Anda di halaman 1dari 33

PRAKATA

Profesional dalam bidang teknik pada masa kimi, komputer merupakan kebutuhan
yang tidak dapat dielakkan lagi. Kegiatan ruten sehari-haripun, kita selalu berhadapan
dengan komputer.
BAB I. PENGANTAR PENYELESAIAN DENGAN METODE NUMERIS
Metode numerik adalah teknik penyelesaaiaan masalah matematika dengan cara
memformuasikan masalah sedemikian rupa sehingga bisa diselesaikan dengan
operasi aritmetika/aljabar (tambah, kurang, bagi, dan kali). Meskipun terdapat banyak
jenis metode numerik, namun pada dasarnya metode-metode itu memilki dasar
karaktersitik umum. Metode numerik merupakan metode penyelesaian yang
menghasilkan jaaban pendekatan, selalu meliputi jumlah perhitungan arimetika
yang banyak, berulang-ulang, dan menjenuhkan. !amun, dengan pesatnya
perkembangan komputer digital, pekerjaaan yang menjenuhkan tadi dapat
diselesaikan dengan bantuan komputer, sehingga peranan metode numerik dalam
penyelesaian masalah bidang teknik belakangan ini sangat meningkat.
"#" $. M%&'( M#)'M#)$K#
Mengapa kita harus menguasai pendekatan metode numerik serta memanfaatkan
bantuan komputer untuk menyelesaikan masalah* +ehari-hari kita telah
menggunakan komputer, ada kontribusi penting baha alat ini memilki kemampuan
melebihi manusia dalam melaksanakan tugas,dan tantangan.
-ntuk menjelaskan, kita mulai dengan model matematika untuk membantu
memahami definisi metode numerik dan menggambarka baha hal ini bisa
mempermudah penyelesaian masalah. &alam hal ini dapat kita kembangkan satu
model matematika dari sebuah proses dalam bidang teknik dan memecahkan dengan
metode numerik sederhana.
+ebagai contoh, kita pilih hukum !eton $$ yang menyatakan baha
kecepatan perubahan momentum sebuah benda sama dengan resultante gaya yang
bekerja padanya dan telah terbukti baha hukum ini berlaku secara umum.
Pernyataan hukum !eton $$ dalam persamaan matematika ditulis dengan
persamaan.
/ 0 m.a (1-1)
1
&engan / adalah gaya total yang berkerja pada benda (dalam dyne atau g.cm/detik
2
,
m adalah massa benda dalam g, dan a adalah percepatan gra3itasi dalam cm/detik
2
.
Persamaan (1-1) memilki sejumlah karakteristik khusus suatu model
matematika dalam bidang fisika yang.
a. Menjelaskan suatu proses atau sistem alami dalam istilah matematika4
b. Menunjukkan suatu idealisasi dan simplifikasi kenyataan yakni mengabaikan
perincian proses alami yang sepele dan memfoluskan pada maniifestasi yang
penting. #rtinya, dalam hukun $$ tidak termasuk pengaruh yang kurang
penting.
c. Mengandung hasil-hasil yang dapat ditiru sehingga dapat dipakai untuk tujuan
perkiraan (ramalan). Misalnya, jika gaya pada benda dan massanya
ditentukan, Persamaan (1-1) dapat dipakai untuk memperkirakan percepatan.
Karena bentuk persamaan ini sangat sederhana, maka dapat diselesaikan
secara langsung.
a0 //m
PENYELESAIAN DENGAN METODE NUMERIS
!oor #nis Kundari
"erbeda dengan penyelesaian analitis, jaaban yang diperoleh dengan metode
numeris adalah pendekatan namun tidak memerlukan manipulasi matematika yang
rumit, semua didekati dengan persamaan aljabar (tambah, kurang, kali, bagi).
A. Diferensiasi Numeris
5ika diketahui suatu fungsi. y 0 f(6)
$ngin dicari nilai dy/d6 atau y7 pada 6 0 68
"erdasarkan definisi matematika.
x
x

+
=

f(6) - 6) f(6
d6
dy
0
lim
(#-1)
Pada diferensiasi numeris yang sederhana, nilai 6 8 didekati dengan
bilangan kecil , sehingga diperoleh rumus-rumus sebagai berikut.
2
1. 9ara forard.

) f(6 - ) f(6
d6
dy
8 8
+

=
0
x x
(#-2)
2. 9ara backard

) f(6 - ) f(6
d6
dy
8 8

=
0
x x
(#-:)
:. 9ara central


2
0
) - f(6 - ) f(6
d6
dy
8 8
+

=x x
(#-;)
9ontoh.
)entukan nilai dy/d6 pada 602 untuk y 0 1/: 6
:
< = 6
2
< 1 dengan cara forard,
backard, dan central dengan mengambil 014 8,14 dan 8,814 bandingkan dengan
nilai yang diperoleh secara analitis.
Penyelesaian:
Denan !":
#ara f$r%ar&:
f(2) 0 1/:(>)< =(;) < 1 0 ; 2/:
f(2<1) 0 1/:(2?) < =(@) < 1 0 12 =
dy/d60 (12 = - ; 2/:) /1 0 ?,A>
5ika !'(" dy/d6 0 A,22A
5ika !'('" dy/d6 0 A,81
#ara )a*+%ar&:
f (2-1) 0 1/: (1) < = (1) < 1 0 1,A>
dy/d6 0 (; 2/: B 1,A>)/1 0 :,8@
5ika !'(" dy/d6 0 ;,?>2
5ika !'('" dy/d6 0 A
#ara *en,ral
dy/d6 0 (12 = - 1,A> )/2 0 A,::A
5ika !'(" dy/d6 0 A,882A
:
5ika !'('" dy/d6 0 A
Per-i,unan se*ara anali,is:
5 1 4 ) 2 / 1 (
2
2
2
= + = + =
=
=
x
x
x x
dx
dy
B. In,erasi Numeris
"anyak cara untuk mengintegralkan suatu fungsi secara numeris
1. 9ara )rapesium ()rapesoidal Cule)
Misalnya.

n
8
6
6
ydx
dengan y 0 f(6) ("-1)
y
68 61 62 6n-1 6n 6
Dambar "-1. Pembagian inter3al pada integrasi cara trapesium
9ara trapesium dilakukan dengan cara. daerah dari 6068 sampai dengan 606n
dibagi menjadi bagian-bagian kecil yang masing-masing besarnya 6,
berjumlah n (lihat Dambar 1). +emakin banyak jumlah inter3al n, hasil integrasi
semakin baik. "atas-batas inter3al diberi indeks 8, 1, EE, n-1, n. &engan
demikian diperoleh hubungan.
6i 0 68 < i6
Perhitungan hasil integrasi dilakukan dengan cara setiap inter3al berbentuk
trapesium.!ilai integral yang merupakan luasan di baah kur3a dari 68 sampai
dengan 6n didekati dengan jumlahan dari luas trapesium-trapesium kecil
tersebut. (uas trapesium adalah F 6 tinggi 6 jumlah panjang sisi sejajar. %leh
karena itu diperoleh.
2
x
ydx

=

n
8
6
6
(y8<y1) <
2
x
(y1<y2) <
2
x
(y2<y:)< E <
2
x
(yn-1<yn)
#tau
2
x
ydx

=

n
8
6
6
(y8<2y1 < 2y2 < 2y: < EE < 2yn-1<yn) ("-2)
;
2. 9ara +impson
y
6 6
68 6m 6n 6
Dambar "-2. Pembagian inter3al pada integrasi cara +impson
5ika inter3al tidak begitu besar dan fungsi (kur3a) tidak berubah tajam, maka integrasi
seperi Dambar "-2. &apat didekati dengan rumus +impson : titik sebagai berikut.
3
x
ydx

=

n
8
6
6
(y8<;ym <yn) ("-:)
5ika inter3al terlalu lebar dan atau fungsi berubah cukup tajam, maka inter3al 68
sampai dengan 6n dibagi menjadi bagian-bagian kecil sama besar, setiap inter3al atau
: titik berturutan dikenai rumus +impson.
y
EE.
68 61 62 6: 6; 6n-2 6n-1 6n 6
Dambar "-:. Pembagian inter3al pada integrasi cara +impson untuk inter3al
yang lebar
&engan demikian diperoleh.
3
x
ydx

=

n
8
6
6
(y8<;y1 <y2) <
3
x
(y2 < ;y: < y;) < E.<
3
x
(yn-2 < ;yn-1< yn)
atau
3
x
ydx

=

n
8
6
6
(y8<;y1 <2y2 < ;y: < 2y; < E.< 2yn-2 < ;yn-1< yn) ("-;)
La,i-an Me,$&e Sim.s$n &alam Te+n$l$i Pr$ses
Ceaksi fasa cair bolak balik # " dijalankan dalam reaktor batch adiabatis.
Golume campuran dapat dianggap tetap. +uhu aal reaktor )8. Kecepatan
reaksi mengikuti persamaan.
A

=
K
9
9 k r
"
# #
dengan.


=
)
H
I.e6p K
C)
'
#.e6p k

Panas reaksi kal/mol, rapat campuran, g/(, kapasitas panas campuran 9p
cal/g/K. Konsentrasi # mula-mula 9#8 mol/( dan kon3ersi aal 68. Kon3ersi
akhir diinginkan 6!. $ngin dihitung aktu reaksi yang diperlukan jika suhu aal
)8 0 J88 K4 #02A4 C01,@>?4 028884 '0>8884 0-A.88840-188.8884012A84
9p01,24 9#8 014 68084 dan 6!08,;.
Persamaan yang diperoleh dari neraca massa # dan neraca panas adalah.
Kaktu reaksi t.


=
n
6
8
K.6L 6) kM(1
d6
t (berdasarkan neraca massa) dan
suhu ).

) 6 (6
N9p
O9
) )
8
#8
8
+ =
(berdasarkan neraca panas)
Dunakan cara +impson : titik.
3
x
ydx

=

n
8
6
6
(y8<;ym <yn) ("-:)
(angkah-langkah.
Pada 608
1. Pitung )
2. Pitung k
:. Pitung K
;. Qo dapat dihitung
Pada 608,2
A. Pitung )
J. Pitung k
?. Pitung K
>. Qm dapat dihitung
Pada 608,;
@. Pitung )
18. Pitung k
11. Pitung K
12. Q! dapat dihitung
#. Men*ari a+ar .ersamaan n$n Linier
J
&alam bidang teknologi proses, sering dijumpai persoalan mencari akar
persamaan non linier. f(6) 0 8, berapa nilai 6 yang memenuhi persamaan ini
sering tidak mudah diselesaika secara analitis. 9ara numeris menyediakan
beberapa cara, namun kita bahas salah satu cara saja yaitu cara "isection dan
!eton-Caphson sebagai berikut.
1. "isection
9ara bisection dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Mula-mula diambil suatu inter3al (R# R R") yang diperkirakan akar tersebut
berada dalam inter3al yang diambil dengan titik tengah RM (jika ternyata akar
tersebut tidak berada dalam inter3al yang diambil berarti gagal dan haru
dicoba inter3al yang lain)4
2. &ihitung nilai f(6) pada R#, R" , dan RM. 5ika inter3a betul, nilai R# dan R"
harus berlaanan tanda (positif dan negatif atau sebaliknya)4
:. "erdasarkan nilai f(6) pada tiga titik yang diperoleh dengan langkah 2 dapat
dipilih inter3al yang merupakan tempat nilai akar yang dicari berada yaitu yang
tandanya berlaanan (R# R RM atau RM R R")4 (Perhatikan Dambar 9-
1)
Dambar 9-1. Metode "isection
;. 5ika tanda f(RM) berlaanan dengan f(R#). Maka akar persamaan berada
pada inter3al R# R RM, sedangkan jika tanda f(RM) berlaanan dengan
f(R") berarti akar persamaan berada pada inter3al RM R R")4
A. 5adi inter3al bisa diperkecil dengan membuang separuh inter3al4
J. +elanjutnya proses yang sama dikenakan terhadap inter3al yang baru4
?
?. &emikian seterusnya sampai diperleh inter3al yang cukup kecil4
>. +etelah inter3al cukup kecil, akar persamaan yang dicari itu dapat didekati
dengan persamaan. R 0 F (R# < R").
2. !eton-Caphson
Mula-mula diperkirakan suatu nilai 6 (misalnya 6old) yang memenuhi persamaan,
kemudian berdasar nilai tersebut diperkirakan nilai yang lebih baik dengan
persamaan.
/ne% !/$l& 0
)
)
old
old
(6 fS
f(6
(9-1)
+elanjutnya nilai 6ne dipakai sebagai 6old dan dicari nilai 6 yang lebih baik lagi
(6ne). &emikian seterusnya sampai diperoleh nilai 6 yang cukup baik, yang
ditandai dengan nilai 6ne dekat dengan 6old atau nilai f(6) 8.
9ontoh kasus. Menghitung 3olume gas sejati dengan persamaan 3an der Kaals
Persamaan gas 3an der Kaals adalah sebagai berikut.
( ) nRT nb V
V
a n
P =

+
2
2
(9-2)
untuk gas 9%2. a0:,A@2, b08,8;2J?. %2. a01,:J8, b08,8:1>:, !2 a01,:@ ((
2
-
atm/mol
2
) dan b08,8:@1:. Pitunglah 3olume 1 mol gas itu pada tekanan 1, 18
dan 188 atm dan suhu :88, A88, dan ?88 K dengan cara !eton Caphson.
)ebakan pertama dapat menggunakan persamaan gas ideal PG0nC) dengan
C08,8>2 (.atm/(mol.K).
Penyelesaian.
( ) nRT nb V
V
a n
P v f

+ =
2
2
) (
4 n 01
3 2
'
2
) (
v
ab
v
a
p v f + = 4 n 01 (9-:)
"erdasarkan Persamaan 9-1
3ne 03old -
)
)
old
old
(3 fS
f(3
(9-1)
G old yang pertama dapat menggunakan persamaan Das ideal. Pasil hitungan
dapat dilihat pada )abel berikut.
+uhu, K P, atm Gideal G9%2 G%2 G!2
:88 1 2;,J1J2 2;,A12J 2;,A@2> E..
18 2,;J1J 2,:A;A 2,;:>; EE
188 8,2;J2 8,8?@A 8,22J; E..
dst
>
La,i-an .enunaan Ne%,$n Ra.-s$n &alam )i&an Te+n$l$i Pr$ses.
9airan dengan sifat-sifat fisis rapat g/m(, kekentalan , dialirkan dari tangki
melalui pipa berdiameter &. )inggi permukaan cairan T. $ngin dicari kecepatan
aliran. Pubungan f dengan Ce mengikuti persamaan .
8,21A
Ce
8,8A@J
f = .
Persamaan yang di peroleh dari Pukum "ernoulli (!eraca 'nergi) adalah.
8
2.g
3
2.g.&
f.(e.3
T f(3)
2 2
= = .
U
N.3.&
Ce =
Dunakan cara !eton Caphson untuk mencari 3 yang memenuhi Pukum
"ernoulli. &iketahui. 014 08,81, g018884 T0?884 &0:4 (e0;8.888. -ntuk
diferensiasi gunakan cara central dengan mengambil 08,81. #mbil nilai aal
301:8. )oleransinya adalah. beda 3 yang dianggap benar dengan nilai 3
sebelumnya 0 8,1.
D. O.,imasi
". O.,imasi Sa,u 1aria)el &enan *ara G$l&en Se*,i$n
%ptimasi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mencari keadaan yang
optimum, dalam arti keadaan yang mengutungkan yakni berupa maksimasi jika
kita berhadapan dengan mencari kerugian dan minimasi jika yang kita hadapi
adalah pegorbanan atau kerugian.
5ika kita mempunyai persamaan y 0 f(6), (&-1)
maka secara analitis nilai maksimum atau minimum dapat diperoleh pada nilai 6
yang memenuhi.
y7 atau f7(6) 0 8 (&-2)
-ntuk fungsi yang sulit diturunkan atau sulit dicari nilai akarnya, proses optimasi
dapat dilakukan secara numeris.
Dolden +ection merupakan salah satu cara optimasi numeris yang bisa
dipakai untuk fungsi yang bersifat unimodal.
Misalnya akan ditentukan nilai maksimum pada inter3al 6# sampai dengan 6" dari
persamaan (&-1), %ptimasi dengan cara Dolden +ection dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
@
18
6# 6P 6V 6"
6# 6P 6V 6"
6# 6P 6V 6"
Dambar J. Penyempitan $nter3al %ptimasi satu 3ariabel dengan cara Dolden
+ection
&iantara inter3al 6# dan 6" dipilih 2 titik untuk e3aluasi, misal 6P dan 6V.
"erdasarkan nilai y pada dua titik tersebut, ada sebagian inter3al yang dapat
dieliminasi. &iharapkan pula pada e3aluasi selanjutnya, salah satu titik lama
masih dapat dipakai lagi. 5adi hanya diperlukan satu titik baru.
&i sini ada problem, dimana letak titik P dan V agar pada inter3al berikutnya
salah satu titiknya masih bisa dipakai. Misal titik P dan V berjarak l R inter3al
aal dari titik " dan #. &alam hal ini nilai l akan dicari.
"erdasarkan Dambar J dapat diketahui baha.
(6V B 6P)lama 0 (6P- 6#)baru (&-2)
+lanjutnya.
Wl B (1-l)X(6" B 6#)lama 0 (1-l) )X(6" B 6#)baru
(2l-1) )(6" B 6#)lama 0(1-l).l.(6" B 6#)lama
11
2l-1 0 1-(l)
2
(l)
2
<l B 1 0 8
618 , 0 = =
2
1 - A
l
(&-:)
Kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada saat eliminasi dengan cara Dolden
+ection adalah sebagai berikut.
Maksimasi.
5ika diperoleh nilai yP Y yV . maka daerah yang dieliminasi adalah inter3al 6# sd 6P
sehingga titik-titik barunya adalah. 6# 0 6P4 6P 0 6V 6" 0 6" 6V 0 dicari
5ika diperoleh nilai yP Z yV . maka daerah yang dieliminasi adalah inter3al 6V sd
6" sehingga titik-titik barunya adalah. 6# 0 6#4 6" 0 6V 6V 0 6P 6P 0 dicari
-ntuk Minimasi.
5ika diperoleh nilai yP 2 y3 . maka daerah yang dieliminasi adalah inter3al 6V sd
6" sehingga titik-titik barunya adalah.
/A ! /A4 /B ! /3 /3 ! /P /P ! &i*ari
5ika diperoleh nilai yP 5 y3 . maka daerah yang dieliminasi adalah inter3al 6# sd
6P sehingga titik-titik barunya adalah.
/A ! /P4 /P ! /3 /B ! /B /3 ! &i*ari.
'fekti3itas e3aluasi.
Misal diinginkan pengecilan inter3al sampai menjdi 8,881 semula, maka jumlah
step yang diperlukan adalah.
(8,J1>)
!
0 8,881 (&-;)
! 0 1;,: 1A
5umlah titik yang diperlukan untuk e3auasi 0 2 < (!-1) R 1 0 1J
6. O.,imasi Banya+ 1aria)el &enan *ara 7$$+e 8ee1es
Misalnya diketahui suatu fungsi dengan banyak 3ariabel sebagai berikut.
y 0 f(61, 62, 6:, E., 6!) (&-A)
$ngin dicari nilai 61, 62, 6:, E., 6! yang memberikan nilai y maksimum (maksimasi)
atau minimum (minimasi). +alah satu cara yang dapat digunakan adalah 9ara
Pooke 5ee3es.
%ptimasi dengan cara Pooke-5ee3es dapat dijelaskan dengan contoh sebagai
berikut.
12
Misal ingin dilakukan minimasi terhadap fungsi.
y 0 (61 B ;)
2
< 8,A(62 B @)
2
< : (&-J)
+ebagai cek secara analitik terlihat baha minimum terjadi pada.
61 0 ;, 62 0 @ dan nilai yminimum 0 :.
9ara Pooke 5ee3es dilakukan dengan cara menebak suatu nilai 61 dan 62 lalu
dihitung nilai y sebagai basis, kemudian dilkukan eksplorasi di sekitar 61 dan 62,
dibandingkan dengan nilai y sebelumnya. -ntuk minimasi jika nilai y lebih rendah
dari basis berarti eksplorasi sukses sehingga dapat diulang sementara kalau
lebih besar berarti gagal. +etelah eksplorasi gagal, kemudian dilakukan
pengecilan inter3al.
Misalya ditebak sebagai titik aal 61 0 1 dan 62 0 1J dan inter3al eksplorasi aal
61 0 1 dan 62 0 2, maka langkah perhitungannya adalah sebagai berikut.
R1 R2 Q0
(61 B ;)
2
< 8,A(62
B @)
2
< :
komentar
1 1J :J,J basis
'ksplorasi dengan 61 0 1 dan 62 0 2
2 1J :1,A sukses
2 1> ;?,A gagal
2 1; 1@,A sukses
Mengulangi langkah sukses
: 12 >,A sukses
; 18 :,A sukses
A > ;,A gagal
A 18 ;,A gagal
: 18 ;,A gagal
; 12 ?,A gagal
; > :,A gagal
'ksplorasi dengan 61 0 8,2 dan 62 0 8,;
;,2 18 :,A; gagal
:,> 18 :,A; gagal
; 18,; ;,@J gagal
; @,J :,1> sukses
Mengulang langkah sukses
; @,2 :,82 sukses
; >,> :,82 gagal
'ksplorasi dengan 61 0 8,8; dan 62 0 8,8>
;,8; @,2 :,21 gagal
:,@J @,2 :,821 gagal
;,88 @,2> :,8:@ gagal
;,88 @,12 :,88? sukses
1:
;,88 @,8; :,888> sukses
;,88 >,@J :,888> gagal
:,@J @,12 :,88? gagal
;,8; @,12 :,88> gagal
:,@J @,8; :,882; gagal
'ksplorasi dengan 61 0 8,82 dan 62 0 8,8;
:,@> @ :,888; sukses
; @ : sukses
Proses dihentikan setelah eksplorasi gagal dan 61 serta 62 cukup kecil.
E. Penyelesaian Persamaan Linier Simul,an

"entuk -mum persamaan linier simultan.
a11 61 < a1262 < a1:6: < E. < a1n6n 0 b1 ('-1)
a21 61 < a2262 < a2:6: < E. < a2n6n 0 b2 ('-2)
a:1 61 < a:262 < a::6: < E. < a:n6n 0 b: ('-:)
EEEEEEEEEEEEEEEE
an1 61 < an262 < an:6: < E. < ann6n 0 bn ('-n)
&alam hal ini akan ditentukan nilai 61, 62, E.., 6n . +alah satu cara yang dapat
digunakan adalah 'liminasi Dauss dengan ma6imum column pi3oting diikuti dengan
substitusi balik (backard substitution). &engan eliminasi Dauss, persamaan diubah
menjadi bentuk matriks segitiga atas (upper triangular matri6) dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
1. 'liminiasi a21, a:1, a;1, E.an1 (kolom 1)
"aris ke 1 dikalikan dengan a21/a11, kemudian dikurangkan ke baris ke 2
"aris ke 1 dikalikan dengan a:1/a11, kemudian dikurangkan ke baris ke :
.
.
"aris ke 1 dikalikan dengan an1/a11, kemudian dikurangkan ke baris ke n
2. 'liminiasi a:2, a;2, aA2, E.an2 (kolom 2)
"aris ke 2 dikalikan dengan a:2/a22, kemudian dikurangkan ke baris ke :
"aris ke 2 dikalikan dengan a;2/a22, kemudian dikurangkan ke baris ke ;
.
.
"aris ke 2 dikalikan dengan an2/a22, kemudian dikurangkan ke baris ke n
1;
:. Proses yang sama dilakukan untuk kolom selanjutnya sampai dengan kolom
ke n-1.
;. "erdasarkan proses eliminasi diperoleh persamaan upper triangular matrix
sebagai berikut.
a11 61 < a1262 < a1:6: < E. < a1n6n 0 b1
22262 < a2:6: < E. < a2n6n 0 b2
a::6: < E. < a:n6n 0 b:
EEEEEEEEEEEEEEEE
an-2,n-2 6n-2 < an-2,n-16n-1< an-2,n6n 0 bn-2
an-1,n-16n-1< an-1,n6n 0 bn-1
an,n6n 0 bn
+etelah itu nilai 61, 62, E.., 6n dihitung dengan backard substitution sebagai
berikut.
n n,
n
n
a
b
6 =
1 - n 1, - n
n n, 1, n 1 - n
1 - n
a
x a b
x

=
2 - n 2, - n
1 - n n, 2, n n n, 1, n 2 - n
2 - n
a
x a x a b
x


=
.
.
i i,
n n i, 2 i 2, i i, 1 i 1, i i, i
i
a
x a ... x a x a b
x

=
+ + + +
i i,
j ij i,
1
i
i
a
x a b
x

+ =

=
n
i j
.
.
&an seterusnya, sampai 61.
9ara ini mempunyai kelemahan, yaitu.
1) 5ika pada saat eliminasi ke i nilai k aii 0 8, maka proses tidak dapat berjalan4
1A
2) 5ika pada saat eliminasi ke i nilai mutlak aii mendekati 8 atau sangat kecil
maka ketelitian hitungan menjadi rendah.
Kedua kelemahan tersebut dapat diatasi dengan ma6imum column pi3oting yaitu.
pada saat akan melakukan eliminasi kolom ke i, dicari dahulu nlai-nilai aii, ai<1,i,
ai<2,i, E.,an,$ yang mempunyai nilai mutlak paling besar. 5ika diperoleh yang
mempunyai nilai mutlak terbesar adalah ak,$, baris ke i ditukar dengan baris ke k,
baru dieliminasi kolom ke i.
9. Menen,u+an Persamaan Em.iris
Persamaan empiris adalah persamaan yang diperoleh berdasarkan
data.Cepresentasi data percobaan dalam bentuk persamaan matematik sangat
penting artinya dalam bidang teknik. Penyusunan persamaan ini terutama bertujuan
untuk. (1) meakili sejumlah besar data dalam bentuk pernyataan singkat dan (2)
mempermudah pelaksanaan operasi matematik lebih lanjut terhadap data. %leh
karena itu persamaan empirik diusahakan agar dapat meakili data dengan sebaik-
baiknya namun dalam bentuk yang sedapat mungkin sederhana.
(angkah penyusunan persamaan empirik biasanya meliputi.
(1) penentuan bentuk persamaan yang meakili data4
(2) penetapan nilai-nilai tetapan yang terdapat pada persamaan hasil langkah
pertama4
(:) penetapan tingkat kesalahan persamaan bila dibandingkan dengan data
percobaan4
"entuk persamaan kadang-kadang dapat diperkirakan dari analisis teoritis,
sehingga tinggal menetapkan nilai tetapan-tetapannya. #da kemungkinan baha
kur3a hubungan fungsuonalnya akan melalui titik asal dari sumbu koordinat atau
menjadi asimtotik mulai suatu nilai tertentu salah satu peubah yang ada. 5adi boleh
dikatakan baha penentuan bentuk persamaan pada umumnya dilakkan dengan
coba-coba, meskipun ada pedoman tertentu yang dapat dipakai dalam praktek. "ila
data dapat dibuat kur3a sedemikian sehingga menunjukkan bentuk garis lurus, baik
dengan cara memilih jenis kertas grafik atau dengan mengatur peubah yang
dilukiskan kur3anya, maka bentuk linier yang diperoleh dapat dengan mudah dibaa
ke bentuk hubungan kur3a dari peubah asalnya. 9ara linierisasi hubungan kur3a dari
data ini banyak dipakai dalam menentukan bentuk persaman empirik.
"eberapa contoh bentuk hubungan fungsional sederhana yang dapat
dinyatakan dengan kur3a hubungan linier adalah ebagai berikut.
!o. /ungsi aal "entuk grafik
1. Q0a<b6 Q dengan 6
2. Q 0 a6
n
(og y dengan log 6 pada kertas grafik skala
biasa atau y dengan 6 pada kertas grafik
1J
skala log-log
:. Q 0 c < a6
n
Mula-mula dicari c yang merupakan intersep
kur3a y dengan 6, selanjutnya dibuat
hubungan (y-c) dengan 6 pada kerta grafik
skala log-log
;. Q 0 a.e
b6
&ibuat hubungan y dengan 6 pada kertas
grafik skala semilog
A. Q 0 a.b
6
&ibuat kur3a hubungan y dengan 6 pada
kertas grafik skala semilog
J. Q 0 a < b/6 Q dengan (1/6) pada kertas grafik skala biasa
?. Q 0 6/(a < b6) (6/y) dengan 6 atau (1/y) denngan 1/6 pada
kertas grafik skala biasa
>. Q0a<b6<c6
2
(y-yn)/(6-6n) dengan 6 pada kertas grafik
skala biasa dengan 6n dan yn adalah
koordinat titik yang dilalui oleh kur3a yangn
ditarik melalui titik-titik data percobaan.
9ontoh
+uatu percobaan menghasilkan data hubungan y dengan 6 sebagai
berikut.
R 8,2 8,A 1,8 2,8 :,8 ;,8
Q :,2 :,? ;,1 >,1 1:,? 22,J
)idak ada informasi lain kecuali data di atas. &iinginkan menetapkan
bentuk persamaan empiriknya.
Persoalan yang perlu diselesaikan di sini adalah menetapkan bentuk
persamaan yang meakili data dengan bentuk sesederhana mungkin namun memiliki
tingkat kesalahan yang masih dapat diterima.
Penyelesaian.
1. &ibuat kur3a hubungan y dengan 6 pada kertas grafik skala biasa, hasilnya dapat
dilihat pada Dambar ... (angkah ini dimaksudkan untuk memperkirakan dengan
cepat bentuk hubungan fungsional antara y dengan 6 sekaligus memperkirakan
kemungkinan kelinieran hubungan y dengan 6 untuk dapat dinyatakan dengan
persamaan.
y 0 a < b6 (/-1)
2. 5ika digambar dalam bentuk grafik, hubungan y dengan 6 tidak linier, selanjutnya
dicoba dengan pendekatan dalam bentuk sederhana ke dua yaitu.
y0 a6
n
(/-2)
Persamaan (/-2) dapat dinyatakan dalam bentuk kur3a linier, yaitu bila dibuat
hubungan y dengan 6 pada kertas grafik skala log-log, yaitu dengan koefisien
arah n dan intersep a pada 601, atau dapat ditulis dengan persamaan.
log y 0 log a < n log 6. (/-:)
1?
Pada kur3a dengan kertas grafik skala biasa, kur3a tidak melalui titik aal
koordinat, sehingga persamaan ( /-: ) tidak sesui dengan data, karena kur3a
persamaan yang diajukan harus melalui aak koordinat.
!amun, bentuk kur3a sebenarnya masih menunjukkan kemungkinan
pemakaian hubungan fungsional persamaan ( /-: ) apabila diadakan modifikasi
pada koordinatnya. &ata itu, jika digembar akan terlihat baha intersep terletak
pada y0:,2 sehingga dengan membuat kur3a hubungan (y-:,2) dengan 6 pada
kertas 6grafik skala log-log diharapkan akan diperoleh hubungan linier, dan
persamaan empiriknya dinyatakan sebagai.
y 0 :,2 < a6
n
(/-;)
tetapan a dan n perlu dicari.
2. Penentuan nilai tetapan dalam persamaan
+etelah bentuk kur3a yang meakili data dapat ditetapkan, selanjutnya ditentukan
nilai tetapan-tetapan yang ada dalam persamaan. #da : cara untuk menentukan
nilai tetapan, yaitu dengan.
a. cara inspeksi 3isual
b. metode nilai rerata (method of a3erages)
c. cara kuadrat terkecil (method of least s[uare)
2.a. cara inspeksi 3isual
"erdasarkan kur3a pada Dambar E, nilai tetapan a dan n dapat dicari dengan
memilih dua titik yang dilalui garis lurus itu, misalnya dua titik itu y-:,208,; pada 6 0
8,J dan y-:,202A pada 60;,A, sehingga bila dimasukkan ke persamaan diperoleh.
8,; 0 a(8,J)
n
dan 2A 0 a(;,A)
n
&engan dua persamaan ini diperoleh nilai a01,1A dan n 0 2,8A. 5adi, persaman yang
meakili data dapat dinyatakan dengan persamaan.
Q 0 :,2 < 1,1A 6
2,8A
2.b. 9ara nilai rerata (method of a3erage)
9ara nilai rerata menyangkut pembagian data dalam kelompok dengan
jumlah yang sesuai dengan banyaknya tetapan yang terdapat dalam persamaan.
&engan prinsip pendekatan baha kesalahan yang terdapat pada persamaan empirik
ditekan serendah mungkin.
"erdasarkan contoh di atas, persamaan empirik yang diperoleh dengan cara
inspeksi 3isual, maka persamaan yang meakili data dapat dinyatakan dalam bentuk.
Q 0 c < a6
n
1>
Karena ada : tetapan yang harus ditentukan, maka data yang ada dibagi menjdi :
kelompok. &engan menggunakan C atau penyimpangan persamaan empirik terhadap
data percobaan, diperoleh peramaan masing-masing titik data sebagai berikut.
C10 c < a(8,2)
n
- :,2
C2 0 c < a(8,A)
n
B :,?
C: 0 c < a(1)
n
- ;,1
C; 0 c < a(2)
n
B >,1
CA 0 c < a(:)
n
B 1:,1
CJ 0 c < a(;)
n
- 22,A
+elanjutnya, J persamaan itu dibagi menjadi tiga kelompok dan dengan membuat C
0 8 untuk masing-masing kelompok, diperoleh : persamaan.
2c < M(8,2)
n
< (8,A)
n
La - J,@ 0 8
2c < M1< (2)
n
La - 12,2 0 8
2c < M(:)
n
< (;)
n
La - :J,: 0 8
Pasil penyelesaian tiga persamaan di atas menunjukkan nilai a 0 1,8?, c0:,:, dan n 0
2,8>, sehingga persamaan empirisnya dapat dinyatakan sebagai.
Q 0 :,: < 1,8?.6
2,8>
Pada umumnya, hasil yang dperoleh dengan cara nilai rerata lebih mendekati
data dari pada hasil persamaan yang diperoleh dengan cara inspksi 3isual.
Pengelompokan berurutan seperti di atas paling sering dilakukan. 5ika jumlah titik
data tidak dapat terbagi bulat oleh jumlah tetapan, maka kelompok tidak harus
dengan persamaan dengan jumlah yang sama.
&. #ara +ua&ra, ,er+e*il
9ara kuadrat terkecil biasanya dianggap yang paling reliable dalam
menentukan nilai tetepan-tetapan dalam persamaan empirik. 9ara ini didasarkan
pada konsep jumlah kuadrat de3iasi, +um of +[uare of erroers (++') atau
penyimpangan hasil persamaan terhadap data percobaan dibuat sekecil mungkin
atau minimum.
++' 0

=
=

n i
i
data terhitung
y y
1
2
) (
9ara kuadrat terkecil ini akan dijelaskan dengan contoh sebagai erikut
Persamaan y 0 a6
Misalnya tersedia data.
6 2 : A ? 18
1@
y 8,;1 8,A> 8,@@ 1,;1 2,82
$ngin dicari nilai a yang sesuai dengan data yang tersedia.
-ntuk pasangan data 6i, yi, maka errornya adalah.
Ci 0 a6i B yi (0 y yang dihitung berdasar persamaan-y data)
&engan demikian nilai ++'-nya adalah.
++' 0 ) ( ) (
1
2
a f y ax
n i
i
i i
=

=
=
!ilai ++' tergantung pada nilai a yang digunakan. !ilai a terbaik adalah yang
memberikan ++' minimum. Pal ini berarti dijumpai minimasi ++' dengan 3ariabel a.
!ilai ++' akan minimum bila.
0 =
da
d(++')
Maka.
0 ). ( 2
1
=

=
=
n i
i
i i i
x y ax
a
( ) ( ) 0 . .
1
2
=

=
=
i i
n i
i
i
y x x
a0
( )
( )

=
=

n i
i
i
i i
x
y x
1
2
.
.
"erdasarkan data yang tersedia dapat dihitung, yang hasilnya sebagai berikut.
6i yi 6i
2
6i.yi
2 8,;1 ; 8,>2
: 8,A> @ 1,?;
A 8,@@ 2A ;,@A
? 1,;1 ;@ @,>?
18 2,82 188 28,28
1>? :?,A>
5adi a0 :?,A>/1>? 0 8,281 dan persamaan empiris yang sesuai dengan data
tersebut adalah y 0 8,281 6.
Ben,u+ .ersamaan : y ! a' : a"/(
28
9ara analog, diperoleh.
++' 0
) , ( ) (
1 0
1
2
1 0
a a f y x a a
n i
i
i i
= +

=
=
!ilai ++' akan minimum jika.
0 =

8
a
(++')
dan
0 =

1
a
(++')
( ) 0 1 . . 2
0
1 0
= + =

=
n
i
i i
y x a a
8
a
(++')
n.a8
( ) ( )

= +
=
=
i
n i
i
i
y x a
1
1
. (1)
( ) 0 . . 2
0
1 0
= + =

=
i
n
i
i i
x y x a a
1
a
(++')
( ) ( )

= +
=
=
i i
i
n i
i
i
y x x a x a . .
2
1
0
(2)
"erdasarkan persamaan (1) dan (2) nilai a8 dan a1 dapat ditentukan.
"entuk yang lain dapat dijabarkan dengan cara analog.
G. Penyelesaian Persamaan Diferensial Or&iner 8enis Ini,ial ;alue Pr$)lem
9ontoh Persamaan &iferensial %rdiner jenis initial 3alue problem.
1.
8,2
y
6
2 6.y
d6
dy
+ =
4 dengan keadaan batas pada 6068, y 0 y8
2. P& %rdiner order 2
0 2 = + + 6.y
d6
y d
2
2
dx
dy
x 4 dengan keadaan batas pada 60684 y0y84
dy/d608
:. P& %rdiner +imultan
21
8,A
T
6.y
1
d6
dy
+ =
y.T 6
d6
dT
8,;
+ =
&engan keadaan batas 6o08,A4 yo01 dan To 0 8,>
#da banyak cara numeris yang dapat digunakan, pada kesempatan ini dibahas 2
cara yaitu Metode +atu (angkah yaitu 'uler dan metode Cunge Kutta.
Persamaan umum metode satu langkah (step) adalah.
!ilai berikut 0 nilai sebelumnya < slopeRukuran langkah. &engan persamaan dapat
ditulis sebagai berikut.
yi<1 0 yi < .h (D-1)
"erdasarkan persamaan ini perkiraan nilai slope dipakai untuk mengekstrapolaskan
suatu nilai sebelumnya, yi terhadap sebuah nilai baru yi<1 di sepanjang jarak h. Cumus
ini diterapkan langkah demi langkah.
+emua metode satu langkah dinayatakan dalam bentuk ini, perbedaanya hanyalah
dalam cara menaksir nilai slope.
". Me,$&e Euler
) , ( y x f =
d6
dy
0 (D-2)
&alam metode 'uler, turunan pertama memberikan taksiran langsung nilai
slope pada 6i. &alam hal ini f(6,y) adalah persamaan diferensial yang die3aluasi pada
6i dan yi, )aksiran ini dapat disubstitusikan ke Persamaan (D-1)
yi<1 0 yi < f(6,y).h (D-:)
9ontoh.
Dunakan metode 'uler untuk mengintegrasikan secara numerik pesamaan.
) , ( y x f =
d6
dy
0 - 26
:
<126
2
B 286 < >,A (D-;)
&ari 608 sampai 60; dengan ukuran langkah 0 8,A.
Keadaan batas. pada 6084 y 01
5ika diselesaian secara analitis, penyelesaian persamaan itu adalah.
y0-8,A 6
;
< ;6
:
B 18 6
2
< >,A 6 < 1 (D-A)
Penyelesaiaan dengan metode 'uler adalah sebagai berikut.
22
y(8,A) 0 y(8) < f(8,1).8,A
&engan y(8) 0 1 dan taksiran slope pada 6 0 8 adalah.
/(8,1) 0 -2(8)
:
<12 (8)
2
B 28 (8) < >,A 0 >,A
&engan demikian.
y(8,A) 0 1,8 < >,A(8,A) 0 A,2A
5aaban analittis pada 6 08,A adalah
y(8,A) 0 8,A (8,A)
;
< ;(8,A)
:
B 18 (8,A)
2
< >,A (8,A) < 1 0 :,21>?A
5adi ada kesalahan.
' 0 nilai sebenarnya B nilai taksiran 0 :,21>?A-A,2A 0 -2,8:12A, atau dalam
kesalahan relatif 0 J:,1 \
5aaban analittis pada 6 01 adalah :,88
5aaban taksiran
y(1) 0 y(8,A) < f(8,A, A,2A).8,A
0 A,2A < 8,A (8,A)
;
< W2(8,A)
:
<12 (8,A)
2
B 28 (8,A) < >,AX.8,A
0 A,>?A
&engan cara analog dapat dihitung samapi dengan 6 0 ; dan hasilnya dapat dilihat
pada )abel berikut.
6 ysebenarnya y'uler \ Kesalahan
8,8 1,888 1,888 8
8.A :,21>?A A,2A888 -J:,1
1,8 :,88888 A,>?A88 -@A,>
1,A 2,21>?A A,12A88 -1:1,8
2,8 2,88888 ;,A8888 -12A,8
2,A 2,?1>?A ;,?A888 -?A,?
:,8 ;,88888 A,>?A88 -;8,@
:,A ;,?1>?A ?,12A88 -A1,8
;,8 :,8888 ?,88888 -1::,8
9oba kerjakan lagi, namun dengan ukuran langkah 8,2A]
6. Me,$&e Rune Ku,,a( Or&er <
) , ( y x f =
d6
dy
dengan keadaan batas. 606
8
4
y0y
8
Pada metode Cunge-Kutta, juga digunakan ukuran langkah 6, makin
kecil makin baik. Cumus Cunge Kutta dapat dipakai untuk menghitung
2:
y
i<1
jika nilai y
i
telah tersedia. Pendekatan Cunge Kutta %rder ; untuk
inter3al 6
i
6
i<1
adalah sebagai berikut.
x ), y , f(x k
i i 1
=

x ),
2
k
y ,
2
x
f(x k
1
i i 2
+

+ =
x ),
2
k
y ,
2
x
f(x k
2
i i 3
+

+ =
x ), k y X, f(x k
3 i i 4
+ + =

x x x
1 i
+ =
+ i

( )x 2 2 k
6
1
y y
4 3 2 1 1 i
k k k
i
+ + + + =
+
(D-J)
5adi berdasarkan nilai 6
8
, y
8
dapat dihitung 6
1
, y
1
, kemudian berdasar 6
1
,
y
1 dapat dihitung
6
2
, y
2
dan seterusnya.
(atihan. 9oba kerjakan soal yang telah dselesaikan dengan metode
'uler tadi, tapi dengan metode Cunge Kutta.
Metode 'uler untuk menyelesaikan +istem Persamaan P&% jenis initial
3alue problem (P& %rdiner +imultan)
9ontoh.
8,A
T
6.y
1
d6
dy
+ =
y.T 6
d6
dT
8,;
+ =
&engan keadaan batas 6o08,A4 yo01 dan To 0 8,>
9ontoh lain
y z y x f 5 , 0 ) , , (
1
= =
d6
dy
(1)
) , , ( 2 z y x f
0
y z 1 , 0 3 , 0 4 =
d6
dT
(2)
Keadaan batas pada 608, y 0 ;, T0 J
$mtegrasikan pesaramaan tersebut hingga 6 0 2 dengan ukuran
langkah. a) 1 b) 8,A
yi<1 0 yi < f(6,y).h
2;
a8 &engan ukuran langkah 1
y pada 6 0 1 . 0 y8 < ) , , (
1
z y x f (1)
0 ; < (-8,A.;) (1) 0 2
T pada 6 0 1 . 0 T
8
<
) , , (
2
z y x f
(1)
0 J < (;-8,:.J-8,1.;)(1) 0?,>
y pada 6 0 2 . 0 y
1
< (-8,A.2).1
0 2-1 0 1
T pada 6 02 . 0 ?,><(;-(8,:.?,>)-(8,1.2))(1) 0 @,2J
dengan metode Cunge Kutta.
x ), z , y , (x f k
i i i 1 1
=

x ), z , y , (x f l
i i i 2 1
1
=

)
2
k
y ,
2
x
(x f k
1
i i 1 2
+

+ =
)
2
l
z ,
2
x
(x f l
1
i i 2 2
+

+ =
)
2
k
y ,
2
x
(x f k
2
i i 1 3
+

+ =
),
2
l
z ,
2
x
(x f l
2
i i 2 3
+

+ =

), k y X, (x f k
3 i i 1 4
+ + =

) l z X, (x f l
3 i i 2 4
+ + =

x x x
1 i
+ =
+ i
( )x 2 2 k
6
1
y y
4 3 2 1 1 i
k k k
i
+ + + + =
+
(D-J)
( )x 2 2 l
6
1
y z
4 3 2 1 1 i
l l l
i
+ + + + =
+
(D-J-b)
2A
7. Penyelesaian Persamaan Diferensial Or&iner 8enis B$un&ary ;alue
Pr$)lem
1. /inite &efference #ppro6imation untuk P& %rdiner
Misalnya dijumpai P& %rdiner yang merupakan hubungan antara y
dengan 6. $ngin ditentukan nilai y pada inter3al 6
8
sampai 6
!
. $nter3al
dibagi menjadi ! bagian sama besar yang masing-masing
besarnya6, makin kecil 6, makin baik jaaban yang diperoleh.
N
x
0 N
x
x

= (P-1)
"atas-batas inter3al diberi nomor 8, 1, 2, E.., ! seperti Dambar berikut.
x
R
8
6
1
6
2
6
:
6
!-1
6
!
Dambar P-1 . Pembagian iinter3al 6
8
sampai 6
!
"erdasarkan Dambar P-1. &iketahui baha. 6
i
0 6
8
< i
x (P-2)
Menentukan jaaban nilai y pada batas0batas inter3al 8 sampai
dengan ! (y
8
, y
1
, y
2
, EE, y
!-1
, dan y
!
, dengan pendekatan beda hingga
(finite difference appro6imatioan biasanya dilakukan dengan cara
sebagai berikut. (ingat diferensiasi numeris)
a. 9ara forard.
x
y y
x
y
i 1 i
x x
i

+
=
(#-2)
b. 9ara backard
2J
(#-:)
c. 9ara central
x 2
y y
1 i 1 i
0

+
=xi x
d6
dy
(#-;)
9ara forard. turunan keduanya adalah.
x
x
y y
x
y y
dx
dx
dy
dx
d
i i i i
i
i

+
+
=
1 1
1
x x
2
2
x
x
y
y
x
y
i
( )
2
1 1
x x
2
2
2
x
y
i
x
y y y
i i i

+
=
(P-:)
9oba gunakan untuk menyelesaikan kasus no ; yang lalu.
P& yang diperoleh untuk keadaan steady.
(P-;)
Keadaan batas. pada 6 0 84 ) 0 ;88, pada 6014 ) 0 :88.
&itentukan nilai ) setiap inter3al sebagai berikut. $nter3al 0 8,A,
( ) x
0 8,A
Persamaan diferensial order 2 ini diubah menjadi bentuk.
( )
0
2
x
!
2
1 1
x x
2
2
i
=

+
=
x
T T T
i i i
(P-A)
( )
2
5 , 0
300 2 400 +
i
T
08
)
i
0 :A8
2?
0
2
2
=
dx
T d
x
y y
1 i i
=

i
x x
d6
dy
5ika ditentukan ) dengan 5umlah inter3al ;

x 0 = 0 8,2A
R
8
6
1
6
2
6
:
6
;

( )
0
2
x
!
2
1 1
x x
2
2
i
=

+
=
x
T T T
i i i
&iperoleh persamaan.
( )
0
25 , 0
2 400
2
2 1
=
+ T T
;88 B 2)
1
< )
2
0 8 (P-J)
( )
0
25 , 0
2
2
3 2 1
=
+ T T T
)
1
- 2)
2
< )
:
0 8 (P-?)
( )
0
25 , 0
2
2
4 3 2
=
+ T T T
)
2
- 2)
:
< :88 0 8 (P->)
( diperoleh : persamaan dengan : bilangan tidak diketahui, jadi
dapat diselesaikan), dengan substitusi diperoleh )
1
0 :?A, )
2
0 :A8, dan
)
:
0 :2A.
5ika diinginkan perhtungan untuk 18 inter3al, dapat dilakukan
degan cara yang sama, diperoleh 18 persamaan dengan 18 bilangan
tidak diketahui, jadi dapat diselesaikan.
-ntuk kasus PP pada silinder
0
1
2
2
= +
dr
dT
r dr
T d
2>
dt
dT
dr
dT
r dr
T d
dt
dT
k
c
dr
dT
r dr
T d
dt
dT
c
dr
dT
k
r dr
T d
k

1 1
1
1
2
2
2
2
2
2
= +
= +
= +
r0r
8
< ir
Misalnya C0 A )01888 C0J,A )0:88
9ini,e Defferen*e A..r$/ima,i$n un,u+ PD Parsial
Persamaan yang diperoleh kasus perpindahan panas pada
benda datar (slab)
Misal ditinjau persamaan diferensial parsial berbentuk.
(P-?)
&engan keadaan batas.
y (6,8) 0 yin
y (8,t) 0 ya
y ((,t) 0 yb
$ngin ditentukan y 0 f(6,t) pada inter3al 86( dengan cara numeris
finine difference appro6imation.
$nter3al 608 sampai dengan 60( dibagi menjadi ! bagian sama besar
yang masing-masing besarnya 06 (makin kecil 6, jaaban makin baik.
"atas-batas inter3al diberi indeks i 0 8, 1, 2, :, ,EE, !-1, !.
N
x
0 N
x
x

=
2@
t
y
x
y

2
2
( )
dt
dT
k
c
dx
T d
dt
dT
c
dx
T d
k
dt
dT
c
dx
k d
dt
dT
c
x
dx
dT
k
dx
dT
k
dx
dT
x x x

=
=
=
=

+
2
2
2
2
. .
c
k
dt
dT
dx
T d

=
=
1
2
2
6
i
0 6
8
< i.

x
0
i.

x
$nter3al t juga dibagi menjadi bagian-bagian kecil sama besar, masing-
masing sebesar
"
. "atas-batas inter3al diberi indeks j 0 8, 1, 2, E..
&engan demikian berlaku t 0
j.

"
.
+erupa dengan pada persamaan diferensial ordiner, dapat disusun
finite difference appro6imation (pedekatan beda hingga) sebagai berikut.
2..
y y
x
y y
x
y y
x
y
j 1, - i j 1, i j 1, - i j i, j i, j 1, i

+ +
( )
2
, 1 j i, j -1, - i
2
2
x
y 2 y
x
y
j i
y
+
+

,
, 1 ,
t
y y
t
y
j i j i

+
Penyelesaian selanjutnya dapat menggunakan cara 'ksplisit (forard) atau
9ara implisit (backard), atau 9rank !icolson (tidak dibahas)
a. 9ara 'ksplisit (forard)
Persamaan diubah dengan cara substitusi, untuk kasus yang akan
diselesaikan menjadi.
( )
,
x
y 2 y
, 1 ,
2
, 1 j i, j -1, - i
t
y y y
j i j i j i

=
+
+ +
(P->)
( )
j i j i j i
y y
t
y
, 1 ,
2
, 1 j i, j -1, - i
,
x
y 2 y

= +
+ +
(P-@)
M
y y M y
y
j i j i j i
j i
, 1 , , 1
1 ,
) 2 (
+
+
+ +
=
(P-18)
5ika
( )
,
x
2
t
0 M (modulus), maka (P-11)
:8
Persamaan ini berlaku untuk i 01, 2, :, E..!-1 (!ilai y8,j 0 ya dan y!,j 0 yb
Misalnya untuk i 0 :.
M
y y M y
y
j j j
j
, 4 , 3 , 2
1 , 3
) 2 ( + +
=
+
(P-12)
#pabila nilai y pada indeks j tersedia, maka nilai y pada indeks j<1 dapat
dihitung. Karena y pada j08 (t08) diketahui, yaitu yin, maka nilai y pada j01
dapt dihitung. +etelah nilai y pada j01 tersedia, maka y pada j02 dapat
dihitung, demikian seterusnya.
5ika yin 0 8,A, ya 0 1, yb 0 8,2, (01, !018 dan M 0 ;, maka t dapat dihitung
berdasarkan nilai M dan 6 dan hasil hitungan sampai dengan j 0 2 dapat
dilihat pada )abel berikut.
6 y8 y1 y2
8 8,A 1 1
8,1 8,A 8,A 8,J2A
8,2 8,A 8,A 8,A
8,: 8,A 8,A 8,A
8,; 8,A 8,A 8,A
8,A 8,A 8,A 8,A
8,J 8,A 8,A 8,A
8,? 8,A 8,A 8,A
8,> 8,A 8,A 8,A
8,@ 8,A 8,A 8,;2A
1,8 8,A 8,2 8,2
b. 9ara $mplisit (backard)
Pada cara implisit, perhitungan pada inter3al aktu j sampai j<1
menggunakan nilai pada aktu j<1 (backard). &engan demikian persamaan
(P->) berubah menjadi
( )
,
x
y 2 y
, 1 ,
2
1 , 1 1 j i, 1 j -1, - i
t
y y y
j i j i j i

=
+
+ + + + +
(P-1:)
( )
j i j i j i
y y
t
y
, 1 ,
2
1 , 1 1 j i, j -1, - i
,
x
y 2 y

= +
+ + + +
(P-1;)
:1
j i j i j i j i
y M y y M y
, 1 . 1 1 , 1 , 1
. ) 2 ( = + +
+ + + +
(P-
1A)
Persamaan (P-1A) berlaku untuk i01, 2, :, E.., !-1
Khusus untuk i01 karena y
8,j<1
0y
a
, maka persamaan (P-1A)
berubah menjadi.
a j i j i j i
y y M y y M = +
+ + + , 1 . 1 1 ,
. ) 2 (
(P-1J)
Khusus untuk i0!-1 karena y
!,j<1
0 y
b,
maka Persamaan (P-1A)
berubah menjadi.
b j i j N j N
y y M y M y = +
+ + , 1 , 1 1 , 2
. ) 2 (
(P-
1?)
"erdasarkan Persamaan (P-1A) sampai (P-1?), maka apabila nilai y pada
indeks j diketahui, maka nilai y pada indeks j<1 dapat dihitung. &alam hal ii
y
i,j<1
tidak bisa dihitung secara langsung seperti cara eksplisist, tetapi
berbentuk matriks tridiagonal.
b1
y
1.j<1
< c
1
y
2,j<1
0 d
1
a
2
y
1,j<1
< b
2
y
2,j<1
< c
2
y
:,j<1
0 d
2
a
:
y
2,j<1
< b
:
y
:,j<1
< c
:
y
;,j<1
0 d
:
:2
EEEEEEEEE.....
a
!-1
y
!-2,j<1
< b
!
y
!
-
1,j<1
< c
!-1
y
!,j<1
0 d
!-1
a
!
y
!-1,j<1
< b
!
y
!,j<1
0 d
!
Karena nilai y pada j08 diketahui (y
in),
maka nilai y pada j01 dapat
dihitung. +etelah itu berdasar nilai y pada j01, nilai y pada j02 dapat
dihitung. &emikian seterusnya.
::

Anda mungkin juga menyukai