Anda di halaman 1dari 4

PENGALAMAN SERU KE MACAU

Awal saya mulai travelling ke luar negeri akibat ulah teman saya yang tiba-toba memosting tulisan
lebih dari 70% orang yang umurnya diatas 35 tahun menyesal karena tidak pernah berpergian ke luar
negeri sekitar tahun 2012. Alhasil, satu bulan dari postingan tersebut saya dan teman dekat saya
dikantor mulai mencari-cari tiket early bird fare ke luar negeri. Karena ada tiket murah dari salah satu
maskapai dengan destination Hongkong, maka kami mengambil tiket menuju kesana karena penasaran
kesana karena banyak yang bilang bandaranya aja diatas 10 kali lipat dibanding Changi Airport.
Day # 1
Saya tiba di Hongkong International Airport ( HKIA) dan kami sangat takjub woww..gella gede banget
nie bandara, pantes diatas Changi Airport. Dibandara ini tidak begitu bingung, karena semua jelas
paling yang sulit adalah kami mencari drinking water, maklum belum tahu harga minum disini takut
mahal seperti di Singapura. Bedanya dengan Changi Aiport lebih banyak persediaan drinking water,
sedangkan di HKIA hany dekat toilet dan kami berpikir kok air munum ditaruh deket toilet yak?. Lalu
kami mengeluarkan isi botol aqua tanggung, dan mulai mengisi air minumnya.
Setelah itu, kami menuju ke counter octopus. Octopus adalah kartu yang digunakan untuk naik MTR (
kereta) dan bus selama di hongkong seperti EZ Link klo di Singapura. Setelah berhasil membeli octopus
card, kami menuju MTR disana yang kebetulan masih di area bandara. Kami begitu heran kok sepi
banget ya hanya ada 3 orang termasuk kami dalam satu gerbong. Setelah keluar dan kami tapping
ternyata saldo kami berkurang $90, dan kami saling melotot wew..kok mahal banget yak. Tapi ya nasi
udah jadi bubur.
Kami berhenti di stasiun Central karena langsung ingin menuju ke Macau, sesampainya disana kami
mencari terminal Ferry ke Macau dan mengecek harga. Sekali nyebrang sekitar $190. Lalu tiba-tiba
disaat kami jalan, kami mendegar ada penjual bilang ticket COTAI only $150, lalu kami berhenti.
Saya : excuse me, did u say that the ferry ticket only $150, is it right?
Calo : hoohhh.. aku ga tau lah ngomong pakai bahasa sana yang intinya iya
(saling liat-liatan dengan teman, beli gak ya tapi takut tuh tiket gak bisa digunain)
Teman saya : beli aja ya Deb, lumayan murah kayanya sih bener
Lalu kami langsung membeli tiket pulang-pergi. Begitu sampai di ferry, kami bingung karena orang-orang
pada dapat nomor bangku sedangkan kami tidak. Lalu kami memberikan kepada petugasnya.
Petugasnya: hey..you dont have a sit number ( dengan nada ketus)
Saya : ya..I dont know it, so what should I do for get the sit number ( nyolot juga)
Petugasnya : stay inside ( sambil menujuk pojokan)
Aku dan temanku bingung, kok gak ramah. Agak lama kami berdiri, dan gak mungkin naik ferry sambil
berdiri sementara goyang-goyang nie kapal. Lalu aku memberanikan diri menuju ke petugasnya.
Aku: excuse me, how about us. Thats imposible, we should be stand until Macau.
Petugasnya: just stay inside ( galak)
Aku : what do you mean stay inside. YeahI know stay in there, but how long???
Lalu ku lihat ada seorang petugas bapak-bapak, dan aku beralih ke petugas itu .
Aku : excuse me Sir, I dont have a sit number, would you want to help me?
Petugasnya : owhh, wait a moment ( dengan nada sopan dan ramah)
Lalu si petugas wanita lalu mendekati kami, dan memberi kami tiket dengan nomor bangku. Dan kami
tenang. Ya mungkin ini akibat beli tiket di calo.
Akibat peristiwa tersebut, begitu kami sampai di Macau terminal kami langsung mencari loket
kepulangan, karena tiket yang dijual ini bentuknya voucher. Lalu kami tukar dengan tiket asli dan jadwal
kami pulang adalah 10 AM. Lalu kami keluar menuju bus, kami bingung harus naik bus apa dan setiap
tanya orang disana hanya bisa menjawab dengan bahasa Portugis atau bahasa kantonis ( bahasa China-
Hongkong).
Lalu kami mendengar ada petugas yang bilang Free bus to Venetian dan kami banyak sekali orang
antri disana. Pas sampai giliran kami yang mau naik, si petugas bertanya:
where do you go?,
Aku : Sintra hotel
Si petugas : no..no this bus
( no..no this bus,, trus yang mana?? Gue bingung keleus) dumel ku. Lalu kami keluar dari barisan
tersebut, dan bertanya kepada salah seorang nenek tua. Dia bingung karena bahasaku, lalu aku
menujukan alamat Sintra hotel dan lagi-lagi dia menerangkan mengunakan bahasa China dan aku hanya
bisa hah..hah.. lalu dia menggunakan tangannya sambil menunjuk halte tempat kami harus menunggu
bus. Si nenek itu berbicara ke temannya yang cowok yang saat itu sedang duduk, Cuma temannya
respon dengan flat face, sambil geleng-geleng seperti dengerin musik membuat kami penasaran nie
orang gini banget, kaya lagi dengerin musik padahal gak loh. Lalu bis yang dimaksud datang, dan si
nenek teriak menyuruh kami naik dan kami naik.
Begitu sampai di bis, si petugas ngomong pakae bahasa sana intinya kita harus bayar dan kami bingung
karena kami kira ini bus gratis seperti bus tadi. Karena bingung, tiba-tiba ada seorang ibu-ibu berbicara
kepada kami.
Ibu itu : you should pay
Aku: hah? How much mam sambil berbica juga ke teman dengan bahasa Indonesia.
Ibu itu : $4 saja, itu cukup kok. Hmmm..ternyata ibu itu bisa bahasa Indonesia. Dan berhubung kami
tidak ada uang kecil, lalu ibu itu memberi kami uang $5 dan menyuruh kami memasukan ke dalam kotak
uang. Selama di bus kami berbincang, ternyata ibu tersebut pernah tinggal di Balikpapan namun hanya
samapi umur 11 tahun, pantas saja bahasa Indonesia yang dia gunakan sangat baku dan kosakatanya
kurang seperti orang china yang baru belajar bahasa Indonesia. Kami berbincang mulai dari tanya laamat
hotel sampai dia memberitahukan agar kami hati-hati disini karena banyak copet disini, dia bilang ini
kota judi jadi pasti ada copet untuk nyari modal buat berjudi. Lalu si ibu menunjukan tempat
pemberhentian kami dan menunjukan arah kemana kami harus berjalan menuju Sintra hotel.
Sesampainya di Sintra, kami check in dan beres serta menaruh tas. Karena waktu kami hanya sedikit,
satu jam kemudian kami keluar dengan tujuan pertama adalah gereja Ruin St. Paul, bangunan gereja
yang sudah runtuh namun gapuranya masih tegak berdiri, kami mulai mencari dan melewati pasar
namun outlet-outlet dipasar tersebut terbilang branded seperti shasha, Giordano dll, kami muter-
muter dan melihat orang membawa egg tart. Egg tart adalah kue khas macau yang dijual deket gereja
tersebut. Wahh..dibenak kami gereja tersebut sudah dekat dan benar sekali , kami mengikuti orang-
orang yang ramai berjalan dan akhirnya sampai di gereja tersebut, kami takjub karena gereja ersebut
seperti bangunan romawi dan benar masih berdiri hanya disanggah oleh bambu saja. Dan mulai berfoto-
foto, lalu lanjut ke museum de macau yang intinya museum biasa namun jika ingin tahu lebih lanjut
harus membayar. Berhubung kami kurang tertarik dengan museum jadi kami hanya keliling di sekitaran
museum yang gratis saja hehhehe.
Setelah puas berfoto ria di daerah ini, kami lanjut mencari egg tart. Kami lihat orang ramai bukan
membeli egg tart seperti yang dibilang di internet tapi rame membeli koi sejenis babi asap. Dan aku
sama sekali tidak tertarik, karena aku tidak suka babi, bukan haram lhoobaunya saja udah ga enank
gimana mau makan hehehe.
Aku: ini mana egg tart yang dibilang rame ya ce, perasaan lebih rame beli koi
Temanku : iya, gue liat biasa-biasa aja. Aduhhh mana susah banget lagi nyari orang Indonesia disini jadi
bingung mau nanyanya
Aku : trus kita beli yang mana, gue juga bingung nie
Temanku : cap cis cus aja, menurut loe yang mana?
Aku : ibu-ibu itu aja yak
Akhirnya kami menuju ibu-ibu itu, dan egg tart yang kami coba biasa aja asli gak seperti orang bilang
bisa makan berkali-kali.

Anda mungkin juga menyukai