Anda di halaman 1dari 3

Jenis terapi: digunakan terapi kombinasi yaitu farmako terapi dan non-

farmakoterapi
Terapi umum keadaan EMERGENSI (BNN, 2003):
1. Airway; bebaskan jalan nafas
2. Breathing: lancarkan pernafasan
3. Circulation: lancarkan peredaran darah
4. Pemeriksaan lebih lanjut kemungkinan perdarahan atau trauma
5. Observasi kemungkinan kejang
6. Bila terjadi hipoglikemia, berikan 50ml Glukosa 50% IV

Terapi Simtomatik:
Analgetik
Hipnotik-sedatif
Anti agresif
Anti anxietas
Anti halusinasi

Terapi Withdrawal:
Abrupt withdrawal (cold turkey) atau hanya obat-obat simtomatik
Klasik (clonidin, kodein, plus obat-obatan simtomatik)
Metadon
Buprenorfin
Rapit detox atau ultra rapid detox

Terapi Subtitusi
Sering dinamakan Program Terapi Rumatan
Zat subtitusi yang digunakan:
Full agonist metadon, feroin, morfin)
Antagonist (naltrkson, nalokson)
Partial agonist (buprenorfin)
Nama program terapi tergantung pada jenis zat subtitusi yang digunakan
Opioid yang digunakan digantikan dengan subtitusi metadon ataupun buprenorfin
maupun naltrekson.
Terbukti cukup efektif dalam:
Meningkatkan rasa kesejahteraan korban/klien.
Memudahkan kembali ke aktivitas pekerjaan / fungsi dalam masyarakat.
Mampu menurunkan angka kriminalitas dan meningkatkan kepatuhan terapi

Kontroversi terapi subtitusi:
Menggunakan opiate sintetis yang sangat adiktif
Dapat berakibat mengganti ketergantungan
Tidak semua berhasil

Terapi Komplikasi
Komplikasi dari ketergantungan NAPZA dapat berupa : Overdosis, Infeksi, Psikosis,
Gangguan Perilaku. Terapi yang diberikan disesuaikan dengan gejala yang muncul.
TINGKAT PEMAKAIAN NAPZA
Pemakaian coba-coba : tujuannya ingin mencoba untuk memenuhi rasa ingin
tahu
Pemakaian rekreasional : untuk bersenang-senang saat rekreasi/sensasi
Pemakaian situasional : pemakaian saat mengalami keadaan tertentu seperti
sedih, kecewa dll untuk menghilangkan perasaan tersebut
Penyalahgunaan (abuse) : pemakaian yang patologis, ditandai intoksikasi
sepanjang hari, tidak mampu mengurangi atau menghentikan, terus
menggunakan walaupun menderita sakit fisik yang cukup berat
Ketergantungan (dependent use) : telah terjadi toleransi tubuh dan gejala
putus obat, bila pemakaian dihentikan atau dikurangi dosisnya.
Penanganan kondisi gawat darurat
Pemberian Antidotum Naloxon HCl (Narcan/Nokoba) atau Naloxone 0.8 mg IV dan tunggu
selama 15 menit. Jika tidak ada respons, berikan Naloxone 1.6 mg IV dan tunggu 15 menit.
Jika masih tetap tidak ada respon, berikan Naloxone 3.2 mg IV dan curigai penyebab lain.
Jika pasien berespon, teruskan pemberian 0.4 mg/jam IV.
Memantau dan evaluasi tanda-tanda vital
Mengatasi penyulit sesuai dengan kondisi klinis
Bila intoksikasi berat rujuk ke ICU
Penyulit
AIDS dan berbagai infeksi oportunistik dapat menyertainya, misalnya hepatitis, koma,
kejang, edema paru, pneumania aspirasi, ganguan hemodinamik, hipotermi, edema serebri,
kondisi infeksi lainnya, dan kematian (akibat apneu yang memanjang).

Prognosis
Pemberian nalokson pada waktu yang tepat dan cepat serta terjaganya ventilasi sebelum
mendapat antidotum, perbaikan sempurna intoksikasi opioid dapat 22
22 Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri tercapai. Bila pasien menderita
hipoksia yang bermakna dan terjadi aspirasi isi lambung, komplikasi kedua hal ini dapat
menyebabkan morbiditas da
INTOKSIKASI OPIOID (F11.0)
Kontriksi pupil (atau dilatasi pupil akibat anoksia karena overdosis berat) dan satu (atau lebih)
gejala-gejala di bawah ini berkembang selama atau segera setelah penggunaan opioid:
Mengantuk/drowsiness
Bicara cadel
Hendaya dalam perhatian atau daya ingat

Intoksikasi akut dapat terjadi dengan atau tanpa komplikasi medis lainnya. Komplikasi medis yang
terjadi dapat berupa :
Trauma atau cedera tubuh lainnya
Hematemesis
Aspirasi muntah
Konvulsi
Delirium
Koma

Diagnosis Banding
Intoksikasi zat psikoaktif lain atau campuran

Pemeriksaan Penunjang
Naloxone

Anda mungkin juga menyukai