Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Teknologi Pengelasan 2

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pengelasan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pertumbuhan
peningkatan industri karena memegang peranan utama dalam rekayasa dan reparasi
produk logam. Sebagai alat penyambungan yang bersifat permanen, pengelasan
merupakan sambungan yang lebih ringan dan kuat dari sambungan keling. Sesuai
dengan kemajuan yang begitu pesat dari teknik pengelasan ini, cara penggunaan las ini
sangat luas.dalam bidang industri, sebagai bagian mesin konstruksi. Untuk itu, masalah
weldability memiliki peranan yang penting pada pengelasan dibandingkan dengan
pertimbangan-pertimbangan yang lain.
Demikian juga dengan tuntutan keanekaragaman proses las yang sesuai dengan
standar spesifikasi dan masing-masing benda kerja telah bermunculan untuk memenuhi
kebutuhan. Weldability meliputi beberapa faktor yang saling berkaitan antara lain : jenis
proses las, lingkungan, komposisi elemen kimia logam, rancangan sambungan las,
ukuran benda kerja, parameter las, persyaratan standar yang diminta serta perlakuan
panas bila diperlukan. Faktor-faktor tersebut dapat sangat menentukan weldability
dimana bila salah satu atau beberapa faktor diabaikan atau tidak memenuhi persyaratan
akan menimbulkan masalah yang serius yaitu retak las, distorsi las, dan cacat las.

1.2 Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetaui perbedaan struktur mikro dan nilai
kekerasan pada logam las, logam induk dan pada daerah HAZ pada medium carbon
steel.







Laporan Praktikum Teknologi Pengelasan 2


2

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengelasan
Pengelasan (welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan
dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang continue.
Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi sangat luas, meliputi
perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, dan sebagainya.
Pengelasan bukan tujuan utama dari konstruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk
mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan cara
pengelasan harus betul betul memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian antara
sifat sifat las dengan kegunaan konstruksi serta kegunaan disekitarnya.
Weldability yang baik meliputi beberapa faktor yang saling terkait antara lain :
Jenis logam dan komposisi kimianya
Proses las yang digunakan
Rancangan dan pemilihan parameter las
Dimensi benda kerja
Perlakuan panas yang sehubungan dengan persyaratan yang dituntut berdasarkan
spesifikasi
Kondisi lingkungan
Temperatur pada saat pengelasan berlangsung

Ada problem serius yang dapat terjadi jika faktor faktor yang telah disebutkan
diatas diabaikan atau tidak memenuhi syarat, antara lain:
Retak las
Distorsi
Cacat las serta kegagalan kegagalan lain.

Banyak sekali cara pengklasifikasian yang digunakan dalam bidang las. Secara
konvensional cara pengklasifikasian berdasarkan benda kerja dan klasifikasi
berdasarkan energi yang digunakan.
Laporan Praktikum Teknologi Pengelasan 2


3

Klasifikasi yang pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las
patri dan lain lain. Sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok
seperti las listril, kimia, mekanik, dan lain lain.
Dibawah ini klasifikasi dari cara pengelasan :
1. Pengelasan Cair
Las gas
Las busur plasma
Dll
2. Pengelasan Tekan
Las titik
Las gesek
Dll
3. Las Busur
Elektroda Terumpan
Las Busur Gas
Las m16
Las busur CO
2

Las Busur Gas dan Fluks
Las busur fluks
Las elektroda tertutup
Dll.

2.2 Shielded Metal Arc Welding (SMAW)
SMAW merupakan suatu teknik pengelasan dengan menggunakan arus listrik berbentuk
busur arus dan elektroda berselaput. Tipe-tipe lain dari pengelasan dengan busur arus
listrik adalah submerged arc welding SAW, gas metal arc welding GMAW-MIG, gas
tungsten arc welding G dan plasmaarc. Didalam pengelasan SMAW ini terjadi gas
penyelimut ketika elektroda terselaput itu mencair, sehingga dalam proses ini tidak
diperlukan tekanan/pressure gas inert untuk mengusir oksigen atau udara yang dapat
menyebabkan korosi atau gelembung-gelembung didalam hasil las-lasan. Prose
pengelasan terjadi karena arus listrik yang mengalir diantara elektroda dan bahan las
membentuk panas sehingga dapat mencapai 3000 oC, sehingga membuat elektroda dan
Laporan Praktikum Teknologi Pengelasan 2


4

bahan yang akan dilas mencair. Berdasarkan jenis arus-nya, pengelasan ini lasnya
terbagi atas dua jenis yaitu constant current - arus tetap dan constant voltage - tegangan
tetap, dimanapada setiap pengelasan busur arus listrik jika terjadi busur yang membesar
akan menurunkan arus dan menaikkan tegangan serta pada busur yang memendek akan
meningkatkan arus dan menurunkan tegangan.

Untuk mendapatkan pengelasan yang baik harus :
menggunakan elektroda yang tepat
jenis arus yang tepat
jenis polaritas yang tepat untuk arus DC
hindari gerakan pengelasan kiri kanan selama mengelas
bentuk busur arus yang pendek, lakukan pengelasan secara mantap dan teratur
laju pengelasan yang sesuai dengan kecepatan elektroda yang mencair.

Masalah-masalah yang sering timbul pada pengelasan busur arus adalah :
elektrode membeku / pengelasan terhenti
bentuk kampuh las yang jelek
busur arus las yang jelek karena mengembang
Sedang selaput elektrode / fluks umumnya terbuat dariserat
kayu/sellulosa
titanium oksida
titanium + senyawa basa
Mn + Fe + Si
Besi oksida
CaCO3, yang akan membentuk jebnis-jenis elektrode berupa type : E, R, ER,
EC, EW, B, RB, RG dan F.
Laporan Praktikum Teknologi Pengelasan 2


5


Prinsip dasar SMAW

Pemilihan elektrode ini berdasarkan :
sifat dari bahan yang akan dilas
posisi pengelasan
type sambungan
jumlah pengelasan
kerapatan sambungan pengelasan
jenis arus yang tersedia.

Mesin las AC
Mesin listrik diklasifikasikan mesin las AC dan mesin las DC, mesin las AC biasanya
berupa trafo las, sedangkam mesin las DC selain trafo yang dilengkapi dengan rectifier
atau diode ( Perubah arus bolak balik menjadi arus searah ) biasanya menggunakan
motor penggerak baik mesin disel atau motor bensin dan motor listrik. Mesin las AC
yang menggunakan transformator atau trafo las.
Saat ini banyak digunakan mesin las DC karena DC mempunyai
beberapa kelebihan dari pada mesin las AC, seperti misalnya busur stabil,
polaritas dapat diatur.
Keuntungan
SMAW adalah proses las busur paling sederhana dan paling serba guna. Karena
sederhana dan mudah dalam mengangkut alat-alatnya, membuat proses SMAW ini
banyak dipakai untuk mengelas pipa-pipa refinery hingga pipelines, bahkan untuk
mengelas di bawah laut guna memperbaiki struktur anjungan lepas pantai. Pengelasan
bisa dilakukan pada berbagai posisi atau lokasi selagi masih bisa dijangkau dengan
Laporan Praktikum Teknologi Pengelasan 2


6

elektroda. Sambungan-sambungan dimana pandangan mata terbatas bisa di las dengan
cara membengkokkan elektroda.
Proses SMAW digunakan untuk mengelas logam-logam ferrous dan non ferrous,
termasuk carbon steel, low alloy steel, stainless steel, nickel steel, cast iron, dan paduan
tembaga.
Kelemahan
Meskipun proses las SMAW mempunyai daya guna tinggi, proses ini mempunyai
beberapa kelemahan. Kecepatan pengisiannya lebih rendah dibanding proses semi-
otomatis atau otomatis. Panjang elektroda tetap dan pengelasan mesti dihentikan jika
elektroda sudah habis terbakar. Puntung elektroda yang tersisa terbuang, dan waktu juga
terbuang untuk menggantiganti elektroda. Slag atau terak yang terbentuk di atas
lapisan las harus dibuang terlebih dahulu sebelum lapisan berikutnya didepositkan.
Langkah-langkah ini mengurangi efisiensi las hingga 50 %.
Asap dan gas yang terbentuk juga menjadi masalah. Oleh karena itu harus tersedia
ventilasi memadai pada pengelasan dalam ruang tertutup. Pandangan mata pada kawah
las agak terhalang oleh slag dan asap yang menutupi endapan logam. Dibutuhkan juru
las sangat terampil agar dapat menghasilkan pengelasan berkualitas radiography apabila
mengelas pipa atau plat hanya dari arah satu sisi.

2.3 Siklus Thermal Las
Proses pengelasan adalah proses yang melibatkan panas. Panas dapat diperoleh
dari energi listrik, gas dan lain-lain. Dengan pemberian panas ini, maka pada logam
akan terjadi suatu siklus panas yang menunjukkan perubahan temperatur sebagai fungsi
waktu. Siklus panas ini akan dialami oleh daerah lasan, daerah sekitar lasan dan daerah
logam induk. Siklus panas yang dialami oleh daerah-daerah ini berbeda-beda sesuai
dengan jarak daerah tersebut terhadap sumber panas.
Hal tersebut akan berhubungan dengan temperatur puncak yang dicapai, serta
kecepatan pemanasan dan pendinginan dari masing-masing daerah. Daerah dekat
lapisan logam las akan mengalami temperatur yang tinggi dengan laju pemanasan dan
pendinginan yang cepat. Daerah yang berada sedikit lebih jauh akan berada pada suatu
temperatur puncak medium dengan laju pemanasan dan pendinginan yang relatif lebih
Laporan Praktikum Teknologi Pengelasan 2


7

lambat. Daerah yang jauh dari lapisan logam las akan mengalami temperatur puncak
yang rendah dengan laju pemanasan dan pendinginan yang lebih lambat lagi.
Daerah lasan terdiri dari tiga bagian, yaitu logam lasan, daerah pengaruh panas
atau Heat Affected Zone (HAZ), serta logam induk. Logam las adalah bagian dari logam
yang pada saat pengelasan mengalami pencairan kemudian membeku. Daerah pengaruh
panas (HAZ) adalah logam induk yang bersebelahan dengan logam las dan selama
proses pengelasan mengalami siklus thermal pemanasan dan pendinginan yang cepat.
Logam induk yang tidak terpengaruh adalah bagian logam dasar dimana panas dan suhu
pengelasan tidak menyebabkan terjadinya perubahan struktur dan sifat.
Disamping ketiga pembagian daerah utama tersebut, masih ada satu daerah
khusus yang membatasi daerah logam las dengan daerah pengaruh panas yaitu batas las.
Dalam gambar dapat dilihat siklus thermal dari beberapa tempat dalam daerah HAZ
dengan kondisi pengelasan tetap.



2.4 Metallography
Metalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur dan komponen dari suatu
logam dengan menggunakan mikroskop optik, maupun mikroskop elektron.
Persiapan spesimen untuk metalografi dilakukan dengan cara :
Pemotongan spesimen.
Mounting (jika dibutuhkan)
Grinding
Polishing
Etching
Laporan Praktikum Teknologi Pengelasan 2


8

Setelah melalui proses tersebut maka pada saat dilihat dengan mikroskop optik atau
mikroskop elektron hasil yang diperoleh akan maksimal.
Mikro struktur yang berbeda akan dilarutkan dengan kecepatan yang berbeda sehingga
meninggalkan bekas permukaan dengan orientasi sudut yang berbeda pula. Dengan
demikian apabila seberkas sinar dikenakan pada permukaan logam yang telah di test
maka sinar tersebut akan dipantulkan sesuai dengan orientasi sudut permukaan yang
terkena.

2.5 Hardness Test
Pengujian Kekerasan adalah satu dari sekian banyak pengujian yang dipakai,
karena dapat dilaksanakan pada benda uji yang kecil tanpa kesukaran mengenai
spesifikasi. Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical
properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya
untuk material yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional force)
dan dinilai dari ukuran sifat mekanis material yang diperoleh dari deformasi plastis
(deformasi yang diberikan dan setelah dilepaskan, tidak kembali ke bentuk semula
akibat indentasi oleh suatu menda sebagai alat uji.
Pengujian kekerasan Brinell dilakukan dengan penekanan bola baja yang telah
dikeraskan dengan diameter D dan beban P terhadap suatu spesimen. Diameter indentasi
pada permukaan spesimen setelah beban di bebaskan adalah d. Rumus untuk Brinell ini
adalah sebagai berikut :



Dimana : HBN = angka kekerasan Brinell
P = beban
D = diameter bola
d = diameter rata-rata indentasi

Apabila pada pengujian Brinnel dilakukan pengukuran tapak tekan secara
manual, maka pada pengujian kekerasan Rockwell pengukuran dilakukan langsung oleh
mesin, mesin langsung menunjukkan angka kekerasan dari bahan yang diuji. Prinsip
) (
2
2 2
d D D D
P
HBN

Laporan Praktikum Teknologi Pengelasan 2




9

pengujian kekerasan Rockwell hampir sama dengan pengujian kekerasan Brinell yaitu
angka kekerasan sebagai fungsi dari kedalaman indentasi pada spesimen akibat
pembebasan statis. Perbedaannya dengan pengujian kekerasan Brinell yaitu pada
pengujian kekerasan Rockwell di gunakan beban dan indentor yang lebih kecil.
Pengujian kekerasan ini banyak dilakukan di Industri sebab pelaksanaannya lebih cepat.
hal ini disebabkan angka kekerasan langsung ditunjukkan oleh mesin. Prosedure
pengujian kekerasan Rockwell dilakukan dengan menekan indentor dengan beban awal
10 kg, yang menyebabkan kedalaman indentasi h, jarum penunjuk di set pada angka nol
skala hitam, setelah itu beban awal masih tetap. Cara kerja ini secara skematik ditujukan
pada Gambar


















Laporan Praktikum Teknologi Pengelasan 2


10

BAB III
METODE PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
1. Perangkat pengelasan 1 set
2. Perangkat untuk metalografi yang terdiri dari
a. Kikir
b. Ampelas dengan grid 80, 120, 240, 300, 400, 500, 600, 800, 1000, 1500, dan
2000
c. Autosol
d. Mesin polish
e. Mikroskop optik untuk metalografi
3. Perangkat untuk hardness test

Bahan-bahan dalam proses pengelasan yakni
1. Medium Carbon Steel (AISI 1045)
2. Elektroda dengan spesifikasi :
JIS E4313, AWS E6013, RB-26, d = 2.6 mm


Spesifikasi elektrode
Laporan Praktikum Teknologi Pengelasan 2


11

Bahan yang digunakan pada proses metalografi yakni
1. Resin dan katalis
2. Cetakan moulding
3. Larutan etsa berupa nital, yang terdiri dari 98% alkohol dan 2% HNO
3


3.2 Langkah-langkah Percobaan
Langkah-langkah proses pengelasan
1. mempersiapkan peralatan pengelasan dan specimen
2. memotong specimen menjadi 2 bagian dengan menggunakan gergaji besi
3. membersihkan dan meratakan permukaan atau bagian yang akan dilas dengan
menggunakan kikir atau gerinda
4. mempersiapkan alat lasan dengan tegangan 40 V dan arus 85 A
5. melakukan proses pengelasan dengan melakukan pre heat pada ujung base metal
selama 5 menit terlebih dahulu
6. membersihkan sambungan lasan dari kerak-kerak dengan menggunakan palu las
dan sikat baja
7. mematikan dan menyimpan kembali peralatan lasan.

Langkah-langkah proses preparasi spesimen
1. memotong specimen sesuai dengan ukuran yang diinginkan (lebih kecil) dengan
menggunakan gergaji besi
2. mempersiapkan permukaan specimen yang akan diuji metalografi dengan
diratakan dengan kikir atau mesin gerinda
3. mempersiapkan cetakan moulding dengan menggunakan tutup botol atau
cetakan kertas karton
4. mempersiapkan cairan resin dan katalis untuk proses moulding
5. melakukan proses moulding dengan meletakkan specimen pada cetakan, lalu
memasukkan campuran resin dan katalis
6. menunggu selama 20 menit agar cetakan resin keras.
7. Setelah cetakan keras, meratakan permukaan specimen yang akan diuji dengan
menggunakan kikir.

Laporan Praktikum Teknologi Pengelasan 2


12

Langkah-langkah proses polishing dan etching
1. Mempersiapkan mesin polishing dan coolant
2. Menghalusratakan permukaan specimen yang akan diuji dengan ampelas mulai
grid 80 hingga terakhir grid 2000
3. Mengkilapkan specimen dengan autosol
4. Mempersiapkan larutan etsa berupa natal, dengan komposisi 2% HNO
3
dan 98%
alkohol.
5. Mencelupkan specimen dengan larutan etsa selama 10 detik, lalu dibilas dengan
aquades
6. Mengeringkan specimen dengan hairdryer
7. Specimen siap untuk metalografi

Langkah-langkah proses metalografi
1. Menyalakan komputer dan alat mikroskop optik
2. Meratakan permukaan specimen dengan menggunakan press dan plastisin
3. Meletakkan specimen pada mikroskop optik
4. Mengamati struktur mikro specimen dengan mikroskop optik, dengan
perbesaran 50x, 100x, 200x, 500x, dan 1000x
5. Bagian yang diamati yaitu daerah logam induk, HAZ, dan logam lasan
6. Mengambil data gambar struktur mikro untuk diamati lebih lanjut
7. Mematikan komputer dan mematikan mikroskop optik.

Langkah-langkah pengujian hardness
1. Mempersiapkan alat Hardness Rockwell dan specimen
2. Melakukan uji hardness dengan menekan indentor hardness Rockwell pada
specimen
3. Mencatat nilai kekerasan Rockwell pada specimen





Laporan Praktikum Teknologi Pengelasan 2


13

BAB IV
PEMBAHASAN


4.1 Hasil Percobaan
Analisis Metalografi Perbesaran (200x)
Base Metal

HAZ

Weld Metal

Ferrite
Pearlite
Ferrite
Pearlite
Ferrite
Pearlite
Laporan Praktikum Teknologi Pengelasan 2


14

Dapat kita ketahui bahwa pada base metal dan weld metal tidak memiliki banyak
perbedaan yang nampak. Malah pada base metal atau logam dasar pada tiap perbesaran,
struktur mikronya pun hampir sama. Nampak Pearlite dan Ferrite yang kecil namun
jelas. Sedangkan pada HAZ, sangat jelas terlihat pearlite dan ferrite pada pengelasan
kecepatan rendah.
Fasa perlite ditunjukkan dengan warna yang gelap dan fasa ferrite pada gambar
struktur mikro ditunjukkan oleh warna yang terang. Yang membedakan antara zona
base metal dan HAZ adalah ukuran butir dari fasa struktur mikro, dimana ukuran butir
struktur mikro dari zona base metal lebih kecil dari pada zona HAZ. Hal ini terlihat jelas
sperti yang ditunjukkan pada gambar di atas. Dimana gambar struktur mikro di atas
menunjukkan perbedaan dari ketiga zona yang merupakan hasil dari pengelasan.
Sedangkan pada zona/daerah weld metal pada gambar struktur mikro diatas fasa yang
terbentuk adalah perlite, ferrite dan bainite.
Weld metal berasal dari filler metal atau logam pengisi kalau consumeable, atau
seluruhnya terdiri dari logam induk kalau non consumeable (tanpa logam pengisi yang
cair) karena pemanasan dengan temperatur tinggi. Dari proseduer pengelasan, welding
parameter dan jenis bahan logam induk, susunan dan sifat sifat dari weld deposit dapat
dianalisis. Misalnya jenis electrode (yang mengandung elemen apa saja), jenis las
otomatis atau manual (arc, resistant, gas welding, dll), heat input, kecepatan pengelasan,
cooling rate, welding design, komposisi dari logam induk, heat treatment (pre heat, post
heat, heating during welding), dll. Serta ini memengaruhi sifat sifat mekanik (ductility,
brittleness, hardness, tensile strength), bentuk dan struktur logam las (grain size,
struktur kristal) semua mutu sambungan (pengaruh weld defect).
Pada logam lasan (weld metal) yang tampak pada hasil percobaan, dapat dilihat
bahwa hasilnya hampir sama dengan bagian base metal. Karena proses pengelasan yang
dilakukan yaitu yang sebagian terdiri dari logam induk. Terdapat perbedaan fasa yang
terbentuk pada zona weld metal, disini ditunjukkan dengan terbentuknya fasa bainite.
Perbedaan fasa yang terbentuk pada zona weld metal ini diakibatkan karena perbedaan
komposisi dari logam las yang berasal dari elektroda atau filler atau logam pengisi yang
digunakan pada saat pengelasan.


Laporan Praktikum Teknologi Pengelasan 2


15

Analisis Uji Kekerasan
Pengujian kekerasan yang dilakukan adalah pengujian kekerasan Rockwell. Pengujian
kekerasan dilakukan pada ketiga daerah, weld metal, HAZ, dan base metal. Hasil
pengujian kekerasan pada kedua specimen dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel pengujian kekerasan pada specimen
Daerah
Titik
Indentasi
HRc
Logam Las
1 23
2 25
3 27
HAZ
4 65
5 60
6 63
Logam
Induk
7 19
8 20
9 19

Di tititk 4-6 pada specimen adalah daerah HAZ. HAZ mempunyai tingkat
kekerasan yang tinggi karena pada daerah HAZ terbentuk struktur martensit yang
bersifat keras dan getas. Semakin jauh dari daerah HAZ, maka nilai kekerasan menurun,
hingga kekerasan asli pada base metal. Pada data diatas, dapat dilihat bahwa nilai
kekerasan pada weld metal lebih keras daripada base metal. Hal ini tentu saja
dikarenakan adanya pemanasan saat pengelasan.
Digunakan metode uji kekerasan rockwell, karena dengan uji rockwell kita dapat
diukur kekerasan mulai dari yang sangat lunak sampai yang sangat keras, dan tidak
berpengaruh oleh besarnya gaya tekan yang dipakai tetapi sangat mudah untuk
membandingkan kekerasan bahan yang satu dengan yang lainnya karena hanya ada satu
skala saja. Tetapi rockwell sangat sensitif terhadap kekasaran permukaan sehingga
diperlukan persiapan yang lebih teliti untuk menghaluskan permukaan. Oleh karena itu,
permukaan spesimen telah diperhalus sampai pada grade 2000 agar saat pengujian tidak
terdapat kendala maupun hambatan yang lain. Dan biasanya rockwell hanya digunakan
dalam laboratorium saja.
Laporan Praktikum Teknologi Pengelasan 2


16

Pada tabel kekerasan dari spesimen, kita dapat menyimpulkan bahwa
pemerataan kekerasan tidak rata karena memiliki nilai yang berbeda-beda, baik pada
base metal, HAZ, maupun logam lasan. Agar didapat pemerataan kekerasan pada daerah
weld metal, HAZ maupun base metalnya, seharusnya perlu dilakukan preheat ataupun
postheat. Jika pada perngujian ini dilakukan pre heating sebelumnya, maka maka hasil
yang akan didapat akan jadi lebih baik dikarenakan saat preaheat, dapat terjadi
pergeseran cooling rate secara alami. Namun hal tersebut pada kenyataannya sulit
dilakukan karena yang diberi laku panas adalah seluruh logam induk. Pada post heating
hasil yang akan dicapai akan menjadi kurang baik, namun pada pelaksanaannya lebih
mudah dilakukan, karena yang diberi laku panas hanya pada daerah sekitar lasan.






















Laporan Praktikum Teknologi Pengelasan 2


17

BAB V
KESIMPULAN


Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
1. Nilai kekerasan pada tiap titik pada specimen adalah
Daerah
Titik
Indentasi
HRc
Specimen
Logam Las
1 23
2 25
3 27
HAZ
4 65
5 60
6 63
Logam
Induk
7 19
8 20
9 19

2. Pada daerah yang diuji, diketahui kekerasan pada HAZ mempunyai nilai
kekerasan paling tinggi dibandingkan daerah weld metal dan base metal. Hal
tersebut terjadi karena adnya presipitasi karbida











Laporan Praktikum Teknologi Pengelasan 2


18

DAFTAR PUSTAKA


Musaikan, H, Ir. Teknologi Pengelasan. Teknik Mesin ITS, Surabaya : 1995.
Wahid Suherman, Ir. Ilmu logam I. Jurusan Teknik Mesin, ITS, Surabaya : 1988.
Wahid Suherman,Ir. Ilmu logam II. Jurusan Teknik Mesin, ITS, Surabaya : 1995.
Wahid Suherman,Ir. Pengetahuan Bahan. Jurusan Teknik Mesin, ITS, Surabaya : 1987.

Anda mungkin juga menyukai