Anda di halaman 1dari 7

Amfetamin adalah suatu stimulan dan menekan nafsu makan.

Amfetamin menstimulasi sistem saraf


pusat melalui peningkatan zat-zat kimia tertentu di dalam tubuh. Hal ini menyebabkan terjadinya
peningkatan heart rate dan tekanan darah, menekan nafsu makan serta berbagai efek yang lain.
Penggunaan amfetamin dengan suatu kelainan psikiatri berhubungan dengan ketergantungan dan
penyalahgunaannya.
Amfetamin adalah kelompok narkoba yang dibuat secara sintetis dan akhir-akhir ini menjadi populer di
Asia Tenggara. Amfetamin biasanya berbentuk bubuk putih, kuning atau coklat dan kristal kecil
berwarna putih. Cara memakai amfetamin yang paling umum adalah dengan menghirup asapnya.
Termasuk dalam kelainan yang disebabkan oleh amfetamin atau zat yang mirip amfetamin antara lain
intoksikasi amfetamin, gangguan akibat penghentian penggunaan amfetamin, kelainan psikosis dengan
delusi dan halusinasinyang disebabkan oleh amfetamin, delirium karena intoksikasi amfetamin, kelainan
mood yang disebabkan oleh amfetamin, gangguan cemas karena penggunaan amfetamin, gangguan
tidur, dan disfungsi seksual.

Nama-nama pasaran ( street name ) : Speed, Bennies, Dexies, Uppers, Meth, Doe, Crystal, Ice.

Kemasan fisik : kapsul, tablet, cairan.

Contoh-contoh stimulan jenis amfetamin ialah amfetamin (Benzedrine), dextroamfetamin (Dexedrine),
methamfetamin (Methedrine, Desoxyn) dan phenmetrazine (Preludin). Lain-lain jenis bahan yang
menyerupai amfetamin dari segi kesannya termasuk diethypropion, pehetermine dan ephedrine.

Sejarah
Penggunaan amfetamin dalam klinik diperkenalkan pertama kali pada awal tahun 1930-an. Pada aknir
dekade ini perhatian dikhususkan pada ketergantungan amfetamin, dan pada tahun 1938 untuk
pertama kalinya dilaporkan psikosis yang ditimbulkan karena penggunaan amfetamin. Meskipun
demikian pada tahun 1932 dan 1946 hampir tiga dari dua belas klinikal yang menggunakan amfetamin
mengusulkan dan mencobanya dalam profesi medis, dan beberapa amfetamin dapat digunakan secara
nasal inhalan sampai pada akhir tahun 1971.
Segara setelah perang dunia II, di Jepang ditemukan suatu epidemi dari penyalahgunaan dan
ketergantungan metamfetamin intravena, tapi sampai akhir 1960-an di Amerika Serikat terdapat suatu
ketidakyakinan bahwa amfetamin atau sejenisnya dapat menyebabkan ketergantungan. Bagaimanapun,
karena perkembangan atas perhatian terhadap penyalahgunaan dan pemakaian yang berlebihan dari
amfetamin dan sejenisnya, maka regulasinya di bawah kontrol dari Food and Drug Adminstration (FDA)
pada pertengahan 1960-an. Disamping kontrol dalam jumlah obat, kontrol terhadap penyelundupan
atau produksi yang illegal pada laboratorium secara diam-diam terus ditingkatkan. Terdapat obat yang
cukup untuk menyebabkan suatu epidemi penyalahgunaan amfetamin dan metamfetamin pada akhir
1960-an. Epidemi ini membuat jelas potensial toksisitas dari amfetamin, terutama yang diguakan secara
intravena, termasuk istilah speed freaks dan speed kills . setelah dekade berikutnya kontrol dalam
produksi amfetamin yang dilegalkan semakin diperketat. Meskipun demikian penyalahgunaan
amfetamin dan obat yang mirip amfetamin di Amerika Serikat tetap ada, kebanyakan disuplai oleh
laboratorium gelap. Ketika untuk memperoleh amfetamin menjadi illegal biasanya digunakan prekusor
fenil-2-propana (P2P), pabrik-pabrik gelap menemukan cara lain untuk membuat metamfetamin dari
efedrin dan/atau pseudoefedrin yang secara luas mudah diperoleh dibanyak tempat menjual obat untuk
flu dan asma. Metode yang baru ini benar-benar menghasilkan presentasi yang lebih tinggi isomer-d
aktif dari metamfetamin dan ditiru oleh organisasi kriminal dengan menggunakan laboratorium dalam
skala yang besar dan produsen skala yang kecil untuk kepentingan yang lebih kecil. Pada akhir 1980-an
dilaporkan penggunaan asap dari kristal metamfetamin semakin meningkat, terutama di Hawai, tetapi
sampai pertengahan 1990-an penggunaan stimulan mirip amfetamin dilanjutkan sampai pada
penyalahgunaan kokain pada sebagian besar Amerika Serikat. Pada saat yang sama di Inggris, Australia,
dan Eropa Barat penggunaan amfetamin sering ditambahkan dengan penggunaan kokain. Pada
pertengahan 1990-an, metamfetamin penggunaannya meningkat sangat tajam pada semua daerah di
Amerika Serikat, khususnya di Kalifornia. Penigkatan ini dilihat jelas melalui survey, tes penghentian
obat, dan data dari bagian emergensi untuk toksisitas metamfetamin.
Penggunaan amfetamin yang sah dikhususkan untuk pengobatan narkolepsi dan defisit
perhatian/kelainan hiperaktivitas, metilfenidat lebih luas digunakan dalam indikasi yang lebih lanjut.
Beberapa zat yang mirip amfetamin masih digunakan sebagai penekan nafsu makan, tapi penggunaan
amfetamin itu sendiri dalam hal ini sudah tidak dianjurkan dan illegal pada beberapa daerah. Amfetamin
mungkin bermanfaat dalam pengobatan dari depresi atipik, tapi perhatian terhadap potensi
penyalahgunaan harus selalu dikontrol.
Di masyarakat amfetamin banyak digunakan oleh orang-orang yang bekerja di malam hari, sopir truk
jarak jauh, pelajar dalam mempersiapkan diri menghadapi unjian, dan atlit untuk meningkatkan
kemampuannya. Selain itu amfetamin juga popular bagi orang-orang yang ingin menurunkan berat
badannya, juga digunakan untuk menghilangkan efek dari barbiturate atau obat tidur lainnya yang telah
dikonsumsi sebelumnya.

Epidemiologi
Pada banyak Negara, penggunaan obat terlarang lebih sering terjadai pada orang yang berusia muda,
laki-laki lebih sering dari npada perempuan, dan pada orang dengan social ekonomi yang rendah, pada
daerah dengan rata-rata masalah social yang lebih tinggi4. Dilaporkan pada masa anak usia SMA (senior
high school) penggunaan stimulan lebih tinggi dari pada penggunaan kokain.
National Household Survey and Drug Abuse (NHSDA) melporkan pada tahun 1997 terdapat 4,5% dari
orang yang berusia 12 tahun atau lebih menggunakan stimulan bukan atas indikasi medis, hal ini
menunjukkan peningkatan yang drastic dari pada tahun sebelumnya. Persentasi yang paling tinggi
setelah penggunaan dalam 1 tahun (1,5%) antara umur 18-25 tahun, kemudian diikuti oleh umur 12-17
tahun. Sample ini tidak cukup luas untuk mendeteksi peningkatan dalam penggunaan amfetamin ini
disesuaikan dengan data dari ruang emergensi untuk keracunan yang berkaitan dengan amfetamin atau
program tes panghentian obat.
Survei dua populasi digunakan sebagai kriteria dianostik yang dapat diterima untuk mengukur besernya
penyalahgunaan dan ketergantungan yaitu studi Epidemiologic Catchment Area (ECA). ECA
melaporkankombinasi kategori antara ketergantungan dan penyalahgunaan amfetamin dan obat yang
mirip amfetamin, yaitu: prevalensi 1 bulan, 6 bulan, dan seumur hidup berturut-turut 0,1; 0,2; dan 1,7
persen. Rata-rata ketergantungan seumur hidup untuk umur 15-54 tahun yaitu 1,7%; 15% responden
memiliki kebiasaan penggunaan stimulant tanpa indikasi medis. Diantara yang dilaporkan tanpa indikasi
medis 11% ditemukan criteria ketergantungan.

Etiologi
Ketergantungan obat, termasuk amfetamin dan zat yang mirip anfetamin dipandang sebagai suatu hasil
dari sebuah proses interaksi dari banyak faktor (social, psikologi, kultural, dan biologi) yang
mempengaruhi kebiasaan penggunaan obat. Proses ini pada beberapa kasus, kehilangan fleksibilitas
yang berkaitan dengan penggunaan obat merupakan tanda ketergantungan obat. Tetapi, tidak semua
orang sama tergantung bagaimana biasanya efek dari obat yang diberikan apakah sama atau dari
kesamaan faktor yang dipengaruhi. Faktor farmakologi diyakini sangat penting dalam kelanjutan
penggunaan dan menuju ke arah ketergantungan dari obat tersebut. Amfetamin memiliki potensi untuk
meningkatkan mood dan efek euforigenik pada manusia dan efek menguatkan pada hewan percobaan.
Faktor sosial, kultural, dan ekonomi merupakan faktor penentu yang sangat berpengaruh terhadap
alasan pemakaian, pemakaian yang berkelanjutan, dan relaps. Pemakaian yang berlebihan lebih jauh
berkaitan dengan ketersediaan amfetamin atau obat yang mirip amfetamin.
Metabolisme amfetamin dan metamfetamin terutama oleh hati, tapi banyak yang dihirup diekskresikan
tanpa diubah dahulu melalui urin. Waktu paruh amfetamin dan metamfetamin akan sangat dipersingkat
jika urin dalam keadaan asam. Waktu paruh amfetamin pada dosis terapi berkisar antara 7-19 jam dan
untuk metamfetamin sedikit lebih panjang. Setelah dosis toksik, perbaikan dari gejala mungkin akan
lebih lama (sampai beberapa hari) dengan amfetamin dibandingkan kokain, tergantung pada pH urine.
Toleransi dan sensitisasi dari kebanyakan pengguna amfetamin untuk terapi memerlukan dosis yang
semakin tinggi untuk memperoleh efek euforik yamg sama, pada mereka terjadi peningkatan toleransi.
Sebagian toleransi meningkatkan efek kardiovaskular amfetamin.
Penggunaan amfetamin yang kronik yang memiliki status paranoid dan psikosis toksik biasanya
meningkat yang diyakini sebagai fenomena akibat peningkatan sentisisasi. Bagi yang memiliki riwayat
psikosis mugkin akan sangat cepat untuk mendapatkan serangan berikutnya. Mekanisme perubahan
kronik SSP terhadap pengaruh amfetamin terlihat dalam beberapa perubahan adaptif dari otak. Sebagai
contoh, stimulasi reseptor dopamine mengaktifkan cAMP pada neuron di dalam nucleus dan striatum.
Aktivasi ini menginisiasi suatu rantai intraseluler menghasilkan perubahan ekspresi dari gen, sebagian
dimediasi oleh fosforilasi dari faktor transkripsi cAMP Response Element Binding Protein (CREB). Salah
satu kerja dari CREB adalah meningkatkan tarnskripsi dari dynorphin dalam RNA. Fungsi ini sangat
penting karena dynorphin adalah suatu agonis selektif k-opioid, agonis k-resetor menghambat
pelepasan dopamine. Akson kolateral dari neuron pada nucleus melepaskan dynorphin pada k-reseptor
yang berada pada dopaminergik terminal, dengan begitu menghambat aktivitas dopaminergik. Tetapi
apabila penggunaan amfetamin dihentikan dan pelepasan dopamine belebihan terhenti, kompensasinya
level yang tinggi dari dynorphin menetap dan kemudian akan menghilangkan efek dopaminergik, ini
menyebabkan terjadinya anhedonia dan disforia akibat withdrawal amfetamin.
Apalagi neuron dari nukleus memperlihatkan penurunan konsentrasi dari protein Gi (dengan
menghambat adenil siklase) dan peningkatan dari cAMP-dependent protein kinase. Kedua perubahan ini
dapat bertahan beberapa minggu dan akan terjadi peningkatan regulasi jalur cAMP. Perubahan yang
menetap dari jalur cAMP tampak untuk menyajikan suatu mekanisme untuk efek pertahanan dari
stimulant. Pemberian berulang amfetamin menyebabkan induksi dan akumulasi protein mirip Fos,
antigen kronik yang terkat pada Fos (FRAs)(dimediasi oleh fosforilasi dari CREB). Kronik FRAs ini dapa
bertahan lama dan berbeda dari protein yang mirip dengan Fos yang tampak setelah pemakaian obat
sekali. Selain itu perubahan persisten dari transkripsi gen merubah morfologi neuron. Transmisi
glutamate, yang berfungsi penting untuksiklus modulasi dan efek sensitisasi sikap terhadap kokain, tidak
tampak untuk menolak amfetamin pada keadaan ini. Perbedaan ini mungkin penting, pembeda
perubahan adaptif diinduksi oleh dua kelas stimulant. Obat yang mirip amfetamin melepaskan
norepinefrin dan serotonin. Beberapa diantara efeknyanya yang sama dengan toksisitas amfetamin,
khususnya toksisitas kardiovaskular.

Diagnosis
Penggunaan amfetamin atau obat yang mirip amfetamin dapat dideteksi melalui skrining obat pada
sample urine. Hal yang terpenting dalam pemeriksaan urine adalah mudahnya prosedur yang harus
dilakukan. Keterbatasan dalam metode ini bahwa kebanyakan obat yang disalahgunakan hanya
terdeteksi kadar maksimumnya dalam urine hanya beberapa hari dan untuk kokain mungkin hanya
kurang dari 24 jam. Sebaliknya, banyak obat berada pada rambut untuk waktu yang lama. Walaupun
metode analisis rambut memiliki kelebihan obat dapat terdeteksi selama rambut bertumbuh, tetapi
jarang digunakan dalam klinik. Laporan dari pasien sendiri tentang penggunaan obat, terutama didukung
dengan hasil tes laboratorium (tes urine) biasanya lebih tepat, tetapi riwayat pasien mungkin tidak
sesuai, contohnya pada pasien dengan status psikotik. Oleh karena itu tes harus selalu diindikasikan,
walaupun mugkin banyak masalah penolakan. Jika hasil positif telah ditegakkan pada seorang pasien
dengan suatu kelainan psikiatrik, hal ini penting untuk tidak menggunakan obat ini lagi untuk
mengurangi penyebab penyakitnya.

Cara mendeteksi :
1. dalam urine : dengan pemeriksaan rapid dengan stik amfetamine,
misal
o stick buatan dos ni Rocha,
o stik buatan Oncoprobe
o stik utk amfetamin dari lainnya
2. dalam darah : dengan KLT ( kromatografi Lapisan Tipis / KLT ).

Gejala klinik
Tergantung dari dosis, cara pemakaian, dan pola penggunaan, ketergantunan amfetamin memiliki
bermacam efek pada kemampuan kerja dan berakibat keracunan. Dengan dosis oral yang relatif kecil,
perilaku mungkin masih dalam batas yang normal dan ketergantungan dimanifestasi hanya dengan
kelemahan tubuh dan gejala depresi. Dengan dosis yang lebih tinggi, selain usaha untuk memperoleh
obat, selalu ditemukan juga hiperaktivitas, kurang istirahat, buxism, banyak bicara, iritabilitas dan dan
sifat yang mudah tersinggung, penurunan waktu tidur, dan penurunan selera makan yang selalu disertai
dengan penurunan berat badan. Umumnya terjadi peningkatan mood, pengguna amfetamin senang
berteman dan mungkin memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Dengan dosis yang sangat tinggi dan
digunakan secara intravena dan inhalan perilaku dan pengambilan suatu keputusan terganggu,
ketergantungan dapat terjadi dengan cepat, dan peningkatan status paranoid juga sangat tinggi.
Mungkin juga terjadi perilaku yang berulang-ulang yang tidak memiliki alasan yang rasional, seperti
mengambil suatu bagian dari sebuah benda atau menyusun kembali suatu benda. Beberapa tidak
tampak perilaku yang agresif, tapi ini mungkin terjadi selama periode intoksikasi atau selama amfetamin
menginduksi terjadinya psikosis.
Beberapa orang menggunakan amfetamin atau obat yang mirip amfetamin untuk menginduksi euforia,
seperti pada pengguna yang senantiasa meningkatkan dosis pemakaiannya sampai pada dosis yang
sangat tinggi, terutama apabila mereka menggunakannya secara intravena atau inhalasi. Cara ini sangat
berbahaya, dan pada mereka biasanya terjadi kompulsif atau efek toksik. Walaupun penggunaan
intravena pada awalnya mengkin secara berulang perhari atau perminggu, seperti pada penggunaan
dosis tinggi sering meningkatkan kesenangan selama penggunaan beberapa gram amfetamin secara
injeksi atau inhalasi. Pengguna metamfetamin lebih suka untuk menggunakan dosis standar harian dan
cenderung untuk mengubah cara pemakaiannya karena obat ini dapat mengiritasi mukosa hidung dan
paru.
Pengguna amfetamin dosis tinggi sering mengkombinasikannya dengan sedatif, benzodiasepin, atau
opioid untuk memodulasi efek stimulan. Penggunaan alkohol dan ketergantungan alkohol biasa
ditemukan bersama dengan penyalahgunaan amfetamin dosis tinggi dan ketergantungan.
Metamfetamin seringkali digunakan untuk menghilangkan efek sedasi dari alkohol dan memperpanjang
waktu dalam melakukan hubungan seks. Beberapa peneliti percaya bahwa metamfetamin
meningkatkan perilaku suka berganti-ganti pasangan sseks dan transmisi dari HIV.
Sindrom intoksikasi amfetamin sama dengan sindrom intoksiskasi kokain. Intoksikasi amfetamin dapat
terjadi sebagai akibat dari dosis tunggal yang diberikan pada individu yang tidak dapat mentoleransinya,
tetapi kebanyakan gejala intoksikasi ini ditemukan pada orang penyalahguna atau yang ketergantungan.
Beberapa manifestasinya yaitu efek dari obat yang berlebihan, termasuk euforia, kurang istirahat,
peningkatan kewaspadaan, banyak bicara, dan perilaku yang sering meniru secara berulang-ulang.
Intoksikasi juga mugkin disertai dengan halusinasi visual dan raba atau ilusi. Umunya pasien dapat
mengenali gejala-gejala yang diinduksi obat ini. Apabila tidak, diagnosis psikosis akibat penggunaan
amfetamin harus ditpertimbangkan. Gejala intoksikasi amfetamin biasanya mulai menghilang dalam
waktu 24-48 jam setelah obat diekskresi.
Walaupun delirium intoksikasi dan kelainan psikosis akibat amfetamin atau obat yang mirip amfetamin
biasanya hanya ditemukan pada penggunaan dalam dossis yang tinggi untuk jangka waktu yang lama,
beberapa gejala dilaporkan ditemukan pada orang yang peka setelah pemberian dosis terapi untuk
waktu yang singkat. Haloperidol dan fenotiazine telah digunakan dalam terapi gejala psikosis. Walaupun
gejala dilusi oleh kokain bersifat hanya singkat, tetapi obat yang mirip amfetamin mungkin tidak
menunnjukan perbaikan dalam beberapa hari setelah obat dihentikan. Pada proses penyembuhan
psikosis atau sindrom delirium mungkin ditemukan amnesia selama proses berlangsung atau hanya
sebagian proses. Psikosis yang diinduksi oleh amfetamin ini dapat bertahan sampai beberapa tahun dan
pada stadium yang akut mungkin terlihat pasien bingung, disorientasi, kelainan mood, dan gejala dilusi.
Pasien yang dalam masa penyembuhan karena psikosis yang diinduksi oleh amfetamin kelihatannya
lebih mudah tersensitisasi dan dapat terjadi akut psikosis paranoid jika terekspose ulang dengan dosis
kecil amfetamin, dan beberapa dapat terjadi eksaserbasi pada respon terhadap stres.
Kelaian mood yang disebabkan karena amfetamin dapat terjadi selama intoksikasi atau karena putus
obat. Pada umumnya intoksikasi diasosiasikan dengan manik atau mood yang tidak stabil, sedangkan
gejala putus obat diasosiasikan dengan penampilan mood depresi. Gejala manik dan hipomanik ini
sering terlihat selama penggunaan amfetamin yang jarang menetap di luar periode pemakaian obat, tapi
hipoforia, depresi, dan gejala anhedonik tidak biasanya menetap diluar periode putus obat. Pasien
mungkin mencari pengobatan untuk gejala yang menetap. Walaupun amfetamin sering digunakan untuk
meningkatkan kemampuan seksual, dosis yang tinggi dan penggunaan dalam jangka waktu yang lama
dihubungkan dengan impotensi dan disfungsi seksual lainnya. Penggunaan amfetamin dapat
menimbulkan insomnia dan gangguan tidur. Seseorang yang dalam keadaan putus obat karena
amfetamin dapat mengalami hipersomnolen dan mimpi buruk.
Survei toksisitas dan komplikasi pada pengguna amfetamin di Australia melaporkan bermacam-macam
gejala fisik dan masalah psikologik yang ditimbilkan karena penggunaan amfetamin antara lain kelelehan
(89%), kehilangan nafsu makan (85%), dehidrasi (73%), juga dilaporkan adanya sakit kepala, nyeri otot,
nafas yang pendek, dan tremor. Gejala psikologiyang paling sering adalah perubahan mood (80%),
gangguan tidur (78%), kecemasan, kesulitan untuk berkonsentrasi, depresi dan paranoid (masing-masing
70%), halusinasi, aggresivitas dan tindakan kekerasan (masing-masning 45%).
Obat yang mirip amfetamin dapat menyebabkan bahaya bagi sistem kardiovaskular (seperti perdarahan
intrakranial, aritmia dan gagal jantung akut) karena kemampuan mereka untuk merangsang pelepasan
norepinefrin, dopamin, dan serotonin, dan meningkatkan tekanan darah. Kemungkinan efek seperti
kardiovaskular berhubungan dengan dosis dan kecepatan absorpsi dari obat. Penggunaan
metamfetamin secara inhalan atau injeksi intravena menimbulkan gejala kardiovaskular yang lebih
berat. Hipertermia dan pembentukan radikal bebas yang diinduksi oleh amfetamin dipercaya terlibat
dalam menyebabkan terjadinya rabdomiolisis dan obstruksi tubulus ginjal. Amfetamin juga dihubungkan
dengan peningkatan resiko terjadinya penyakit menular seksual karena efeknya yang meningkatkan
kemampuan seksual seseorang.
Pengobatan
Pengobatannya tidak ada yang spesifik, kebanyakan pemakai yang hanya menggunakannya secara
kebetuluan tidak memerlukan pengobatan atau mencari pengobatan. Pada ketergantungan pada tingkat
sedang yang sementara mendapat terapi untuk gejala yang timbul, tidak ada pengobatan yang spesifik
untuk ketergantungannya pada amfetamin. Sebuah program yang disajikan dengan struktur yang baik
dan memanualisasikan terapi perilaku dan kognitif menggunakan kombinasi konseling kelompok dan
pribadi yang pada awalnya dikembangkan untuk menangani pemakai kokain, ternyata menghasilkan
efek yang sama baiknya untuk penanganan ketergantungan metamfetamin.
Berbagai macam agen farmakologi telah diteliti untuk mengobati ketergantungan amfetamin. Hampir
dari semua obat-obatan ini telah dicoba pada terapi ketergantungan kokain tetapi memberikan hasil
yang mengecewakan. Sebagai contoh, walaupun imipramin (Tofranil) (150 mg perhari) meningkatkan
retensi pengobatan, ini tidak memiliki efek yang jauh berbeda pada penggunaan metamfetamin.
Walaupun fluoksetin (Prozac) (20 mg perhari) telah dilaporkan dapat bermanfaat dalam penanganan
ketergantungan amfetamin, keberhasilannya pada pasien dengan ketergantungan kokain masih jarang
dilaporkan.
Di Eropa dan Australia etika dan kemanjuran dari pemberian amfetamin oral untuk penanganan
pengguna amfetamin masih merupakan suatu perdebatan. Cara ini telah dilakukan di Inggris, walaupun
masih bervariasi dari satu daerah dengan daerah yang lain.
Bahaya lain yang dapat terjadi pada penggunaan amfetamin dan obat yang mirip amfetamin yaitu
overdosis. Gejalanya antara lain: kulit pucat atau membiru, hilang kesadaran, melemahnya denyut
jantung, dan kesulitan bernafas. Apabila kita menemukan gejala seperti ini carilah pertolongan
secepatnya. Langkah-langkah yamg dapat diambil sebelum sebelum adanya bantuan: bebaskan jalan
nafas penderita (pada hidung dan mulut), baringkan pada sisi tubuhnya karena jika terlentang jalan
nafas penderita dapat tersumbat, periksa pernafasannya, dan periksa detak jantungnya. Pada saat
bantuan datang, ceritakan kepada petugas medis tentang kecanduan yang diderita pasien.

Anda mungkin juga menyukai