Anda di halaman 1dari 9

PROSEDUR KERJA

PERLINDUNGAN SUMBER DAYA HUTAN



1.0. TUJUAN
Prosedur Perlindungan Hutan ini disusun sebagai :
1.1. Pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan perlindungan hutan yang
dimulai dari perencanaan, pelaksaan, evaluasi dan laporan hasil kegiatan.
1.2. Menciptakan mekanisme perlindungan hutan dengan lebih efektif dan efisien.

2.0. RUANG LINGKUP
Prosedur kerja keamanan hutan ini berlaku diseluruh wilayah kerja perum perhutani
area penerapan wilayah unit II Jatim, yang meliputi perlindungan hutan dengan segala
ekosistem pendukungnya, kawasan hutan, hasil hutan, batas hutan, bencana alam,
kebakaran hutan, penggembalakan ternak, pembribikan hutan, pencurian dan tindak
pidana hutan lainnya termasuk flora fauna langka yang dilindungi.

3.0 DEFINISI (PENGERTIAN)
3.1. Perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan :
a. Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan
yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam,
hama dan penyakit.
b. Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan
atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang
berhubungan dengan pengelolaan hutan. (pasal 47 UU No.41 / 1999).
3.2. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang disominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. (pasal 1 Ayat 2
UU No. 41/1999).
3.3. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan. ( pasal 1 ayat 3
UU No. 41/1999).
3.4. Hasil hutan adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya serta jasa yang
berasal dari hutan. (Pasal 1 ayat 13 UU No. 41 / 1999)
3.5. Pengamanan Hutan dan Hasil Hutan yang dilaksanakan secara teknis dan Taktis
polisional baik didalam maupun diluar kawasan hutan.
3.6. Pencurian Pohon adalah kegiatan menebang, memanen atau memungut pohon
didalam kawasan hutan tanpa memiliki hak atau ijin dari pejabat yang berwenang
yang bertujuan untuk dimiliki atau dikuasai sendiri.
3.7. Bibrikan adalah tindakan-tindakan mengerjakan atau menggunakan / menduduki
kawasan hutan secara tidak sah.
3.8. Penggembalaan hutan secara liar adalah melepaskan hewan ternak baik sengaja
maupun tidak sengaja ke dalam kawasan hutan yang tidak ditunjuk sebagai
kawasan penggembalaan.
3.9. Kayu sitaan adalah hasil hutan kayu yang disita berdasarkan hukum pidana
sebagai barang bukti perkara tindak pidana hutan.
3.10. Kayu rampasan adalah hasil hutan kayu yang dirampas untuk negara berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

3.11. Kayu temuan adalah hasil hutan kayu yang ditemukan didalam kawasan hutan
yang pemiliknya tidak diketahui identitasnya, baik nama dan alamatnya.
3.12. KMPBP adalah Kayu Milik Perhutani Bukan berasal dari Produksi termasuk
didalamnya kayu pendem atau tunggak pohon serta bagian pohon yang masih
bisa dimanfaatkan sebagai kayu perkakas atau kayu bakar yang berasal dari
kawasan hutan yang dikelolan perum perhutani.
3.13. Kayu sisa pencurian adalah kayu yang didapat atau diperoleh ditempat kejadian
perkara (TKP) dan tidak diketahui atau belum dapat tertangkap pelakunya yang
tidak merupakan barang bukti.
3.14. Bencana alam adalah kerusakan hutan yang ditimbulkan oleh daya alam antara
lain :
3.14.1. Tanah longsor, pohon roboh atau tumbang, pohon mati kena petir atau
mati karena sebab-sebab lain.
3.14.2. Bencana alam diluar kawasan hutan yang menimpa bangunan milik
perhutani antara lain jalan, jembatan, bangunan gedung serta isinya yang
menimbulkan kerugian besar bagi perum perhutani.
3.15. Kebakaran hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga
mengakibatkan kerusakan hutan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian
secara ekonomi, sosial dan lingkungan.
3.16. Patroli adalah kegiatan pengamanan hutan dan hasil hutan yang dilaksanakan oleh
petugas perhutani sendiri maupun gabungan bersama-sama instansi lain dengan
cara mengadakan penjelajahan pada daerah-daerah tertentu baik didalam maupun
diluar kawasan hutan.
3.17. Poskodal (Pos Komando Pengendali) adalah suatu pos pengendalian pengamanan
hutan tingkat KPH yang dipimpin oleh Administratur/KKPH, sedang wakilnya
dijabat Waka Adm/KSKPH sebagai Korkam.
3.18. Poskolak (Pos Komando Pelaksana) adalah suatu pos pengendalian keamanan
hutan tingkat BKPH yang dipimpin ASPER/KBKPH pada wilayah kerjanya.
3.19. Korwas (koordinator Pengawas) adalah seseorang yang ditunjuk untuk
melakukan pengawasan terhadap operasional PTM.
3.20. PTM (Patroli Tunggal Mandiri ) adalah suatu kegiatan pengamanan hutan pada
suatu daerah sangat rawan / rawan tertentu dilaksanakan sendiri oleh perhutani
bersifat kontinyu (terus menerus) , mobile / dinamis (bergerak sesuai kerawanan)
dan mandiri tanpa menunggu perintah.
3.21 Pabin Polhut adalah petugas polri yang berfungsi sebagai pembina polus,
penghubung perhutani dan polri khusus dibidang kehutanan.
3.22 Hama dan penyakit adalah hewan dan tumbuhan yang menyerang tanaman jati
yang masih berumur mudah.
3.23 Wilayah hukum adalah wilayah kerja sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Wilayah hukum yang dimaksud adalah didalam kawasan
hutan serta diluar kawasan hutan yang dapat meliputi wilayah administrasi
pemerintah yang setara dengan wilayah hukum peneggak hukum lainnya seperti
halnya POLRI, kejaksaan dan pemerintah.

4.0. REFERENSI.

4.1. UU. NO. 8 Tahun 1981 Kitab undang-undang Hukum acara pidana
4.2. UU. NO 41 tahun 1999 tanggal 30 september 1999 tentang kehutanan
4.3. UU. NO. 2 Tahun 2002 Kepolisian Republik Indonesia

4.4. Peraturan pemerintah NO. 30 tahun 2003 tentang perusahaan umum kehutanan
negara (perum perhutani).
4.5. Peraturan pemerintah NO. 34 tahun 2002 tentang tata hutan dan penyusunan
rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan.
4.6. Peraturan pemerintah NO. 45 tahun 2005 tentang pemberantasan penebangan kayu
secara illeggal dikawasan hutan dan peredarannya diseluruh wilayah Republik
Indobesia.
4.7. Intruksi Presiden Republik indonesia NO. 4 tahun 2005 tentang pemberantasan
penebanagan kayu secara illeggal dikawasan hutan dan peredarannya diseluruh
wilayah Republik Indonesia
4.8. Keputusan Mentri kehutanan NO. 195/KPTS/II/1986 Tanggal 16 Juli 1986
4.9. SK Menhut. 127/Kpts-II/2003 tentang penatausahaan hasil hutan yang berasal dari
dari wilayah kerja perhutani untuk provinsi diwilayah jawa.
4.10. Peraturan Mentri kehutanan NO. P.02 tentang petunjuk pelaksanaan pelelangan
terhadap hasil hutan Temuan, sitaan dan rampasan.
4.11. SK Direksi Perum Perhutani NO. 190 tahun 2004 tetang petunjuk kerja
penanganan dan penatausahaan hasil hutan kayu sisa pencurian, kayu temuan dan
kayu bukti di perum perhutani.
4.12. Surat keputusan Direksi Perum Perhutani NO. 190 tahun 2004 tentang petunjuk
kerja penanganan dan penata usaha hasil hutan kayu sisa pencurian, kayu temuan
dan kayu bukti di perum perhutani.
4.13. Surat keputusan Direksi perum perhutani NO 789/Kpts/Dir/1999 Tentang tari
untuk menentukan kerugian akibat dari kejahatan dan atau pelanggaran terhadap
hutan dan hasil hutan.
4.14. SKB POLRI dan Direksi perum perhitani No. Pol : Skep/04/VI/1999 dan
No.407/Kpts/Dir/1999 tanggal 12 Juni 1999 tentang petunjuk lapangan Kerjasama
Polri dengan perum perhutani dalam rangka penanganan Hutan
4.15. SKB Kapolri dengan Direksi perum perhutani No Pol : B 2956/XI/2005 dan
793/Kpts /Dir/2005 Tentang pengamanan hutan diwilayah kerja perum perhutani.
4.16. Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani No. 1820/KPTS/Dir/1998 Tanggal 26
Oktober 1998 Tentang Pedoman Penyusutan dan Jadwal Retensi Arsip di
lingkungan Perum Perhutani.
4.17. Pedoman Pengamanan hutan dengan sistem patroli tunggal mandiri (PTM) PHT.
25 Seri Umum 75/98 PT. Perhutani, Jakarta 1998.
4.18. Pedoman Pengisian Buku Saku Model DK 448 PHT. 23-Seri Umum_74, tanggal
17 oktober 1996.
4.19. Elemen 4.1. ISO 9001 : 2000 tentang persyaratan umum.

4.20. Elemen 4.2.4. ISO 9001 : 2000 tentang Pengendalian Arsip/Catatan Umum.
4.21. Elemen 6.2. ISO 9001 : 2000 tentang Sumber Daya Manusia.
4.22. Elemen 6.3. ISO 9001 : 2000 tentang Infranstruktur.
4.23. Elemen 7.4.1. ISO 9001 : 2000 tentang Proses Pembelian.
4.24. Elemen 7.5.3. ISO 9001 : 2000 tentang Identifikasi dan Kelelusuran.
4.25. Elemen 7.6. ISO 9001 : 2000 tentang Pengendalian Alat Ukur dan Kendali.
4.26. Elemen 8.4. ISO 9001 : 2000 tentang Analisa Data.
4.27. Elemen 8.5. ISO 9001 : 2000 tentang Peningkatan.



5.0. PENANGGUNG JAWAB
5.1. KEPALA BIRO PERLINDUNGAN SUMBER DAYA HUTAN UNIT II
5.1.1. Membantu pimpinan dalam melaksanakan kegiatan kordinasi kegiatan
bidang perlindungan sumber daya hutan.
5.1.2. Melakukan koordinasi di tingkat provinsi dengan instansi penegak
hukum serta instansi terkait lainnya yang berhubungan dengan
kegiatan perlindungan sumber daya hutan dan kehumasan.
5.1.3. Melakukan monitoring, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan
kegiatan bidang perlindungan sumberdaya hutan.
5.1.4. Bertanggung jawab kepada Pimpinan Unit.


5.2. KEPALA SEKSI PERLINDUNGAN SUMBERDAYA HUTAN UNIT II
5.2.1. Melakukan koordinasi program perlindungan sumberdaya hutan,
pengamanan kawasan hutan serta hasil hutan.
5.2.2. Melaksanakan monitoring, evaluasi, pengawasan dan pengendalian
terhadap kegiatan perlindungan sumberdaya hutan.
5.2.3. Melakukan koordinasi dengan instansi penegak hukum serta instansi
terkait lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perundang-
undangan dan perlindungan sumberdaya hutan.
5.2.4. Bertanggung jawab kepada kepala Biro Perlindungan Sumberdaya
Hutan.


5.3. ADMINISTRATUR (PENANGGUNG JAWAB AREA)
5.3.1. Mewakili wakil manajemen dalam pengendalian Perlindungan Hutan
di wilayah Perum Perhutani.
5.3.2. Menyetujui Prosedur Kerja.
5.3.3. Menyetujui Usulan Revisi dokumen.
5.3.4. Menanda Tangani Surat Permintaan Bantuan Operasi kepada aparat
Kepolisian.
5.3.5. Menyetujui biaya Perlindungan Hutan.
5.3.6. Menanda tangani semua laporan ke Unit II bidang Keamanan.

5.4. WAKA ADMINISTRATUR / KSKPH KOORDINATOR LAPANGAN
5.4.1. Mengkoordinir tugas-tugas dibidang perlindungan hutan.
5.4.2. Mengetahui laporan huruf A
5.4.3. Mengevaluasi gangguan keamanan hutan.
5.4.4. Mengadakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
perlindungan hutan di daerah.
5.4.5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan perlindungan
hutan yang diberikan oleh pimpinan.

5.5. ASPER / KBKPH
5.5.1. Menyiapkan prosedur kerja.
5.5.2. Menyetujui standar operasional prosedur
5.5.3. Mengkoordinir kegiatan perlindungan hutan di wilayahnya.
5.5.4. Mendatangani laporan huruf A. DK. 446.
5.5.5. Mendatangani administrasi keuangan di bidang perlindungan hutan
5.5.6. Mengadakan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan perlindungan
hutan
5.5.7. Melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan perlindungan
hutan yang diberikan oleh pimpinan.

5.6. KRPH (KEPALA RESORT PEMANGKUAN HUTAN)
5.6.1. Memimpin dan mengawasi para petugas patroli perlindungan hutan.
5.6.2. Mengisi buku sesuai hasil patroli pada DK. 448.
5.6.3. Membuat dan mendatangani laporan huruf A (pencurian pohon,
bencana alam, kebakaran, penggembalaan, bibrikan )
5.6.4. Membuat laporan bulanan dan triwulan bidang perlindungan hutan.
5.6.5. Membuat dan mendatangani administrasi keuangan bidang
perlindungan hutan.
5.6.6. Membuat dan mendatangani laporan tentang tindak pidana yang
menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.
5.6.7. Wajib melaporkan kepada kepolisian seluruh kejadian tindak pidana
hutan dan hasil hutan.
5.6.8. Melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan perlindungan
hutan yang diberikan oleh pimpinan.

5.7. POLISI KHUSUS KEHUTANAN (POLMOB, POLTER, POL KRING).
5.7.1. Melaksanakan patroli / perondaan dalam kawasan hutan ataudiluar
kawasan hutan dalam wilayah hukumnya.
5.7.2. Menerima laporan tentang telah terjadinnya tindak pidana hutan dan
hasil hutan.
5.7.3. Mencari keterangan dan barang bukti telah terjadinya tindak pidana
yang menyangkut hutan dan hasil hutan.
5.7.4. Dalam hal tertangkap tangan, wajib menyerahkan tersangka berserta
barang bukti, alat atau bukti lainnya kepada yang berwenang, yaitu
penyidik (pabin, maupun kapolsek).
5.7.5. Memeriksa surat-surat atau dokumen yang berkaitan dengan
pengangkutan hasil hutan didalam kawasan hutan atau wilayah
hukumnya.
5.7.6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan perlindungan
hutan yang diberikan oleh pimpinan.

6.0. PROSEDUR KERJA
6.1. Prosedur Umum
Dalam melaksanakan kegiatan perlindungan hutan yang dilakukan adalah :
6.1.1.1. Melakukan identifikasi dan inventarisasi petak rawan gangguan kamhut.
Kerawanan hutan dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :
a. Petak sangat rawan, dengan ciri-ciri :
Frekuensi gangguan dan kerugian yang dideri tinggi.
Gangguan dilakukan secara berkelompok dalam jumlah
besar dan cenderung melawan petugas.
b. Petak rawan dengan ciri-ciri :
Frekuensi gangguan tidak terlalu tinggi akan tetapi kerugian
akan cukup tinggi.
Pencurian dilakukan secara berkelompok.
c. Petak tidak rawan dengan ciri-ciri :
Frekuensi gangguan rendah dan kerugian yang diderita renda
pula.
6.1.1.2. Petak-petak rawan / sangat rawan yang penyebarannya mengelompok
pada lokasi yang setrategis didirikan pos PTM.
6.1.1.3. Sedangkan petak rawan/sangat rawan yang lokasinya menyendiri
dibentuk pos bayangan, baik dengan mendirikan pos atau tidak.
6.1.1.4. Pada Pos PTM dilakukan kegiatan patroli kepetak-petak rawan dan
penjagaan pos PTM 24 jam.
6.1.1.5. Pada pos bayangan, kegiatan patroli hanya dilakukan seputar petak dan
penjagaan petak tersebut dilakukan 24 jam.

6.1.2. Represif

6.1.2.1. Pos PTM maupun pos bayangan jika dalam pelaksanaan tugasnya tidak
mampu mengatasi gangguan yang ada, PTM maupun pos bayangan yang
ada meminta bantuan baik dengan kurir atau alkom yang ada ke pos
kolak (tingkat BKPH). dan jika pos kolak tidak mampu juga pos kolak
meminta bantuan pos kodal yang berada di KPH.
6.1.2.2. Pos kodal dengan kekuatan Polhutmob dan seluruh karyawan serta
gabungan Polhuter se KPH merupakan kekuatan pemukul terakhir secara
mandiri di tingkat KPH.
6.1.2.3. Jika pos kodal tidak mampu segera melaporkan ke tingkat unit cq. biro
perlindungan SDH dalam waktu 1x24 jam.
6.1.2.4. Unit berdasarkan evaluasi menindaklanjuti baik dengan kekuatan
mandiri atau dengan melakukan koordinasi dengan pihak terkait
(POLRI)

6.2. Prosedur Khusus
6.3.1. Penanggulangan pencurian pohon/kayu.
Pencurian pohon/kayu merupakan gangguan keamanan hutan yang
kerugiaannya paling tinggi dibandingkan dengan kerugian-kerugian yang
disebabkan oleh gangguan keamanan hutan lainnya.
Upaya-upaya penanggulangan pencurian pohon/kayu dapat dilakukan
sebagai berikut :
6.3.1.1. Rencanan patroli/perondaan hutan.
Patroli perondaan hutan dilakukan oleh petugas perhutani baik
polhutmob, polhuter, polkring maupun petugas lain yang ditunjuk untuk
melaksanakan patroli.
Sebelum melaksanakan kegiatan patroli /perondaan hutan harus
menyusun rencana yang meliputi :
a. Menentukan sasaran yang akan dipatroli, berdasarkan tingkat
kerawanan
b. Menyusun kekuatan personil yang akan dilaksanakan patroli /
perondaan hutan.
c. menyiapkan semua peralatan dan akomodasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan patroli.
d. Menetapkan jadwal waktu berdasarkan jam-jam rawan pencurian
pohon/kayu.
e. biaya operasional yang diperlukan selama melaksanakan patroli.
6.2.1.1.1. Penentuan sasaran yang akan dituju.
Sasaran patroli ditentukan berdasarkan :
a. Informasi masyarakat
b. Informasi dari spion
c. kerawanan berdasarkan perkirakan keadaan.
d. posko pengaduan.
6.2.1.1.2. Penyusun kekuatan personil
Personil patroli / perondaan hutan terdiri dari petugas
perhutani dan atau dengan instansi lain (kepolisian dan
aparat setempat ) adalah :
a. Patroli Rutin :
a.1. Polhuter
a.2. Rekruasi PTM
a.3. Mandor lain yang bisa dimanfaatkan.
b. Patroli gabungan :
b.1. Petugas perhutani.
b.1.1. Polhuter
b.1.2. Polhut mobil.
b.2. Petugas instansi lain :
b.2.1. Polsek
b.2.2. polres/Polwil
b.2.3. Aparat setempat / tokoh masyarakat.
c. Patroli jarak jauh dilakukan oleh petugas unit (cq. Biro
Perlindungan SDH) dan atau bersama dari POLRI.
6.2.1.1.3. Peralatan patroli.
Peralatan patroli/perondaan hutan yang biasa digunakan
antara lain :
a. Surat perintah (Untuk Polhut Mobil )
b. Peta skala 1 : 10.000
c. Buku saku atau buku biasa
d. Tir/tinta bak/spidol.
e. Alat tulis
f. pisau.
g. Alat ukur/meteran
h. Borgol
i. Senter
j. Tempat air minum
k. Alat komunikasi
l. Jas hujan
m. Senjata api dan Amunisi
n. Obat PPPK
6.2.1.1.3. Menetapkan waktu patroli
Penetapan waktu patroli berdasarkan pada tingkat
kerawanan, situasi daerah setempat, jam-jam rawan
pencurian dan jam-jam membawa atau mengangkut kayu
yang lewat, sedangkan untuk patroli jarak jauh dilaksanakan
sewaktu-waktu berdasarkan informasi yang masuk ke unit
(cq. Biro Perlindungan SDH).


6.2.1.1.4. Biaya Operasional Patroli.
Biaya Operasional Patroli/perondaan hutan gabungan
seluruhnya dibebankan pada perum perhutani.
a. Biaya Operasional Personil.
Sebelum melaksanakan patroli gabungan Asper
mengajukan usul biaya patroli kepada Administratur
yang meliputi :
a.1. Sasaran Patroli
a.2. Waktu lamanya patroli.
a.3. Jumlah personil perhutani
a.4. Jumlah personil instansi terkait.
a.5. Biaya personil.
a.5.1. Uang makan
a.5.2. Uang saku pihak III
a.5.3. Uang transport.
a.5.4. Premi spion untuk kayu bukti temuan dan
tangkapan.
b. Biaya operasional pengamanan barang bukti.
Biaya operasional pengamanan barang bukti sesuai tarif
yang berlaku, apabila mendapatkan barang bukti
volumenya dikalikan tarip upah yang berlaku tidak
mencukupi untuk mengupah pekerja maupun ongkos
angkut, perlu usul kepada Administratur / KKPH.
6.2.1.2. Pelaksanaan patroli.
6.2.1.2.1. Patroli/perondaan yang biasa dilaksanakan adalah secara
mandiri dan gabungan antara perhutani dan atau dengan
instansi lain yang meliputi kepolisian dan aparat setempat.
6.2.1.2.2. Patroli dimulai dari pos, pemberangkatan ke jalan umum,
batas hutan, dan dalam kawasan hutan sampai dilokasi yang
telah dituju sesuai rencana yang telah dibuat.
6.2.1.2.3. patroli dilapangan diatur dan dipimpin oleh salah satu personil
yang telah ditunjuk.
6.2.1.3. Menemukan tunggak dan sisa pencurian.
6.2.1.3.1. Petugas patroli yang melaksanakan patroli dalam kawasan
hutan, apabila menemukan tunggak bekas pencurian yang
kayunya masih ada sisanya diambil tindakan sbb :
6.2.1.3.1. Memberi nomer urut tiap RPH dan nomer urut
tunggak petak
6.2.1.3.2. Mengukur tinggi dan keliling tunggak serta
menulis pada penampang atas dan bagian samping
tunggak.
6.2.1.3.3. Menulis tanggal tunggak ditemukan.
6.2.1.3.4. Memberi paraf petugas yang meleter.
6.2.1.3.5. Memperkirakan kayu yang hilang.
6.2.1.3.6. Memberi tanda pemotongan dan memotong kayu
sisa yang biasa dipungut.
6.2.1.3.7. Melangsir/memikul kayu sisa pencurian ke TP
sementara dan dibawa kehalaman Rumah Dinas
KRPH atau langsung ke TPK dengan blanko DK
304 kayu A III dan 304 b untuk kayu A II dan A I.
6.2.1.4. Membuat Huruf A.

Anda mungkin juga menyukai