Anda di halaman 1dari 7

Bisnis Orang Sakit merupakan Logika bisnis yang membuat orang sakit kemudian jadi mirip

komoditas. Saat orang jatuh sakit maka semua perkara diukur dengan uang. Dari pemeriksaan,
pengobatan hingga cek ulang yang semuanya menguras biaya. Terlebih dengan system
pembiayaan kesehatan dimana pasien membayar kontan.
Dalam lima tahun itu pula pemerintah gencarkan program layanan kesehatan gratis.
Berulang-ulang ide itu kemudian diiklankan, sebar-luaskan dan jadi kampanye tiap pemilihan.
Seakan-akan kesehatan gratis menjadi magnet pemikat utama.
Meningkatnya penyakit merupakan salah satu dampak dari globalisasi, yang menyebabkan
produk produk asing seperti junk food ataupun fast food semakin popular dikonsumsi
penduduk di negeri ini. Padahal produk produk tersebut banyak mengandung zat-zat kimia dan
zat karsinogenik yang merangsang tumbuhnya sel-sel kanker.
Penyakit inilah yang kemudian membuat orang-orang berfikir cara untuk
menyembuhkannya. Tetapi untuk menyembuhkan penyakit tersebut, para pasien dibenturkan
dengan mahalnya biaya perawatan (biaya kesehatan).
Menurut teori managed cara, biaya kesehatan makin meningkat karena (1) insentif yang tak
memadai atau tidak ada sama sekali bagi penyelenggara kesehatan, badan penyelenggara
jaminan dan pasien untuk menerapkan system pelayanan kesehatan secara efisien (2) harapan
masyarakat yang tidak realistis terhadap system pelayanan kesehatan dan kurangnya tanggung
jawab individu dalam memelihara gaya hidup sehat (3) tumbuh kembangnya teknologi baru dan
mahal tetapi kurang bermanfaat (4) akibat meningkatnya populasi lanjut usia yang menyebabkan
pergeseran ke arah pelayanan medis yang penyakit kronis (5) praktek kedokteran yang defensive,
dimana pelayanan yang diberikan berlebihan dan tidak diperlukan karena kekuatiran atas dituntut
malpraktek (6) kecurangan dan penyalagunaan pelayanan kesehatan.
Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih menggunakan model pembiayaan klasik.
Pembiayaan kesehatan tersebut banyak di dominasi oleh out of pocket, dimana masyarakat
membayar jasa pelayanan kesehatan secara langsung dengan menggunakan uang dari kantong
sakunya sendiri, sementara penyedia pelayanan kesehatan dibayar dengan system fee for service.
Padahal ada banyak kelemahan jika kita menggunakan model pembiayaan tersebut, antara
lain : Pertama, memiliki independensi atau sangat bergantung pada kondisi keuangan individu /
keluarga, sehingga jika kondisi ekonomi keluarga sedang susah, maka cenderung tidak
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Kedua, rawan menimbulkan inefisiensi dan inefektivitas
dalam pembiayaan kesehatan. Ketiga, merangsang penyedia pelayanan kesehatan (PPK) untuk
memberikan pelayanan berlebihan dengan dasar motivasi ekonomi (menaikkan pendapatan).
Keempat, PKK cenderung memberikan pelayanan medic dari kasus ke kasus yang memberikan
keuntungan paling besar. Kelima, mempunyai tendensi meningkatkan inflasi pelayanan
kesehatan. Keenam, kesulitan untuk menyusun anggaran sebelumnya.
Azwar (1996) menjelaskan bahwa berdasarkan pembagian pelayanan kesehatan, maka biaya
kesehatan secara umum dapat dibedakan atas dua macam, yaitu :
1. Biaya pelayanan kedokteran
Biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan
kedokteran, yakni yang tujuan utamanya untuk mengobati penyakit serta memulihkan
kesehatan penderita. Mekanisme pembiayaan yang berlaku umum di Indonesia adalah
melalui system pembayaran tunia (out of pocket). Mudah difahami, system ini sangat
memberatkan masyarakat, terutama bagi mereka yang kurang mampu.
2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat
Biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan
kesehatan masyarakat yakni yang tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta untuk mencegah penyakit. Jika ditinjau dari kompleksitas masalah kesehatan
masyarakat, tampak sumber biaya yang penting adalah pemerintah. Kesehatan masyarakat
pada dasarnya adalah menyangkung hajat hidup masyarakat banyak, dan karena itulah
tanggung jawabnya berada ditangan Negara, sesuai dengan amanat UUD 45.





Untuk mendukung kesehatan masyarakat biaya pelayanan kesehatan, maka pemerintah harus
mengalokasikan anggaran untuk kesehatan. Anggaran menurut Utomo (2005) adalah suatu
rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan lembaga, yang
dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu
yang akan datang. Anggaran itu punya beberapa fungsi, diantaranya :
1. Alat perencanaan
Kimia Farma yang punya 352 apotek yang dilengkapi dengan klinik dan
laboratorium klinik; telah menargetkan penjualan konsolidasi tahun 2009 Rp 3,08
Triliun. PT Kalbe Farma Tbk yang berencana pada tahun 2010 untuk mengakuisisi 3-5
perusahaan farmasi.
Did U
Know ?
2. Alat pengendalian (menghubungkan antara proses perencanaan dan pelaksanaan)
3. Alat kebijakan fiscal (menstabilkan perekonomian dan mendorong pertumbuhan
ekonomi).
4. Alat politik
5. Alat koordinasi dan komunikasi
6. Alat motivasi (anggaran hendaknya bersifat menantang tetapi dapat dicapai challenging
but attainable atau berisikan tuntutan namun bisa dijalankan demanding but
achievable)
7. Alat penilai kerja




Soehadi (2008) menjelaskan bahwa ketiadaan atau tidak optimalnya pembiayaan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan dan program lainnya merupakan salah satu penyebab utama
tidak tercapainya tujuan pembangunan kesehatan yang kita inginkan. Standar WHO minimal
15% dari APBD. Menurut Sukarna (2006) persentase anggaran kesehatan di banyak daerah
hanya berkisar antara 2,5% - 4% dan maksimal 7%. Amanah dari TAP MPR no 5 tahun 2003,
yaitu 15% dari APBN.





Pasal 28 H ayat 1 menyebutkan bahwa setiap penduduk berhak atas pelayanan
kesehatan. Menurut Katz dan Rosen (1998) menyatakan bahwa salah satu ciri dari public goods
adalah pemakaian jasa kepada seseorang tidak mengurangi jatah bagi orang lain yang ingin
menggunakannya sehingga tidak perlu berebut.
Menurut Trisnantoro (2006) pelayanan Rumah Sakit semakin mengarah pada barang
komoditi yang mengacu pada kekuatan pasar dalam perekonomian masyarakat. Saat ini dikenal
Rumah Sakit sebagai suatu organisasi social-ekonomis. Perubahan Rumah Sakit kearah
Apa yang membuat biaya kesehatan jadi membludak ? karena system
pengobatan kita tidak memberi informasi yang lengkap dan jelas mengenai
rencana pengobatan, tujuan pengobatan dan tindakan dokter.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari posisi ke 109 (dari 179 negara) pada tahun
2008 merosot duduk pada posisi ke 111 pada 2009. Angka kematian bayi (AKB) dan
angka kematian ibu (AKI) di Indonesia digolongkan tertinggi se Asia Tenggara.
Angkanya mencapai 26,9 per 100.000 kelahiran. Angka ini 65 kali kematian ibu di
Singapura, 9,5 kali dari Malaysia bahkan 2,5 kali dari indeks Filipina.
Did U
Know ?
Did U
Know ?
organisasi social-ekonomi ini dipacu oleh keterlibatan Bank Dunia dalam sector kesehatan.
Tahun 1980 Bank Dunia mulai memberikan pinjaman ke sector kesehatan. Pada tahun 1983
Bank Dunia telah menjadi salah satu pemberi dana kesehatan terbesar untuk Negara Negara
yang sedang berkembang. Bank Dunia berperan dalam menekan prinsip prinsip ekonomi
dalam manajemen Rumah Sakit. Bank Dunia mengeluarkan satu publikasi berjudul Financing
Health Services in Developing Countries: an Agenda for Reform (1987). Maslah yang diangkat
yaitu : Misallocation, Inequity, Inefficiency, dan Exploding Cost.







Pasal 53 UU No. 10 Tahun 2004 Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan
atau tertulis dalam rangka penyiapan atau perubahan rancangan undang-undang dan rancangan
pengaturan daerah
Dalam konteks Negara demokrasi, ada banyak alasan mengapa proses pembuatan kebijakan
public harus melibatkan partisipasi masyarakat. Menurut Dwipayana (2005) setidaknya ada lima
alasan mengapa perencanaan dan alokasi barang public (termasuk alokasi anggara) harus
partisipatif :
1. Ada kecenderungan bahwa orang yang terpilih sebagai wakil adalah kelompok elit yang
seringkali tidak memiliki hubungan langsung dengan konstituennya.
2. Ahli dan birokrat tidak mungkin memiliki seluruh informasi yang memadai untuk membuat
kebijakan yang menguntungkan semua orang (optimum).
3. Semakin rendahnya rasa kepemilikan rakyat terhadap pemerintah.
4. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan public dapat meningkatkan kinerja
administrasi pemerintahan.
5. Ruang yang terbuka dan adil merupakan wahana bagi pembelajaran politik masyarakat sipil
dalam bernegosiasi dan memutuskan mana yang terbaik mengenai kebijakan public.

Kuba menggunakan system dokter kelurga. Tiap dokter keluarga melayani 100 150
keluarga, ini mencakup warga satu RT. Untuk menjaga kualitas layanan maka setiap 10
dokter keluarga ditempatkan sebuah Kantor Satuan Tugas Dokter Keluarga. Satuan tugas
ini terdiri atas 3 dokter spesialis yaitu spesialis penyakit dalam, spesialis kebidanan dan
kandungan serta seorang pekerja social. Yang unik di Kuba tidak ada klasifikasi kamar
bagi pasien, kecuali pasien Internasional yang meminta pelayanan khusus.
Did U
Know ?
Proses formulasi kebijakan secara umum digambarkan oleh Winarno (2002) sebagai berikut :










Matrik dan Kajian Formulasi Kebijakan Anggaran Kesehatan
Fokus Kajian Aspek Sub Aspek
Tahap-tahap proses
formulasi kebijakan
anggaran kesehatan
di Indonesia
Perumusan Masalah
1. Analisis keadaan
2. Penyusunan anggaran berdasarkan
prioritas program
Agenda Kebijakan 1. Seleksi anggaran
Pemilihan Alternatif Kebijakan 1. Memilih alternative yang memuaskan
Penetapan Kebijakan
1. Yang disetujui
2. Yang tidak disetujui
1. Perumuasan Masalah (analisis keadaan dan prioritas program kesehatan)
Menurut winarno (2002) agar dapat merumuskan kebijakan dengan baik, maka masalah
public harus dikenali dan di definisikan dengan baik pula.
System perencanaan pembangunan nasional (SPPN) nomor 25 tahun 2004. Penyusunan
anggaran tersebut dengan menggunakan 5 pendekatan yaitu, pendekatan politik, teknokratik,
partisipatif, atas bawah (top-down) dan bawah atas (bottom-up).
Tahap 4
Penetapan kebijakan
Tahap 1
Perumusan Masalah
Tahap 3
Pemilihan Alternatif
Kebijakan
Tahap 2
Agenda Kebijakan
2. Agenda kebijakan (seleksi anggaran / program prioritas)
Setelah anggaran disusun kemudian dibuat skala prioritas oleh masing-masing unit.
3. Pemilihan alternative kebijakan untuk memecahkan masalah
Menurut Soebarsono (2005) mengembangkan alternative kebijakan bukanlah pekerjaan yang
mudah, karema pembuat kebijakan dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas yang
berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi.
Soebarsono (2005) menjelaskan bahwa proses pemilihan alternative kebijakan merupakan
proses yang membutuhkan penelitian yang cermat agar policy makers tidak terjebak pada
pilihan yang hanya untuk kepentingan kelompok tertentu atau bias politik. Aspek rasionalitas
dan aseptabilitas yang utama dalam memilih alternative kebijakan, dan ini tidak berarti aspek
lain diabaikan.
4. Penetapan kebijakan (disetujui dan tidak disetujuinya anggaran kesehatan)
Ada beberapa factor yang menyebabkan rendahnya anggaran kesehatan di Indonesia, yaitu :
tidak adanya undang undang yang secara jelas menyebutkan besarnya minimal anggaran
kesehatan, rendahnya komitmen pemerintah, skala prioritas yang tidak tepat dan kurangnya
advokasi.
C. E. A. Winslow yang merupakan guru besar dalam mata kuliah Ilmu Kesehatan
Masyarakat dari Yale University, pada tahun 1920 mendefenisikan kesehatan masyarakat
sebagai ilmu dan seni yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan
meningkatkan efisiensi hidup masyarakat melalui upaya pengorganisasian kelompok masyarakat
untuk sanitasi lingkungan, pengendalian penyakit menular, pendidkan perorangan untuk hygiene
personal, pengorganisasian pelayanan medis dan keperawatan untuk diagnosis dini dan
pengobatan segera dan pengembangan rekayasa social untuk menjamin setiap orang dapat hidup
layak sesuai standar untuk perawatan kesehatan. Menekankan pada pemikiran dan tindakan yang
bersifat promotif dan preventif, dimana masyarakatlah yang ditekankan bukan sekedar individu,
baik sehat ataupun sakit.
Ada beberapa factor mengapa anggaran kesehatan masyarakat masih rendah yaitu : anggaran
kesehatan masih diorientasikan kepada upaya kuratif, anggaran untuk upaya promotif dan
preventif masih belum diprioritaskan, terbatasnya anggaran pemerintah untuk bidang kesehatan,
rendahnya anggaran kesehatan masyarakat yang diusulkan pihak Depkes, advokasi yang belum
optimal dari organisasi profesi kesehatan masyarakat.
Mendesakkan peningkatan anggaran kesehatan bukan berarti memanjakan mereka yang kaya
dan melepaskan kemandirian mereka. Namun bagaimana Negara menjamin tersedianya
pelayanan kesehatan bagi rakyat miskin yang bermutu sesuai dengan amanah konstitusi Negara
kita. Ada beberapa strategi peningkatan anggaran kesehatan yaitu : segera; kaji ulang UU
Kesehatan No 23 tahun 1992, pentingnya komitmen politik, advokasi yang konsisten dan
berkelanjutan, langkah radikal; dorong atau ganti dengan pemerintah yang punya political will
Kesehatan yang mahal bukan sekedar biaya pendidikan kesehatan kedokteran yang selangit.
Juga bukan hanya anggaran kesehatan yang minim. Tapi karena kesehatan adalah barang langka
yang jadi harapan banyak manusia. David Ricardo sudah lama mengemukakan tesis ini :
kelangkaan adalah pemicu untuk meraup keuntungan.

Anda mungkin juga menyukai