Anda di halaman 1dari 9

konsep hutang dan ekuitas

KONSEP HUTANG DAN EKUITAS HUTANG


1. Definisi Hutang - Menurut FASB dalam SFAC No. 6 Hutang adalah pengorbanan manfaat
ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas lain di
masa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu. - Menurut FASB, IAI ( 1994 ) Kewajiban
merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. - Menurut AASB Kewajiban adalah
pengorbanan masa depan terhadap potensial servis atau ekonomi manfaat ekonomi masa
depan bahwa entitas hadir mengharuskan untuk membuat entitas lainnya sebagai hasil akhir
dari transaksi atau akhir kegiatan lainnya. - Menurut APB No. 4 Kewajiban adalah obligasi
ekonomi dapat diciptakan dengan diakui dan diukur di dalam kenyamanannya dengan prinsip
akuntansi berterima umum. Kewajiban juga terdiri dari bebrapa perbedaan kredit bahwa bukan
obligasi tetapi itu di akui dan diukur didalam prinsip akuntansi berterima umum. Namun, definisi
APB lebih bersifat structural daripada semantik.
2. Pengorbanan Manfaat Ekonomi Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu obyek harus
memuat suatu tugas (duty) atau tanggung jawab (responsibility) kepada pihak lain yang
mengharuskan kesatuan usaha untuk melunasi, menuaikan, atau melaksanakannya dengan cara
mengorbankan manfaat ekonomik yang cukup pasti di masa datang. Pengorbanan manfaat
ekonomik diwujudkan dalam bentuk transfer atau prnggunaan asset kesatuan usaha. Cukup
pasti di masa datang mengandung makna bahwa jumlah rupiah pengorbanan dapat ditentukan
dengan layak. Demikian juga, saat pengorbanan manfaat ekonomik dapat ditentukan atas dasar
kejadian tertentu atau atas permintaan pihak lain (on demand).
3. Komponen Hutang Dari definisi di atas, pengertian hutang memiliki dua komponen utama, yaitu
:
1) Kewajiban Sekarang Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan
ekonomik masa datang harus timbul akibat keharusan sekarang. Pengertian
sekarang dalam hal ini mengacu pada dua hal, yaitu : waktu dan adanya. Waktu
yang dimaksud adalah tanggal pelaporan ( neraca ). Artinya, pada tanggal neraca
kalau perlu atau kalau dipaksakan ( secara yuridis, etis, atau rasional ) pengorbanan
sumber ekonomik harus dipenuhi karena keharusan untuk itu telah ada. Tentu saja
jumlah rupiah pengorbanan yang dipaksakan pada tanggal neraca tidak akan
sebesar jumlah rupiah yang akan dibayar di masa datang. Perbedaan ini terjadi
akibat sifat yang melekat pada kewajiban yaitu bunga yang bermakna sebagai nilai
waktu uang atau harga penundaan. Kewajiban sekarang memiliki arti bahwa
kewajiban tersebut timbul karena pada saat sekarang suatu entitas memiliki
tanggung jawab yang tidak dapat dihindari untuk menyerahkan barang/ jasa.
Kewajiban yang masih tergtantung pada peristiwa masa mendatang, tidak boleh
diakui sebagai hutang kecuali ada suatu kemungkinan yang cukup besar bahwa
peristiwa tersebut akan terjadi. Menurut Kam ( 1990.hlm. 111 ), definisi hutang yang
lebih menunjukkan kondisi pada saat sekarang adalah kewajiban suatu unit usaha
tersebut untuk menyerahkan aktiva / jasa pada pihal lain dimasa mendatang
sebagai akibat transaksi masa lalu.
2) Hasil Transaksi Masa Lalu Syarat lain dari hutang adalah berasal dari transaksi masa
lalu. Transaksi tersebut menunjukkan transaksi yang benar- benar telah terjadi
sehingga dapat digunakan untuk memastikan bahwa hanya kewajiban sekarang
yang harus dicatat sebagai hutang dalam neraca. Dalam hal ini yang dikatakan
sebagai peristiwa masa lalu adalah saat penerimaan barang, bukan saat dilakukan
pemesanan.
4. Terjadinya Hutang Hutang tidak hanya terjadi karena faktor kontraktual yang didasarkan pada
aspek yuridis, tetapi juga karena faktor lain juga yang memenuhi kriteria pengakuan hutang.
Apabila ditinjau dari substansi ekonomi suatu transaksi / peristiwa memenuhi kriteria hutang,
otomatis hutang akan diakui dan disajikan dalam neraca.
1) Keadaan yang Dapat Menimbulkan Hutang Timbulnya hutang tergantung pada
terjadinya suatu transaksi / kejadian yang bersifat eksternal. Transaksi tersebut
dapat berupa transaksi keuangan atau kejadian non keuangan seperti timbulnya
kecelakaan yang menimbulkan kewajiban untuk mengganti suatu kerusakan. Kohler,
( 1970: hal. 263 ) menyatakan bahwa hutang adalah suatu jumlah yang harus
dibayar dalam bentuk uang, barang atau jasa khususnya hutang yang memiliki
kriteria berikut :
a. terjadi / telah terjadi
b. terjadi pada saat tertentu di masa mendatang, misalnya hutang untuk
pembiayaan, hutang yang masih harus dibayar.
c. terjadi karenatidak dilaksanakannya suatu tindakan di masa yang akan datang,
misalnya pendapatan yang ditangguhkan dan hutang bersyarat. Atas dasar di
atas, dapat dirumuskan bahwa hutang dapat terjadi karena beberapa faktor,
antara lain sebagai berikut :
1. Kewajiban Legal / Kontrak Kewajiban legal adalah hutang yang timbul
karena adanya ketentuan formal berupa peraturan hokum untuk membayar
kas atau menyerahkan barang ( jasa ) kepada entitas tertentu, misalnya
hutang dagang dan hutang bank. Hutang atas dasar hukum merupakan
pandangan terhadap hutang yang paling sempit.
2. Kewajiban Konstruktif Kewajiban konstruktift timbul karena kewajiban
tersebut sengaja diciptakan untuk kondisi tertentu, meskipun secara formal
tidak dilakukan melalui perjanjian tertulis untuk membayar sejumlah
tertentu di masa yang akan datang. Contoh jenis kewajiban ini adalah bonus
yang akan diberikan kepada karyawan. Rencana bonus yang akan diberikan
kepada karyawan dapat dipandang sebagai kewajiban sekarang suatu
entitas untuk menyerahkan barang/ jasa di masa mendatang sehingga
menimbulkan adanya hutang ( hutang bonus ).
3. Kewajiban Eqitabel Kewajiban Equitabel adalah hutang yang timbul karena
adanya kebijakan yang diambil oleh perusahaan karenaalasan moral/ etika
dan perlakuannya diterima oleh praktik secara umum ( contohnya : hutang
garansi ). Kewajiban equitabel dapat dianggap sebagai kewajiban oleh
kedua belah pihak yang terlibat meskipun terjadinya tidak melalui proses
hukum. Contohnya adalah hutang garansi yang muncul karena alas an moral
dimana perusahaan diharapkan tidak merugikan konsumen sehingga perlu
memberikan atas setiap produk yang muncul.
4. Unconditional Right of Offset Kewajiban yang berasal dari kontrak berjalan
untuk memperoleh suatu barang dan jasa di masa mendatang dapat
dikatakan sebagai transaksi hutang atau sebaliknya bukan hutang.
Kewajiban tersebut merupakan suatu transaksi keuangan yang berasal dari
transaksi usaha dan menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran
di masa mendatang, apabila suatu barang atau jasa telah diterima.
Umumnya akuntan tidak akan mencatat kontrak tersebut apabila tidak ada
sati pihak pun yang melaksanakan suatu prestasi kerja. Sebelum barang
benar- benar ada dan terikat dengan kontrak, maka terdapat satu hak tak
bersyarat untuk menguasai aktiva. Sebaliknya, jika barang atau jasa tersebut
terikat menurut kontrak, pembeli tidak dapat membatalkan kontrak tanpa
membayar barang atau jasa yang disepakati dalam kontrak, meskipun
barangnya belum diterima. Misalnya hutang yang timbul dalam proyek
konstruksi jangka panjang dan kontrak beli sewa atas aktiva dalam jangka
panjang.
5. Pengakuan Hutang Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat
transaksi yang sebelumnya telah terjadi. Dalam hal kewajiban, kaidah pengakuan berkaitan
dengan saat atau apa yang menandai bahwa kewajiban telah mengikat sehingga suatu
kewajiban dapat diakui. Kam ( 1990 ) mengatakan bahwa hutang dapatdiakui berdasarkan
kondisi berikut ini :
1) Didasarkan pada hukum Adanya dasar hukum yang menyebabkan terjadinya hutang
merupakan syarat legal untuk mengakui hutang, meskipun seringkali dapat terjadi karena
kewajiban eqitabel.
2) Pemakaian prinsip konservatisme Prinsip konservatisme mensyaratkan untuk
mengantisipasi kerugian daripada keuntungan. Jadi rugi / untung akan segera diakui
kemungkinan kalau ada kemungkinan akan terjadi. Pencatatan terhadap rugi/ hutang
semacam ini merupakan praktek yang diterima umum.
3) Substansi ekonomi suatu transaksi Apabila suatu transaksi ditinjau dari makna ekonominya
telah terjadi, maka hutang dapat segera diakui dan silaporkan dalam laporan keuangan.
Substansi ekonomi berkaitan dengan relevansi informasi akuntansi.
4) Kemampuan mengukur nilai hutang Kriteria ini berkaitan dengan reliabilitas informasi.
Apabila pengukuran terhadap hutang sangat subyektif/arbitrer, maka lebih baik tidak
dilakukan pengukuran dan hutang tidak dicatat dalam neraca.

6. Pengukuran Hutang Pengukur yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saat
terjadinya adalah penghargaan sepakatan dalam transaksi- transaksi tersebut dan bukan jumlah
rupiah pengorbanan ekonomik masa datang. Jadi, konsep dasar penghargaan berlaku baik untuk
aset maupun maupun kewajiban. Hal ini berlaku khususnya untuk kewajiban jangka panjang.
Untuk kewajiban jangka pendek, kos pendanaan atau kos penundaan ( bunga sebagai nilai
waktu dan uang ) dianggap tidak material.
7. Penilaian Hutang Penilaian adalah penentuan nilai sekarang kewajiban. Kalau pengukuran
mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada saat terjadinya, penilaian mengacu
pada penentuan nilai keharusan sekarang pada setiap saat antara terjadinya kewajiban sampai
dilunasinya kewajiban. Makin mendekati saat jatuh tempo, nilai kewajiban akan makin
mendekati nilai nominal kewajiban.
8. Pelunasan Hutang Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang sengaja dilakukan oleh kesatuan
usaha untuk memenuhi kewajiban tersebut. Pelunasan biasanya merupakan pemenuhan secara
langsung kepada pihak yang berpiutang. Pelunasan secara langsung disebut juga pelunasan
yuridis, karena kewajiban kepada pihak yang berpiutang secara yuridis hapus melalui transaksi
langsung yang benar-benar terjadi. Pelunasan secara tidak langsung terjadi apabila kesatuan
usaha melakukan tindakan yang mengarah ke pelunasan misalnya dengan pembentukan dana
khusus untuk pelunasan baik dikelola sendiri atau melalui wali amanat. KONSEP EKUITAS
1) Definisi Ekuitas Menurut Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) atau PSAK (2002) pasal 49, ekuitas
adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Berbagai
sumberyang lain mendefinisi ekuitas yang tidak berbeda denagn definisi menurut IAI.
Ekuitas didefinisi sebagai hak residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban.
Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomik masa datang. Karena didefinisi
atas dasar asset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada bagaimana asset dan
kewajiban diukur.
2) Komponen Ekuitas Komponen ekuitas terdiri dari :
a. Modal setoran (contributed capital), terdiri dari modal yuridiksi (legal capital) yg
dihitung berdasar nilai pari (par value) menunjukkan aktiva netto yg tdk dpt
distribusikan. Kelebihan nilai diatas nilai nominal diakui sebagai agio saham (additional
paid in capital)
b. Laba Ditahan (retained earnings) terdiri dari laporan laba rugi, penyesuaian periode
sebelumnya, dan deviden
c. Penyesuaian modal belum terealisasi (unrealized capital adjustment).
3) Tujuan Penyajian Ekuitas Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat
dipengaruhi oleh tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statemen keuangan.
Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyelidiki
akan informasi kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan
(stewardship) manajemen serta menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek
investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya. Informasi tentang kewajiban yuridis
perseroan terhadap para pemegang saham dan pihak lainnya juga merupakan tujuan
penyajian ekuitas pemegang saham ini.
4) Teori Ekuitas Teori ekuitas adalah teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan
dalam akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Teori ini
membahas pihak yang dianggap paling dominan dan menjadi sudut pandang dalam
pelaporan keuangan. Pemakaian sudut pandang yang berbeda dapat menghasilkan format
pelaporan yang berbeda pula.
1. Teori Propietary Pada awalnya teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem
pembukuan berpasangan. Teori ini memusatkan perhatiannya kepada pemilik.
Persamaan akuntansi yang digunakan adalah : Aktiva-hutang = modal Teori
proprietary sangat cocok diterapkan untuk organisasi perusahaan perseorangan dan
firma oleh karena dalam bentuk organisasi ini ada hubungan personal antara
manajemen dengan pemilik.
2. Teori Entitas ( Kesatuan Usaha ) Teori entitas muncul untuk mengatasi kelemahan
yang melekat pada teori proprietary. Terdapat pemisahaan antara kepentingan
pribadi pemilik dengan kepentingan perusahaan. Dengan demikian, transaksi /
kejadian yang dicatat dan dipertanggungjawabkan adalah transaksi yang melibatkan
perusahaan. Perusahaan dianggap bertindak atas nama dan kepentingannya sendiri
terpisah dari pemilik. Persamaan akuntansinya : Aktiva = Hutang + Modal atau
Aktiva = Modal (Hutang + Modal Pemilik) Teori entitas cocok diterapkan untuk
organisasi yang berbentuk perseroan terbatas, tetapi juga relevan untuk perusahaan
lain yang memiliki eksistensi yang terpisah dari individu pemilik. Ada dua versi teori
entittas, yaitu: a. Versi Tradisional Menurut pandangan tradisional, perusahaan
beroperasi untuk pemegang ekuitas yaitu pihak yang memberi dana bagi
perusahaan. Dengan demikian, perusahaan harus melaporkan status investasi dan
konsekuensi investasi yang dilakukan pemilik. Melihat pemegang ekuitas sebagai
partner dalam kegiatan usaha yand dijalankan. b. Versi Baru Pandangan ini
menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas namanya sendiri dan
berkepentingan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri. Melihat pemegang
ekuitas sebagai pihak di luar perusahaan.
3. Teori Ekuitas Residual William Paton ( 1962 ) menyatakan bahwa ekuitas residual
merupakan salah satu jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas. Pemegang saham
memiliki ekuitas di perusahaan seperti pemegang ekuitas lainnya, tetapi pemegang
saham tidak dianggap sebagai pemilik. Jadi teori ekuitas residual merupakan
pandangan antara teori proprietary dan teori entitas. Dalam pandangan ini
persamaan akuntansinya menjadi : Aktiva Ekuitas khusus = Ekuitas Residual Tujuan
pendekatan teori ekuitas residual adalah memberikan informasi yang lebih baik
kepada pemegang saham biasa dalam rangka pengambilan keputusan investasi.
4. Teori Enterprise Teori enterprise suatu perusahaan merupakan konsep yang lebih
luas dibandingkan teori entitas, tetapi kurang terdefinisikan dengan baik dalam
skope maupun aplikasinya. Dalam teori ini, perusahaan dipandang sebagai unit
ekonomi terpisah yang dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi
pemegang saham, sedangkan dalam teori entreprise, perusahaan dipandang
sebagai lembaga sosial yang dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi
banyak pihak yang berkepentingan. Konsep ini cocok diterapkan skala besar dan
modern dan memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan pengaruh dari
tindakannya kepada beberapa kelompok dan masyarakat secara keseluruhan.
Konsep income yang paling relevan dengan teori enterprise adalah laporan
keuangan nilai tambah yaitu laporan keuangan yang menunjukkan kontribusi pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan didalam menghasilkan nilai
tambah perusahaan.
5. Teori Dana Teori dana mengabaikan asumsi hubungan personal dalam teori
proprietary dan asumsi personifikasi perusahaan sebagai unit ekonomi legal secara
artifisal dalam teori entitas. Teori dana berdasarkan pada persamaan akuntansi
sebagai berikut : Aktiva = Restriksi Aktiva Konsep teori dana banyak digunakan di
sektor pemerintahan dan lembaga nir-laba. Di dalam pemerintahan dana yang
umumnya digunakan meliputi dana umum , dana pendapatan khusus, dana proyek,
dan dana pelunasan hutang jangka panjang.
5) Pembedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan Pembedaan antara dua bagian elemen
ekuitas pemegang sangat penting. Dari segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan
indikator daya melaba (earning power) sehingga laba ditahan harus selalu dipisahkan
dengan modal setoran meskipun jumlahnya akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas
pemegang saham. Pembedaan ini juga penting secara yuridis karena modal setoran
merupakan dana dasar (basic fund) yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan
perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat ditarik kembali dalam likuidasi atau
dalam keadaan luar biasa lainnya. Sementara itu, laba ditahan adalah jumlah rupiah yang
secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen. Segala perubahan aset akibat
penggunaan aset untuk tujuan produktif (for productive effect) harus dibedakan dengan
perubahan aset dalam rangka pemerolehan dana (for financial effect.).
6) Modal Yuridis Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa
harus ada sejumlah rupiah yang dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak
lain. Bentuk ketentuan hukum ini adalah bahwa saham harus mempunyai nilali nominal atau
nilai minimum yang dinyatakan untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis merupakan
jumlah rupiah minimal yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal
yuridis (legal capital). Tujuan penyajian modal yuridis ini adalah untuk memberi informasi
kepada para pemegang ekuitas lainnya tentang batas perlindungan investasinya.
7) Besarnya Modal Yuridis Dalam hal saham bernilai nominal (par stock), modal yuridis dapat
sama dengan jumlah yang dikenal dengan nama modal saham (capital stock). Modal saham
menunjuk jumlah rupiah perkalian antara cacah saham beredar dengan nilai nimonal per
saham. Jumlah ini merupakan jumlah rupiah yang secara yuridis menjadi hak pemegang
saham walaupun dalam transaksi pembelian saham jumlah rupiah yang disetor/dibayarkan
melebihi modal yuridis tersebut. Modal saham ini juga merupakan batas tanggung jawab
pemegang saham dan batas kerugian pribadi yang harus ditanggung pemegang saham.
8) Perubahan Modal setoran Tansaksi, kejadian, atau keadaan dapat menyebabkan perubahan
dalam modal setoran, modal setoran lain, dan laba ditahan baik secara individual maupun
bersamaan. Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk
membedakan secara tegas antara perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan akibat
transaksi operasi. Dalam hal kenaikan modal setoran, pembedaan ini bermanfaat untuk
mencegah memperlakukan kenaikan akibat transaksi modal sebagai laba sehingga timbul
kesan adanya jumlah yang tersedia untuk pembagian dividen. Berbagai sumber yang dapat
mengubah modal setoran dengan berbagai masalah teoretisnya adalah:
a. Pemesanan saham (stock subscriptions)
b. Obligasi terkonversi atau berhak-tukar (convertible bonds)
c. Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar (convertible stock)
d. Dividen saham (stock dividends)
e. Hak beli saham, opsi, dan waran (stock rights, options, and warrant)
f. Saham treasuri (treasury stocks)

Anda mungkin juga menyukai