Anda di halaman 1dari 23

1

Laporan Kasus di Poli


Migrain
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat dalam Menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian Neurologi

Oleh :
Darul Ilham
( 0807101050029)

Pembimbing :


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER









2

KASUS PASIEN DI POLIKLINIK
SARAF
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.
Umur : 34 tahun
Alamat :
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Nomor CM :
Pekerjaan : Pedagang
2. Tanggal Pemeriksaan : ANAMNESA
Keluhan Utama: Nyeri kepala sebelah
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan sebelah yang dirasakan hampir setiap hari.
Nyeri kepala seperti berdenyut denyut, terutama saat beraktifitas. Nyeri kepala sudah
dirasakan sejak dari kecil yaitu sejak kelas enam SD. Nyeri berkurang atau menhilang
jika minum obat warung namun kambuh lagi keesokan harinya. Saat nyeri kepala
pasien merasakan mual dan muntah..
Riwayat Penyakit Dahulu:
- DM baru diketahui
- Hipertensi tidak ada
Riwayat obat-obatan:
Pasien mengkonsumsi obat-obatan penghilang nyeri yang dibelinya di depot
obat.
Riwayat Penyakit Keluarga : anak dan adik kandung juga menderita hal serupa
Riwayat Kebiasaan Sosial : suka dan sering makan mie instan
3. STATUS INTERNUS
3

Keadaan Umum : Baik
Kesadaran :Compos mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,6
o
C
Pernafasan : 18 x/menit
Berat Badan : 62 kg
Tinggi Badan : 161 cm
Keadaan Gizi : Normoweight (22.2Kg/m
2
)

4. PEMERIKSAAN FISIK
Kulit
Warna : Sawo matang
Turgor : Cepat kembali
Sianosis : Negatif
Ikterus : Negatif
Oedema : Negatif
Kepala
Rambut : Hitam, sukar dicabut
Wajah : simetris, oedema (-)
Mata : Conjunctiva anemi (-/-), ikterik (-/-), sekret (-/-),
refleks cahaya langsung (+/+), reflek cahaya tidak langsung
(+/+), Pupil bulat isokor, 3 mm/3 mm
Telinga : Serumen (-/-)
Hidung : Sekret (-/-)
Mulut
o Bibir : simetris, bibir pucat (-), mukosa licin (+), sianosis (-)
o Lidah : Simetris, tremor (-), hiperemis (-)
o Tonsil : Hiperemis (-/-), T
1
/T
1

4

o Faring : Hiperemis (-)
Leher
Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
Palpasi : TVJR-2cmH
2
O, pembesaran KGB (-)
Thorax
Inspeksi
o Statis : Simetris, bentuk normochest
o Dinamis : Pernafasan torakoabdominal, retraksi suprasternal (-),
retraksi intercostal (-), retraksi epigastrium (-)
Paru
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Kanan Kiri
Palpasi Fremitus N Fremitus N
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler Normal
Ronchi (-) wheezing (-)
Vesikuler Normal
Ronchi (-) wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, LMCS
Perkusi : Batas-batas jantung
Atas : ICS III linea midclavicula sinistra
Kiri : ICS V 2cm ke lateral Linea midclavikula sin
Kanan : Linea parasternal dextra
Auskultasi : BJ I > BJ II, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Nyeri tekan abdomen sinistra (-), defans muscular (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
5

Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-),
Auskultasi : Peristaltik 3x/menit, kesan normal

Genitalia : Dalam batas normal
Anus : Dalam batas normal
Tulang Belakang
Bentuk : Simetris
Nyeri tekan : negatif
Kelenjar Limfe
Pembesaran KGB : Negatif


Ekstremitas

Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis
- - - -
Oedema
- - - -
Fraktur
- - - -

Status Psikiatri
Sikap dan tingkah laku : Dalam batas normal
Persepsi dan pola pikir : Dalam batas normal
5.STATUS NEUROLOGIS
GCS : E
4
M
6
V
5
Pupil : Isokor, bulat, ukuran 3 mm/3 mm
Reflek Cahaya : Langsung (+/+), tidak langsung (+/+)
Tanda Rangsang Meningeal (TRM) : Negatif

6

Nervus Cranialis
Kelompok Optik Kanan Kiri
Nervus II (visual)
- Visus 6/60 6/60
- Lapangan pandang Kesan normal Kesan normal
- Melihat warna Kesan normal Kesan normal
Nervus III (otonom)
- Ukuran 3 mm 3 mm
- Bentuk Pupil bulat bulat
- Reflek cahaya positif positif
- Nistagmus negatif negatif
- Strabismus negatif negatif

Nervus III, IV, VI (gerakan okuler)
- Lateral positif positif
- Atas positif positif
- Bawah positif positif
- Medial positif positif
- Diplopia negatif negatif

Kelompok Motorik
Nervus V (fungsi motorik)
- Membuka Mulut : Dalam batas normal
- Menggigit dan mengunyah : Dalam batas normal
Nervus VII (fungsi motorik)
- Mengerutkan dahi : Simetris
- Menutup Mata : Simetris
- Menggembungkan pipi : Simetris
- Memperlihatkan gigi : Simetris
- Sudut bibir : Simetris
7

Nervus IX (fungsi motorik)
- Bicara : Dalam batas normal
- Reflek menelan : Dalam batas normal
Nervus XI (fungsi motorik)
- Mengangkat bahu : Dalam batas normal
- Memutar kepala : Dalam batas normal
Nervus XII (fungsi motorik)
- Artikulasi lingualis : Dalam batas normal
- Menjulurkan lidah : Dalam batas normal

Kelompok Sensoris
Nervus I (fungsi penciuman) : Kesan normal
Nervus V (fungsi sensasi wilayah) : Kesan normal
Nervus VII (fungsi pengecapan) : Kesan normal
Nervus VIII (fungsi pendengaran) : Kesan normal

Badan
Motorik
- Gerakan Respirasi : Torakoabdominal
- Gerakan Columna Vertebralis : Simetris
- Bentuk Columna Vertebralis : Kesan simetris

Sensibilitas
- Rasa Suhu : Dalam batas normal
- Rasa nyeri : Dalam batas normal
- Rasa Raba : Dalam batas normal
Anggota Gerak Atas
Motorik Kesan normal
Refleks Kanan Kiri
- Bisceps positif positif
8

- Trisceps positif positif
- Tromner-hoffmann negatif negatif

Anggota Gerak Bawah
Motorik Kesan normal
Refleks Kanan Kiri
- Patella positif positif
- Achilles positif positif
- Babinski negatif negatif
- Chaddok negatif negatif
- Gordon negatif negatif
- Oppenheim negatif negatif
- Laseques sign negatif negatif
Klonus Kanan Kiri
- Paha negatif negatif
- Kaki negatif negatif

Sensibilitas
- Rasa suhu : Dalam batas normal
- Rasa nyeri : Dalam batas normal
- Rasa raba : Dalam batas normal

Gerakan Abnormal : Tidak ditemukan

Fungsi Vegetatif
- Miksi : Dalam batas normal
- Defekasi : Dalam batas normal

6. PEMERIKSAANPENUNJANG

9

RESUME
a. Identitas
Ny. N, 43 tahun.
b. Anamnesis
Keluhan Utama: Nyeri kepala sebelah
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan sebelah yang dirasakan hampir setiap hari.
Nyeri kepala seperti berdenyut denyut, terutama saat beraktifitas. Nyeri kepala sudah
dirasakan sejak dari kecil yaitu sejak kelas enam SD. Nyeri berkurang atau menhilang
jika minum obat warung namun kambuh lagi keesokan harinya. Saat nyeri kepala
pasien merasakan mual dan muntah..
Riwayat Penyakit Dahulu:
- DM baru diketahui
- Hipertensi tidak ada
Riwayat obat-obatan:
Pasien mengkonsumsi obat-obatan penghilang nyeri yang dibelinya di depot
obat.
Riwayat Penyakit Keluarga : anak dan adik kandung juga menderita hal serupa
Riwayat Kebiasaan Sosial : suka dan sering makan mie instan

c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Suhu : 36,6
o
C
Pernafasan : 18 x/menit
Berat Badan : 62 kg
Tinggi Badan : 161 cm
10

Keadaan Gizi : normoweight (22.2 Kg/m
2
)
Status Internus : dalam batas normal

Status Neurologis
GCS : E
4
M
6
V
5
Mata : pupil bulat isokor, 3mm/3mm
reflek cahaya langsung (+/+)
reflek cahaya tidak langsung (+/+)
TRM : negatif
TIK : negatif

Nervus Cranialis
Kelompok Optik
- Fungsi visual (N.II) : dalam batas normal
- Fungsi otonom : dalam batas normal
- Gerakan okuler (N.III, IV, VI) : dalam batas normal

Kelompok motorik
- Fungsi motorik (N.V) : dalam batas normal
- Fungsi motorik (N.VII) : dalam batas normal
- Fungsi motorik (N. IX) : dalam batas normal
- Fungsi motorik (N. XI) : dalam batas normal
- Fungsi motorik (N.XII) : dalam batas normal

Kelompok sensori khusus
- Fungsi Pengecapan (N.V) : dalam batas normal
- Fungsi Penciuman (N.I) : dalam batas normal
- Fungsi Pendengaran (N.VIII) : dalam batas normal
Fungsi Motorik Superior Inferior
- Pergerakan +/- +/+
11

- Kekuatan 5555/5555 5555/5555
- Tonus N/N N/N N/N N/N
- Atrofi -/- -/-
- Refleks Fisiologis ++/++ + /+
- Refleks Patologis -/- -/-
Gerakan Abnormal : tidak ditemukan
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

e. Diagnosa
Diagnosa Klinis : migrain

f. Tatalaksana
Ketoprofen supp 2x150 mg
Sohobion tablet 2x1

g. Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanactionam : Bonam











TINJAUAN PUSTAKA
MIGREN

12

1. Definisi
Nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72 jam.
Karekteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat,
bertambah berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan mual
dan/atau fotofobia dan fonofobia.
1

2. Etiologi
Penyebab pasti migren tidak diketahui, namun 70-80% penderita migren
memiliki anggota keluarga dekat dengan riwayat migren juga. Risiko terkena
migren meningkat 4 kali lipat pada anggota keluarga para penderita migren
dengan aura.
1,3
Namun, dalam migren tanpa aura tidak ada keterkaitan genetik
yang mendasarinya, walaupun secara umum menunjukkan hubungan antara
riwayat migren dari pihak ibu. Migren juga meningkat frekuensinya pada orang-
orang dengan kelainan mitokondria seperti MELAS (mitochondrial myopathy,
encephalopathy, lactic acidosis, and strokelike episodes). Pada pasien dengan
kelainan genetik CADASIL (cerebral autosomal dominant arteriopathy with
subcortical infarcts and leukoencephalopathy) cenderung timbul migrane dengan
aura.

3. Klasifikasi
Secara umum migren dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Migren dengan aura
Migren dengan aura disebut juga sebagai migren klasik. Diawali dengan
adanya gangguan pada fungsi saraf, terutama visual, diikuti oleh nyeri kepala
unilateral, mual, dan kadang muntah, kejadian ini terjadi berurutan dan
manifestasi nyeri kepala biasanya tidak lebih dari 60 menit yaitu sekitar 5-20
menit.

2. Migren tanpa aura
13

Migren tanpa aura disebut juga sebagai migren umum. Sakit kepalanya
hampir sama dengan migren dengan aura. Nyerinya pada salah satu bagian sisi
kepala dan bersifat pulsatil dengan disertai mual, fotofobia dan fonofobia.
Nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam.

4. Patofisiologi
3,4

Teori vaskular
Vasokontriksi intrakranial di bagian luar korteks berperan dalam terjadinya
migren dengan aura. Pendapat ini diperkuat dengan adanya nyeri kepala disertai
denyut yang sama dengan jantung. Pembuluh darah yang mengalami konstriksi
terutama terletak di perifer otak akibat aktivasi saraf nosiseptif setempat. Teori
ini dicetuskan atas observasi bahwa pembuluh darah ekstrakranial mengalami
vasodilatasi sehingga akan teraba denyut jantung. Vasodilatasi ini akan
menstimulasi orang untuk merasakan sakit kepala. Dalam keadaan yang
demikian, vasokonstriktor seperti ergotamin akan mengurangi sakit kepala,
sedangkan vasodilator seperti nitrogliserin akan memperburuk sakit kepala.
Teori Neurovaskular dan Neurokimia
Teori vaskular berkembang menjadi teori neurovaskular yang dianut oleh
para neurologist di dunia. Pada saat serangan migren terjadi, nervus trigeminus
mengeluarkan CGRP (Calcitonin Gene-related Peptide) dalam jumlah besar. Hal
inilah yang mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah multipel, sehingga
menimbulkan nyeri kepala. CGRP adalah peptida yang tergolong dalam anggota
keluarga calcitonin yang terdiri dari calcitonin, adrenomedulin, dan amilin.
Seperti calcitonin, CGRP ada dalam jumlah besar di sel C dari kelenjar tiroid.
Namun CGRP juga terdistribusi luas di dalam sistem saraf sentral dan perifer,
sistem kardiovaskular, sistem gastrointestinal, dan sistem urologenital. Ketika
CGRP diinjeksikan ke sistem saraf, CGRP dapat menimbulkan berbagai efek
seperti hipertensi dan penekanan pemberian nutrisi. Namun jika diinjeksikan ke
sirkulasi sistemik maka yang akan terjadi adalah hipotensi dan takikardia. CGRP
14

adalah peptida yang memiliki aksi kerja sebagai vasodilator poten. Aksi keja
CGRP dimediasi oleh 2 reseptor yaitu CGRP 1 dan CGRP 2. Pada prinsipnya,
penderita migren yang sedang tidak mengalami serangan mengalami
hipereksitabilitas neuron pada korteks serebral, terutama di korteks oksipital,
yang diketahui dari studi rekaman MRI dan stimulasi magnetik transkranial.
Hipereksitabilitas ini menyebabkan penderita migren menjadi rentan mendapat
serangan, sebuah keadaan yang sama dengan para pengidap epilepsi. Pendapat
ini diperkuat fakta bahwa pada saat serangan migren, sering terjadi alodinia
(hipersensitif nyeri) kulit karena jalur trigeminotalamus ikut tersensitisasi saat
episode migren. Mekanisme migren berwujud sebagai refleks trigeminal vaskular
yang tidak stabil dengan cacat segmental pada jalur nyeri. Cacat segmental ini
yang memasukkan aferen secara berlebihan yang kemudian akan terjadi
dorongan pada kortibular yang berlebihan. Dengan adanya rangsangan aferen
pada pembuluh darah, maka menimbulkan nyeri berdenyut.

Teori cortical spreading depression (CSD)
Patofisiologi migren dengan aura dikenal dengan teori cortical spreading
depression (CSD). Aura terjadi karena terdapat eksitasi neuron di substansia
nigra yang menyebar dengan kecepatan 2-6 mm/menit. Penyebaran ini diikuti
dengan gelombang supresi neuron dengan pola yang sama sehingga membentuk
irama vasodilatasi yang diikuti dengan vasokonstriksi. Prinsip neurokimia CSD
ialah pelepasan kalium atau asam amino eksitatorik seperti glutamat dari jaringan
neural sehingga terjadi depolarisasi dan pelepasan neurotransmiter lagi.
CSD pada episode aura akan menstimulasi nervus trigeminalis nukleus
kaudatus, memulai terjadinya migren. Pada migren tanpa aura, kejadian kecil di
neuron juga mungkin merangsang nukleus kaudalis kemudian menginisiasi
migren. Nervus trigeminalis yang teraktivasi akan menstimulasi pembuluh
kranial untuk dilatasi. Hasilnya, senyawa-senyawa neurokimia seperti calcitonin
gene-related peptide (CGRP) dan substansi P akan dikeluarkan, terjadilah
ekstravasasi plasma. Kejadian ini akhirnya menyebabkan vasodilatasi yang lebih
15

hebat, terjadilah inflamasi steril neurogenik pada kompleks trigeminovaskular.
Selain CSD, migren juga terjadi akibat beberapa mekanisme lain, di antaranya
aktivasi batang otak bagian rostral, stimulasi dopaminergik, dan defisiensi
magnesium di otak. Mekanisme ini bermanifestasi pelepasan 5-hidroksitriptamin
(5-HT) yang bersifat vasokonstriktor. Pemberian antagonis dopamin, misalnya
Proklorperazin, dan antagonis 5-HT, misalnya Sumatriptan dapat menghilangkan
migren dengan efektif.
5. Manifestasi Klinis
2,3

Migren tanpa aura
Serangan dimulai dengan nyeri kepala berdenyut di satu sisi dengan durasi
serangan selama 4-72 jam. Nyeri bertambah berat dengan aktivitas fisik dan
diikuti dengan nausea dan atau fotofobia dan fonofobia.
Migren dengan aura
Sekitar 10-30 menit sebelum sakit kepala dimulai (suatu periode yang
disebut aura), gejala-gejala depresi, mudah tersinggung, gelisah, mual atau
hilangnya nafsu makan muncul pada sekitar 20% penderita. Penderita yang
lainnya mengalami hilangnya penglihatan pada daerah tertentu (bintik buta atau
skotoma) atau melihat cahaya yang berkelap-kelip. Ada juga penderita yang
mengalami perubahan gambaran, seperti sebuah benda tampak lebih kecil atau
lebih besar dari sesungguhnya. Beberapa penderita merasakan kesemutan atau
kelemahan pada lengan dan tungkainya. Biasanya gejala-gejala tersebut
menghilang sesaat sebelum sakit kepala dimulai, tetapi kadang timbul bersamaan
dengan munculnya sakit kepala. Nyeri karena migren bisa dirasakan pada salah
satu sisi kepala atau di seluruh kepala. Kadang tangan dan kaki teraba dingin dan
menjadi kebiru-biruan. Pada penderita yang memiliki aura, pola dan lokasi sakit
kepalanya pada setiap serangan migran adalah sama. Migren bisa sering terjadi
selama waktu yang panjang tetapi kemudian menghilang selama beberapa
minggu, bulan bahkan tahun.
Migren dengan aura dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu:
16

Fase I Prodromal
Sebanyak 50% pasien mengalami fase prodromal ini yang berkembang pelan-
pelan selama 24 jam sebelum serangan. Gejala: kepala terasa ringan, tidak
nyaman, bahkan memburuk bila makan makanan tertentu seperti makanan manis,
mengunyah terlalu kuat, sulit/malas berbicara.
Fase II Aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi
pasien untuk menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang
dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguan penglihatan (silau/fotofobia),
kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas
dan pusing.
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali
dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan
kehilangan autoregulasi lanjut dan kerusakan responsivitas CO
2
.
Fase III sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang
dihubungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi,
beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.
Fase IV pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan
sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat
tidur untuk waktu yang panjang.
6. Pemeriksaan Penunjang
5

a. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk menyingkirkan sakit kepala yang diakibatkan oleh penyakit
struktural, metabolik, dan kausa lainnya yang memiliki gejala hampir sama
dengan migren. Selain itu, pemeriksaan laboratorium dapat menunjukkan apakah
ada penyakit komorbid yang dapat memperparah sakit kepala dan mempersulit
pengobatannya.
b. Pencitraan
17

CT scan dan MRI dapa dilakukan dengan indikasi tertentu, seperti: pasien
baru pertama kali mengalami sakit kepala, ada perubahan dalam frekuensi serta
derajat keparahan sakit kepala, pasien mengeluh sakit kepala hebat, sakit kepala
persisten, adanya pemeriksaan neurologis abnormal, pasien tidak merespon
terhadap pengobatan, sakit kepala unilateral selalu pada sisi yang sama disertai
gejala neurologis kontralateral.
c. Pungsi Lumbal
Indikasinya adalah jika pasien baru pertama kali mengalami sakit kepala, sakit
kepala yang dirasakan adalah yang terburuk sepanjang hidupnya, sakit kepala
rekuren, onset cepat, progresif, kronik, dan sulit disembuhkan. Sebelum
dilakukan LP seharusnya dilakukan CT scan atau MRI terlebih dulu untuk
menyingkirkan adanya massa lesi yang dapat meningkatkan tekanan intracranial.
7. Diagnosis
Migren tanpa aura
A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D.
B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati atau tidak
berhasil diobati).
C. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut:
1. Lokasi unilateral
2. Kualitas berdenyut
3. Intensitas nyeri sedang atau berat
4. Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita menghindari
aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga).
D. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini:
1. mual dan/atau muntah
2. fotofobia dan fonofobia
E. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
Migren dengan aura
Aura tipikal terdiri dari gejala visual dan/atau sensoris dan/atau berbahasa. Yang
berkembang secara bertahap, durasi tidak lebih dari 1 jam, bercampur gambaran
18

positif dan negatif, kemudian menghilang sempurna yang memenuhi kriteria
migren tanpa aura.
Kriteria diagnostik:
A. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi criteria B-D.
B. Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari dibawah ini tetapi tidak
dijumpai kelemahan motorik:
1. Gangguan visual yang reversibel seperti : positif (cahaya yang berkedip-
kedip, bintik-bintik atau garis-garis) dan negatif (hilangnya penglihatan).
2. Gangguan sensoris yang reversible termasuk positif (pins and needles),
dan/atau negatif (hilang rasa/baal).
3. Gangguan bicara disfasia yang reversibel
C. Paling sedikit dua dari dibawah ini:
1. Gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris unilateral
2. Paling tidak timbul satu macam aura secara gradual > 5 menit dan /atau
jenis aura yang lainnya > 5 menit.
3. Masing-masing gejala berlangsung > 5 menit dan < 60 menit.
D. Nyeri kepala memenuhi kriteria B-D
E. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.

8. Tatalaksana
4,6,7

MEDIKAMENTOSA
Terapi Abortif
1. Sumatriptan
Sumatriptan cukup efektif sebagai terapi abortif jika diberikan secara
subkutan dengan dosis 4-6 mg. Dapat diulang sekali setelah 2 jam kemudian jika
dibutuhkan. Dosis maksimum 12 mg per 24 jam. Triptan merupakan serotonin 5-
HT
1B/1D
receptor agonists. Golongan obat ini ditemukan dalam suatu penelitian
mengenai serotonin dan migren yang mendapatkan adanya suatu atypical 5-HT
receptor. Aktivasi reseptor ini menyebabkan vasokontriksi dari arteri yang
berdilatasi. Sumatriptan juga terlihat menurunkan aktivitas saraf trigeminal
19

Indikasi: serangan migren akut dengan atau tanpa aura
Dosis & Cara Pemberian: dapat diberikan secara subkutan dengan dosis 4-6 mg.
Dapat diulang sekali setelah 2 jam kemudian jika dibutuhkan. Dosis maksimum 12
mg per 24 jam.
Efek Samping: flushing, lemah, mengantuk, mual, muntah, peningkatan tekanan
darah sementara.
Kontraindikasi:
o penyakit jantung iskemik
o riwayat infark miokard
o prinzmetals angina
o hipertensi yang tidak terkontrol.
2. Zolmitriptan
Zolmitriptan efektif untuk pengobatan akut. Dosis awal oral 5 mg. Gejala-
gejala akan berkurang dalam 1 jam. Obat ini dapat diulang sekali lagi setelah 2
jam jika diperlukan. Dosis maksimal adalah 10 mg untuk 24 jam. Zolmitriptan
juga dapat digunakan melalui nasal spray.
Indikasi: Untuk mengatasi serangan migren akut dengan atau tanpa aura pada
dewasa. Tidak ditujukan untuk terapi profilaksis migren atau untuk tatalaksana
migren hemiplegi atau basilar.
Dosis & Cara Pemberian: Pada uji klinis, dosis tunggal 1; 2,5 dan 5 mg efektif
mengatasi serangan akut. Pada perbandingan dosis 2,5 dan 5 mg, hanya terjadi
sedikit penambahan manfaat dari dosis lebih besar, namun efek samping
meningkat. Oleh karena itu, pasien sebaiknya mulai dengan doss 2,5 atau lebih
rendah. Jika sakit terasa lagi, dosis bisa diulang setelah 2 jam, dan tidak lebih dari
10 mg dalam periode 24 jam.
Efek Samping: hiperestesia, parestesia, sensasi hangat dan dingin, nyeri dada,
mulut kering, dispepsia, disfagia, nausea, mengantuk, vertigo, astenia, mialgia,
miastenia, berkeringat.
20

Kontraindikasi: Pasien dengan penyakit jantung iskemik (angina pectoris, riwayat
infark miokard, coronary artery vasospasm, Prinzmetal's angina), dan pasien
hipersensitif.
3. Eletriptan
Dosis & Cara Pemberian: 2040 mg po saat onset berlangsung, dapat diulang 2
jam kemudian sebanyak 1 kali. Dosis maksimum tidak melebihi 80 mg/24 jam.
Efek Samping: parestesia, flushing, hangat, nyeri dada, rasa tidak enak pada perut,
mulut kering, dispepsia, disfagia, nausea, pusing, sakit kepala, mengantuk.
4. Rizatriptan dengan dosis 5-10 mg po saat onset berlangsung, dapat diulang setiap
2 jam sebanyak 2 kali. Dosis maksimum 30 mg/24 jam.
5. Naratriptan dengan dosis 1-2,5 mg po saat serangan migren akut, boleh diulang
setelah 4 jam. Dosis maksimum 5 mg/24 jam.
6. Almotriptan dengan dosis 6,25-12,5 mg po saat onset berlangsung, dapat diulang
setelah 2 jam sebanyak sekali. Dosis maksimum 25 mg/24 jam.
7. Frovatriptan dengan dosis 2,5 mg po saat onset berlangsung, dapat diulang setelah
2 jam. Waktu paruhnya lebih panjang dari eletriptan sehingga sangat membantu
bagi pasien dengan serangan migren yang panjang. Dosis maksimum 7,5 mg/24
jam.
8. Analgesik seperti aspirin
9. Analgesik opioid seperti meperidin 100 mg IM atau butorphanol tartat dengan
nasal spray 1 mg untuk setiap lubang hidung. Bisa diulang setelah 3 atau 4 jam
berikutnya.
10. Dihidroergotamin mesilat 0.51 mg IV atau 12 mg SK atau IM.
11. Proklorperazin 25 mg rektal atau 10 mg IV
12. Cafergot yaitu kombinasi antara ergotamin tartat 1 mg dan kafein 100 mg.
Cafergot dapat diberikan sebanyak 1-2 tablet yang diminum pada saat onset
serangan atau ketika gejala-gejala prodromal berlangsung diikuti dengan 1 tablet
setiap 30 menit. Cafergot dapat diminum maksimal 6 tablet untuk setiap serangan
namun tidak boleh dikonsumsi lebih dari 10 hari per bulan. Ergotamin harus
dihindari untuk orang hamil dan bagi orang yang berisiko stroke.
21


Terapi Profilaktif
Tujuan dari terapi profilaktif adalah untuk mengurangi frekuensi berat dan
lamanya serangan, meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan, serta
pengurangan disabilitas. Terapi preventif yang dilaksanakan mencakup pemakaian
obat dimulai dengan dosis rendah yang efektif dinaikkan pelan-pelan sampai dosis
efektif. Efek klinik tercapai setelah 2-3 bulan pengobatan, pemberian edukasi
supaya pasien teratur memakai obat, diskusi rasional tentang pengobatan, efek
samping obat. Pasien juga dianjurkan untuk menulis headache diary yang berguna
untuk mengevaluasi serangan, frekuensi, lama, beratnya serangan, disabilitas dan
respon terhadap pengobatan yang diberikan. Obat-obatan yang sering diberikan:
a. Beta-blocker:
- propanolol yang dimulai dengan dosis 10-20 mg 2-3x1 dan dapat ditingkatkan
secara gradual menjadi 240 mg/hari.
- atenolol 40-160 mg/hari
- timolol 20-40 mg/hari
- metoprolol 100-200 mg/hari
b. Calcium Channel Blocker:
- verapamil 320-480 mg/hari
- nifedipin 90-360 mg/hari
c. Antidepresan, misalnya amitriptilin 25-125 mg, antidepresan trisiklik, yang
terbukti efektif untuk mencegah timbulnya migren.
d. Antikonvulsan:
- asam valproat 250 mg 3-4x1
- topiramat
e. Methysergid, derivatif ergot 2-6 mg/hari untuk beberapa minggu sampai bulan
efektif untuk mencegah serangan migren.
NON-MEDIKAMENTOSA
Terapi abortif
22

Para penderita migren pada umumnya mencari tempat yang tenang dan gelap
pada saat serangan migren terjadi karena fotofobia dan fonofobia yang dialaminya.
Serangan juga akan sangat berkurang jika pada saat serangan penderita istirahat atau
tidur.
Terapi profilaktif
Pasien harus memperhatikan pencetus dari serangan migren yang dialami,
seperti kurang tidur, setelah memakan makanan tertentu misalnya kopi, keju, coklat,
MSG, akibat stress, perubahan suhu ruangan dan cuaca, kepekaan terhadap cahaya
terang, kelap kelip, perubahan cuaca, dan lain-lain. Selanjutnya, pasien diharapkan
dapat menghindari faktor-faktor pencetus timbulnya serangan migren. Disamping itu,
pasien dianjurkan untuk berolahraga secara teratur untuk memperlancar aliran darah.

















DAFTAR PUSTAKA

23

1. Adams and Victors Neurology.
2. Gilroy, J. Basic neurology. 3rd ed. Michigan: McGraw-Hill. 2000. p 123-126.
3. Srivasta S. Pathophysiology and treatment of migraine and related headache.
[Internet]; 2010 Mar 29 [cited 2013 February 14]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1144656-overview
4. Katzung, Bertram. Basic and Clinical Pharmacology. 10th edition. Boston:
McGraw Hill. 2007. p 289
5. Chawla J. Migraine Headache: Differential Diagnoses & Workup. [Internet];
2010 Jun 3 [cited 2013 February 14]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1142556-diagnosis
6. CURRENT Diagnosis & Treatment in Family Medicine.
7. Brunton, LL. Goodman and Gilmans Pharmacology. Boston: McGraw-Hill.
2006.
8. Gladstein. Migraine headache-Prognosis. [Internet]; 2010 Jun 3 [cited 2013
February 14]. Available from:
http://www.umm.edu/patiented/articles/how_serious_migraines_000097_2.ht
m
9. Blanda, M. Migraine headache. [Internet]; 2010 Jul 12 [cited 2013 February
14]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/792267-
overview
10. Chawla J. Migraine headache: Follow-up. [Internet]; 2010 Jun 3 [cited 2013
February 14]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1142556-followup

Anda mungkin juga menyukai