Anda di halaman 1dari 16

1

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An.J
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 6 tahun
Alamat : Karanganyar 1/1 Cililin. Kab. Bandung Barat
Pekerjaan : Di bawah Umur
Agama : Islam
NRM : 385742
Tgl Pemeriksaan :07 Februari 2011
Tempat Pemeriksaan : Poliklinik THT

II. ANAMNESIS
Anamnesis : Auto dan Alloanamnesis
Keluhan Utama
Nyeri telinga kanan dan kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri telinga kanan dan kiri sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan didalam telinga, telinga terasa berdengung diakui, keluar
cairan, gatal dan pendengaran berkurang disangkal. Sebelumnya pasien mengalami batuk
pilek dan panas badan sejak 3 hari yang lalu, merasa gelisah dan sukar tidur. Keluhan nyeri
tenggorakan dan menelan disangkal, serta keluhan sakit gigi dan mengkorek-korek telinga
disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat pernah keluar cairan disangkal
Riwayat batuk pilek diakui
Riwayat alergi disangkal
2

Riwayat trauma disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum : Baik
Status lokalis :
1) Telinga
Telinga kanan Telinga kiri
Aurikula Edema (-), hiperemis (-),
massa (-)
Edema (-), hiperemis (-),
massa (-)
Preaurikula Edema (-), hiperemis (-),
massa (-)
Edema (-), hiperemis (-),
massa (-)
Retroaurikula Edema (-), hiperemis (-),
massa (-)
Edema (-), hiperemis (-),
massa (-)
Palpasi Nyeri pergerakan aurikula
(-), nyeri tekan tragus (-)
Nyeri pergerakan aurikula
(-), nyeri tekan tragus (-)
Canalis
aurikularis
eksterna
Edema (-), hiperemis (-),
sekret (-), cerumen (-)
Edema (-), hiperemis (-),
sekret (-), cerumen (-)
Membran timpani Perforasi (-), Hiperemis
(+), cone of light (-)
Perforasi (-), Hiperemis
(+), cone of light (-)

2) Hidung
Bentuk dan Ukuran Dekstra Sinistra
Sekret
Concha inferior
Septum
-
Tidak Hiperemis
-
Tidak Hiperemis
Tidak ada deviasi
3

Polip/tumor
Pasase udara
Tidak ada
+
Tidak ada
+

3) Tenggorokan
Keterangan
Mukosa Hiperemis (-)
Tonsil Hiperemis (-), hipertropi (-)
T1 T1

4) Kelenjar Getah Bening
Tidak teraba pembesaran KGB
IV. RESUME
Pasien datang dengan keluhan nyeri telinga kanan dan kiri sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan didalam telinga, telinga terasa berdengung diakui, keluar
cairan, gatal dan pendengaran berkurang disangkal. Sebelumnya pasien mengalami batuk
pilek dan panas badan sejak 3 hari yang lalu, merasa gelisah dan sukar tidur. Keluhan nyeri
tenggorakan dan menelan disangkal, serta keluhan sakit gigi dan mengkorek-korek telinga
disangkal.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan membrane timpani kiri dan kanan hiperemis dan
cone of light negative.

V. DIAGNOSA BANDING
Otitis Media Akut Stadium Hiperemis Auris dextra Sinistra
VI. DIAGNOSA KLINIK
Otitis Media Akut Stadium Hiperemis Auris dextra Sinistra
VII. TERAPI
Umum :
1. Menjaga agar telinga tidak kemasukan air
2. Tidak mengorek telinga
3. Kontrol teratur
4

Khusus :
- Clindamycin ( Antibiotik )
- Metil prednisolon ( Kotikosteroid )
- Pseudoefedrin HCl

VIII. KONSELING
Kontrol jika obat habis.
Minum obat secara teratur, terutama antibiotik harus dihabiskan.
Bila sebelum obat habis terdapat keluhan lain, segera kontrol.
Bila terdapat gejala batuk, pilek, dan radang tenggorokan segera diobati untuk
mencegah terjadinya infeksi yang berkelanjutan pada telinga.
Telinga jangan banyak dimanipulasi misalnya dikorek-korek dengan cutton bud.

IV. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
5

ANALISA KASUS
Anamnesis
Berdasarkan anamnesis didapatkan, pasien datang dengan keluhan nyeri telinga
kanan dan kiri sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan didalam telinga,
telinga terasa berdengung diakui, keluar cairan, gatal dan pendengaran berkurang disangkal.
Sebelumnya pasien mengalami batuk pilek dan panas badan sejak 3 hari yang lalu, merasa
gelisah dan sukar tidur. Keluhan nyeri tenggorakan dan menelan disangkal, serta keluhan
sakit gigi dan mengkorek-korek telinga disangkal. Hal ini menunjukkan bahwa pencetus
terjadinya OMA ialah infeksi saluran napas atas.
Pemeriksaan Fisik
Membran timpani telinga kanan dan kiri hiperemis
Membran timpani pada telinga sehat umumnya dalam keadaan intak dan berwarna putih
keabuan, namun pada pasien didapatkan membran timpani telinga kanan dan kiri
hiperemis. Pasien termasuk dalam otitis media akut stadium hiperemis.
Cone of light telinga kanan dan kiri negative
Pemeriksaan membran timpani pada telinga sehat dengan menggunakan otoskop
didapatkan pantulan cahaya otoskop pada membran timpani (cone of light), namun pada
pasien ini tidak didapatkan cone of light pada membran timpani telinga kanan dan kiri. Hal
ini dikarenakan pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau seluruh
membran timpani tampak hiperemis.
Pengelolaan dan Terapi
a. Pemberian antibiotik Clindamycin obat pilihan untuk bakteri anaerob (streptokokus,
stafilokokus, pneumokokus) berguna untuk mengatasi invasi kuman yang terjadi pada
telinga tengah.
b. Pemberian Metil prednisolon berguna sebagai anti inflamasi.


c. Pemberian Pseudoefedrin HCl berguna untuk meredakan gejala pilek yang diderita
oleh pasien.




6

Otitis Media Akut (OMA)

ANATOMI TELINGA
Anatomi telinga dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Telinga Luar
b. Telinga Tengah
c. Telinga Dalam




7

Telinga Luar
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (daun telinga) dan canalis auditorius eksternus
( liang telinga ), dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti cakram yang dinamakan
membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih
setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh
kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu
pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus.
Canalis auditorius eksternus berbentuk seperti huruf S dan panjangnya sekitar 2,5 3
cm. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat.
Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Canalis auditorius eksternus
berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula
seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme
pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga.
Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.

Telinga Tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral
dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana
timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga,
Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara. Telinga
tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah)
dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi
udara di bagian mastoid tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.
Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu
hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval/ tingkap lonjong dan dinding medial
telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki
menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat/ tingkap
bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis,
dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus
jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari
dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan
telinga tengah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat
kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan.
Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga
tengah dengan tekanan atmosfer.



8

Gambar 2. Perbedaan anatomi tuba eustachius anak dan dewasa
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran
dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea
disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk
lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibule sebelah
atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media ( ductus koklearis ) diantaranya. Skala
vestibule dan timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan
garam yang terdapat pada perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk
pendengaran. Dasar skala vestibule ( Reissners Membrane) sedangkan skala media adalah
membrane basalis. Pada membrane ini terletak Organ Corti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane
tektoria, dan pada membrane basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel
rambut luar, dan Kanalis Corti, yang membentuk organ corti.
Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membrane timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
9

pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah
diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga
perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan ggerak relative antara membrana
Reissners yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara
membrane basilaris dan membrane tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan
terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel tambut, sehingga menglepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang
akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran ( area 39 40 ) di lobus temporalis.

Definisi Otitis Media Akut
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. OMA terjadi karena faktor
pertahanan tubuh yang terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab
utama dari otitis media.
Faktor pencetus terjadinya otitis media supuratif akut (OMA), yaitu :
- Infeksi saluran napas atas. Otitis media akut (OMA) dapat didahului oleh infeksi
saluran napas atas yang terjadi terutama pada pasien anak-anak.
- Gangguan faktor pertahanan tubuh. Faktor pertahanan tubuh seperti silia dari mukosa
tuba Eustachius, enzim, dan antibodi. Faktor ini akan mencegah masuknya mikroba
ke dalam telinga tengah. Tersumbatnya tuba Eustachius merupakan pencetus utama
terjadinya otitis media akut (OMA).
- Usia pasien. Bayi lebih mudah menderita otitis media akut (OMA) karena letak tuba
Eustachius yang lebih pendek, lebih lebar dan lebih horisontal.
- Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam
kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi
adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar
dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat
terinfeksi di mana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat
saluran Eustachius.

10

Etiologi
Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus,
Staphylococcus aureus, Pneumococcus, Haemophilus influenza, Escherichia coli,
Streptococcus anhemolyticus, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeruginosa. Sejauh ini
Streptococcus pneumonia merupakan organisme penyebab tersering pada semua kelompok
umur. Sedangkan Haemophilus influenza adalah patogen tersering yang ditemukan pada anak
di bawah usia lima tahun. Meskipun juga patogen pada orang dewasa.

Patogenesis
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat
bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut
sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-
sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan
mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga
tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir
yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ
pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Selain itu telinga juga akan terasa
nyeri. Menjadi berat jika cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya merobek gendang
telinga karena tekanannya.

Ada 5 stadium otitis media supuratif akut (OMA) berdasarkan perubahan mukosa telinga
tengah, yaitu :
1. Oklusi tuba Eustachius
2. Hiperemis (pre supurasi)
3. Supurasi
4. Perforasi
5. Resolusi
11

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Stadium oklusi tuba Eustachius terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh
retraksi membrana timpani akibat tekanan negatif dalam telinga tengah karena terjadinya
absorpsi udara. Selain retraksi, membrana timpani kadang-kadang tetap normal atau hanya
berwarna keruh pucat atau terjadi efusi.Stadium oklusi tuba Eustachius dari otitis media
supuratif akut (OMA) sulit kita bedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang
disebabkan virus dan alergi.
2. Stadium Hiperemis (Pre Supurasi)

Stadium hiperemis (pre supurasi) akibat pelebaran pembuluh darah di
membrantimpani yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa
dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.







3. Stadium Supurasi

Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen (nanah). Selain itu
edema pada mukosa telinga tengah makin hebat dan sel epitel superfisial hancur.Ketiganya
menyebabkan terjadinya bulging (penonjolan) membrana timpani ke arah liang telinga luar.
Pasien akan tampak sangat sakit, nadi & suhu meningkat dan rasa nyeri di telinga bertambah
hebat. Anak selalu gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak.
Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan
ruptur membran timpani akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membrane
timpani. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan. Nekrosis ini
disebabkan oleh terjadinya iskemia akibat tekanan kapiler membran timpani
karenapenumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis
vena-vena kecil.Keadaan stadium supurasi dapat kita tangani dengan melakukan
miringotomi. Bedah kecil ini kita lakukan dengan membuat luka insisi pada membran
timpani sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi
pada membran timpani akan mudah menutup kembali sedangkan ruptur lebih sulit menutup
kembali. Bahkan membran timpani bisa tidak menutup kembali jika membran timpani tidak
utuh lagi.
12

4. Stadium Perforasi

Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa
nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar.
Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering
disebabkanoleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman.Setelah
nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu menurun dan bisa tidurnyenyak. Jika
membran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret (nanah) tetap berlangsung selama
lebih 3 minggu maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika kedua keadaan
tersebut tetap berlangsung selama lebih 1,5-2 bulan maka keadaan itu disebut otitis media
supuratif kronik (OMSK).








5. Stadium Resolusi
Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi
membran timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Stadium ini
berlangsung jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman
rendah. Stadium ini didahului oleh sekret yang berkurang sampai mongering. Apabila
stadium resolusi gagal terjadi maka akan berlanjut menjadi otitis mediasupuratif kronik
(OMSK). Kegagalan stadium ini berupa membran timpani tetapperforasi dan sekret tetap
keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.Otitis media supuratif akut (OMA) dapat
menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa. Otitis media serosa terjadi jika
sekret menetap di kavum timpani tanpa mengalami perforasi membran timpani
Gejala Klinik Otitis Media Akut (OMA)
Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium penyakit dan
umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi dan suhu tubuh
menurun pada stadium perforasi. Gejala klinik otitis media supuratif akut
(OMA)berdasarkan umur penderita, yaitu:
13

Bayi dan anak kecil Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 390C (khas), sulit tidur,
tiba-tiba menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang memegang
telingayang sakit.
Anak yang sudah bisa bicara Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu
tubuh tinggi, dan riwayat batuk pilek.
Anak lebih besar dan orang dewasa Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan
pendengaran(rasa penuh dan pendengaran berkurang).

Diagnosis
Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut.
Penyakitnya muncul mendadak (akut)
Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di
telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:
o menggembungnya gendang telinga
o terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga
o adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga
o cairan yang keluar dari telinga
Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah
satu di antara tanda berikut:
o kemerahan pada gendang telinga
o nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal
Terapi Otitis Media Supuratif Akut (OMA)
Terapi otitis media supuratif akut (OMA ) tergantung stadium penyakit, yaitu :
1. Oklusi tuba Eustachius
. tujuan terapi di khususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan
obat tetes hidung, selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan
memberikan antibiotik.
2. Hiperemis (pre supurasi)
Diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Bila membran
timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang
diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan
kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan
14

penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan
minimal selama 7 hari. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB,
amoksisilin4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.
3. Supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila
membran timpani masih utuh. Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar
nyeri dapat berkurang.
4. Perforasi
Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik
yang adekuat sampai 3 minggu.
5. Resolusi
Biasanya akan tampak sekret mengalir keluar. Pada keadaan ini dapat
dilanjutkan antibiotik sampai 3 minggu, namun bila masih keluar sekret diduga
telah terjadi mastoiditis.
Aturan pemberian obat tetes hidung :
Bahan. HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia dibawah 12
tahun.HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia diatas 12 tahun dan
orang dewasa.Tujuan. Untuk membuka kembali tuba Eustachius yang tersumbat
sehingga tekanan negatif dalam telinga tengah akan hilang.
Aturan pemberian obat antibiotik :
Stadium oklusi. Berikan pada otitis media yang disebabkan kuman bukan otitis media
yang disebabkan virus dan alergi (otitis media serosa).Stadium hiperemis (pre
supurasi). Berikan golongan penisilin atau ampisilin selama minimal 7 hari. Golongan
eritromisin dapat kita gunakan jika terjadi alergi penisilin.Penisilin intramuskuler
(IM) sebagai terapi awal untuk mencapai konsentrasi adekuat dalam darah. Hal ini
untuk mencegah terjadinya mastoiditis, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan
kekambuhan. Berikan ampisilin 50-100 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 4 dosis,
amoksisilin atau eritromisin masing-masing 50 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 3
dosis pada pasien anak.Stadium resolusi. Lanjutkan pemberiannya sampai 3 minggu
bila tidak terjadi resolusi.Tidak terjadinya resolusi dapat disebabkan berlanjutnya
edema mukosa telinga tengah.Curigai telah terjadi mastoiditis jika sekret masih
banyak setelah kita berikan antibiotic selama 3 minggu.
Aturan tindakan miringotomi :
Stadium hiperemis (pre supurasi). Bisa kita lakukan bila terlihat hiperemis
difus.Stadium supurasi. Lakukan jika membran timpani masih utuh. Keuntungannya
yaitu gejala klinik lebih cepat hilang dan ruptur membran timpani dapat kita hindari.
15

Aturan pemberian obat cuci telinga :
Bahan. Berikan H2O22 3% selama 3-5 hari.Efek. Bersama pemberian antibiotik yang
adekuat, sekret akan hilang dan perforasi membran timpani akan menutup kembali
dalam 7-10 hari.Komplikasi Otitis Media Supuratif Akut (OMA).

Ada 3 komplikasi otitis media supuratif akut ( OMA), yaitu :
1. Abses subperiosteal.
2. Meningitis.
3. Abses otak. Dewasa ini, ketiga komplikasi diatas lebih banyak disebabkan oleh otitis
media supuratif kronik (OMSK) karena maraknya pemberian antibiotik pada pasien
otitis media supuratif akut (OMA).
Komplikasi yang serius adalah:
1. Infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah ( mastoiditis atau petrositis )
2. Labirintitis (infeksi pada kanalis semisirkuler )
3. Kelumpuhan pada wajah
4. Tuli
5. Peradangan pada selaput otak (meningitis )
6. Abses otak.Tanda-tanda terjadinya komplikasi:
sakit kepala
tuli yang terjadi secara mendadak
vertigo(perasaan berputar)
demam dan menggigil.






16

DAFTAR PUSTAKA

1. Djaafar, ZA. 2007. Kelainan Telinga Tengah. Telinga Hidung Tenggorokan, Edisi ke 6.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2. Boies, dkk. 1997. Buku ajar penyakit THT Edisi 6. Jakarta : EGC
3. Efiaty, dkk.2009.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan
Leher Edisi Keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai