PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
1 Summary: Pencemaran Laut Pencemaran Laut oleh Bahan Organik, Logam Berat & Minyak Pencemaran laut adalah masuknya zat atau energi, secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia ke dalam lingkungan laut termasuk daerah pesisir dan pantai, sehingga dapat menimbulkan akibat yang merugikan baik terhadap sumber daya alam hayati, kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut, termasuk perikanan dan penggunaan lain- lain yang dapat menyebabkan penurunan tingkat kualitas air serta menurunkan kualitas tempat tinggal dan rekreasi. Ditinjau dari daya urainya, maka bahan pencemar pada perairan laut dapat dibagi atas dua jenis yaitu: 1) Senyawa-senyawa konservatif, yang merupakan senyawa-senyawa yang dapat bertahan lama di dalam suatu badan perairan sebelum akhirnya mengendap ataupun terabsorbsi oleh adanya berbagai reaksi fisik dan kimia perairan, misalnya logam-logam berat, pestisida, atau deterjen; dan 2) senyawa-senyawa non konservatif, yang merupakan senyawa- senyawa mudah terurai dan berubah bentuk di dalam suatu badan perairan, misalnya senyawa-senyawa organik seperti karbohidrat lemak, dan protein yang mudah terlarut menjadi zat-zat anorganik oleh mikroba. Beberapa parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas air diantaranya adalah : - DO (Dissolved Oxygen) - BOD (Biochemical Oxygen Demand) - COD (Chemical Oxygen Demand), dan
- Jumlah total Zat terlarut Senyawa organik adalah senyawa yang banyak mengandung unsur karbon dan unsur lainnya seperti hidrogen, oksigen, nitrogen, belerang, dan fosfor dalam jumlah sedikit. Di antara beberapa golongan senyawaan organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawaan yang mengandung paling tidak satu cincin benzena; senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang gugus berulang. Terdiri dari :
2 1) Organic compound : chemical having todo with componds, containing carbon 2) Organic matter : material producted by plant or animal activities Bahan organik di dalam air dapat bersifat : 1) Sukar atau tidak bisa diuraikan secara alami (Undegradable Organic Compounds or Organic Matter), e.g. Chitin, Lignin, Chlorinated hydrocarbon, etc. 2) Mudah atau dapat diurai (Degradable organic compounds or Organic Matter), e.g. karbohydrat, selulosa, glucose, protein, lemak, etc. Tipe penguraian bahan organik, adalah : 1) Oleh kondisi alami : fotodegradasi, hidrolisis, disebut AGING atau peluruhan 2) Oleh biota : biodegradasi, baik dalam kondisi aerob maupun anaerob oleh biota mikro maupun macro. Dampak Lingkungan : Dampak positif : apabila kandungan oksigen terlarut dalam perairan masih dapat mendukung hidup dan kehidupan sumberdaya organisme perairan (khususnya sumberdaya hewani), maka kontaminan bahan/senyawa organik akan menyuburkan perairan (euthroph) Dampak negatif : 1) Apabila perairan kelewat subur (euthrophication) dapat terjadi peledakan populasi atau komunitas fitoplankton. Akibatnya pada saat terjadi proses fotosintesa, oksigen yang terlarut dalam air menjadi lebih rendah (oksigen deflextion); biota dapat mati (anoxia). 2) Apabila kandungan senyawa organik sangat tinggi, sehingga dari proses biodegradasinya menyebabkan kondisi anaerob, maka keseimbangan ekologis sumberdaya ikan terganggu, karena perairan tercemari bahan organic. 3) Perairan sangat keruh. 4) Berbau menyengat. 5) Bersifat asam (pH sangat rendah < 7)Beracun. Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977). Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga
3 bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel- sel membran yang menghambat proses transpormasi melalui dinding sel. Logam berat juga mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya (Manahan, 1977). Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam dua jenis. 1) Logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. 2) Logam berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Logam berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Lebih jauh lagi, logam berat ini akan bertindak sebagai penyebab alergi, mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya adalah melalui kulit, pernapasan dan pencernaan. Beberapa logam berat yang berbahaya adalah : 1) Mercury Methyl mercury masuk ke dalam tubuh organisme laut baik secara langsung dari air maupun mengikuti rantai makanan. Kemudian mencapai konsentrasi yang tinggi pada daging kerang-kerangan, crustacea dan ikan yang merupakan konsumsi sehari-hari bagi masyarakat Minamata. Konsentrasi atau kandungan mercury dalam rambut beberapa pasien di rumah sakit Minamata mencapai lebih 500 ppm. Masyarakat Minamata yang mengonsumsi makanan laut yang tercemar tersebut dalam jumlah banyak telah terserang penyakit syaraf, lumpuh, kehilangan indera perasa dan bahkan banyak yang meninggal dunia. 2) Kadmium Kadmium (Cd) menjadi populer sebagai logam berat yang berbahaya setelah timbulnya pencemaran sungai di wilayah Kumamoto Jepang yang menyebabkan keracunan pada manusia. Pencemaran kadmium pada air minum di Jepang menyebabkan penyakit itai-itai. Gejalanya ditandai dengan ketidak-normalan tulang dan beberapa organ tubuh menjadi mati. Keracunan kronis yang disebabkan oleh Cd adalah kerusakan sistem fisiologis tubuh seperti pada pernapasan, sirkulasi darah, penciuman, serta merusak kelenjar reproduksi, ginjal, jantung dan
4 kerapuhan tulang. Kadmium telah digunakan secara meluas pada berbagai industri antara lain pelapisan logam, peleburan logam, pewarnaan, baterai, minyak pelumas, bahan bakar 3) Timbal Timbal (Pb) juga salah satu logam berat yang mempunyai daya toksitas yang tinggi terhadap manusia karena dapat merusak perkembangan otak pada anak-anak, menyebabkan penyumbatan sel-sel darah merah, anemia dan mempengaruhi anggota tubuh lainnya. Pb dapat diakumulasi langsung dari air dan dari sedimen oleh organisme laut. Dewasa ini pelepasan Pb ke atmosfir meningkat tajam akibat pembakaran minyak an gas bumi yang turut menyumbang pembuangan Pb ke atmosfir. Selanjutnya Pb tersebut jatuh ke laut mengikuti air hujan. Dengan kejadian tersebut maka banyak negara di dunia mengurangi tetraeil Pb pada minyak bumi dan gas alam untuk mengurangi pencemaran Pb di atmosfir. Penanggulangan Pencemaran Logam Berat 1) Kimiawi: penambahan senyawa kimia tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion (exchange resins), penyerapan menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. 2) Biologi: Penanganan logam berat dengan mikroorganisme atau mikrobia (dalam istilah Biologi dikenal dengan bioakumulasi,bioremediasi, atau bioremoval). Minyak adalah istilah umum yang digunakan untuk menyatakan produk petroleum yang penyusun utamanya terdiri dari hidrokarbon. Minyak mentah dibuat dari hidrokarbon berspektrum lebar yang berkisar dari sangat mudah menguap, material ringan seperti propana dan benzena sampai pada komposisi berat seperti bitumen, aspalten, resin dan wax. Minyak bumi merupakan campuran berbagai macam zat organik, tetapi komponen pokoknya adalah hidrokarbon. Struktur kimia petroleum terdiri atas rantai hidrokarbon dalam ukuran panjang yang berbeda. Perbedaan kimia hidrokarbon ini dipisahkan oleh distilasi pada penyulingan minyak untuk menghasilkan gasoline, bahan bakat jet, kerosin, dan hidrokarbon lainnya. Formula umum untuk hidrokarbon ini adalah CnH2n+2. Contohnya 2,2,4- Trimethylpentane, banyak digunakan pada gasoline, memiliki formula kimia C8H18 yang bereaksi dengan oksigen. C8H18(aq) + 12.5O2(g) 8CO2(g) + 9H2O(g) + panas
5 Pembakaran tidak sempurna pada petroleum atau gasoline menghasilkan emisi gas beracun seperti karbon monooksida dan/atau nitrit oksida. Contohnya: C8H18(aq) + 12.5O2(g) + N2(g) 6CO2(g) + 2CO(g) + 2NO(g) + 9H2O(g) + panas Formasi petroleum kebanyakan terjadi dalam bermacam reaksi endotermik pada tekanan dan/atau suhu tinggi. Contohnya, kerosin dapat pecah menjadi hidrokarbon dalam panjang yang berbeda. CH1.45(s) + heat .663CH1.6(aq) + .076CH2(aq) + .04CH2.6(g) + .006CH4(g) + .012CH2.6(s) + .018CH4.0(s) + .185CH.25(s)
Pada dasarnya terdapat tiga jenis hidrokarbon: 1) Hidrokarbon aromatik, mempunyai satu cincin aromatic 2) Hidrokarbon jenuh, ( alkana), ttidak memiliki ikatan rangkap atau aromatic. 3) Hidrokarbon tak jenuh, memiliki satu atau lebih ikatan rangkap antara atom-atom karbon, sehingga dapat dibagi menjadi: - Alkena - Alkuna Jumlah atom hidrogen dapat ditentukan dari jeni hidrokarbonnya. 1) Alkana: CnH2n+2 2) Alkena: CnH2n 3) Alkuna: CnH2n-2 4) Hidrokarbon siklis: CnH2n Sumber pencemaran minyak di laut Limbah minyak yang berasal dari minyak mentah (crude oil) terdiri dari ribuan konstituen pembentuk yang secara struktur kimia dapat dibagi menjadi lima family : 1) Porphyrine. Senyawa ini berasal dari degradasi klorofil yang berbentuk komplek Vanadium (V) dan Nikel (Ni). 2) Komponen non-hidrokarbon. Kelompok senyawa non-hidrokarbon terdapat dalam jumlah yang relative kecil, kecuali untuk jenis petrol berat (heavy crude). Komponen non- hidrokarbon adalah nitrogen, sulfur, dan oksigen, yang biasanya disingkat sebagai NSO. 3) Asphalten dan Resin. Selain empat komponen utama penyusun minyak tersebut di atas, minyak juga dikarakterisasikan oleh adanya komponen-komponen lain seperti
6 aspal (asphalt) dan resin (5-20 %) yang merupakan komponen berat dengan struktur kimia yang kompleks berupa siklik aromatic terkondensasi dengan lebih dari lima ring aromatic dan napthenoaromatik dengan gugus-gugus fungsional sehingga senyawa-senyawa tersebut memiliki polaritas yang tinggi. 4) Aromatik (Aromatics). Famili minyak ini adalah kelas hidrokarbon dengan karakteritik cincin yang tersusun dari enam atom karbon. Kelompok ini terdiri dari benzene beserta turunannya (monoaromatik dan polyalkil), naphtalena (2 ring aromatik), phenanthren (3 ring), pyren, benzanthracen, chrysen (4 ring) serta senyawa lain dengan 5-6 ring aromatic. Aromatik ini merupakan komponen minyak mentah yang paling beracun, dan bisa memberi dampak kronik (menahun, berjangka lama) dan karsinogenik (menyebabkan kanker). Hampir kebanyakan aromatik bermassa rendah (low-weight aromatics), dapat larut dalam air sehingga meningkatkan bioavaibilitas yang dapat menyebabkan terpaparnya organisma didalam matrik tanah ataupun pada badan air. Jumlah relative hidrokarbon aromatic didalam mnyak mentah bervariasi dari 10-30 %. 5) Hidrokarbon jenuh (saturated hydrocarbons) merupakan kelompok minyak yang dicirikan dengan adanya rantai atom karbon (bercabang atau tidak bercabang atau membentuk siklik) berikatan dengan atom hidrogen, dan merupakan rantai atom jenuh (tidak memiliki ikatan ganda). Termasuk dalam kelompok ini adalah golongan alkana (paraffin), yang mewakili 10-40 % komposisi minyak mentah. Senyawa alkana bercabang (branched alkanes) biasanya terdiri dari alkana bercabang satu ataupun bercabang banyak (isoprenoid), contoh dari senyawa ini adalah pristana, phytana yang terbentuk dari sisa-sisa pigment chlorofil dari tumbuhan. Kelompok terakhir dari famili ini adalah napthana (Napthenes) atau disebut juga cycloalkanes atau cycloparaffin. Kelompok ini secara umum disusun oleh siklopentana dan siklohexana yang masanya mewakili 30-50% dari massa total minyak mentah. Pengaruhnya terhadap makhluk akuatik 1) Dampak-dampak yang disebabkan oleh pencemaran minyak di laut adalah akibat jangka pendek dan akibat jangka panjang. Akibat jangka pendek Molekul hidrokarbon minyak dapat merusak membran sel biota laut, mengakibatkan keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel. Berbagai jenis udang dan ikan akan beraroma dan berbau minyak, sehingga menurun mutunya. Secara langsung minyak menyebabkan kematian pada ikan karena kekurangan oksigen,
7 keracunan karbon dioksida, dan keracunan langsung oleh bahan berbahaya. Akibat jangka panjang Lebih banyak mengancam biota muda. Minyak di dalam laut dapat termakan oleh biota laut. Sebagian senyawa minyak dapat dikeluarkan bersama-sama makanan, sedang sebagian lagi dapat terakumulasi dalam senyawa lemak dan protein. Sifat akumulasi ini dapat dipindahkan dari organisma satu ke organisma lain melalui rantai makanan. Jadi, akumulasi minyak di dalam zooplankton dapat berpindah ke ikan pemangsanya. Demikian seterusnya bila ikan tersebut dimakan ikan yang lebih besar, hewan-hewan laut lainnya, dan bahkan manusia. Secara tidak langsung, pencemaran laut akibat minyak mentah dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut. Ikan yang hidup di sekeliling laut akan tercemar atau mati dan banyak pula yang bermigrasi ke daerah lain. Tumpahan minyak juga akan menyebabkan kematian fauna-fauna yang hidup berasosiasi dengan hutan mangrove seperti moluska, kepiting, ikan, udang, dan biota lainnya. 2) Bagi manusia, tumpahan minyak mengakibatkan dampak ekonomi yang serius terhadap aktivitas pesisir dan pada mereka yang mengeksploitasi sumber daya laut. Pada banyak kasus kerusakan musiman dan kerusakan yang diakibatkan oleh sifat fisik minyak menciptakan gangguan dan kondisi yang membahayakan. Dampak terhadap kehidupan di laut dilipatgandakan oleh efek racun dan noda yg berasal dari komposisi kimia minyak, sebaik oleh diversitas dan variasi sistem biologi dan sensitivitas mereka terhadap pencemaran minyak. Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent dan penggunaan bahan kimia dispersan. Setiap teknik ini memiliki laju penyisihan minyak berbeda dan hanya efektif pada kondisi tertentu. 1) I n-situ burning, pembakaran minyak pada permukaan air sehingga mampu mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi, yang dijumpai dalam teknik penyisihan secara fisik. Cara ini membutuhkan ketersediaan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan api. Beberapa kendala dari cara ini adalah pada peristiwa tumpahan besar yang memunculkan kesulitan untuk mengumpulkan minyak dan mempertahankan pada ketebalan yang cukup untuk dibakar serta evaporasi pada komponen minyak yang mudah terbakar. Sisi lain, residu pembakara yang tenggelam di dasar laut akan
8 memberikan efek buruk bagi ekologi. Juga, kemungkinan penyebaran api yang tidak terkontrol. 2) Penyisihan minyak secara mekanis, Melalui dua tahap yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer. Upaya ini terhitung sulit dan mahal meskipun disebut sebagai pemecahan ideal terutama untuk mereduksi minyak pada area sensitif, seperti pantai dan daerah yang sulit dibersihkan dan pada jam-jam awal tumpahan. Sayangnya, keberadaan angin, arus dan gelombang mengakibatkan cara ini menemui banyak kendala. 3) Bioremediasi, yaitu mempercepat proses yang terjadi secara alami, misalkan dengan menambahkan nutrien, sehingga terjadi konversi sejumlah komponen menjadi produk yang kurang berbahaya seperti CO2 , air dan biomass. Selain memiliki dampak lingkunga kecil, cara ini bisa mengurangi dampak tumpahan secara signifikan. Sayangnya, cara ini hanya bisa diterapkan pada pantai jenis tertentu, seperti pantai berpasir dan berkerikil, dan tidak efektif untuk diterapkan di lautan. 4) Penggunakan sorbent, menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fasa minyak dari cair menjadi padat sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik,oleofobik dan mudah disebarkan di permukaan minyak, diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon) 5) Penggunaan bahan kimia dispersan kimiawi, yaitu dengan memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil (droplet) sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut surfaktan (berasal dari kata : surfactants = surface-active agents atau zat aktif permukaan).
PUSTAKA: Anonim. Pencemaran Air. http://3superelektron.wordpress.com/pencemaran-air/ Norbawa, Puji 2011. Pencemaran Laut Pencemaran Minyak Di Laut. http://pujinorbawa. blogspot.com/2011/06/pencemaran-laut-pencemaran- minyak-di.html
9 Purnomo, Dony. 2009. Logam Berat Sebagai Penyumbang Pencemaran Air Laut. http://masdony.wordpress.com/2009/04/19/logam-berat-sebagai- penyumbang-pencemaran-air-laut/ Anonim. 2014. Senyawa Organik. http://id.wikipedia.org/wiki/Senyawa_organik. (Diakses 6 Maret 2014) Martins, Ryan. 2012. Pencemaran Air: Bahan Organik. http://kimiamania11. blogspot.com/2012/01/pencemaran-air-bahan-organik.html (Diakses 6 Maret 2014) Minasari, Sinta. 2012. Dampak Pencemaran Air Laut Akibat Tumpahan Minyak. http://sariiegucchy.blogspot.com/2013/06/tugas-3-dampak-pencemaran-air- laut.html Anonim 2. 2011. Pencemaran Bahan Organik (Organic Pollutant). http://www.scribd .com/doc/64769343/PENCEMARAN-BAHAN- ORGANIK#download