membahas beberapa jenis perhitungan yang
sangat penting dalam manajemen persediaan dan juga sering digunakan dalam sebuah
perusahaan terutama dalam perusahaan industri manufaktur.

12

Dalam perusahaan industri manufaktur, bahan baku diproses menjadi barang
jadi, kemudian dijual. Proses ini memerlukan waktu panjang sehingga modal yang
diinvestasikan dalam persediaan cukup besar dan perputarannya relatif lambat. Kondisi
yang demikian manajemen persediaan harus mendapatkan perhatian manajemen yang
sangat serius. Kelebihan persediaan akan mengakibatkan pemborosan penggunaan
modal, sedangkan kekurangan persediaan proses produksi bisa terganggu.
Mengelola persediaan dalam perusahaan industri manufaktur relatif lebih sulit
dibanding dengan mengelola persediaan dalam perusahaan dagang. Dalam perusahaan
dagang, persediaan barang dagangan dibeli untuk dijual; waktu yang dibutuhkan relatif
pendek, sehingga modal yang digunakan berputar relatif cepat.
Manajemen persediaan dalam perusahaan industri manufaktur dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu model Economic Order Quantity atau EOQ dan Tepat
Waktu atau Just in Time (JIT). Penggunaan model tersebut tergantung pada kebijakan
manajemen terhadap pemasok. Jika pemasok diperlukan sebagai pesaing, yaitu mencari
pemasok yang paling murah dapat menyediakan bahan baku, maka model EOQ lazim
digunakan. Tetapi jika pemasok diperlakukan sebagai partner bisnis yang setia dan
dinyatakan satu kesatuan dalam proses produksi, maka model JIT lazim digunakan.

3.3.1 Model Economic Order Quantity (EOQ).

Pada umumnya perusahaan menggunakan cara tradisional dalam
mengelola persediaan, yaitu dengan cara memiliki persediaan minimal untuk
mendukung kelancaran proses produksi. Di samping itu, perusahaan juga
memperhitungkan biaya persediaan yang paling ekonomis yang dikenal dengan
istilah Economic Order Quantity atau EOQ. EOQ akan menjawab pertanyaan
berapa banyak kualitas bahan baku yang harus dipesan dan berapa biayanya
yang paling murah atau paling ekonomis.
Biaya-biaya dalam manajemen persediaan sudah dipaparkan dalam bab
tiga dalam pertimbangan-pertimbangan manajemen persediaan. Pada bab ini
kita tinggal mengaitkan biaya-biaya yang sudah dipaparkan pada bab tiga
dengan metode EOQ. Pada umumnya biaya-biaya dalam manajemen persediaan
saling berkaitan dan dapat mempengaruhi harga persediaan. Sehingga seorang
13

manajer harus jeli dan teliti dalam memutuskan berapa persedeiaan yang harus
dibeli. Hal ini tidak bisa dilihat dari kasat mata saja tentunya.
Metode ini, Manajemen harus menghitung biaya yang paling
ekonomis pada setiap jumlah barang yang dibeli (dipesan). Biaya tersebut
adalah saling hubungan antara harga bahan baku, biaya penyimpanan yang
umumnya dihitung berdasar persentase tertentu dari nilai persediaan rata-rata,
jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam satu periode misalnya dalam satu
tahun, dan biaya pesanan. Untuk itu mari kita bahas satu persatu agar lebih jelas
dalam memahaminya.

1. Total Biaya Penyimpanan Persediaan ( Total Carrying Cost / TCC)

Biaya penyimpanan persediaan dalam EOQ bersifat Variabel terhadap
jumlah inventori yang dibeli. Sehingga rumusnya sebagai berikut:









Biaya TCC ini mencakup sewa gudang, pemeliharaan barang didalam
gudang, modal yang tertanam dalam inventori, pajak dan ansuransi. Besarnya
biaya TCC dapat diperhitungkan dengan dua cara yaitu berdasarkan presentasi
tertentu dari nilai Inventori rata-rata dan berdasarkan biaya perunit barang yang
disimpan ( dari jumlah rata-rata).

2. Total Biaya Pemesanan ( Total Ordering Cost / TOC)

Biaya pemesanan persediaan dalam bersifat Variabel terhadap
frekuensi pesanan yang dibeli. Sehingga rumusnya sebagai berikut:

- Total Biaya Penyimpanan
TCC = C. P. A
- Persediaan Rata-Rata
A = Q/2
= ( S / N ) / 2
Dimana :

Q = Kuantitas Pesanan
S = Penjualan Tahunan
N = Frekuensi Pemesanan
C = Biaya Penyimpanan
P = Harga Beli Per Unit
14








3. Total Biaya Persediaan ( Total Inventory Cost / TIC)

Total Biaya Perseddiaan atau TIC ini didapat dari penjumlahan toatal
biaya persediaan dan total biaya pemesanan. Sehingga hasilnya diketahui total
biaya persediaan tersebut. Jadi rumusnya sebagai berikut:










Ketiga perhitungan diatas bertujuan untuk mengetahui besaran biaya
dimasing-masing kategori. Setelah itu kita bisa mengaitkannya dengan Kuantitas
Pemesanan yang Ekonomis atau dikenal dengan EOQ ( Economic Ordering Quantity
Model).
Terdapat dua dasar keputusan dalam model EOQ ini dalam manajemen
persediaan, diantaranya yaitu:
1. Berapa jumlah bahan mentah yang harus dipesan pada saat bahan tersebut perlu
dibeli kembali Replenishment Cycle.
2. Kapan perlu dilakukan pembelian kembali Reorder point.



- Total Biaya Pesanan

TOC = F. ( S / Q )

Dimana :

Q = Kuantitas Pesanan
S = Penjualan Tahunan
F = Biaya Tetap
- Total Biaya Persediaan
TIC = TCC + TOC
Atau

TIC = C.P.( Q/2 ) + F. ( S/Q )

Dimana :

Q = Kuantitas Pesanan
S = Penjualan Tahunan
N = Frekuensi Pemesanan
C = Biaya Penyimpanan
P = Harga Beli Per Unit
15

Rumus Model EOQ sebagai Beriku:







Model EOQ tidak lepas dari beberapa asumsi agar perhitungannya akurat.
Berikut ini beberapa asumsi mengenai model EOQ:
- Jumlah kebutuhan bahan mentah sudah dapat ditentukan lebih dulu secara
pasti untuk penggunaan selama satu tahun atau satu periode.
- Penggunaan bahan selalu pada tingkat yang konstan secara kontinyu
- Pesanan persis diterima pada saat tingkat persediaan sama dengan nol atau
diatas safety stock
- Harga konstan selama periode tersebut.

Metode EOQ memiliki kaitan dengan beberapa aktifitas disebuah industri
manufaktur, seperti aktifitas dalam manajemen persediaan di bawah ini:
- Permesanan ulang ( Reorder Point )
- Persediaan Pengaman (Safety Stocks)
- Penentuan Besaran Safety Stocks
Agar pemahaman tentang aktifitas diatas lebih mendalam lagi. Mari kita bahas
perhitungan atau rumus rumusnya sekali lagi.

a. Pemesanan Ulang ( Reorder Point )
Pada dasarnya, sebuaah perusahaan dalam mempersiapkan bahan
persediaan tidak menunggu bahan perssediaan di gudang habis secara
keseluruhan. Hal ini dapat menghambat dan memperlambat proses produksi
didalam perusahaan tersebut. Sehingga seorang manajer akan menentukan titik
minimum atau standar dimana perusahaan harus melakukan pemesanan kembali
untuk mengisi persediaan yang telah kosong.


EOQ =
..
.


Dimana :

F = Biaya Tetap
S = Penjualan Tahunan
C = Biaya Penyimpanan
P = Harga Beli Per Unit
16

Jika digambarkan dalam sebuah grafik akan berbentuk seperti dibawah
ini sebagai ilustrasi:









Gambar i: Grafik Ilustrasi Pemesanan Ulang

Dari grafik tersebut bisa kita tarik kesimpulan bahwa Rusmus
Pemesanan Ulang atau Reorder Point yaitu:





b. Persediaan Pengaman ( Safety Stocks )
Persediaan Pengaman ini memang disengaja disediakan oleh
perusahaan untuk dijadikan alternatif pengganti terhadap perubahan tingkat
penjualan atau keterlambatan produksi-pengiriman. Tujuannya tidak lain sebagai
jaga-jaga agar aktifitas disebuah perusahaan tidak berhenti.
Dari gambaran itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa persediaan awal
mengandung safety stock. Jadi bisa di simpulkan menjadi:





Titik Pemesanan Ulang
Waktu Tunggu X Tingkat Penggunaan
Persediaan Awal
EOQ + Safety Stock
Persediaan Rata-rata
( EOQ / 2 ) + Safety Stock

17

Penentuan besar kecilnya Safety Stock dipengaruhi oleh faktor pengalaman,
Faktor dugaan, Faktor Biaya dan Faktor keterlambatan. Jadi, setiap perusahaan
dalam menentukan besar kecilnya safety stock persediaan tidaklah sama.
Contohnya sebagai berikut:
Diketahui:
- Penggunaan perhari 15 Kg.
- Keterlambatan Pengiriman 10 hari
Ditanya:
- Berapa besarnya Safety stock yang harus disiapkan??
Jawab:
Safety stock = Penggunaan per hari X Kendala atau faktor-faktor
= 10 x 15 kg
= 150 Kg.
Jadi Safety stock yang harus disediakan sebesar 150 kg.

Metode EOQ dalam manajemen persedian mempunyai kelebihan dan juga
kekurangan. Sehingga kita harus mengetahuinya. Berikut beberapa kelebihan dan
kelemahan dalam metode ini:
- Keunggulan Model EOQ:
1. Dapat dijadikan dasar penukaran (trade off) antara biaya penyimpanan dengan
biaya persiapan atau biaya pemesanan (setup cost).
2. Dapat mengatasi ketidakpastian penggunaan persediaan pengaman atau
persediaan besi (safety stock).
3. Mudah diaplikasikan pada proses produksi yang outputnya telah memiliki
standar tertentu dan diproduksi secara massal.
4. Lazim digunakan pada rumah sakit, yaitu pada persediaan obat. Jika ada
pasien yang sakit mendadak dan perlu obat segera, apotek rumah sakit dapat
melayani dengan cepat.




18

- Kelemahan Model EOQ:
Hakikatnya model EOQ adalah model yang menempatkan pemasok
sebagai mitra bisnis sementara karena paradigma untung-rugi diterapkan pada
mereka, sehingga penggunaan model ini terjadi berganti-ganti pemasok, dan
hal ini dapat mengganggu proses produksi.

3.3.2 Model Periodic Order Quality (POQ).
Period Order Quantity (POQ) : Pendekatan menggunakan konsep
jumlah pemesanan ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat
permintaan diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode EOQ. Dengan mengambil
dasar perhitungan pada metode pesanan ekonomis maka akan diperoleh
besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan dan interval periode
pemesanannya adalah setahun.
PenggunaanPOQ:
POQ digunakan sebagai pengganti EOQ, bila permintaan tidak uniform.
Formula EOQ digunakan untuk menghitung waktu antarpemesanan
(economic time between orders)
POQ = EOQ/Rata2 pemakaian per minggu
Dengan POQ ini kuantitas pemesanan ditentukan oleh permintaan aktual,
sehingga akan menurunkan biaya penyimpanan (carrying cost).

3.3.3 Model Quantity Discount Model (QDM).

Dalam rangka meningkatkan volume penjualan seringkali perusahaan
(supplier) memberikan harga yang lebih rendah kepada pelanggan yang
membeli dalam jumlah yang lebih besar. Jadi harga per unit ditentukan semakin
murah dengan semakin banyaknya jumlah yang dibeli.
Dalam model potongan harga ini kita harus mempertimbangkan trade
off antara biaya pembelian dengan biaya penyimpanan, dimana semakin banyak
jumlah yang dibeli maka biaya pembelian per unit akan semakin menurun, tapi
di lain pihak biaya penyimpanan akan semakin meningkat

19

3.3.4 Model Analisis ABC.
Analisis ABC adalah metode dalam manajemen persediaan (inventory
management) untuk mengendalikan sejumlah kecil barang, tetapi mempunyai
nilai investasi yang tinggi.
Analisis ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan
nama Hukum Pareto (Ley de Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia,
Vilfredo Pareto (1848-1923). Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup
selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak
terbesar (80%). Pada tahun 1940-an, Ford Dickie dari General Electric
mengembangkan konsep Pareto ini untuk menciptakan konsep ABC dalam
klasifikasi barang persediaan.
Berdasarkan hukum Pareto, analisis ABC dapat menggolongkan barang
berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan kemudian
dibagi menjadi kelas-kelas besar terprioritas; biasanya kelas dinamai A, B, C,
dan seterusnya secara berurutan dari peringkat nilai tertinggi hingga terendah,
oleh karena itu analisis ini dinamakan Analisis ABC. Umumnya kelas A
memiliki jumlah jenis barang yang sedikit, namun memiliki nilai yang sangat
tinggi.
Dalam hal ini, saya akan menggunakan tiga kelas, yaitu: A, B, dan C, di
mana besaran masing-masing kelas ditentukan sebagai berikut (Sutarman, 2003,
pp. 144145):
1. Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15-20%
dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 75-80% dari total
nilai uang.
2. Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 20-25%
dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 10-15% dari total
nilai uang.
3. Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 60-65%
dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 5-10% dari total nilai
uang.
20

Besaran masing-masing kelas di atas akan membentuk suatu kurva
sebagaimana terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.




Gambar ii: Kurva Analisis ABC
Adapun langkah-langkah atau prosedur klasikasi barang dalam analisis
ABC adalah sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah unit untuk setiap tipe barang.
2. Menentukan harga per unit untuk setiap tipe barang.
3. Mengalikan harga per unit dengan jumlah unit untuk menentukan total
nilai uang dari masing-masing tipe barang.
4. Menyusun urutan tipe barang menurut besarnya total nilai uang, dengan
urutan pertama tipe barang dengan total nilai uang paling besar.
5. Menghitung persentase kumulatif barang dari banyaknya tipe barang.
6. Menghitung persentase kumulatif nilai uang barang dari total nilai uang.
7. Membentuk kelas-kelas berdasarkan persentase barang dan persentase
nilai uang barang.
8. Menggambarkan kurva analisis ABC (bagan Pareto) atau menunjuk
tingkat kepentingan masalah.
Dengan analisis ABC, kita dapat melihat tingkat kepentingan masalah
dari suatu barang. Dengan begitu, kita dapat melihat barang mana saja yang
perlu diberikan perhatian terlebih dahulu.

21

3.3.5 Model Just In Time (JIT).
Salah satu metode untuk mengendalikan persediaan yang modern
adalah metode Just In Time atau bisa disebut juga JIT. Metode ini bertujuan
untuk meminimalkan biaya persediaan karena menggunakan metode JIT setiap
pemesanan dari konsumen akan langsung di produksi. Dalam JIT diusahakan
persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga
penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.
Rumusan JIT yang digunakan adalah :










3.4 Pengawasan Persediaan
Hakikat dari pengawasan persediaan barang adalah mulai bahan baku dipesan
sampai produk jadi digunakan oleh konsumen, yang terdiri dari pengawasan fisik, nilai,
dan biaya. Pengawasan barang meliputi pengawasan bahan baku, bahan pembantu,
barang dalam proses, dan pengawasan barang jadi. Pengawasan bahan baku dan bahan
pembantu dimulai dari bahan dipesan sampai dengan permintaan pemakaian bahan
dalam proses produksi; pengawasan itu meliputi fisik (jumlah unit, kerusakan,
keuangan, kehilangan, dan tingkat perputaran), biayanya, dan nilainya dala bentuk
satuan uang.
Pengawasan barang dalam proses meliputi produk cacat, produk rusak, produk
hilang dalam proses produksi. Sedangkan pengawasan barang jadi meliputi rencana
penjualan, jadwal pengiriman, dan pelayanan purna jual. Keempat jenis barang itu
(bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses, dan barang jadi) jumlah
persediaannya secara fisik harus dikendalikan, agar tidak terjadi kekurangan dan
kelebihan. Kekurangan persediaan bahan baku dan bahan pemabantu dapat

=
+



Dimana :

= Unit produk yang harus


dijual untuk mencapai
laba tertentu
I = Laba Sebelum Pajak

= Total Biaya Tetap

= Jumlah kuantitas Non


Unit

= Biaya Variable Non Unit

= Biaya Variable per unit


P = Harga Jual per unit
22

mengakibatkan proses produksi terganggu, dan kekurangan persediaan barang jadi akan
mengakibatkan kesulitan memenuhi permintaan konsumen. Sebaliknya jika terjadi
kelebihan persediaan, dapat mengakibatkan modal yang ditanamkan dalam persediaan
tersebut besar, dan biaya modalnya besar





























23

BAB IV
STUDI KASUS

Pada studi kasus ini, kami hanya membahas satu metode saja dari manajemen
persedian. Hal ini dikarenakan mengingat banyaknya metode dalam menganalisis dan
memperhitung persedian dalam sebuah perusahaan. Metode yang kami gunakan dalam study
kasus ini menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) yang biasa di gunakan di
sebuah perusahaan.
Studi kasus ini kami ambil dari sebuah pabrik roti yang terkenal mereknya. Sebut
saja namanya Pabrik Roti S. Dari kegiatan aktifitasnya diketahui Pabrik Roti S penjualannya
mencapai 2.600.000 Kg tepung terigu. Kemudian biaya pemesannanya mencapai $ 5.000.
dari tepung yang dipesannya setelah sampai diperusahaan dikenakan biaya penyimpanan
sebesar 2% dari harga beli. Dan harga belinya sebesar $5/Kg. Pabrik Roti S ini
memprioritaskan persediaan pengaman 50.000 kg tepung terigu. Waktu pengiriman memakan
waktu 2 minggu dan setiap pemesanan terigu harus dengan kelipatan 2000 Kg. Dalam
perjalanan Aktifitasnya, Perusahaan tepung terigu yang biasa dijadikan langganan
memberikan penawaran yang langka.
Penawarannya, Jika perusahaan Pabrik Roti S membeli terigu sebanyak 650.000 Kg.
Maka biaya pengiriman ditanggung oleh perusahaan tepung sebesar $ 3.500. Dari aktifitas
tersebut seorang manajer disuruh Direktur Pabrik Roti S untuk membuat perencanaan
besarnya persediaan yang harus disiapkan, pemesanan ulang, pembagian waktu pemesanan
dalam satu tahun, biaya penyimpanan, biaya pemesanan, biaya safety stock dan total biaya
persediaan serta analisis dari penawaran perusahaan tepung tersebut.

4.1 Pembahasan Kasus
Dari kasus diatas dapat disederhanakan menjadi sebagai Pokok yang diketahui dari
aktifitas Pabrik Roti S meliputi:
- S / Penjualan Pabrik Roti S 2,6 juta kg terigu
- F / Biaya pemesanan $ 5000
- C / Biaya penyimpanan 2% dari harga beli $ 5/Kg
- Safety Stock 50.000 Kg
- Waktu tunggu 2 Minggu
- Kelipatan pesanan 2000 Kg
24

- Jika pembelian 650.000 kg dapat diskon kirim $ 3.500
Dari data diatas seorang manajer akan menghitung semua hal yang berkaitan dengan
persediaan. Metode yang kami gunakan dalam menghitung masalah diatas
menggunakan metode EOQ. Berikut penyelesaianya:
1. Besarnya EOQ
EOQ =
..
.

=
..
.

= 509902 Kg
= 510.000 Kg

2. Pemesanan Ulang (Reorder Point)
- Penggunaan per minggu
= 2.600.000 / 52
= 50.000 Kg
- Titik Pemesanan Ulang
= Waktu Pengiriman + Safety Stock
= ( 2 Minggu x 50.000 ) + 50.000
= 100.000 + 50.000
= 150.000 Kg

3. Pemesanan Dalam Satu Tahun
- Pemesanan Dalam Satu Tahun
= 2.600.000 / 510.000
= 5,098 kali
Jika dijadikan hari maka 365 hari / 5,098 kali = 72 hari
= 10 Minggu
- Tingkat Pemakaian Perhari
= 2.600.000 / 365 hari
= 7.123,29 Kg
= 7.124 Kg / hari


25

4. Biaya Penyimpanan / TCC
- TCC = C.P.A atau TCC = C.P.(Q/2)
- TCC = C . P . ( Q / 2 )
= 0,02 . $5 . ( 510.000 / 2 )
= 0,1 . 255.000
= $ 25.500

5. Biaya Pemesanan / TOC
- TOC = F. ( S / Q )
= $ 5000 . ( 2.600.000 / 510.000 )
= $ 5000 . 5,098
= $ 25.490,20

6. Biaya Safety Stock
- Safety Stock = C. P. (Safety Stock)
= 0,02 . $ 5 . (50.000)
= 0,1 . 50.000
= $ 5.000

7. Total Biaya Persediaan / TIC
- TIC = TCC + TOC + Biaya Safety Stock
= $ 25.500 + $ 25.490,20 + $ 5.000
= $ 55.990,20

8. Grafik EOQ







Gambar iii: Grafik EOQ
26

9. Biaya Persediaan TIC Setelah Ada Tawaran
- Biaya Pemesanan
= $ 5.000 - $ 3.500
= $ 1.500

- TCC = 0,02 . $ 5 . ( 650.000 / 2 )
= 0,1 . 325.000
= $ 32.500

- TOC = $ 1.500 . ( 2.600.000 / 510.000 )
= $ 1.500 . 5,098
= $ 7.647

- TIC = $ 32.500 + $ 7.647 + $ 5.000
= $ 45.147


10. Hasil Analisis
- Jika pesanan sejumlah
a. 510.000 Kg Biaya persediaan sebesar $ 55.990,20
b. 650.000 Kg Biaya persediaan sebesar $ 45.147
Selesihnya mencapai $ 10.843,20
- Penawaran dari perusahaan pengolahan gandum perlu dipertimbanngkan.
- Pemesanan dalam satu tahun dilakukan 4 kali atau 13 Minggu
= 2.600.000 / 650.000 = 4 Kali








27

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perusahaan dalam melakukan pelaporan mengenai persediaan sangat penting bagi
perusahaan dalam mengambil suatu keputusan dan persediaan merupakan salah satu dari
beberapa unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus meneru
diperoleh, diproduksi dan dijual. Oleh karena itu, system akuntansi itu sendiri harus
dilaksanakan sebaik mungkin sehingga tidak mengalami hal-hal yang mengganggu jalannya
operasi perusahaan.
Pelaporan persediaan yang diteliti dan relevan dianggap vital untuk memberikan
informasi yang berguna bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan dalam pencatatan
persediaan, maka akan mengakibatkan kesalahan dalam menentukan besarnya laba
perusahaan yang diperoleh.

5.2 Saran
Berdasarkan dari pembahasan diatas, maka penulis mengemukakan saran bahwa
penerapan Manajemen Persediaan yang baik harus dilaksanakan secara efektif, karena akan
menunjang keberhasilan perusahaan tersebut.













28

DAFTAR PUSTAKA


- Rangkuti Freddy. 1995: Manajemen Persediaan. Cetakan Pertama, raja Grafindo
Persada, Jakarta
- Warren, Fess, Niswonger. 1999: Prinsip-Prinsip Akuntansi, edisi kesembilan belas,
Jilid 1Penerbit Erlangga, Jakarta.
- Riyanto, Bambang. 1993: Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi kedua
Cetakan kedelapan, Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta.
- Syamsuddin, M.A., Drs. Lukman. 2007: Manajemen Keuangan Perusahaan. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
- Brigham, Eugene F. Dan Joel F. Houston. 2001: Manajemen Keuangan. Erlangga.
Jakarta.
- http://habibiarifin.blogspot.com/2010/05/manajemen-persediaan-inventory.html, diakses
pada tanggal 29 Maret 2013, pukul 16.00 WIB
- http://eriskusnadi.wordpress.com/2009/10/03/analisis-abc/. diakses pada tanggal 29
Maret 2013, pukul 16.00 WIB
- www.wikipedia.com.

Anda mungkin juga menyukai