Anda di halaman 1dari 58

i

Kata Pengantar

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul Laporan Tutorial
Skenario C Blok 7 2014 sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu
tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat,
dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan,
2. tutor kelompok B.9,
3. teman-teman sejawat FK Unsri,
4. semua pihak yang telah membantu kami.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi
kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin.



Palembang, 1 April 2014


Kelompok B.9

2

Daftar Isi

Kata Pengantar.......1
Daftar Isi....2
Kegiatan Tutorial....3
Skenario..4
I. Klarifikasi Istilah..........4
II. Identifikasi Masalah.4
III. Analisis Masalah...4
IV. Keterkaitan Antar Masalah......................29
V. Kerangka Konsep.....30
VI. Learning Issue..................................................................................................31
VII. Sintesis Masalah...31
VIII. Kesimpulan..57
Daftar Pustaka...58


















3

Kegiatan Tutorial

Tutor : dr. Budi Santoso
Moderator : Harvinder Kaur Indah Singh (04011381320080)
Sekretaris : 1. Dita Triyasa (04011181320090)
2. M. Rizki Alkautsar (04011381320074)
3. Riana Eka Emas Santi (04011181320010)
Pelaksanaan : 1 April 2014 dan 3 April 2014
Pukul : 08.00-10.00 WIB
Peraturan selama tutorial :
- Meminta izin kepada moderator untuk meninggalkan
ruangan di tengah tutorial
- Alat komunikasi mode silent
- Pada saat ingin berbicara terlebih dahulu mengacungkan
tangan, lalu setelah diberi izin moderator baru bicara
- Saling menghargai dan tidak saling menggurui















4

Skenario
Nn. Nasti , 26 tahun, mempunyai berat badan 60 kg dan tinggi badan 150 cm.
Melakukan olahraga lari di lapangan sepak bola pada jam 11.00 siang ditengah terik matahari.
Setelah 50 menit berlari, Nn. Nasti tiba-tiba berhenti, dengan nafas yang terengah-engah,
sedangkan nadinya yang semula 80x/menit menjadi 145x/menit. Nn. Nasti juga merasa mulut
dan kerongkongannya kering dan merasa sangat haus. Selain itu, Nn. Nasti tidak minum sama
sekali sebelum dan selama olahraga tersebut.

I.Klarifikasi Istilah
1. Olahraga lari: olahraga dengan cara melangkah dengan kecepatan tinggi.
2. Nafas terenga-engah: frekuensi pernapasan menjadi sangat cepat untuk memenuhi
kebutuhan oksigen lebih banyak.
3. Kerongkongan (esophagus): saluran muskulomembranosa yang membentang dari
faring ke dalam lambung.
II.Identifikasi masalah
1. Nn. Nasti , 26 tahun, mempunyai berat badan 60 kg dan tinggi badan 150 cm.
2. Melakukan olahraga lari di lapangan sepak bola pada jam 11.00 siang ditengah
terik matahari.
3. Setelah 50 menit berlari, Nn. Nasti tiba-tiba berheenti, dengan nafas yang
terengah-engah, sedangkan nadinya yang semula 80x/menit menjai
145x/menit.
4. Nn.Nasti juga merasa mulut dan kerongkongannya kering dan merasa sangat
haus, ia tidak minum sama sekali sebelum dan selama olahraga tersebut.
III. Analisis Masalah
1. Nn. Nasti, 26 tahun, mempunyai berat badan 60 kg dan tinggi badan 150 cm.
a. Bagaimana cara menentukan berat badan ideal?
Menentukan berat badan ideal/normal dapat dilakukan dengan
penghitungan dari BMI/IMT. Untuk mengetahui nilai BMI/IMT ini, dapat
digunakan rumus sebagai berikut:
Berat badan (Kg)
IMT = -------------------------------------------------------
[Tinggi badan (m)]
Dapat juga digunakan dengan rumus :
5

BB = (TB-100) x 90%

b. Apakah tinggi badan dan berat badan Nn. Nasti ideal?
Tinggi Nn.Nasti :150cm
Berat badan Nn.Nasti :60 kg


=26.67
Berat badan dan tinggi badan Nn.Nasti tidak ideal.

c. Apa resiko dari kekurangan/kelebihan BMI?
Resiko kelebihan BMI:
1. Hipertensi
2. Dislipidemia (misalnya, kolesterol tinggi LDL, kolesterol HDL rendah,
atau kadar trigliserida yang tinggi)
3. Diabetes tipe 2
4. Penyakit jantung koroner
5. Penyakit kandung empedu
6. Osteoarthritis
7. Sleep apnea dan masalah pernapasan
8. Beberapa kanker (endometrium, payudara, dan usus besar)
Resiko kekurangan BMI:
1. Keguguran dan Masalah Kehamilan: Sebuah studi dari 603 wanita
menemukan bahwa ketika mereka memiliki BMI yang rendah, ada pada
risiko 72 % lebih besar mengalami keguguran selama trimester pertama.
Studi lain di Swedia menemukan mempelajari 943.000 wanita. Mereka
menemukan bahwa wanita kurus atau kurus berada pada risiko yang lebih
besar untuk tak henti-hentinya mual selama kehamilan. Para peneliti
tidak yakin mengapa, tetapi hanya melihat link.

2. Masalah Kesuburan Pria: peneliti Denmark telah menemukan bahwa ada
hubungan antara berat badan pria dan kualitas sperma dan menghitung.
Mereka menemukan bahwa jika seorang pria kurus, jumlah sperma nya
adalah 33 % lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak.


6


3. Masalah paru-paru: Dengan bertambahnya usia perempuan, perempuan
kurus lebih cenderung mengalami pneumonia, bronkitis dan asma. Para
peneliti juga mengatakan bahwa perempuan kurus mengalami kesulitan
dengan " pertumbuhan - faktor " hormon. Itu membuat sulit untuk
mempertahankan kesehatan jaringan di dalam paru-paru mereka.

4. Kecelakaan : The American Journal of Public Health menunjukkan
sebuah penelitian yang dilakukan oleh Wisconsin Medical College.
Mereka mempelajari 22.000 orang, dan menemukan bahwa pria kurus
memiliki risiko lebih tinggi meninggal dalam kecelakaan mobil,
dibandingkan dengan mereka yang berat badannya rata-rata atau di atas.

5. Tulang Rapuh: Para peneliti menemukan bahwa perempuan lebih tipis
memiliki tulang yang kurang padat. Sebuah studi dari 3.383
menunjukkan bahwa perempuan sebagai kurus usia, mereka lebih
mungkin untuk menderita pinggul patah.

6. Arthritis : The Mayo Clinic melakukan penelitian, dan menemukan
bahwa orang yang kurus atau sedikit kurus memiliki waktu lebih sulit
berurusan dengan arthritis. Ketika arthritis terjadi, itu tiga kali lipat
kemungkinan itu menyebabkan peradangan lebih lanjut ke seluruh tubuh.

7. Penyakit Jantung: Sebuah studi meneliti genetika dari 75.000 orang.
Mereka menemukan bahwa orang dengan IRS1, gen kurus, lebih
cenderung memiliki tingkat lemak dalam darah mereka. Hal ini
meningkatkan kemungkinan penyakit jantung . Para peneliti
memperingatkan, "Lemak yang tersimpan secara internal lebih buruk
bagi Anda daripada lemak yang tersimpan di bawah kulit."

8. Diabetes : Individu dengan IRS1 tidak hanya dalam kelompok berisiko
tinggi untuk penyakit jantung, tetapi kemungkinan mereka mendapatkan
tipe 2 diabetes meningkat sebesar 20 %. Para peneliti mengatakan bahwa
pria kurus yang paling rentan terhadap hal ini.

7

9. Kanker Payudara: The Karolinska Institute di Stockholm, Swedia
mempelajari data pada 6000 wanita. Mereka menemukan bahwa ketika
wanita Swedia yang lebih berat pada usia yang lebih muda, mereka
kurang cenderung memiliki tumor kanker payudara ketika mereka
menjadi menopause. Namun, kelebihan berat badan di kemudian hari
meningkatkan risiko kanker payudara dan kematian dari itu.

10. Depresi: Sebuah studi di Swedia menemukan bahwa pria kurus atau
kurus lebih mungkin untuk melakukan bunuh diri. Mereka yang
kekurangan berat badan berada pada risiko 12 % lebih tinggi. Mereka
yang kelebihan berat badan mengalami penurunan 12 % dalam risiko
untuk bunuh diri.

d. Bagaimana hubungan berat badan, umur, dan komposisi cairan tubuh?
Presentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan
tergantung beberapa hal antara lain :
a.Umur
b.Kondisi lemak tubuh
c.Sex
Perhatikan Uraian berikut ini :
No. Umur Presentase
1. Bayi (baru lahir) 75 %
2. Dewasa :
a.Pria (20-40 tahun)
b.Wanita (20-40 tahun)

60 %
50 %
3. Usia Lanjut 45-50

Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-
nya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW
atau 20% dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi
dalam 15 %cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia,karena usia
akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh,metabolisme,dan berat badan.
Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan
8

dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
Lemak tubuh yang cenderung meningkat menyebabkan komposisi air
dalam tubuh menjadi kurang

e. Faktor apa saja yang mempengaruhi berat badan dan tinggi badan?
1. Genetik
Faktor genetik dikaitkan dengan adanya kemiripan anak-anak dengan
orangtuanya dalam hal bentuk tubuh, proporsi tubuh dan kecepatan
perkembangan. Faktor ini cukup dominan dalam menentukan tinggi badan
seseorang. Dan faktor ini sudah ada sejak lahir. Seorang anak yang memiliki
ibu dan ayah yang berpostur tinggi biasanya nantinya akan tumbuh menjadi
seorang dewasa yang berpostur tinggi pula. Begitupun sebaliknya. Jika ayah
dan ibunya pendek, maka seringkali anaknya juga memiliki postur yang juga
pendek. Anda dapat mengamati bahwa orang-orang Afrika meskipun tidak
mendapatkan gizi makanan yang baik, namun memiliki postur yang tinggi. Hal
itu dapat terjadi lebih dikarenakan faktor keturunan atau genetik ini. Secara
umum, faktor genetik ibu lebih berpengaruh ketimbang faktor genetik dari
ayah. Ini berarti bahwa Si A yang memiliki ibu tinggi dan ayah pendek akan
berpeluang memiliki tubuh yang lebih tinggi ketimbang si B yang memiliki
ayah tinggi dan ibu pendek. Namun tentu saja hal itu bukanlah suatu kepastian,
namun hanya kecenderungan medis (Supariasa,2002).
2. Lingkungan
Yang termasuk dalam faktor lingkungan dalam hal ini adalah lingkungan
biofisik dan psiko-sosial yang mempengaruhi individu setiap hari dan sangat
berperan dalam menentukan tercapainya potensial bawaan.
Menurut Soetjiningsih (1995) secara garis besar lingkungan dibagi
menjadi lingkungan pra natal dan lingkungan post natal.
1. Lingkungan Pra-Natal. Lingkungan pra natal adalah terjadi pada saat
ibu sedang hamil, yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai
dari masa konsepsi sampai lahir seperti gizi ibu pada saat hamil menyebabkan
bayi yang akan dilahirkan menjadi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan
lahir mati serta jarang menyebabkan cacat bawaan. Selain dari pada itu
9

kekurangan gizi dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan pada janin dan
bayi lahir dengan daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah terkena
infeksi, dan selanjutnya akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan
tinggi badan. Selain itu faktor lingkungan pada masa pra natal lainnya yang
berpengaruh adalah mekanis yaitu trauma dan cairan ketuban yang kurang
dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang akan dilahirkan. Faktor
toksin atau zat kimia yang disengaja atau tanpa sengaja dikonsumsi ibu melalui
obat-obatan atau makanan yang terkontaminasi dapat menyebabkan kecacatan,
kematian atau bayi lahir dengan berat lahir rendah (Supariasa, 2002).
2. Lingkungan Post-Natal. Lingkungan post natal mempengaruhi
pertumbuhan bayi setelah lahir antara lain lingkungan biologis, seperti ras/suku
bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap
penyakit infeksi & kronis, adanya gangguan fungsi metabolisme dan hormon.
Selain itu faktor fisik dan biologis, psikososial dan faktor keluarga yang
meliputi adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat turut berpengaruh
(Soetjiningsih, 1995).
3. Pertumbuhan dan Status Sosial Ekonomi
Beberapa hal yang juga sebagai penyebab timbulnya masalah gizi yang
mempengaruhi pertumbuhan seseorang adalah faktor sosial ekonomi yang
meliputi :pendidikan orang tua, pekerjaan dan pendapatan, teknologi, budaya
dan lain -lain. Keterbatasan sosial ekonomi ini juga berpengaruh langsung
terhadap pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan akan makanan,
berpengaruh pada praktek pemberian makanan pada bayi berpengaruh pula
pada praktek pemeliharaan kesehatan dan sanitasi lingkungan yang akhirnya
mempengaruhi daya beli dan asupan makanan untuk memenuhi kebutuhan
akan pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta pencegahan terhadap penyakit
infeksi yang kesemuanya berakibat pada gangguan pertumbuhan (Aritonang,
1994).
Penelitian di India Selatan, bahwa pola pembelanjaan makanan pada
masyarakat yang miskin dan kaya tercermin dari kebiasaan pengeluaran
mereka. Masyarakat miskin akan menghabiskan 80 % uangnya untuk membeli
makanan dan apabila ada peningkatan pendapatan maka makanan yang akan
dipilih adalah yang kaya akan protein. Sedangkan di negara-negara maju hanya
45 % uangnya dibelanjakan untuk makanan dan uang yang berlebih biasanya
10

susunan hidangan menjadi lebih baik. Dengan demikian tingkat pendapatan
menentukan pola makan dan apa yang akandibeli baik kualitas maupun
kuantitasnya (dr Kusnandi Rusmil, 2011).
Perbedaan tinggi badan anak dari keluarga kaya kerana faktor genetik
berkisar 2 3 cm, sedangkan perbedaan yang disebabkan karena faktor sosial
ekonomi adalah sekitar 10 12 cm.
4. Faktor Gizi
Beberapa faktor gizi yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi
badan adalah : kalori, protein, Iodium dan zat gizi mikro seperti vitamin A,
zink (zn). (Davies, S. and A. Stewart., 1997, Nutritional Medicine. Pan).
Gizi makanan sangat penting dalam membantu pertumbuhan tinggi badan
seseorang. Mengapa orang Eropa memiliki tubuh yang tinggi daripada orang
Asia? Salah satu sebabnya adalah gizi makanan yang mereka konsumsi sehari-
hari mereka jauh lebih baik daripada gizi makanan yang dikonsumsi oleh
orang-orang Asia. Biasanya balita mengalami pertambahan tinggi badan yang
pesat karena balita mendapatkan gizi yang sangat baik, terutama dari susu yang
mereka minum. Susu adalah makanan yang memiliki gizi sempurna bagi
pertumbuhan tulang (tubuh). Susu mengandung semua zat yang dibutuhkan
tulang untuk bertambah panjang. Protein, Kalsium, Magnesium, berbagai
macam vitamin dan berbagai macam mineral ada dalam kandungan susu.
(Bland, J. 1996, Contemporary Nutrition. J & B Associates).
Pertumbuhan tulang memerlukan berbagai macam nutrisi protein, vitamin
dan mineral. Namun mineral utama bagi pertumbuhan tulang adalah
kalsium. Tanpa kalsium dalam jumlah yang cukup, tulang tidak akan
memanjang secara optimal.Kalsium adalah mineral paling penting bagi tulang
untuk tumbuh menjadi panjang, tebal dan kuat. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa orang dewasa usia paruh baya yang selalu mengkonsumsi
kalsium secara cukup jarang terkena penyakit osteoporosis dan punggung
membungkuk. Selain penting bagi pertumbuhan dan kekuatan tulang, kalsium
juga berperan dalam mencegah kanker usus besar. Vitamin D juga penting bagi
tubuh membantu untuk menyerap kalsium. Sumber vitamin D yang baik adalah
susu, susu kedelai, margarin, ikan, hati dan kuning telur. Jika anda tidak dapat
mengkonsumsi vitamin D dari makanan -makanan tersebut, anda dapat
mendapatkan pasokan vitamin D melalui multivitamin. Namun tentu saja
11

vitamin D alami jauh lebih baik. (Davies, S. and A. Stewart., 1997, Nutritional
Medicine. Pan).
Bagaimana memaksimalkan konsumsi kalsium melalui diet makanan?
Untuk memaksimalkan penyerapan kalsium dapat dilakukan antara lain :
Konsumsi makanan berkalsium yang mudah diserap tubuh. Yaitu susu, keju
dan yogurt. Kurangi atau hindari mengkonsumsi kafein (kopi, teh atau cola)
karena dapat membuang kalsium melalui urin. Kurangi konsumsi garam meja.
Karena dapat membuang kalsium melalui urin.
Perlu diketahui bahwa kebutuhan tubuh akan garam 90% nya terpenuhi
oleh makanan (sayur,buah dll) bukan dari garam meja (Bland, J. 1996,
Contemporary Nutrition. J & B Associates.):
1. Kalori. Jumlah intake kalori berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan seseorang. Intake kalori yang cukup akan menjamin
pertumbuhan yang normal, namun sebaliknya intake yang kurang dan terjadi
pada masa pertumbuhan serta berlangsung lama, akan berdampak pada
pertumbuhan fisik dan kerentanan terhadap penyakit infeksi (Bland, J. 1996,
Contemporary Nutrition. J & B Associates). Manifestasi dalam jangka panjang
akan nampak pada tinggi badan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak
yang intake kalorinya cukup. Bailey, et al. (CIT.Bogin, 1988) melakukan studi
pertumbuhan terhadap anak-anak di bagian utara Thailand di mana anak-anak
yang tinggal di desa mengalami hambatan pertumbuhan, namun kejadian
penyakit dan infestasi parasit dan kematian tidak berhubungan secara
signifikan terhadap pertumbuhan. Bailey menyimpulkan bahwa terhambatnya
pertumbuhan bukan disebabkan oleh penyakit atau kekurangan zat gizi spesifik
seperti vitamin A atau besi melainkan karena defisiensi dalam jumlah total
asupan kalori (Bland, J. 1996, Contemporary Nutrition. J & B Associates).
2. Protein. Somatotropin berperan dalam mempertahankan tingkat sintesa
protein dalam tubuh dan menghalangi sintesa lemak dan oksidasi karbohidrat
pada pertumbuhan tinggi badan yaitu terhadap perkembang biakan sel-sel
tulang rawan, sedang pada perkembangan kesempurnaan tulang pengaruhnya
kecil. Rendahnya sintesis protein karena rendahnya pengaruh somatotropin
yang berakibat berkurangnya protein, kekurangan protein ini merupakan
masalah yang serius di seluruh dunia, dan menjadi faktor utama terjadinya
kwashiorkor. Golden (1988) (cit. Hadju,1998) mempelajari studi-studi
12

terdahulu tentang efek suplementasi makanan terhadap pertumbuhan TB. Hasil
studi tersebut menunjukkan bahwa protein dan faktor yang berhubungan
dengan protein dalam makanan perlu untuk pertumbuhan TB. (Bland, J. 1996,
Contemporary Nutrition. J & B Associates).
3. Iodium. Telah banyak disebutkan bahwa iodium merupakan unsur
essensill sangat berperan terhadap pembentukan hormon pertumbuhan dan
perkembangan yaitu thyroid, thyroxine (T 4) dan Triodothyronine (T 3).
Peranan thyroxine sebagai permissive dalam arti kadar thyroxine yang cukup
menjadikan sel-sel tubuh berfungsisecara normal dan sebaliknya bila kadar
thyroxine kurang, maka sebagian besar dari sel-sel tubuh menjadi tidak efektif
(Jalal dan Atmojo, 1998).
5. Pola tidur
Tidur berkualitas sangat penting dalam memaksimalkan pertumbuhan
tinggi badan. Sebab hormon pertumbuhan bekerja penuh sewaktu tidur.
Semakin berkualitas tidur seseorang, maka hormon pertumbuhan semakin
bekerja optimal. Dan itu artinya akan menghasilkan pertambahan tinggi badan
secara optimal pula. Coba mengukur tinggi badan pada pagi hari tepat setelah
bangun tidur. Mungkin akan kaget. Sebab meskipun telah dewasa (tidak lagi
dalam masa pertumbuhan), namun tinggi badan akan bertambah sewaktu
bangun tidur (biasanya 1-2 cm). Ini disebabkan oleh karena adanya
pertambahan panjang tulang rawan pada punggung dan kaki. Namun
pertambahan ini bersifat sementara saja. Pada sore hari tinggi badan kembali
seperti semula oleh karena berbagai aktifitas yang anda lakukan dan oleh
karena gaya gravitasi bumi. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program
peninggi badan alami ini, nantinya kualitas tidur harus ditingkatkan untuk
meraih hasil yang optimal. Tidur yang sangat menunjang bagi pertumbuhan
badan adalah tidur lelap (deep sleep) selama kurang lebih 7-8 jam tanpa
terputus-putus, tanpa perasaan gelisah. (www.journalsleep.org, 2001 )
6. Olahraga
Apabila membandingkan tinggi badan seorang teman yang sering
berolahraga renang atau basket dengan teman lainnya yang tidak pernah atau
jarang berolahraga akan melihat perbedaan yang cukup mencolok bahwa
mereka yang melakukan olahraga renang atau basket secara teratur biasanya
13

memiliki tinggi badan diatas rata-rata. Ini disebabkan oleh karena olahraga
sangat mempengaruhi tinggi badan seseorang. Olahraga teratur dapat memacu
produksi hormon pertumbuhan oleh tubuh sehingga dapat menambah tinggi
badan secara signifikan. Gerakan-gerakan dalam renang dan basket juga secara
langsung merangsang tulang kaki dan punggung untuk bertambah panjang.
Dengan demikian, dapat diprediksikan bahwa seseorang yang memiliki
orang tua yang tinggi, dan mendapatkan asupan gizi yang baik selama masa
pertumbuhan, serta mempunyai kebiasaan tidur yang baik dan berolahraga
teratur cenderung tinggi (Sports Md, 2009).
7. Kelenjar pituitari (hormonal)
Kelenjar pituitari adalah kelenjar yang bertugas mengeluarkan hormon
pertumbuhan. Posisi kelenjar pituitari ini tampak pada gambar berikut:
kelenjar-pituitari-pengontrol-hormon-pertumbuhan Kelenjar pituitari terdiri
dari 3 bagian, yaitu lobus anterior, pars intermedia dan lobus posterior. Lobus
anterior dari kelenjar pituitari inilah yang memproduksi hormon pertumbuhan
dan juga hormon-hormon lainnya. Hormon pertumbuhan ini adalah hormon
yang mengatur pertumbuhan jaringan tulang keras dan tulang rawan. Dalam
program peninggi badan alami, melalui metode khusus, kelenjar pituitari ini
dapat ditingkatkan aktifitasnya sehingga dapat menghasilkan hormon
pertumbuhan lebih banyak. Aktifitas kelenjar pituitari ini dapat ditingkatkan
dengan 5 cara khusus.. Jika seseorang masih berada pada masa pertumbuhan
(kurang dari 20 tahun), maka rutinitas berikut ini dapat dilakukan untuk
mengoptimalkan tinggi badan anda. Rutinitas berikut ini dapat merangsang
kelenjar pituitari untuk untuk mengeluarkan hormon pertumbuhan lebih
banyak sehingga tinggi badan dapat optimal. Semua rutinitas seperti stretching,
kicking, bicking, swimming dan basket/voli dikategorikan sebagai Exercises
Induced Growth Hormone (EIGH) (The Viginia Academy of Sleep Medicine).
Latihan Yang Merangsang Hormon Pertumbuhan: Stretching, kicking, biking,
swimming, basket/volley (Sports America, 2005).
2. Melakukan olahraga lari di lapangan sepak bola pada jam 11.00 siang ditengah
terik matahari.
a. Bagaimana Fisiologi berkeringat?
Mekanisme berkeringat dapat terjadi melalui rangsangan area preoptik
di hipotalamus anterior baik secara listrik atau oleh panas yang berlebihan.
14

Impuls saraf dari area preoptik dihantarkan melalui jaras otonom ke medulla
spinalis kemudian melalui jaras simpatis mengalir ke kulit dari seluruh tubuh.
Kelenjar keringat dipersarafi oleh serabut saraf kolinergik (serabut
yang menyekresi asetilkolin, tetapi berjalan bersama dengan saraf simpatis di
serabut adrenergik). Kelenjar ini dapat juga dirangsang di beberapa tempat
oleh epinefrin atau norepinefrin yang bersirkulasi dalam darah walaupun
kelenjar ini tidak memiliki persarafan adrenergik. Hal tersebut penting selama
melakukan olahraga, saat hormon epinefrin atau norepinefrin disekresi oleh
medulla adrenal dan tubuh perlu melepaskan panas yang berlebihan yang
dihasilkan oleh otot yang aktif.
Kelenjar keringat diperlihatkan berbentuk tubular yang terdiri dari dua
bagian: (1) bagian yang bergelung di subdermis dalam yang menyekresi
keringat, (2) bagian duktus yang berjalan keluar melalui dermis dan epidermis
kulit. Bagian sekretorik kelenjar keringat menyekresi cairan yang disebut
sekret primer atau sekret prekursor, kemudian konsentrasi zat dalam cairan
tersebut dimodifikasi sewaktu cairan tersebut mengalir melalui duktus.
Sekret prekursor adalah hasil sekresi aktif dari sel-sel epitel yang
melapisi bagian yang bergelung dari kelenjar keringat. Serabut saraf kolinergik
berakhir pada atau dekat sel-sel kelenjar yang mengeluarkan sekret tersebut.
Komposisi sekret prekursor mirip dengan yang terdapat dalam plasma.
Konsentrasi Na
+
142

mEq/liter dan Cl
-
sekitar 104 mEq/liter, dengan
konsentrasi zat terlarut lain yang lebih kecil bila dibandingkan di dalam
plasma. Terjadi modifikasi cairan melalui reabsorbsi sebagian besar ion
natrium dan klorida. Tingkat reabsorbsi ini bergantung pada kecepatan
berkeringat.
Apabila kelenjar keringat dirangsang dengan kuat oleh sistem saraf
simpatis, sekret prekursor dibentuk dalam jumlah yang banyak, dan duktus
hanya mereabsorbsi natrium klorida dalam jumlah lebih sedikit dari
setengahnya; konsentrasi ion natrium dan klorida biasanya meningkat (pada
orang yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan iklim) sampai tingkat
maksimum yaitu 50-60 mEq/L, sedikit lebih rendah dari setengah konsentrasi
di dalam plasma. Keringat mengalir melalui tubulus kelenjar sangat cepat
sehingga hanya sedikit air yang direabsorbsi. Oleh karena itu, unsur terlarut
lainnya dari keringat hanya sedikit meningkat, urea menjadi sekitar 2x dari
plasma, asam laktat sekitar 4x, dan kalium sekitar 1,2x.
15


b. Bagaimana cara tubuh mengontrol panas tubuh jika panas lingkungan terlalu
tinggi?
Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat :
1. Vasodilatasi disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada
hipotalamus posterior (penyebab vasokontriksi) sehingga terjadi vasodilatasi
yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari
tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.
2. Berkeringat pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan
pengeluaran panas melalui evaporasi.
3. Penurunan pembentukan panas Beberapa mekanisme pembentukan
panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.

c. Bagaimana fisiologi olahraga?
A. Sistem metabolisme
Sistem metabolic otot dalam berolahraga ada tiga jenis, system fosfagen,
system glikogen-asam laktat, dan system aerobic.
1) Sistem Fosfagen (ATP dan Fosfokreatin)
Sistem fosfagen menggunakan ATP dan fosfokreatin sebagai sumber
kalori. Pada tiap mol fosfat yang terdapat pada ATP menghsilkan sekitar
7.300 Kalori. Pada tiap mol fosfat yang terdapat pada fosfokreatin
menghasilkan sekitar 10.300 Kalori. Penggunaan system fosfagen sebagai
sumber energy ketka olahraga biasanya pada olahraga yang membutuhkan
ledakan energy pada waktu yang singkat. Contohnya: Lari jarak pendek,
renang, angkat beban.
2) Sistem Glikogen-Asam laktat
Glikogen merupakan bentuk cadangan sumber energy dalam wujud
polimer glukosa. Saat dibutuhkan sumber energy ketika berolahraga, maka
glikogen dipecah menjadi glukosa dalam proses yang disebut dengan
glikogenolisis. Glukosa hasil s kemudian mengalami glikolis yang bersifat
anaerob, menghasilkan 2 ATP dan 2 Asam Piruvat. Asam piruvat dapat
mengalami tahap oksidatkif di mitokondria untuk menghasilkan lebih banyak
ATP. Tetapi apabila jumlah oksigen tidak terlalu memadai untuk tahap
16

oksidatif diubah menjadiasam laktat. Keuntungan dari system ini adalah
waktunya yang lebih singkat dibandingan system aerobic.
3) Sistem Aerobik
Sistem metabolism aerobic merupakan oksidasi bahan makanan di
dalam mitokondria untuk menghasilkan energy. Baha makanan tersebut berupa
glukosa, asam lemak dan asam amino dari makanan setelah melalui beerapa
proses perantara bergabung dengan oksigen untuk melepaskan sejumlah
energy yang sangat besar yang digunakan untuk mengubah AMP dan ADP
menjadi ATP.
Setelah aktivitas olahraga yang banyak menghabiskan energy, ada dua
mekanisme kompensasi untuk mengembalikan kemampuan metabolism yaitu
hutang oksigen dan pemulihan glikogen otot.
1) Hutang oksigen
Tubuh manusia memiliki sekitar 2 liter oksigen yang dapat digunakan
untuk metabolism aerob walaupun tanpa menghirup udara. Saat berolahraga,
penggunaan oksigen yang tinggi menyebabkan cadangan oksigen ini
digunakan dalam waktu satu menit atau lebih untuk metabolism aerobic.
Sehingga setelah selesai beraktivitas cadangan oksigen tersebut harus
dikembalkan. Dan juga dibutuhkan sekitar 9 liter oksigen tambahan untuk
pembentukan kembali system fosfagen dan asam laktat. Sehingga ada sekitar
11 liter oksgen yang harus dikembalikan.
2) Pemulihan Glikogen Otot
Pemulihan glikogen otot terjadi tidak dalam waktu yang singkat, butuh
berhari-hari. Itulah mengapa sebelum bertanding ada baiknya atlet melakukan
diet tinggi karbohidrat.

B. Pernapasan dalam latihan
Pernapasan penting perannanya dalam olahraga yang bersifat
membutuhkan daya tahan. Ketika berolahraga, kebutuhan oksigen dapat
meningkat sekitar 20 kali dari kebutuhan oksigen dalam keadaan istirahat.
Batas ventilasi paru sekitar 2 kali dari kapasitas pernapasan maksimum. Hal ini
merupakan cadangan dari berbagai konsisi seperti (1) latihan pada tempat yang
sangat tinggi, (2) latihan pada kondisi yang sangat panas, dan (3) abnormalitas
system pernapasan. Tetapi sesungguhnya factor penting dalam pemenuhan
oksigen adalah kemampuan jantung untuk memompa darah.
17


C. Sistem Kardiovaskular Dalam Latihan
Aliran darah otot
Ketika berolahraga, aliran darah otot meningkat secara dramatis
meningkat. Peningkatan aliran darah otot ini untuk mengkompensasikan
kebutuhan oksigen dan nutrisi yang meningkat selama beraktivitas. Kenaikan
aliran darah otot dapat meningkat maksimum hingga 25 kali lipat. Mekanisme
yang menyebabkan peningkatan aliran darah adalah vasodilatasi intramuscular.

Curah kerja, konsumsi oksigen dan curah jantung
Ketika berolahraga curah jantung dapat meningkat sekitar 4 kali lipat
dari normal pada orang yang tidak terlatih. Pada saat berolahraga juga terjadi
peningkatan volume sekuncup jantung sekitar 50%.

D. Panas Tubuh Dalam Latihan
Dalam berolahraga, metabolisme meningkat. Seperti yang kita ketahui,
hasil metabolisme 25% adalah energy dan sisanya adalah panas atau kalor.
Dengan begitu suhu tubuh dapat meningkat. Apabila olahraga yang dilakukan
cukup berat dan di lakukan di tempat yang panas dengan kelembaban tinggi,
mekanisme berkeringat tidak cukup untuk mengeliminasi panas dari tubuh dan
dapat menyebabkan heatstroke.

d. Apa kandungan dari cahaya matahari dan dampaknya bagi tubuh?
1. Sinar UVA. Sinar ini merupakan komponen terbanyak sinar matahari yang
masuk ke bumi, karena mudah menembus lapisan ozon (lapisan pelapis dan
pelindung bumi dari sinar matahari).
2. Sinar UVB. Sinar ini juga berbahaya, sebab timbulnya melanoma (kanker
kulit paling ganas) dianggap terjadi akibat paparan hebat UVB di bawah
usia 20 tahun. Sebagian besar sinar ini diserap lapisan ozon.
3. Sinar UVC. UVC adalah komponen sinar UV yang paling berbahaya.
Untungnya, sinar UVC diblok lapisan ozon, sehingga tidak bisa sampai ke
bumi. Jadi, ketika akan bertualang outdoor, lindungi kulit dari risiko
kanker kulit terlebih bila anak berkulit tidak gelap, memiliki tahi lalat,
dan/atau ada anggota keluarga dengan riwayat terkena kanker kulit.

18

3. Setelah 50 menit berlari, Nn. Nasti tiba-tiba berhenti, dengan nafas yang terengah-
engah, sedangkan nadinya yang semula 80x/menit menjadi 145x/menit.
a. Apa interpretasi dari gejala dan tanda di atas?
Interprtasi dari gejala dan tanda diatas adalah :
1. Denyut nadi Nn. Nasti 80x/ menit, artinya denyut nadi Nn. Nasti dalam
keadaan normal. Karena rentang denyut nadi normal pada manusia dewasa
adalah 60-80x/ menit.
2. Denyut nadi Nn. Nasti yang semula 80x/menit menjadi 145x/ menit
menunjukkan bahwa Nn. Nasti melakukan olahraga dengan terlalu keras
sehingga tidak sesuai dengan kapasitas kerja tubuhnya. Berikut adalah rumus
penghitungan denyut nadi maksimum ketika seseorang sedang berolahraga:
Denyut Nadi Maksimum (DNM) = 220 Umur
Intensitas pembakaran lemak = 60 70 %


Berikut penghitungan denyut nadi olahraga pada kasus Nn. Nasti
Denyut Nadi Maksimum Nn. Nasti = 220-26 = 194
Intensitas pembakaran lemak = 60 70 %
Denyut Nadi Maksimum Nn. Nasti pada saat berolahraga adalah :
1. Tepi Bawah
DNMO = 194 x 60% = 116
2. Tepi Atas
DNMO = 194 x 70% = 135
Dari hasil penghitungan diatas, normalnya Nn. Nasti memiliki denyut
nadi olahraga 116 sampai 135 denyut permenit. Sehingga pada saat denyut
nadi Nn. Nasti 135x/ menit ia harus beristirahat. Tetapi pada kasus ini Nn.
Nasti memiliki denyut nadi olahraga sebanyak 145x/ menit sehingga olahraga
menjadi berlebihan.
3. Setelah 50 menit berlari, Nn. Nasti tiba-tiba berhenti, dengan nafas yang
terengah-engah. Saat berolahraga, detak jantung, tekanan darah sistolik (atas),
dan cardiac output (jumlah darah yang dipompa per denyut jantung) semua
mengalami peningkatan. Aliran darah ke jantung, otot, dan kulit juga
meningkat. Akibatnya, metabolisme tubuh menjadi lebih aktif memproduksi
CO2 (karbondioksida/oksida asam) dan H+ (ion proton) pada otot. Akhirnya
Denyut Nadi Maksimum ketika berolahraga = DNM x Intensitas pembakaran
lemak

19

orang akan bernapas lebih cepat dan lebih dalam untuk memasok oksigen lebih
banyak karena metabolisme yang meningkat ini. Tapi olahraga berat itu
membuat metabolisme tubuh tidak bisa lagi hanya mengandalkan pasokan
oksigen tapi menggunakan proses biokimia. Proses biokimia ini menghasilkan
asam laktat yang kemudian memasuki aliran darah. Penumpukan asam laktat
ini akan membuat tubuh merasa capek saat olahraga. Kadar oksigen juga
menurun akibat penumpukan karbondioksida dalam darah. Jika oksigen turun
maka sel-sel tubuh akan mati.
"Jadi ada miliaran darah mati saat orang berolahraga, karena saat
olahraga tubuh orang akan menjadi asam, Ph akan menjadi sekitar 6,7-6,8.
Padahal tubuh itu harus dalam kondisi basa yaitu Ph 7," ungkap DR Suhantoro.
Ada ancaman kematian jika Ph tubuh saat olahraga akibat kecapekan mencapai
Ph 6,3. Inilah yang menyebabkan terjadi kram otot setelah berolahraga.
b. Mengapa denyut nadi meningkat?
Mekanisme terjadinya peningkatan denyut nadi pada saat berolahraga adalah :
















Cardiac output (CO) merupakan volume darah yang dipompakan
setiapventrikel permenit, dituliskan dalam liter permenit.
Pusat
Olahraga
pada otak
Baroreseptor
di seting
lebih tinggi
Pusat
kardiovaskuler
pada medula
Kontraksi otot pada
saat olahraga
Dilatasi arteriol
pada otot
Stimulasi
kemoreseptor
pada otot
Perubahan
Kimia
Stimulasi
mekanoreseptor
pada otot
Peningkatan Cardiac
Output, Peningkatan
vasokonstriksi pada organ
abdomen dan ginjal.
Penurunan perngsangan
parasimpatis pada jantung
dan peningkatan
perangsangan simpatis pada
jantung, vena, dan arteriol
pada abdomen dan ginjal.
Peningkatan aliran
darah otot
20

CO = HR x SV (Cardiac Output = Heart Rate x Stroek Volume)
Dimana SV merupakan volume darah yang dipompa setiap ventrikel pada
setiap kontraksi. SV dipengaruhi oleh :
a. Frank-starling mechanism
b. Perangsangan nervus simpatis
c. After load.
Heart Rate dipengaruhi oleh perangsangan nervus parasimpatis (nervus
vagus) yang berfungsi menurunkan detak jantung, dan nervus simpatis yang
berfungsi meningkatkan detak jantung. Pada kondisi istirahat, lebih dominan
berperan saraf parasimpatis dibandingkan simpatis. Hal ini yang menyebabkan
denyut jantung normal istirahat sekitar 70 kali per menit.









\


Selain perangsangan oleh saraf, perubahan detak jantung juga dipengaruhi oleh
:
a. Hormon
epinephrin contohnya dapat meningkatkan detak jantung dengan
perangsangan terhadap reseptor beta-adrenergic,
b. Perubahan suhu tubuh
c. Konsentrasi elektrolit pada plasma
d. Hormon selain ephineprine
e. Metabolit adenosin yang diproduksi oleh miokardium.
Faktor-faktor tersebut mempengaruhi denyut jantung tidak sebesar
perangsangan dari saraf simpatis, saraf parasimpatis, dan hormon ephineprine.
Peningkatan
plasma
epinephrine
Penurunan aktivitas
parasimpatis pada jantung
Peningkatan aktivitas
simpatis pada jantung
Peningkatan denyut jantung
21

c. Mengapa nafas terengah-engah?
Nafas terengah-engah berfungsi untuk mengambil oksigen dari
atmosfer dengan lebih cepat dan banyak dan membuang karbon dioksida agar
tidak menumpuk dalam tubuh.

d. Bagaimana mekanisme nafas terengah-engah?
Pada kerja berat yang hanya berlangsung beberapa detik saja, dan pada
permulaan kerja pada umumnya, proses anaerobik lebih menonjol daripada
proses aerobik. Pada keadaan kerja tersebut, sistem kardiopulmonal beIum
bekerja dengan kapasitas yang diperlukan. Untuk penyesuaiannya, diperlukan
waktu. Dengan demikian oksigen yang tersedia tidak mencukupi. Maka
keperluan akan energi terutama dicukupi dengan proses anaerobik. Pada
keadaan kerja tersebut terdapat "hutang" oksigen.
"Hutang" ini akan dibay ar sesudah berhenti bekerja, sehingga orang
sesudah berhenti bekerja masih terengah-engah dan denyut jantungnya masih
cepat. Bila pekerjaan diteruskan dengan taraf kerja yang tetap, refleks-refleks
tubuh akan mengatur fungsi sistem kardiopulmonal untuk mencukupi jumlah
oksigen yang diperlukan, sehingga dicapai kerja steady-state. Pada kerja
steady-state ini jumlah oksigen yang diperlukan tetap jumlahnya dari waktu ke
waktu. Bila taraf kerja ditingkatkan lagi dengan menambah beban kerja, pada
saat ditingkatkan tersebut terjadi "hutang" oksigen lagi dan kembali proses
anaerobik lebih menonjol. Dan bila taraf kerja dipertahankan lagi pada taraf
yang baru ini, akan terjadi lagi kerja steady-state tetapi pada taraf yang lebih
tinggi. Jumlah oksigen yang diperlukan pada taraf kerja yang lebih tinggi ini
juga lebih besar. Bila taraf kerja dinaikkan secara bertahap demikian dengan
setiap kali menambah beban kerja, suatu saat seluruh kapasitas sistem
kardiopulmonal terpaksa dikerahkan untuk memenuhi keperluan akan oksigen.
Dalam hal demikian berarti kapasitas aerobik maksimal telah dicapai. Bila
beban kerja dinaikkan lagi, tubuh tidak dapat lagi menambah persediaan
oksigen. Maka kembali proses anaerobik akan Iebih menonjol daripada proses
aerobik. Taraf kerja demikian tidak boleh dipertahankan dalam waktu yang
cukup lama (beberapa menit) karena persediaan tenaga dalam tubuh akan habis
dan orangnya mengalami exhaustion.

22

4. Nn. Nasti juga merasa mulut dan kerongkongannya kering dan merasa sangat haus,
ia tidak minum sama sekali sebelum dan selama olahraga tersebut.
a. Apa dampak bagi tubuh ketika kekurangan cairan?
Berikut ini adalah dampak negatif kekurangan cairan yaitu :
Sel-sel otak membutuhkan cairan yang bisa dipenuhi oleh air putih. Air
putih bisa menjaga fungsi otak dengan baik misalnya untuk menjaga daya
konsentrasi, berpikir lebih cepat, dan tidak mudah lupa atau pikun.Cairan dan
asupan oksigen yang mengalir pada bagian otak akan menurun jika kekurangan
cairan sama saja dengan Hal ini bisa membuat sel-sel otak tidak bisa
berkembang, aktif dan berfungsi sebagaimana mestinya.
Dampak negatif yang lain dari kekurangan cairan adalah adanya rasa
haus, suhu badan meningkat, tenggorokan terasa kering, air kencing berwarna
pekat, terkena gejala sakit kepala, gejala halusinasi, denyut nadi lebih cepat
dari biasanya dan bisa menyebabkan kematian.
Kekurangan cairan bisa menyebabkan infeksi kandung kemih dimana
seseorang yang mengalami hal ini akan merasakan gejala berupa adanya
kenaikan suhu badan, ada kalanya urine mengeluarkan darah dan rasa nyeri
pada saat buang air kecil.
Kekurangan cairan juga bisa membuat kulit menjadi terlihat keriput dan
terlihat kusam karena aliran darah kapiler pada kulit tidak bisa berfungsi
dengan normal.
Dampak negatif yang lain dari kekurangan cairan adalah fungsi kerja
ginjal akan menjadi terganggu karena air berfungsi untuk mencegah batu
ginjal.

b. Bagaimana homeostasis cairan tubuh?
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 (dua)
parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan
ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan
ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan
untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam
tersebut.
1. Pengaturan volume cairan ekstrasel
23

Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan
darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan
volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri
dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel
penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.

Pengaturan volume cairan ekstrasel dapat dilakukan dengan cara sbb.:
a. Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake & output) air
Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus
ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. Hal
ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara
tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam:
1. External fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan
luar.
2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen,
seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.

b. Memperhatikan keseimbangan garam
Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu
dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya.
Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memperhatikan
jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya.
Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan
cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus
diekskresikan dalam urin untuk mempertahankan keseimbangan garam.

Ginjal mengontrol jumlah garam yang diekskresi dengan cara:
1. Jumlah Na+ yang direabsorbsi juga bergantung pada sistem yang
berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting.
Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma
dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri .
Selain sistem renin-angiotensin-aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide
(ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air.
Hormon ini disekresi oleh sel atrium jantung jika mengalami distensi akibat
24

peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus
ginjal meningkatkan eksresi urin sehingga mengembalikan volume darah
kembali normal.

2. Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat
terlarut) dalam suatu larutan. Semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi
konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi air dalam larutan tersebut.
Air akan berpindah dengan cara osmosis dari area yang konsentrasi solutnya
lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya
lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang
tidak dapat menembus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium
merupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama
yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel.
Sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam
menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari
ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini
bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen
ini.

c. Apa fungsi cairan (air) didalam tubuh?
1.Mengatur suhu tubuh
Bila kekurangan air, suhu tubuh akan menjadi panas dan naik
2.Melancarkan peredaran darah
Jika tubuh kita kurang cairan, maka darah akan mengental. Hal ini
disebabkan cairan dalam darah tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh. Proses
tersebut akan berpengaruh pada kinerja otak dan jantung.
3.Membuang racun dan sisa makanan
Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu mengeluarkan
racun dalam tubuh. Air membersihkan racun dalam tubuh melalui keringat, air
seni dan pernafasan..
4.Kulit
25

Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit.
Kecukupan air dalam tubuh berguna untuk menjaga kelembaban, kelembutan,
dan elastisitas kulit akibat pengaruh suhu udara dari luar tubuh.
5.Perncernaan
Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut nutrisi dan
oksigen melalui darah untuk segera dikirim ke sel sel tubuh. Konsumsi air
yang cukup akan membantu kerja sistem pencernaan di dalam usus besar
karena gerakan usus menjadi lebih lancer sehingga feses pun keluar dengan
lancar.
6.Pernafasan
Paru paru memerlukan air untuk pernafasan karena paru paru harus
basah dalam bekerja memasukkan oksigen ke sel - sel tubuh dan memompa
karbondioksida keluar tubuh.
7.Sendi dan otot
Cairan tubuh melindungi dsan melumasi gerakan pada sendi dan otot.
Otot tubuh akan mengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Sebaliknya
konsumsi air selama beraktivitas untuk meminimalisasi risiko kejang otot dan
kelelahan.

d. Bagaimana mekanisme haus?
Mekanisme nafsu lain yang diatur oleh hipotalamus adalah haus. Lesi
pada tempat-tempat tertentu pada hipotalamus mengurangi atau
menghilangkan pemasukan cairan, pada beberapa keadaan tanpa terdapat
perubahan pada pemasukan makanan, dan perangsangan listrik pada
hipotalamus menyebabkan binatang minum. Pada tikus daerah yang
berhubungan dengan haus adalah pada hipotalamus lateral lebih ke belakang
dari pusat makan, pada anjing dan kambing daerah haus ini terletak pada
hipotalamus dorsal ke lateral dan posterior dari nuklei para ventrikel .
Minum meningkat oleh kenaikkan tekanan osmotik efektif plasma, oleh
pengurangan volume CES, dan oleh faktor psikologi dan faktor-faktor lainnya.
Penyuntikan NaCL hipertonik kedalam hipotalamus anterior menyebabkan
minum pada binatang yang sadar.
Observasi ini menyebabkan dugaan bahwa dalam hipotalamus terdapat
osmoreseptor, yaitu sel-sel yang terangsang oleh kenaikkan tekanan osmotik
dari cairan tubuh yang menimbulkan haus dan minum.
26

Penurunan volume CES juga merangsang haus, melalui lintasan yang
tidak tergantung dari lintasan yang memerantai rasa haus akibat hiperosmolitas
plasma. Jadi perdarahan menyebabkan kenaikkan minum meskipun tidak
terdapat perubahan pada osmolalitas plasma. Efek penurunan volume CES
pada haus sebagian diprakarsai melalui sistem renin-angiotensin. Sekresi Renin
naik karena hipovolemia, yang menyebabkan kenaikkan angiotensin II yang
beredar. Angiotensin II bekerja pada organ subforniks, yaitu daerah
reseptor khusus dalam diensefalon, yang merangsang daerah neural yang
berhubungan dengan haus. Ada tanda bahwa angiotensin II juga kerja pada
organum vasculosum lamina terminalis ( OVLT ). Daerah ini sangat
permeabel, dan merupakan dua dari organ-organ circumventrikel, yang berada
diluar sekatan darah otak. Hubungan dari organ subforniks ke daerah neural
mungkin kolinergik. Obat-obat yang menghambat kerja angiostensin II tidak
menghambat seluruh respon haus terhadap hipovalemia, dan nampak bahwa
ada lain mekanisme ikut berperan.
Apabila perasaan haus tertekan baik oleh kerusakan langsung pada
diensefalon atau oleh defresi atau perubahan kesadaran, pasien berhenti minum
cairan mencukupi. Dehidrasi terjadi jika tidak diambil tindakan yang sesuai
untuk mempertahankan keseimbangan air. Jika pemasukan protein tinggi,
metabolit-metabolit protein menimbulkan diuresis osmotik, dan jumlah air
yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan adalah besar.
Kebanyakan kasus dari hipernatremia sebenarnya disebabkan oleh dehidrasi
biasa pada pasien-pasien dengan psikosis atau kelainan otak yang tidak atau
tidak dapat menaikkan pemasukan cairan mereka bila mekanisme haus mereka
dirangsang.

Faktor-faktor lain yang mengatur pemasukan air.
Sejumlah faktor lain telah dikenal yang ikut berperan dalam pengaturan
pemasukan air. Faktor psikologik dan sosial adalah penting. Kering pada
membran mukosa farings menyebabkan perasaan haus. Pasien yang harus
mengurangi pemasukan cairannya, kadang-kadang hausnya sangat diperingan
dengan mengisap sepotong kecil es atau kain basah. Tikus dengan lesi pada
daerah haus akan minum air sedikit apabila tenggorokannya menjadi kering
meskipun mereka tidak memberi respons terhadap dehidrasi sendiri.

27

Anjing, kucing, onta dan beberapa binatang lainnya dalam dehidrasi,
dengan cepat minum cukup air untuk mengatasi kekurangan cairan mereka.
Mereka berhenti minum sebelum air diserap ( sementara plsmanya masih
hipertonik ), jadi ada sejenis alat pengukur dari farings dan saluran pencernaan
yang ikut berperan. Pada manusia, kemampuan untuk minum air dalam jumlah
yang tepat cukup, tidak berkembang sebaik ini, dan kekurangan air biasanya
diatasi lebih lambat.

e. Bagaimana cara tubuh mengatasi rasa haus?
Pertama-tama kita akan membahas mekanismenya terlebih dahulu

Jadi berdasarakan kerangka diatas maka dapat disimpulkan bahwa jika tubuh
mengalami dehidrasi maka tubuh akan berusaha mengirim informasi ke
hipotalamus lalu akan ditafsirkan bahwa tubuh kekurangan cairan dan
hipotalamus akan memberikan respon haus guna mengatasinya.

f. Apa dampak kekurangan cairan terhadap kerja ginjal?
Seperti yang telah kita ketahui bahwa ginjal dapat mempertahankan
homeostasis elektrolit dan cairan didalam tubuh bahkan dalam kisaran yang
sempit sekalipun guna mempertahanka kehidupan. Ketika CES mengalami
kelebihan elektrolit tertentu maka ginjala dapat mengeluarkan kelebihan
tersebut melalui urin. Jika terjadi defisit maka ginjal tidak dapat membawa
konstituen yang kurang tersebut namun ginjal dapat membatasi
pengeluarannya sehingga terjadi penghematan konstituen tersebut sampai yang
bersangkutan memasukkan bahan yang kurang tersebut kedalam tubuhnya.
Pada kenyataannya, pada sebagian hal ginjal tidak dapat selalu menghentikan
terbuangnya bahan yang sangat dibutuhkan bagi tubuh. Contohnya dalam
kasus ini Nn.nasti mengalami defisit H2o bahkan jika seseorang tidak
mengkonsumsi H2o sekalipun, ginjal akan tetang mengeluarkannya ke dalam
urin setiap hari untuk melaksanakan tugas besarnya sebagai pembersih urin.
Karena H2o yang dikeluarkan sebagai urin berasal dari plasma maka orang
yang tidak mengkonsumsi H2o akan menyebabkan volume plasma turun
ketingkat faal karena H2o terus-terus keluar untuk menyertai bahan-bahan sisa.
28




g. Apa pengaruh panas lingkungan terhadap cairan tubuh?
Suhu Tubuh akan berusaha melakukan homeostasis saat suhu
lingkungan tinggi dengan cara vasodilatasi pembuluh darah cutaneous dan
peningkatan berkeringat yang dilakukan agar pembuangan panas dalam tubuh
menjadi maximal, tetapi apabila terlalu lama pada suhu lingkungan tinggi,
maka tubuh akan mengalami dehidrasi

h. Bagaimana proses keterkaitan saraf dan endokrin (hormone) terhadap cairan
tubuh?
Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system
saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan
keseimbangan cairan dan elektrolit melali baroreseptor di arkus aorta dan sinus
karotiikus, osmoreseptor di hypothalamus, dan volumereseptor atau reseptor
regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang
berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II,
Aldosteron, dan Vasopresin/ ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium
dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka
hormone atripeptin (ANP) akan meningkatkan ekskresi volume natrium dan
air.








29

IV. Keterkaitan Antar Masalah





























Nn. Nasti 26 th
Olahraga lari 50 menit
Penggunaan energi
Tidak minum Panas matahari
Kebutuhan O2
Nafas terengah-
engah
Denyut nadi
meningkat
Evaporasi ,
Keringat


Kekurangan cairan
(dehidrasi)
Tiba-tiba
berhenti
Kerongkongan
kering
Mulut
kering
30

V. Kerangka Konsep





























Olahraga berlebihan
Lingkungan panas
Kerja otot
Penggunaan O2
Stimulus ke pusat
pernafasan
RR
Suhu tubuh
Merangsang ekskresi kel. keringat
Evaporasi ,
Keringat



HR
Tidak minum
Cairan tubuh ,

Elektrolit
Dehidrasi
31

VI. Learning Issue
1. Homeostasis cairan tubuh
2. Mekanisme transfer panas tubuh
3. Fisiologi berkeringat
4. Dehidrasi
5. Berat Badan Ideal (BMI)
6. Fisiologi olahraga lari
7. Interpretasi gejala dan tanda
VII. Sintesis Masalah
1.Homeostasis cairan tubuh
PERANAN GINJAL DALAM MENGATUR HOMEOSTASIS CAIRAN
TUBUH
Pengaturan Osmolaritas Cairan Ekstraseluler dan Konsentrasi Natrium.
1. Ginjal Mengeluarkan Air yang Berlebihan dengan membentuk urin yang
encer.
Ginjal normal memiliki kemampuan yang besar untuk membentuk
berbagai proporsi zat terlarut dan air dalam urin sebagai respon terhadap berbagai
perubahan. Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh, dan osmolaritas cairan tubuh
menurun, ginjal akan mengeluarkan urine dengan osmolaritas serendah 50
mOsm/liter, yaitu suatu konsentrasi yang hanya sekitar 1/6 dari osmolaritas cairan
ekstraseluler normal. Sebaliknya, bila terjadi kekurangan air dan osmolaritas
cairan ekstraseluler tinggi, ginjal akan mengeluarkan urin dengan konsentrasi
sekitar 1200-1400 mOsm/ltr.
A. Hormon Antidiuretik Mengatur Konsentrasi Urine
Ada suatu sistem umpan balik kuat yang mengatur osmolaritas plasma dan
konsentrasi natrium, yang berkerja dengan cara menghambat ekskresi air oleh
ginjal, dan tidak bergantung pada nilai ekskresi zat terlarut. Peran utama dari
sistem umpan balik ini adalah hormon antideuretik (ADH), yang juga disebut
vosopresin.
B. Mekanisme ginjal untuk mengeluarkan urin encer
Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh, ginjal dapat mengeluarkan urin encer
sebanyak 20 liter/hari, dengan konsentrasi serendah 50 mOsm/liter. Ginjal
melakukan prestasi yang hebat ini dengan mereabsorbsi terus zat terlarut
32

sementara tidak mereabsopsi kelebihan air di bagian distal dari nefron, termasuk
tubulus distal akhir dan duktus koligentes. Mekanisme yang membentuk urin encer
adalah dengan terus mereabsorbsi zat terlarut dari bagian distal sistem tubulus
sementara tidak dilakukan reabsopsi air.

2. Ginjal Menyimpan Air dengan Mengeluarkan Urin Pekat
Kemampuan ginjal untuk membentuk urin yang lebih pekat dari pada plasma
penting untuk kelangsungan hidup mamalia yang hidup di darat, termasuk
manusia. Air secara terus menerus hilang dari tubuh melalui berbagai cara,
termasuk paru-paru melalui evaporasi kedalam udara ekspirasi, traktus
gastrointestinal melalui feses, kulit melalui evaporasi dan perspirasi, dan ginjal
melalui ekskresi urin. Bila terdapat kekurangan air dalam tubuh, ginjal membentuk
urin pekat dengan terus menerus mengekskresikan zat terlarut sementara
meningkatkan reabsopsi air dan menurunkan volume urin yang terbentuk. Volume
urin yang diwajibkan kemampuan pemekatan maksimal ginjal menunjukkan
berapa banyak volume urin yang harus diekskresikan setiap hari untuk membung
sisa-sisa produk metabolism dan ion yang dicerna dari tubuh. Volume urin yang
minimal berperan pada dehidrasi, bersama dengan air yang hilang dari kulit,
traktus respiratorius, dan traktus gastrointestinal, bila tidak ada air yang dapat di
minum.

A. Kebutuhan untuk Mengekskresikan Urin Pekat Kadar ADH yang Tinggi
dan Hiperosmotik Medula Ginjal.
Kebutuhan dasar untuk membentuk urin pekat adalah :
(1) Kadar ADH yang tinggi, yang meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan
duktus koligentes terhadap air, sehingga membuat segmen-segmen tubulus ini
mereapsobsi air cukup banyak, dan
(2) Osmolaritas yang tinggi dari cairan interstisial medula ginjal, yang
menyediakan gradien osmotik yang diperlukan untuk terjadinya reabsorbsi air
dengan adanya kadar ADH yang tinggi.

B. Mekanisme Arus Balik Menghasilkan Interstisium Medula Ginjal
Hiperosmotik
Osmolaritas cairan interstisial pada hampir seluruh bagian tubuh adalah
sekitar 300 mOsm/liter, yang mirip dengan osmolaritas plasma. Sedangkan pada
33

medula ginjal jauh lebih tinggi, meningkat dengan cepat sampai kira-kira 1200
mOsm/liter. Faktor-faktor utama yang ikut berperan dalam membentuk konsentrasi
zat terlarut ke dalam medula ginjal adalah sebagai berikut:
1. Transpor aktif ion natrium dan ko-transpor kalium, klorida, dan ion-ion lain
keluar dari segmen tebal cabang asenden ansa Henle ke dalam interstisium ginjal.
2. Tanspor aktif ion-ion dari duktus koligentes ke dalam interstisium medula.
3. Difusi pasif sejumlah besar urea dari bagian dalam medula duktus koligentes
ke dalam interstisium medulla.
4. Difusi sejumlah kecil air dari tubulus medula ke dalam interstisium medulla,
lebih sedikit dari pada reabsopsi zat terlarut ke dalam interstisium medula.

C. Peranan Tubulus Distal dan Duktus Koligentes dalam Mengekskresi Urin
Pekat
Bila cairan tubulus meninggalkan ansa Henle dan mengalir ke dalam
tubulus kontortus distal di korteks ginjal, cairannya encer, dengan osmolaritas
hanya sekitar 100 mOsm/liter. Kenyataan bahwa sejumlah besar air ini
direabsorbsi ke dalam korteks, dan bukan ke dalam medula ginjal, membantu
mempertahankan osmolaritas cairan interstisial medula yang tinggi.

D. Ureum Berperan Terhadap Hiperosmetik Insterstisium Medula Ginjal dan
Terhadap Pemekatan Urine.
Ureum berperan terhadap sekitar 40% osmolaritas (500 mOsm/liter)
interstisium medula ginjal saat ginjal membentuk urin pekat secara maksimal. Bila
terjadi kekurangan air dan konsentrasi ADH dalam darah nilainya tinggi, sejumlah
besar ureum direabsorpsi secara pasif dari bagian dalam medula duktus koligentes
masuk ke interstisium.

E. Pertukaran Arus Balik di Vasa Rekta Mempertahankan Hiperosmotik
Medula Ginjal
Untuk menyuplai keperluan metabolik sel-sel di bagian ginjal ini, harus
tersedia aliran darah medula ginjal. Tanpa suatu sistem aliran darah medula yang
khusus, zat terlarut yang dipompa ke dalam medula ginjal oleh sistem arus balik
akan menghilang dengan cepat.

34

F. Ringkasan Mekanisme Pemekatan Urin dan Perubahan Osmolaritas pada
Berbagai Segmen Tubulus
Perubahan osmolaritas dan volume cairan tubulus sewaktu cairan melewati
berbagai bagian nefron yaitu: Tubulus Proksimalis, cabang desenden ansa Henle,
segmen tipis cabang asenden ansa henle, segmen tebal cabang asenden ansa henle,
semen tebal cabang asenden ansa henle, segmen awal tubulus distal, semen akhir
tubulus dan tubulus koligentes kortikalis.

G. Gangguan kemampuan pemekatan urin
Gangguan kemampuan ginjal untuk memekatkan atau mengencerkan urin
secara tepat dapat terjadi pada satu atau lebih dari abnormalitas berikut ini:
1. Sekresi ADH yang tidak tepat. Sekresi ADH yang terlalu banyak atau terlalu
sedikit dapat menghasilkan pengaturan cairan yang abnormal oleh ginjal
2. Perusakan mekanisme arus balik. Hiperosmotik interstisium medula
dibutuhkan untuk kemampuan pemekatan urin yang maksimal.
3. Ketidakmampuan tubulus distal, tubulus koligentes, dan duktus koligentes
untuk berrespon terhadap ADH.

3. Pengaturan osmolaritas cairan ekstraselular dan konsentrasi natrium
Pengaturan osmolaritas cairan ekstraselular berhubungan erat dengan
konsentrasi natrium karena natrium adalah ion yang paling banyak jumlahnya
dalam ruang ekstraselular.
Memperkirakan osmolaritas plasma dari konsentrasi natrium plasma,
Ada 2 sistem utama yang terlibat khusus dalam pengaturan konsentrasi natrium
dan osmolaritas cairan ekstraselular :
a. Sistem umpan balik Osmoreseptor-ADH
1. Peningkatan osmolaritas cairan ekstraselular (yang secara praktis berarti
peningkatan konsentrasi plasma) menyebabkan sel saraf khusus yang disebut sel-
sel osmoreseptor, yang terletak di hipotalamus anterior dekat nukleus supraoptik,
menyusut.
2. Penyusutan sel-sel osmoreseptor menyebabkan sel tersebut terangsang,
mengirimkan sinyal-sinyal saraf ke sel-sel saraf tambahan di nukleus supraoptik.
3. Potensial aksi ini yang disalurkan ke hipofise posterior akan merangsang
pelepasan ADH yang disimpan dalam granula sekretorik di ujung saraf.
35

4. ADH memasuki aliran darah dan ditranspor ke ginjal, dimana ADH
meningkatkan permeabilitas air bagian akhir tubulus distal, tubulus koligentes
kortikalis, dan duktus koligentes bagian dalam medula
5. Peningkatan permeabilitas air di segmen nefron distal menyebabkan
peningkatan reabsorpsi air dan ekskresi sejumlah kecil urin yang pekat.

b. Peranan Rasa Haus Dalam Mengatur Osmolaritas Cairan Ekstraselular Dan
Konsentrasi Natrium
Ginjal meminimalkan kehilangan cairan selama terjadi kekurangan air melalui
sistem umpan balik osmoreseptor ADH. Selain itu, asupan cairan diperlukan untuk
mengimbangi kehilangan cairan apapun yang terjadi melalui berkeringat dan
bernapas serta melalui saluran cerna. Pusat-pusat sistem saraf pusat terhadap rasa
haus, peningkatan osmolaritas cairan serebrospinal dalam ventrikel ketiga
memberi pengaruh yang sama yaitu menimbulkan keinginan minum.
Respon osmoreseptor ADH dan mekanisme rasa haus yang terintegrasi dalam
pengaturan osmolaritas cairan dan konsentrasi natrium
Bila mekanisme ADH atau mekanisme rasa haus gagal, mekanisme yang lain
biasanya masih dapat mengatur osmolaritas ekstraselular dan konsentrasi natrium
dengan efektifitas yang memadai, selama tersedia asupan cairan yang cukup untuk
mengimbangi volume urin harian dan kehilangan air melalui pernapasan, keringat,
atau saluran pencernaan.

c. Mekanisme Keinginan Garam Untuk Mengatur Konsentrasi Dan Volume
Natrium Cairan Ekstraselular
Pemeliharaan volume cairan ekstraselular yang normal dan konsentrasi
natrium membutuhkan suatu keseimbangan antara ekskresi natrium. Keinginan
garam sebagian adalah akibat dari kenyataan bahwa manusia menyukai garam dan
memakanya tanpa memperhatikan defisiensi garam. Yang menyebabkan
kehilangan natrium yang banyak dalam urin dan menimbulkan :
(a) Penurunan volume cairan ekstraselular
(b) Penurunan konsentrasi natrium.




36

2.Mekanisme transfer panas tubuh
TRANSFER PANAS
1. Penguapan (evaporasi)
Penguapan dari tubuh merupakan salah satu jalan melepaskan panas. Walau
tidak berkeringat, melalui kulit selalu ada air berdifusi sehingga penguapan dari
permukaan tubuh kita selalu terjadi disebut inspiration perspiration (berkeringat
tidak terasa) atau biasa disebut IWL (insensible water loss).
Inspiration perspiration melepaskan panas + 10 kcal/jam dari permukaan kulit.
Dari jalan pernafasan + 7 panas dari metabolisme dikeluarkan dengan cara
evaporasi 20kcal/jam - 25%.
2. Radiasi
Bila suhu
badan bila disekitar dingin akan melepaskan panas. Proses ini terjadi dalam
bentuk gelombang elektromagnetik dengan kecepatan seperti cahaya radiasi.
3. Konduksi
Perpindahan panas dari atom ke atom/ molekul ke molekul dengan jalan
pemindahan berturut turut dari energi kinetic. Pertukaran panas dari jalan ini dari
tubuh terjadi sedikit sekali (kecuali menyiram dengan air).
4. Konveksi
Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan.
Misalnya pada waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akan dipanaskan
(dengan melalui konduksi dan radiasi) menjadi kurang padat, naik dan diganti
udara yang lebih dingin. Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas.

3.Fisiologi berkeringat
Rangsangan area preoptik di bagian anterior hipotalamus baik secara listrik
maupun panas yang berlebihan akan menyebabkan berkeringat. Impuls dari area
yang menyebabkan berkeringat ini dihantarkan melalui jaras saraf otonom ke
medulla spinalis dan kemudian melalui jaras saraf simpatismengalirkekulit di
seluruh tubuh.
Kelenjar keringat dipersarafi oleh saraf-saraf kolinergik tetapi juga dapat
dirangsang di beberapa tempat oleh epinefrin atau norepinefrin yang bersikulasi
dalam darah. Hal ini penting pada saat berolahraga, saat hormone ini dihasilkan
oleh kelenjar adrenal dan tubuh perlu melepaskan panas yang berlebihan yang
37

dihasilkan oleh otot yang aktif.

Mekanisme sekresi keringat:
Kelenjar keringat diperlihat dalam bentuk tubular yang dibagi menjadi 2 bagian.
1. Bagian yang bergelung di subdermis dalam menyekresi keringat
2. Bagian duktus yang berjalan keluar melalui dermis dan epidermis kulit.

Seperti juga pada kelenjar lainnya, bagian sekretorik kelenjar keringat
menyekresi cairan yang disebut dengan secret primer /secret prekusor, kemudian
konsemtrasi zat dalam cairan tersebut dimodifikasi sewaktu cairan mengaliri duktus.
Sekret prekusor adalah hasil sekresi aktif dari sel-sel epitel yang melapisi
bagian yang bergelung dari kelenjar keringat. Serabut saraf simpatis kolinergik
berakhir pada /dekat sel-sel kelenjar yang megeluarkan secret tersebut.
Komposisi secret prekusor mirip dengan yang terdapat dalam plasma, namun
tidak mengandung protein plasma. Konsentrasi natrium sekitar 142 mEq/L dan klorida
sekitar 104 mEq/L, dengan konsentrasi zat terlarut dlain yang lebih kecil bila
dibandingkan di dalam plasma. Sewaktu larutan ini mengalir di bagian duktus
kelenjar, larutan ini mengalami modifikasi melalui reabsorbsi sebagian besar ion
natrium dan klorida. Tingkat reabsorbsi ini bergantung pada kecepatan berkeringat.
Apabila kelenjar keringat hanya sedikit dirangsang, cairan prekusor mengalir
melalui duktus dengan lambat. Dalam hal ini, pada dasarnya semua ion natrium dan
klorida direabsorbsi, dan konsentrasi maisng-masing ion ini menurun menjadi
5mEq/L. Hal ini mengurangi tekanan osmotic cairan keringat tersebut hingga nilai
yang sangat rendah sehingga sebagian besar cairan kemudian juga direbsorbsi, yang
memekatkan sebagian besar kandungan unsure lainnya. Oleh karena itu pada
kecepatan berkeringat yang rendah, kandungan unsure seperti urea, asam laktat, dan
ion kaium biasanya konsentrasinya sangat tinggi.
Sebaliknya apabila kelenjar keringat dirangsang dengan kuat oleh system saraf
simpatis, secret prekusor dibentuk dalam jumlah yang banyak, dan duktus kini hanya
mereabsorbsi natrium klorida dalam jumlah yang lebih sedikit dari setengahnya,
konsentrasi ion-ion natrium dan klorida kemudian biasanya meningkat (pada orang
yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan iklim) sampai tingkat maksimum sekitar
50 sampai 60 mEq/L, sedikit lebih rendah dari setengah konsentrasinya di dalam
plasma. Lebih lanjut lagi, keringat mengalir melalui tubulus kelenjar begitu cepatnya,
sehingga sedikit air yang direabsorbsi. Oleh karena itu, konsentrasi unsure terlarut
38

lainnya dari keringat hanya sedikit meningkat, urea menjadi sekitar dua kali dari
plasma, asam laktat sekitar 4 kali dari plasma, dan kalium sekitar 1,2 kali.
Bila orang belum menyesuaikan diri dengan iklim panas, ia akan mengalami
kehilangan natrium klorida di dalam keringat dalam jumlah yang bermakna.
Kehilangan elektrolit akan jauh lebih sedikit, meskipun kemampuan berkeringat telah
ditingkatkan, bila orang telah terbiasa dengan iklim tersebut, seperti berikut ini.

4.Dehidrasi
Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disertai
output yang melebihi intake sehingga jumlah air pada tubuh berkurang.Meskipun
yang hilang terutama cairan tubuh ,tetapi dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit.

Fisiologi Cairan tubuh total dan distribusinya
Komponen tunggal terbesar dlam tubuh adalah air.Air adalah pelarut bagi
semua zat terlarut dalm tubuh baik dalm suspensi maupun larutan.Air tubuh total (total
water body/TBW) (yaitu persentase dari berat tubuh total yang tersusun atas air)
jumlahnya bervariasi sesuai dengan jenis kelamin,umur,dan kandungan lemak dalam
tubuh.Air membentuk sekitar 60% berat badan seorang pria dan sekitar 50% berat
badan wanita.Pada orang tua TBW menyusun sekitar 45% sampai 50% berat badan
(Narins,1994).Lemak pada dasranya bebas air,sehingga lemak yang makin sedikit
akan mengakibatkan tingginya persentase air dari berat badan orang itu.Sebaliknya
jaringan otot memiliki kandungan air yang tinggi.Oleh karena itu dibandingkan
dengan orang kurus,orang gemuk mempunyai TBW yang relatif lebih kecil
dibandingkan dengan berat badannya.Wanita umumnya secara proporsional
mempunyai lebih banyak lemak dan lebih sedikit otot jika dibandingkan dengan
pria,sehingga jumlah TBW juga lebih sedikit dibandingkan dengan berat badannya.
Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi dari satu bagian dengan
bagian lainnya,dan dalma keadaan sehat mereka harus berada pada bagian yang tepat
dan dalam jumlah yang tepat.Kation utama pada cairan ekstraseluler dalah Na
+
,dan
anion utamanya adalah Cl
-
dan HCO
3
-


Patogenesis Dehidrasi
Dehidrasi dapat terjadi karena :
1. Kemiskinan air (water depletion)
2. Kemiskinan Natrium (sodium depletion)
39

3. Water and sodium depletion terjadi bersama-sama
Water depletion atau dehidrasi primer terjadi karena masuknya air sangat
terbatas,akibat :
1. Penyakit yang menghalangi masuknya air
2. Penyakit mental yang disertai menolak air atau ketakutan engan air
(hydrophobia)
3. Penyakit sedemikian rupa,sehingga si penderita sangat lemah dan tidak
dapat minum air lagi
4. Koma yang terus-menerus
Dehidrasi primer juga dapat terjadi pada orang yang mengeluarkan peluh yang
banyak,tanpa mendapatkan penggantian air,seperti pada musafir di padang pasir,atau
pada orang yang berhari-hari terapung-apung ditengah laut tanpa mendapat
minum.Pada stadium permulaan water depletion,ion natrium dan chlor ikut
menghilang dengan cairan tubuh,tetapi kemudian terjadi reabsorsi ion melalui tubulus
ginjal yang berlebihan,sehingga cairan ekstraseluler mengandung natrium dan chlor
berlebihan dan terjadi hipertoni.
Hal ini menyebabkan air akan keluar dari sel sehingga terjadi dehidrasi
intraseluler dan inilah yang menimbulkan rasa haus.Selain itu terjadi perangsangan
pada hipofisis yang kemudian melepaskan hormon antidiuretik sehingga terjadi
oligouria
Dehidrasi sekunder atau sodium depletion terjadi karena tubuh kehilangan
cairan tubuh yang mengandung elektrolit.Istilah sodium depletion lebih sesuai
daripada salt depletion untuk memberi tekanan terhadap perlunya natrium.Kekurangan
intake garam biasanya tidak menimbulkan sodium depletion oleh karena ginjal,bila
perlu,dapt mengatur dan menyimpan natrium.
Sodium depletion sering terjadi akibat keluarnya cairan melalui saluran
pencernaan pada keadaan muntah-muntah dan diare yang keras.

Penyebab timbulya dehidrasi bermacam-macam. Penyebab timbulnya
dehidrasi dapat dibedakan menjadi 2 hal yaitu :
Eksternal (dari luar tubuh )
1. Akibat dari berkurangya cairan akibat panas yaitu kekurangan zat natrium;kekurangan
air;kekurangan natrium dan air.
2. Latihan yang berlebihan yang tidak dibarengi dengan asupan minuman juga.
40

3. Sinar panas matahari yang panas
4. Diet keras dan drastis
5. Adanya pemanas dalam ruangan
6. Cuaca/musim yang tidak menguntungkan (terlalu dingin).
7. Ruangan ber AC , walaupun dingin tetapi kering
8. Obat-obatan yang digunakan terlalu lama

Internal (dari dalam tubuh)
Sedangkan penyebab terjadinya dehidrasi yang berasal dari dalam tubuh
disebabkan terjadinya penurunan kemampuan homeostatik. Secara khusus, terjadi
penurunan respons rasa haus terhadap kondisi hipovolemik dan hiperosmolaritas.
Disamping itu juga terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus, kemampuan fungsi
konsentrasi ginjal, renin, aldosteron, dan penurunan respons ginjal terhadap
vasopresin. Selain itu fungsi penyaringan ginjal melemah, kemampuan untuk menahan
kencing menurun, demam, infeksi, diare, kurang minum, sakit, dan stamina fisik
menurun.

Kehilangan cairan tubuh dapat bersifat :
a. Normal
Hal tersebut terjadi akibat pemaakaian energi tubuh. Kehilangan cairan sebesar 1 ml
terjadi pada pemakaian kalori sebesar 1 kal.
Misalnya :
Keringat : Tubuh bias kehilangan sejumlah besar air ketika mencoba untuk
mendinginkan diri dengan keringat.Apakah tubuh panas karena lingkungan (misalnya
:bekerja dalm lingkungan yang hangat),intens berolahraga dalam lingkungan yang
panas,atau karena demam yang disebabkan oleh infeksi.Tubuh menggunakan sejumlah
besar air dalam bentuk keringat untuk mendinginkan diri,tergantung pada kondisi
cuaca.Jalan cepat dapat mengahsilkan sampai 16 ons keringat (sat upon air) untuk
memungkinkan mendinginkan tubuh,dan air yang perlu diganti.

b. Abnormal
Terjadi karena berbagai penyakit atau keadaan lingkungan seperti suhu lingkungan
yang terlalu tinggi atau rendah. Pengeluaran cairan yang banyak dari dalam tubuh
tanpa diimbangi pemasukkan cairan yang memadai dapat berakibat dehidrasi.
Dehidrasi adalah keadaan dimana tubuh kehilangan cairan elektrolit yang sangat
41

dibutuhkan organ-organ tubuh untuk bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Saat
dehidrasi, tubuh dengan terpaksa menyedot cairan baik dari darah maupun organ-
organ tubuh lainnya. Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total. Proses
terjadinya kulit wajah dehidrasi yaitu sekelompok kelenjar lemak/minyak produksinya
berkurang akibatnya setiap keringat yang keluar langsung teruapkan, sehingga cairan
dalam tubuh berkurang.
Misalnya :
1. Muntah : Muntah juga bisa menjadi penyebab hilangnya cairan dan sulit bagi
seseorang untuk mengganti air dengan minum itu jika mereka tidak dapat
mentelerir cairan
2. Diabetes : Pada orang dengan diabetes gula darah menyebabkan kadar gula
tumpah ke dalam air seni dan air kemudian berikut yang dapat menyebabkan
dehidrasi yang signifikan.Untuk alas an ini,sering kencing dan haus yang
berlebihan adalah gejala awal diabetes.
3. Burns : Korban luka bakar mengalami dehidrasi karena kulit yang rusak tidak
dapat mencegah cairan dan merembes keluar dari tubuh.Penyakit peradangan lain
dari kulit juga terkait dengan kehilangan cairan.
4. Ketidakmampuan untuk minum cairan : Keridamampuan untuk minum memadai
adalah penyebab potensial lainnya degidrasi.Apakah itu adalah kurangnya
ketersediaan air atau kurangnya kekuatan untuk minum jumlah yang
cukup,ditambah dengan kehilangan air rutin.
5. Diare : Keluarnya sekresi saluran cerna bagian bawah banyak mengandung
natrium,kalium.Dan pada diare konsistensi feces encer atau bahkan sangat
encer,Hal ini berarti volume air lebih banyak.
Tanda-Tanda Dehidrasi
Gejala klasik dehidrasi seperti rasa haus, lidah kering, penurunan turgordan
mata cekung sering tidak jelas. Gejala klinis paling spesifik yang dapat dievaluasi
adalah penurunan berat badan akut lebih dari 3%. Tanda klinnis obyektif lainya yang
dapat membantu mengindentifikasi kondisi dehidrasi adalah hipotensi ortostatik.
Berdasarkan studi di Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM,
bila ditemukan aksila lembab/basah, suhu tubuh meningkat dari suhu basal, diuresis
berkurang, berat jenis (bj) urin lebih dari atau sama dengan 1,019 (tanpa adanya
glukosuria dan proteinuria), serta rasio blood urea nitrogen/kreatinin lebih dari atau
sama dengan 16,9 (tanpaadanya perdarahan aktif saluran cerna) maka kemungkinan
42

terdapat dehidrasi pada usia lanjut adalah 81%. Kriteria ini dapat dipakai dengan
syarat: tidak menggunakan obat obat sitostatik, tidak ada perdarahan saluran cerna,
dan tidak ada kondisi overload (gagal jantung kongensif, sirosis hepatis dengan
hipertensi portal, penyakit ginjal kronik stadium terminal, sindrom nefrotik).

1. Defisit cairan (litar) = cairan badan total (CBT) yang diinginkan CBT saat ini
2. CBT yang diinginkan = kadar na serum X CBT saat ini 140
3. CBT saat ini (pria) = 50% X berat badan (kg)
4. CBT saat ini (perempuan) = 45% berat badan (kg).

Berikut ini adalah berbagai gejala dehidrasi sesuai tingkatannya :
1. Dehidrasi ringan
a. Muka memerah
b. Rasa sangat haus
c. Kulit kering dan pecah-pecah
d. Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
e. Pusing dan lemah, lemas, dan mulai terasa pening dan mual
f. Kram otot terutama pada kaki dan tangan
g. Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
h. Sering mengantuk
i. Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang
j. Tiba tiba jantung berdetak lebih kencang
k. Suhu badan meningkat

2. Dehidrasi sedang
a. Tekanan darah menurun
b. Pingsan
c. Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
d. Kejang
e. Perut kembung
f. Gagal jantung
g. Ubun-ubun cekung
h. Denyut nadi cepat dan lemah

43

Tanda dehidrasi pada bayi / anak :
1. Mulut dan lidah kering
2. Tidak keluar air mata saat menangis
3. Popok tidak basah selama lebih dari 3 jam
4. Perut, mata, dan pipi cekung
5. Demam
6. Lesu atau rewel
7. Kulit tidak segera kembali ke posisi semula jika dicubit kemudian dilepaskan.

Jenis Dehidrasi
Dehidrasi dapat dikategorikan berdasarkan tosinitas/ kadar cairan yang hilang yaitu
1. Dehidrasi hipertonik yaitu berkurangnya cairan berupa hilangnya air lebih banyak
dari natrium (dehidrasi hipertonik). Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya
kadar natrium serum (lebih dari 145 mmol/liter) dan peningkatan osmolalitas efektif
serum (lebih dari 285 mosmol/liter).
2. Dehidrasi isotonik atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama.
Dehidrasi isotonik ditandai dengan normalnya kadar natrium serum (135-145
mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (270-285 mosmol/liter)
3. Dehidrasi hipotonik hilangnya natrium yang lebih banyak dari pada air. Dehidrasi
hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135
mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mosmol/liter.

Sedangkan penggolongan dehidrasi berdasarkan banyaknya cairan yang hilang
yaitu :

a. Dehidrasi ringan ( < 5 %) kehilangan cairan dan elektrolit Dehidrasi ringan (jika
penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan),
b. Dehidrasi sedang ( 5- 8 %) kehilangan cairan dan elektrolit dehidrasi sedang (jika
penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan)
c. Dehidrasi berat ( > 8 %) kehilangan cairan dan elektrolit dehidrasi berat (jika
penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan).




44

5.Berat Badan Ideal (BMI)
A. Pengertian
IMT atau sering juga disebut indeks Quatelet pertama kali ditemukan oleh
seorang ahli matematika Lambert Adolphe Jacques Quatelet adalah alat
pengukuran komposisi tubuh yang paling umum dan sering digunakan. Beberapa
studi telah mengungkapkan bahwa IMT adalah alat pengukuran yang berguna
untuk mengukur obesitas, dan telah direkomendasikan untuk evaluasi klinik pada
obesitas anak (Daniels et al, 1997).
IMT merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan
berdasarkan indeks quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat
tinggi badan dalam meter (kg/m2)). Interprestasi IMT tergantung pada umur dan
jenis kelamin anak karena anak lelaki dan perempuan memiliki kadar lemak tubuh
yang berbeda. IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta
berkolerasi tinggi dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk
mengidentifikasi pasien obesitas yang mempunyai risiko komplikasi medis
(Pudjiadi et al, 2010).
Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara
berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi
indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak
mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa
IMT berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh
seperti underwater weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry (Grummer-
Strawn LM et al.,2002).
IMT merupakan altenatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena
murah serta metode skrining kategori berat badan yang mudah dilakukan. Untuk
mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Menurut rumus metrik:
Berat badan (Kg)
IMT = -------------------------------------------------------
[Tinggi badan (m)]
Atau menurut rumus Inggris:
IMT = Berat badan (lb) / [Tinggi badan (in)]2 x 703
B. Kategori Indeks Massa Tubuh
45

Untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun keatas, IMT diinterpretasi
menggunakan kategori status berat badan standard yang sama untuk semua umur
bagi pria dan wanita. Untuk anak-anak dan remaja, intrepretasi IMT adalah
spesifik mengikut usia dan jenis kelamin (CDC, 2009).
Secara umum, IMT 25 ke atas membawa arti pada obesitas. Standar baru untuk
IMT telah dipublikasikan pada tahun 1998 mengklasifikasikan BMI di bawah 18,5
sebagai sangat kurus atauunderweight, IMT melebihi 23 sebagai berat badan lebih
atau overweight, dan IMT melebihi 25 sebagai obesitas. IMT yang ideal bagi
orang dewasa adalah diantara 18,5 sehingga 22,9. Obesitas dikategorikan pada tiga
tingkat: tingkat I (25-29,9), tingkat II (30-40), dan tingkat III (>40) (CDC, 2002).
Tabel 1: Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (WHO, 2004)
Classificasion
BMI (kg/m2)
Principal cut-off points
Underweight
Severe thinness
Moderate thinness
Mild thinness
< 18,50
< 16,00
16,00 16,99
17,00 18,49
Normal Range 18,50 25,99
Pre Obese 25,00 29,99
Obese
Obese class I
Obese class II
Obese class III
>30,00
30,00 34,99
35,00 39,99
>40,00
Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan
pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Pada
akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.3 Batas Ambang IMT Indonesia (Depkes, 2003)
Gender
Kategori IMT (Kg/m2)
Kurus Normal
Kegemukan
Tingkat
ringan
Tingkat berat
46

Pria <18 kg/m2
18 25
kg/m2
>25 27
kg/m2
>27 kg/m2
Wanita <17 kg/m2
17 23
kg/m2
>23 27
kg/m2
Keterangan :
- IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat
badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
- IMT 17,0 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat ringan atau KEK ringan.
- IMT 18,5 25,0: keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
- IMT 25,1 27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan
berat badan tingkat ringan.
- IMT > 27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat
badan tingkat berat (Direktorat Gizi Masyarakat RI, 2000)
1. Indeks Massa Tubuh (IMT) kategori kurus
Indeks massa tubuh di kategorikan kurus jika pembagian berat per kuadrat
tingginya kurang dari 18 kg/m2. Penyebabnya rata-rata dikarenakan konsumsi
energi lebih rendah dari kebutuhan yang mengakibatkan sebagian cadangan energi
tubuh dalam bentuk lemak akan digunakan. Kerugiannya jika seseorang masuk
dalam kategori ini antara lain :
a. Penampilan cenderung kurang menarik
b. Mudah letih
c. Resiko sakit tinggi, beberapa resiko sakit yang dihadapi antara lain: penyakit
infeksi, depresi, anemia dan diare
d. Wanita kurus kalau hamil mempunyai resiko tinggi melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah
e. Kurang mampu bekerja keras.

2. Indeks Massa Tubuh (IMT) kategori normal
Indeks massa tubuh masuk ketegori normal jika pembagian berat per kuadrat
tingginya antara 18 sampai 25 kg/m2. Kategori ini bisa diwujudkan dengan
mengkonsumsi energi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tubuh. Sehingga
tidak terjadi penimbunan energi dalam bentuk lemak, maupun penggunaan lemak
sebagai sumber energi. Keuntungan dari IMT yang normal ini antara lain:
47

a. Penampilan menarik, proporsional, dan lincah
b. Resiko penyakit bisa di minimalisir menjadi lebih rendah.

Adapun cara untuk mempertahankan IMT dalam grid yang normal ini adalah:
a. Mempertahankan kebiasaan makan sehari-hari dengan susunan menu gizi
seimbang.
b. Perlu kebiasaan olah raga yang teratur.
c. Tetap melakukan kebiasaan fisik sehari-hari.

Indeks Massa Tubuh (IMT) kategori berlebihan (kegemukan)
Menurut Direktorat Gizi Masyarakat RI tahun 2002, kegemukan atau obesitas
digolongkan menjadi dua kategori, yaitu:
a. Kelebihan berat badan tingkat ringan
b. Kelebihan berat badan tingkat berat.
Obesitas berpotensi menjadi faktor primer kasus degeneratif dan metabolik
sindrom. Beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas adalah risiko yang paling
tinggi untuk penyakit jantung, DM, dan beberapa jenis kanker. Adapun kerugian
atau resiko dari kategori ini adalah:
a. Penampilan kurang menarik
b. Gerakan tidak gesit dan lambat
c. Merupakan faktor resiko penyakit: Jantung dan pembuluh darah, Kencing
manis (diabetes mellitus), Tekanan darah tinggi, Gangguan sendi dan tulang
(degeneratif), Gangguan fungsi ginjal, Kanker, Pada wanita dapat mengakibatkan
gangguan haid (haid tidak teratur), faktor penyulit pada saat persalinan (Charlotte,
2000).

C. Kekurangan dan Kelebihan Indeks Massa Tubuh
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu indikator yang dapat dipercayai
untuk mengukur lemak tubuh. Walaubagaimanapun, terdapat beberapa kekurangan
dan kelebihan dalam mnggunakan IMT sebagai indikator pengukuran lemak
tubuh. Kekurangan indeks massa tubuh adalah:
1. Pada olahragawan
Tidak akurat pada olahragawan (terutama atlet bina) yang cenderung berada pada
kategori obesitas dalam IMT disebabkan mereka mempunyai massa otot yang
berlebihan walaupun presentase lemah tubuh mereka dalam kadar yang rendah.
48

Sedangkan dalam pengukuran berdasarkan berat badan dan tinggi badan, kenaikan
nilai IMT adalah disebabkan oleh lemak tubuh.
2. Pada anak-anak
Tidak akurat karena jumlah lemak tubuh akan berubah seiringan dengan
pertumbuhan dan perkembangan tubuh badan seseorang. Jumlah lemak tubuh pada
lelaki dan perempuan juga berbeda selama pertumbuhan. Oleh itu, pada anak-anak
dianjurkan untuk mengukur berat badan berdasarkan nilai persentil yang
dibedakan atas jenis kelamin dan usia.
3. Pada kelompok bangsa
Tidak akurat pada kelompok bangsa tertentu karena harus dimodifikasi mengikut
kelompok bangsa tertentu. Sebagai contoh IMT yang melebihi 23,0 adalah berada
dalam kategori kelebihan berat badan dan IMT yang melebihi 27,5 berada dalam
kategori obesitas pada kelompok bangsa seperti Cina, India, dan Melayu. (CORE,
2007).
Kelebihan indeks massa tubuh adalah:
1. Biaya yang diperlukan tidak mahal
2. Untuk mendapat nilai pengukuran, hanya diperlukan data berat badan dan
tinggi badan seseorang.
3. Mudah dikerjakan dan hasil bacaan adalah sesuai nilai standar yang telah
dinyatakan pada table IMT.

6.Fisiologi olahraga
Fisiologi olahraga merupakan satu disiplin yang secara tradisonal,
memfokuskan terhadap studi mengenai bagaimana olahraga mengubah struktur
dan fungsi tubuh manusia. Penggunaan olahraga sebagai kondisi untuk
menginvestigasi fungsi tubuh bisa dilihat kembali melalui olimpik pertama dimana
performans tubuh atlet diobservasi, dan program training yang spesifik dijalankan
untuk menggalakkan peningkatan sama ada terhadap hipertrofi otot dan kekuatan
atau endurans. Hari ini, olahraga digunakan sebagai terapi ketika rehabilitasi dari
injuri dan penyakit serta sebagai strategi preventif untuk penyakit kardiovaskular
arterosklerotik.

Definisi Olahraga
49

Olahraga ialah tindakan fisik untuk meningkatkan kesehatan atau memperbaiki
deformitas fisik . Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya periodik;
artinya olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak
dapat ditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan jasmani, rohani dan sosial. Struktur anatomis-anthropometris dan
fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan kecerdasan intelektualnya maupun
kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya nyata lebih unggul pada
siswa-siswa yang aktif mengikuti kegiatan olahraga dari pada siswa-siswa yang
tidak aktif mengikuti kegiatan olahraga

Klasifikasi Olahraga
Olahraga diklasifikasikan kepada tiga yaitu olahraga kekuatan (strength
training), olahraga ketahanan (endurance training) dan campuran antara olahraga
kekuatan dan ketahanan. Antara contoh olahraga kekuatan atau turut dikenal
sebagai olahraga anaerob adalah angkat besi, berlari pecut (200 meter atau
kurang), lompat tinggi, lompat jauh, push ups, pull ups dan gimnastik. Manakala
contoh olahraga endurans atau turut dikenali sebagai olahraga aerobik pula adalah
bersepeda, berlari melebihi 400 m, pelari maraton, cross country skiing, bersepeda
selama 24 jam, joging, berjalan kaki, berenang, senam aerobik dan eco-challenge
races. Walaubagaimanapun, terdapat olahraga yang merupakan gabungan
ketahanan dan kekuatan. Contohnya ialah sepak bola, bola basket, futsal, rugbi dan
tennis. Latihan yang benar akan memberikan efek latihan yang positif berupa
peningkatan kemampuan fisik, baik berbentuk kekuatan otot, ketahanan otot,
ketahanan peredaran darah dan pernafasan, kelenturan, keseimbangan dan
sebagainya, yang kesemua membentuk kemampuan fisik/physical fitness. Semakin
tinggi kemampuan fisik seseorang akan semakin besar kemampuan kerja
/produktivitasnya dan semakin tinggi derajat kesehatannya. Dalam konteks ini
tersirat adanya ketahanan tubuh dapat ditingkatkan melalui latihan fisik ( Suharto ,
2009). Hampir semua individu bisa melakukan sejumlah kerja yang diberikan jika
diberikan masa yang mencukupi. Walaubagaimanapun, tidak semua individu dapat
melakukan kuantiti kerja yang sama dalam masa yang diberikan. Oleh itu,
intensitas olahraga diukur dengan menggunakan unit kuasa (power), yang
membolehkan perbandingan diantara individu dilakukan. Intensitas merujuk
kepada tahap pencapaian stress ketika olahraga. Manakala intensitas olahraga pula
merupakan seberapa banyak kerja yang dilakukan ketika berolahraga. Sesi
50

olahraga bisa dibagikan kepada intensitas ringan, sedang dan tinggi. Intensitas
lebih mudah dideterminasi dengan mengukur konsumsi oksigen, tetapi metode
indirek adalah dengan mengukur denyut jantung, kadar pernafasan, atau rating of
perceived exertion. Untuk mendeterminasi batas (range) denyut jantung, denyut
jantung maksimal perlulah dideterminasi terlebih dahulu. Denyut jantung
maksimal seseorang bisa dideterminasi dari test olahraga submaksimal atau
maksimal atau bisa juga dengan menggunakan pengiraan yaitu 220 umur
individu. Menurut Cooper (1994), intensitas olahraga kesehatan yang cukup yaitu
apabila denyut nadi latihan mencapai 65-80% DNM (Denyut nadi maximal: 220-
umur dalam tahun.

Energi ( Kerja dan Panas )
Hampir semua reaksi biokimia yang terjadi di dalam tubuh tergantung dari
keseimbangan air dan elektrolit. Konsentrasi cairan di dalam sel (cairan intra sel)
dan di luar sel (cairan ekstra sel) harus dipertahankan tetap seimbang.
Keseimbangan cairan intra sel dan cairan ekstra sel tujuannya untuk transmisi
impuls saraf dan kontraksi otot yang penting saat melakukan olahraga. Hal lain
yang sangat penting selama melakukan olahraga adalah mempertahankan atau
memelihara suhu tubuh. Ini karena, kontraksi otot menghasilkan energi. Energi
yang terbentuk dari kontraksi otot sebagian besar berupa energi panas yaitu
sebanyak 75% dan sisanya 25% berupa energi gerak. Kontraksi otot selama
berolahraga menghasilkan peningkatan produksi energi panas (Noakes, 2006).
Panas yang terbentuk dialirkan secara cepat dari otot melalui darah ke permukaan
tubuh. Panas tubuh kemudian dibebaskan ke atmosfer lewat keringat yang keluar
dari tubuh. Panas tubuh yang terjadi pada saat berolahraga akan sangat berbahaya
apabila tidak ada upaya proses pendinginan tubuh. Ketika seseorang melakukan
aktivitas fisik seperti kerja fisik atau juga berolahraga, sumber- sumber energi
yang tedapat di dalam tubuh seperti lemak atau karbohidrat akan terkonversi
menjadi air (H2O), karbon dioksida (CO2) dan energi. Dengan semakin
meningkatnya energi dan panas yang dihasilkan melalui proses metabolisme dan
kontraksi otot saat tubuh sedang berolahraga, cairan yang berada di dalam tubuh
kemudian akan menjalankan fungsinya sebagai pengatur panas atau sebagai
thermoregulator (Noakes, 2000). Fungsi ini dijalankan dengan tujuan agar
temperatur internal tubuh (core temperature) dapat tetap terjaga pada rentang
temperatur normal yaitu 36.5-37.5 C. Energi yang dihasilkan dari pembakaran
51

sumber energi tubuh ini kemudian dapat terbagi menjadi dua bentuk yaitu dalam
bentuk kerja (work) dan panas (heat). 80% dari total energi yang dihasilkan
melalui proses metabolisme energi.

7.Interpretasi gejala dan tanda
Interpretasi dari gejala dan tanda diatas adalah :
1. Denyut nadi Nn. Nasti 80x/ menit, artinya denyut nadi Nn. Nasti dalam
keadaan normal. Karena rentang denyut nadi normal pada manusia dewasa
adalah 60-80x/ menit.
2. Denyut nadi Nn. Nasti yang semula 80x/menit menjadi 145x/ menit
menunjukkan bahwa Nn. Nasti melakukan olahraga dengan terlalu keras
sehingga tidak sesuai dengan kapasitas kerja tubuhnya. Berikut adalah rumus
penghitungan denyut nadi maksimum ketika seseorang sedang berolahraga:

Denyut Nadi Maksimum (DNM) = 220 Umur
Intensitas pembakaran lemak = 60 70 %


Berikut penghitungan denyut nadi olahraga pada kasus Nn. Nasti
Denyut Nadi Maksimum Nn. Nasti = 220-26 = 194
Intensitas pembakaran lemak = 60 70 %
Denyut Nadi Maksimum Nn. Nasti pada saat berolahraga adalah :
Tepi Bawah
DNMO = 194 x 60% = 116
Tepi Atas
DNMO = 194 x 70% = 135
Dari hasil penghitungan diatas, normalnya Nn. Nasti memiliki denyut
nadi olahraga 116 sampai 135 denyut permenit. Sehingga pada saat denyut
nadi Nn. Nasti 135x/ menit ia harus beristirahat. Tetapi pada kasus ini Nn.
Nasti memiliki denyut nadi olahraga sebanyak 145x/ menit sehingga olahraga
menjadi berlebihan.
3. Setelah 50 menit berlari, Nn. Nasti tiba-tiba berhenti, dengan nafas yang
terengah-engah. Saat berolahraga, detak jantung, tekanan darah sistolik (atas),
dan cardiac output (jumlah darah yang dipompa per denyut jantung) semua
Denyut Nadi Maksimum ketika berolahraga = DNM x Intensitas pembakaran lemak

52

mengalami peningkatan. Aliran darah ke jantung, otot, dan kulit juga
meningkat. Akibatnya, metabolisme tubuh menjadi lebih aktif memproduksi
CO2 (karbondioksida/oksida asam) dan H+ (ion proton) pada otot. Akhirnya
orang akan bernapas lebih cepat dan lebih dalam untuk memasok oksigen lebih
banyak karena metabolisme yang meningkat ini. Tapi olahraga berat itu
membuat metabolisme tubuh tidak bisa lagi hanya mengandalkan pasokan
oksigen tapi menggunakan proses biokimia. Proses biokimia ini menghasilkan
asam laktat yang kemudian memasuki aliran darah. Penumpukan asam laktat
ini akan membuat tubuh merasa capek saat olahraga. Kadar oksigen juga
menurun akibat penumpukan karbondioksida dalam darah. Jika oksigen turun
maka sel-sel tubuh akan mati.
"Jadi ada miliaran darah mati saat orang berolahraga, karena saat
olahraga tubuh orang akan menjadi asam, Ph akan menjadi sekitar 6,7-6,8.
Padahal tubuh itu harus dalam kondisi basa yaitu Ph 7," ungkap DR Suhantoro.
Ada ancaman kematian jika Ph tubuh saat olahraga akibat kecapekan mencapai
Ph 6,3. Inilah yang menyebabkan terjadi kram otot setelah berolahraga.
Adaptasi Sistem Pernapasan Terhadap Latihan
Nafas terengah- engah merupakan salah satu cara adaptasi sistem
pernafasan terhadap latihan. Bekerja dan bergerak merupakan fungsi tubuh.
Untuk bekerja dan bergerak diperlukan energi. Energi diperoIeh tubuh dari
pembakaran zat makanan oIeh oksigen. Oksigen harus selalu diambil dari
udara dengan perantaraan paru, darah dan sistem peredaran darah. Pada taraf
kerja tertentu diperlukan sejumIah oksigen ter- tentu. Makin tinggi taraf kerja,
yang berarti makin banyak jumlah energi yang diperlukan, makin banyak pula
jumIah oksigen yang diperlukan. Kemampuan tubuh untuk menyediakan
oksigen, disebut kapasitas aerobik, terutama bergantung kepada fungsi sistem
pernapasan, darah dan sistem kardiovas- kuler.
Dalam pembentukan energi, terdapat dua macam proses yang dapat
ditempuh, yaitu proses aerobik, proses yang memer- lukan oksigen; dan proses
anaerobik, proses yang tidak memerluka noksigen.
53

Pada proses aerobik terjadi proses pembakaran yang sempuma. Atom
hidrogen dioksidasi menjadi H2O dan atom karbon dioksidasi menjadi CO2.
Sisa metabolisme ter- sebut dikeIuarkan dari tubuh melalui proses pernapasan .
Energi yang diperoIeh dari proses aerobik ini tidak dapat langsung digunakan
otot sebagai sumber energi untuk mengerut. Energi tersebut dengan proses
lebih lanjut digunakan untuk sintesis ATP (adenosine triphosphate) dan
senyawa- senyawa berenergi tinggi yang lain. Senyawa-senyawa tersebut
merupakan senyawa yang dapat menyimpan energi dalam jumlah yang besar.
Proses pemecahannya yang tidak memerlukan oksigen dengan menghasilkan
energi yang besar itu merupakan proses anaerobik. Energi yang dihasilkan dari
pemecahan ATP ini dapat digunakan sebagai sumber energi untuk mengerut
oleh otot . Proses aerobik dan proses anaerobik tersebut dalam tubuh selalu
terjadi bersama-sama dan berurutan. Hanya berbeda intensitasnya pada jenis
dan tahap kerja tertentu. Pada kerja berat yang hanya berlangsung beberapa
detik saja, dan pada permulaan kerja pada umumnya, proses anaerobik Iebih
menonjol daripada proses aerobik. Pada keadaan kerja tersebut, system
Kardiopulmonal beIum bekerja dengan kapasitas yang diperlukan. Untuk
penyesuaiannya, diperlukan waktu. Dengan demikian oksigen yang tersedia
tidak mencukupi. Maka keperluan akan energi terutama dicukupi dengan
proses anaerobik. Pada keadaan kerja tersebut terdapat "hutang" oksigen.
"Hutang" ini akan dibayar sesudah berhenti bekerja, sehingga orang
sesudahberhenti bekerja masih terengah-engah dan denyut jantungnya masih
cepat. Bila pekerjaan diteruskan dengan taraf kerja yang tetap, refleks-refleks
tubuh akan mengatur fungsi system kardiopuI- monal untuk mencukupi jumlah
oksigen yang diperlukan, sehingga dicapai kerja steady-state. Pada kerja
steady-state ini jumlah oksigen yang diperlukan tetap jumIahnya dariwaktu ke
waktu.
Bila taraf kerja ditingkatkan lagi dengan menambah beban kerja, pada
saat ditingkatkan tersebut terjadi "hutang" oksigen lagi dan kembaIi proses
anaerobik lebih menonjoI. Dan bila taraf kerja dipertahankan lagi pada taraf
yang baru ini, akan terjadi lagi kerja steady- state tetapi pada taraf yang lebih
tinggi. Jumlah oksigen yang diperlukan pada taraf kerja yang lebih tinggi ini
juga lebih besar. Bila taraf kerja dinaikkan secara bertahap demikian dengan
setiap kali menambah beban kerja, suatu saat seluruh kapasitas sistem
54

kardiopulmonal terpaksa dikerahkan untuk memenuhi keperluan akan oksigen.
Dalam hal demikian berarti kapasitas aerobik maksimal telah dicapai. Bila
beban kerja dinaikkan la- gi, tubuh tidak dapat lagi menambah persediaan
oksigen. Maka kembali proses anaerobik akan Iebih menonjol daripada proses
aerobik. Taraf kerja demikian tidak boleh dipertahan- kan dalam waktu yang
cukup lama (beberapa menit) karena persediaan tenaga dalam tubuh akan habis
dan orangnya me-ngalami exhaustion.
Proses anaerobik merupakan proses oksidasi yang tidak sempurna.
Salah satu sisa metabolismenya ialah asam laktat. Maka biIa proses anaerobik
meningkat, kadar asam laktat darah juga meningkat. Fungsi pernapasan agar
baik, berolahraga merupakan cara yang sangat baik untuk meningkatkan
vitalitas fungsi baru. Olahraga merangsang pernapasan yang dalam dan
menyebabkan paru berkembang, oksigen banyak masuk dan disalurkan ke
dalam darah, karbondioksida lebih banyak dikeluarkan. Seorang sehat berusia
50-an yang berolahraga teratur mempunyai volume oksigen 20-30% lebih
besar dari orang muda yang tidak berolahraga. Bila seseorang mempunyai
volume oksigen yang lebih banyak maka peredaran darahnya lebih baik,
sehingga otot-otot mendapatkan oksigen lebih banyak dan dapat melakukan
berbagai aktivitas tanpa rasa letih. Sudah diketahui banyak faktor yang dapat
mengganggu kesehatan paru. Bahaya yang ditimbulkan berupa rusaknya bulu
getar di saluran napas, sehingga fungsi pembersihan saluran napas terganggu.
Bahan kimia tersebut juga dapat merusak sel-sel tertentu di alveola yang sangat
penting dalam pertahanan paru dan mengubah tatanan normal sel-sel di paru,
sehingga dapat menjurus menjadi kanker paru, serta menurunkan
kemampuan/fungsi paru, sehingga menimbulkan gejala sesak napas/ napas
pendek (Alan Stull, 1980).
Seseorang apabila ingin hidup sehat, maka harus selalu menjaga
kesehatan paru: jagalah stamina dengan berolahraga teratur, cukup istirahat,
makanan yang bergizi, hindarilah menghisap rokok. bernafas merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan dan merupakan aktivitas rutin yang selalu
dilakukan oleh individu. Beda kemampuan yang dimiliki tiap individu, tak
menjadikan alasan untuk tidak melakukan dua aktivitas tersebut. Jaringan,
55

organ dan sistem yang ada pada tubuh manusia bekerja sama untuk
mendukung setiap organisme, agar dapat melaksanakan tugasnya.
Dengan latihan olahraga, maka perubahan yang terjadi sehubungan
dengan adaptasi dari system pernapasan adalah sebagai berikut:
1. Pemakaian oksigen sangat meningkat, karena otot yang aktif mengoksidasi
molekul nutrient lebih cepat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
energinya.
2. Produksi karbondioksida sangat meningkat karena otot yang lebih aktif
melakukanmetabolisme memproduiksi lebih banyak karbondioksida
3. Ventilasi alveolus sangat meningkat.
4. Penyaluran oksigen ke otot sangat meningkat.
5. Pengurangan karbondioksida dari otot sangat meningkat
6. Frekuensi pernapasan juga sangat meningkat

Perubahan Dalam Sistem Hormonal
Hormon berfungsi untuk mengatur homeostasis dalam tubuh manusia
agar terjadi keseimbangan atau keadaan normal sehingga tidak ada gangguan
dalam tubuh. Ketika berlatih kebutuhan energi akan meningkat sehingga
hormon - hormon yang berfungsi untuk katabolisme juga harus meningkat,
karena energi akan diperoleh dari memecah molekul - molekul besar bahan
energi dalam tubuh. Sebaliknya hormon yang diperlukan untuk anabolisme
atau menyusun molekul besar dalam tubuh justru harus menurun. Stres
emosional atau psikologis sering diartikan sebagai perasaan keraguan akan
kemampuannya dalam mengatasi sesuatu.
Dalam latihan atau olahraga cukup banyak menimbulkan stres karena
harus dapat tampil dengan kemampuan maksimal, melewati atau mengatasi
mistar, jarak, limit waktu, limit beban, rintangan, maupun kemampuan lawan.
Untuk dapat mengerahkan kemampuan maksimalnya diperlukan semangat
yang maksimal pula. Ketika stres atau semangat yang luar biasa maka maka
stresor tersebut akan menjadikan masukan pada sistem saraf pusat, yang
selanjutnya akan direspon oleh hipotalamus. Hipotalamus akan mengeluarkan
CRF (corticotropin releasing Factor).
56

CRF akan mempengaruhi sistem saraf simpatik dan kelenjar hipofisis
atau pituitari. Dari sistem saraf simpatik ujung - ujung saraf tepi akan
mengsekresikan norepinefrin, dan medula adrenal akan meningkatkan sekresi
epinefrin. Dari hipofisis bagian belakang disekresikan vasopresin atau hormon
anti deuretik, sedangkan bagia n depan hipofisis disekresikan ACTH
(adrenocorticotropin hormon), yang akan mempengaruhi kortek adrenal
dengan meningkatkan sekresi aldosteron dan kortisol.
Ketika berlatih memerlukan energi yang lebih sehingga harus
memobilisir cadangan energi. Triasilgliserol (cadangan lemak) akan dilipolisis
(dipecah) dari sel adiposa, glikogenolisis (pemecahan glikogen) akan terjadi
untuk memobilisir glikogen hati agar menjadi gula darah dan dipergunakan
oleh sel- sel otot. Demikian juga ketika intensitas maksimal harus dilaksanakan
cukup panjang glikogen otot akan dipergunakan. Untuk memobilisir energi
tersebut diperlukan peningkatan sekresi beberapa hormon. Otot rangka maupun
otot jantung dituntut untuk kontraksi lebih kuat, sehingga diperlukan juga
peningkatan hormon epinefrin. Hormon epinefrin atau adrenalin yang
meningkat akan membantu dalam memobilisir glikogen hati, sehingga
glikogenolisis akan meningkat. Dengan demikian glukosa darah akan tetap
terjaga kadarnya meskipun banyak digunakan oleh sel - sel otot rangka .
Dengan bertahannya kadar gula darah juga akan tercukupinya kebutuhan
energi sel - sel saraf sehingga sistem saraf selama latihan tidak terganggu.
Epinefrin sendiri juga akan mempengaruhi meningkatnya sekresi hormon
glukagon dari sel alfa pankreas yang juga akan meningkatkan glikogenolisis di
hati. Epinefrin juga berbengaruh pada meningkatnya kontraksi otot otot rangka
maupun otot jantung. Meningkatnya kontraksi otot jantung akan menyebabkan
meningkatnya volume darah sedenyutan (stroke vulume=SV). Hormon kor
tisol akan berpengaruh pada lipolisis triasilgleserol yang ada dalam sel adiposa.
Triasilgliserol akan masuk dalam peredaran darah sebagai asam lemak dan
gliserol. Asam lemak akan menjadi bahan dalam oksidasi ketika kebutuhan
energi tidak terlalu tinggi. Dalam latihan beberapa hormon akan meningkat
seperti: epinefrin, norepinefrin, glukagon, kortisol, aldosteron, hormon
pertumbuhan, beta endorfin, dan vasopresin. Sedangkan hormon insulin justru
akan turun, agar gula darah tidak terlalu cepat masuk dalam sel - sel otot yang
dapat mengakibatnya merosotnya kadar gula darah.
57

Pada suatu kejuaraan olahraga yang berlangsung satu pekan dengan
jadwal bertanding cukup padat, perlu dibuat jadwal latihan (pemanasan) agar
pertandingan diawal kejuaraan tidak menjadi beban yang teradaptasi
menjelang pertandingan berikutnya . Diantara pertandingan - pertandingan
perlu latihan agar hormon untuk katabolisme tetap tinggi, dan hormon untuk
anabolisme tidak meningkat sekresinya sehingga akan menurunkan prestasi.
Dengan latihan akan mempertahankan sekresi hormon - hormon untuk
katabolisme agar penampilan atlet dapat dipertahankan. Begitu latihan
dikendorkan maka hormon untuk anabolisme pasti akan meningkat sebagai
adaptasi dari pertandingan dan latihan sebelumnya. Oleh karena itu sehabis
kejuaraan yang pertandingannya berturut turut penampilan seorang atlet pasti
akan sangat menurun prestasinya.

VIII. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil diskusi tutorial skenario C blok 7 tahun
2014 adalah :
Nn. Nasti, 26 tahun, menderita dehidrasi yang disebabkan gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit karena output nya banyak sedangkan input tidak ada.














58

Daftar Pustaka
Arthur C. Guyton, Joh E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. ECG
Kumala, Popy, dkk.1998.Kamus Saku Kedokteran Dorland Ed.25.Jakarta : EGC
Sherwood, Lauralee.2011.Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem.Jakarta : EGC
Vander et al. Human Physiology : The Mechanism of Body Function.2001.New York:
McGraw-Hill
DR.med.Suhantoro, SpKO, FACSM. Waspadai Kram Jantung Saat Olahraga Keras
http://id-id.facebook.com/notes/biologi-inside/waspadai-kram-jantung-saat
berolahragakeras/10150276754699858?comment_id=18317274&offset=0&tot
alcomments=6. Diunduh pada : 3 April 2014, Pukul : 12.53 WIB.
Hakim, Lukman. 2013. Mekanisme Terjadinya Peningkatan Denyut Nadi Pada Saat
Olahraga
http://trigonumhesselbach.blogspot.com/2013/06/mekanisme-terjadinya
peningkatan-denyut.html. Diunduh pada : 3 April 2014, Pukul : 13.00 WIB
Pranatahadi, Sebastianus. 2011. Fisiologi Latihan http://staff.uny.ac.id/sites/default/files
/pendidikan/Drs.%20Sebastianus%20Pranatahadi,%20M.Kes./Fisiologi%20La
tihan.pdf. Diunduh pada : 3 April 2014, pukul : 15.15 WIB.
Yudik, Prasetyo, S. Or. .2011. Adaptasi Sistem Pernafasan Terhadap Latihann.
http://staff.uny
.ac.id/sites/default/files/132308484/Adaptasi_Sistem_Pernapasan_Terhadap__
Latihan.pdf. Diunduh pada: 3 April 2014, Pukul : 14.50 WIB.

Anda mungkin juga menyukai