BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Monosodium Glutamat
2.1.1. Sejarah Penemuan MSG
Pada tahun 1908, Kikunae Ikeda, seorang profesor di Universitas Tokyo,
menemukan asam glutamat. Penemuan ini melengkapi 4 jenis rasa sebelumnya
asam, manis, asin dan pahit dengan umami (dari kata umai yang dalam bahasa
Jepang berarti lezat). Sementara itu pada tahun1866, Ritthausen berkebangsaan
Jerman juga berhasil mengisolasi asam glutamat dan mengubahnya menjadi dalam
bentuk monosodium glutamate (MSG), tetapi belum tahu kegunaannya sebagai
penyedap rasa. Jepang memproduksi asam glutamat melalui ekstraksi dari bahan
alamiah dan cara fermentasi L-glutamic acid. Sejak tahun 1963, Jepang bersama
Korea mempelopori produksi massal MSG yang kemudian berkembang ke seluruh
dunia, termasuk Indonesia. Tahun 1997 sebelum krisis, setiap tahun produksi MSG
Indonesia mencapai 254.900 ton/tahun dengan konsumsi mengalami kenaikan rata-
rata sekitar 24,1% per tahun. (Ardyanto, 2004). Menurut Sukawan, (2008) besarnya
glutamat per tahun dari beberapa negara terdapat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Produksi Glutamat Per Tahun
No. Negara Produksi (Ton)
1 Jepang 65.000
2 Eropa 40.000
3 Korea 40.000
4 Taiwan 25.000
5 Amerika 20.000
6 Negara-negara lain 10.000
7 Produksi Dunia 200.000
(Sukawan, 2008)
Dari Tabel 2.1. dapat dilihat bahwa Jepang merupakan negara yang paling
tinggi yaitu 65.000 ton dalam memproduksi glutamat per tahun. Negara-negara
diluar Jepang, Eropa, Korea, Taiwan, dan Amerika hanya memproduksi yaitu
10.000 ton/tahun (Sukawan, 2008).
7
2.1.2. Sumber MSG
Monosodium glutamat merupakan asam amino yang terdapat pada semua
buah-buahan, sayuran dan daging. Glutamat secara alami dapat ditemukan pada
jaringan tanaman dan hewan, seperti tomat, brokoli, jamur, kacang polong, keju,
daging, ikan, bahkan pada susu ibu 20 kali lebih besar dari pada susu sapi
(Setiawati, 2008). Monosodium glutamat juga dapat diperoleh dengan 3 metode
yaitu: (1) hidrolisis protein seperti gluten atau protein yang terdapat pada hasil
samping gula bit, (2) sintesis, 3) fermentasi mikrobia. Sekarang ini produksi
terbanyak di dunia dari monosodium glutamat adalah melalui fermentasi bakteri
misalnya dari genus Corynebacterium, Brevibacterium, Microbacterium,
Arthobacter (Anonymous, 2003).
2.1.3. Sifat kimia MSG
Asam glutamat dan MSG mempunyai sifat kimia yang sama, yaitu berbentuk
tepung kristal berwarna putih yang mudah larut dalam air dan tidak berbau. MSG
mempunyai rumus kimia C
5
H
8
O
4
NNaH
2
O (Gambar 2.1) dengan presentase unsur
pokok yang terkandung dalam MSG diantaranya: glutamat 78,2%, Na 12,2%, H2O
9,6%. Di dalam 1 gram glutamat mengandung 1,27 gram MSG, dan di dalam 1
gram MSG mengandung 0,122 Na (Sukawan,2008).
Gambar 2.1. Rumus bangun monosodium glutamat (MSG)
(sumber: https://spektrumku.wordpress.com/2008/11/18/vetsin-oh-
msg/)
8
2.1.4. Metabolisme Monosodium Glutamat
Glutamat yang terdapat dalam MSG merupakan asam amino yang banyak
dijumpai pada makanan, kandungan glutamat 20% dari total asam amino pada
beberapa makanan baik bebas maupun terikat dengan peptide maupun protein.
Konsumsi glutamat bebas akan meningkatkan kadar glutamat dalam plasma darah.
Selanjutnya glutamat di dalam mukosa usus halus akan diubah menjadi alanin dan
didalam hati akan diubah menjadi glukosa dan laktat. Adapun kadar puncak yang
dicapai hewan dewasa setelah konsumsi oral 1 g/kg berat badan, kadar terendah
dijumpai pada kelinci dan meningkat secara progresif pada monyet, anjing, mencit,
tikus dan marmut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kadar puncak asam
glutamate plasma adalah pemberian secara oral lebih berpengaruh dibanding secara
subkutan dan intraperitoneal, konsentrasi MSG dalam larutan (2%, 10%), dan usia
(hewan baru lahir metabolism asam glutamat lebih rendah dari pada dewasa)
(Garattini, 2000).
Menurut Stegink, dkk., (1973) bahwa pemberian MSG secara parenteral akan
memberikan reaksi yang berbeda dengan pemberian MSG per oral karena pada
pemberian secara parenteral, MSG tidak melalui usus dan vena portal. Sedangkan
pada pemberian per oral, MSG akan melalui usus ke sirkulasi portal dan hati. Hati
mempunyai kesanggupan untuk metabolisme asam glutamat ke metabolit lain.
Oleh karena itu, apabila pemberian glutamat melebihi kemampuan kapasitas hati
untuk metabolismenya, maka dapat menyebabkan peningkatan glutamat plasma.
Tubuh manusia membuat sekitar 50 g glutamat bebas setiap hari. Sebagian
besar glutamat dalam makanan dengan cepat dimetabolisme dan digunakan sebagai
sumber energi. Dari sudut nutrisi, glutamat adalah asam amino non esensial yang
berarti bahwa jika diperlukan badan kita dapat membuat sendiri glutamat dari
sumber protein lain. Asam glutamat merupakan metabolit yang penting dalam
metabolisme asam amino dan merupakan sumber energi utama pada sel otot
jantung. MSG ditambahkan dengan bentuk sediaan garam monosodium murni
ataupun bentuk campuran komponen asam amino dan peptida yang berasal dari
asam atau enzim hidrolisa protein (Geha, dkk., 2000).
9
Menurut Munro (1979) metabolisme asam amino non esensial, termasuk
glutamat menyebar luas didalam jaringan tubuh. Terdapat 57% dari asam amino
yang diabsorbsi dikonversikan menjadi urea melalui hati, 6% menjadi plasma
protein, 23% absorbsi asam amino melalui sirkulasi umum sebagai asam amino
bebas, dan sisanya 14% diduga disimpan sementara dalam hati sebagai protein
hati/enzim.
Diperkirakan seorang dengan berat badan 70 kg setiap harinya dapat
memperoleh asupan asam glutamat sekitar 28 g yang berasal dari makanan dan
hasil pemecahan protein dalam usus. Pertukaran asam glutamat setiap harinya
dalam tubuh sekitar 48 g. Tapi jumlahnya dalam darah sekitar 20 mg karena
kecepatanya mengalami ekstraksi dan penggunaan oleh beberapa jaringan termasuk
otot dan hati (Garattini, 2000).
Glutamat merupakan suatu neurotransmitter yang penting untuk komunikasi
antar neuron, jika berlebihan akan dipompakan kembali kedalam sel glial sekitar
neuron, dan akan menyebabkan neuron tersebut mati (Gold, 1995, Garattini, 2000).
Glutamate akan membuka saluran kalsium neuron sehingga kalsium masuk ke
dalam sel. Reaksi kimia yang berlangsung dalam sel secepatnya melepaskan bahan-
bahan kimiawi yang merangsang neuron yang berdekatan. Asam arakidonat
merupakan salah satu hasil reaksi kimia yang akan bereaksi dengan enzim dan
menghasilkan radikal bebas seperti radikal hidroksil (Gold, 1995).
2.1.5. Efek Biologis MSG
Banyak efek yang ditimbulkan oleh MSG, diantaranya Chinese restaurant
Syndrome, meliputi : rasa terbakar di dada, bagian belakang leher, dan lengan
bawah, kebas-kebas pada bagian belakang leher yang menjalar ke lengan dan
punggung : perasaan geli, hangat dan kelemahan diwajah, punggung atas, leher dan
lengan, sakit kepala, mual, jantung berdebar-debar, sulit bernapas, mengantuk
(FDA, 1995).
Normalnya MSG yang berlebihan tidak dapat melewati pembatas darah otak,
tetapi terdapat beberapa bagian didalam otak yang tidak dilindungi pembatas darah
otak seperti hipotalamus, batang otak, kelenjar hipofise dan testosterone
10
(Gold,1995). Sehingga pemberian MSG secara suntikan subkutan pada mencit baru
lahir dapat menimbulkan terjadinya nekrosis neuron akut pada otak termasuk
hipotalamus yang ketika dewasa akan mengalami hambatan perkembangan tulang
rangka, obesitas dan sterilitas pada betina (Olney,1969).
2.1.6. Efek Monosodium Glutamat terhadap Fungsi Reproduksi
Menurut Pizzi, dkk., (1997) pada mencit baru lahir (usia 2 sampai 11 hari)
yang disuntikkan MSG 4 mg/g berat badan secara subkutan menimbulkan
terjadinya disfungsi sistem reproduksi jantan dan betina yang manifestasinya akan
muncul pada usia dewasa berupa pada mencit betina menimbulkan kehamilan lebih
sedikit dan lebih kecil dan pada mencit jantan menimbulkan penurunan berat testis.
Penelitian pada tikus winstar memperlihatkan bahwa salah satu mekanisme
yang mungkin berperan dalam timbulnya efek toksin akibat pemberian MSG pada
sistem reproduksi jantan mugkin diperantarai melalui efeknya dalam menurunkan
kadar asam askorbat. Penelitian tersebut dilakukan terhadap tikus winstar jantan
dewasa yang diberikan MSG dengan dosis 4 g/kg berat secara intraperitonial badan
selama 15 hari (kelompok jangka pendek) dan selama 30 hari (kelompok jangka
panjang), memperlihatkan berkurangnya berat testis, jumlah sperma, kadar asam
askorbat dalam testis dan meningkatnya jumlah sperma yang bentuknya abnormal.
Pada kelompok jangka pendek memperlihatkan penurunan jumlah sperma
bentuknya normal dan peningkatan jumlah sperma dengan ekor abnormal secara
bermakna ketika dibandingkan dengan kelompok jangka panjang. Kadar asam
askorbat dalam testis menurun secara bermakna pada kelompok jangka pendek
ketika dibandingkan dengan kelompok jangka panjang (Nayatara, dkk., 2008).
Penelitian yang dilakukan Vinodini, dkk., (2008) memperlihatkan bahwa MSG
dengan dosis 4 g/kg berat badan secara intraperitoneal selain menimbulkan
terjadinya penurunan berat testis dan kadar asam askorbat di dalam testis juga
memperlihatkan peningkatan kadar peroksida lipid dalam testis dan pada kelompok
jangka pendek memperlihatkan kerusakan oksidatif yang labih besar bila
dibandingkan dengan kelompok jangka panjang.
11
2.1.7. Efek MSG terhadap Fisiologi Hormonal
Secara normal, otak diselubungi blood brain barrier yang mencegah
berlebihnya jumlah glutamat di otak. Namun ada tempat di otak yang tidak
dilindungi oleh blood brain barrier termasuk hipotalamus, bagian dari batang otak,
kelenjar pineal, suatu kelenjar yang mengontrol produksi hormon melatonim dan
menghentikan pelepasan luteinizing hormone (LH) (Gold, 1995).
Pemberian MSG 4 mg/g berat badan secara intraperitoneal pada tikus yang
baru lahir selama 2 hari sampai usia 10 hari dan diperiksa pada usia pubertas dan
dewasa, memperlihatkan pada usia pubertas terjadi hiperleptinemia, hiperadiposit
dan peningkatan kadar kortikosteron, penurunan berat testis, jumlah sel Sertoli dan
sel Leydig per testis, serta penurunan kadar LH (Luteinizing Hormone), FSH
(Follicle Stimulating Hormone),T (Thiroid). Sementara pada saat dewasa
memperlihatkan hiperleptinemia yang lebih tinggi dan penurunan kadar FSH dan
LH lebih rendah tetapi kadar T normal, tanpa indikasi perubahan struktur testis
(Miskowiak, dkk., 1993).
MSG bersifat neurotoksik karena dapat menyebabkan ablasi sumbu arcuate
nucleus hipotalamus sehingga dapat mengganggu fungsi sumbu hipotalamus
pituitaryorgan target (Legradi, dkk., 1998). Salah satu fungsi penting hipotalamus
adalah mensekresi hormon pelepas gonadotropin yang merangsang pengeluaran
hormon gonadotropin, yaitu LH dan FSH, dari hipofisis anterior. Kedua hormon ini
diperlukan untuk perkembangan gonad maupun gametogenesis, baik pada laki-laki
maupun wanita. Dengan demikian, terganggunya fungsi hipothalamus akan
mengakibatkan gangguan fungsi endokrin (endocrine disruption), termasuk
produksi dan pelepasan hormon reproduksi sehingga turut mempengaruhi fungsi
gonad (Camihort, 2004).
2.2. Komposisi Kimia Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) pada gambar 2.5 merupakan tanaman dari
ordo Malvace (Wiyarsi, 2011). Bunga rosella memiliki kandungan vitamin
12
diantaranya: vitamin A,C,D,B1,dan B2. Kandungan vitamin C-nya (asam askorbat)
3 kali lebih banyak dari anggur hitam, 9 kali dari jeruk sitrus, 10 kali dari buah
belimbing, dan 2,5 kali dari jambu biji. Vitamin C merupakan salah satu
antioksidan penting. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kandungan
antioksidan pada teh rosella sebanyak 1,7 mmol/prolox. Jumlah tersebut lebih
tinggi daripada jumlah pada kumis kucing (Widyanto dan Nelistya, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Iyare, E.E., dan Nwagha, U.I.,(2009) pada
tikus betina yang diberi ekstrak rosella pada minumannya dan ekstrak rosella yang
diberikan 0,6 g-ekstrak/100 ml dan 1,8 g-ekstrak/100 ml air minum selama 21 hari
memperlihatkan peningkatan berat badan, organ viseral (ginjal, hati, jantung, limpa
dan kelenjar adrenal).
Efek samping dari kelopak bunga rosella yang sudah diketahui hanya
jantung berdebar dan belum pernah dilaporkan efek samping yang serius. Namun,
menurut Peter Harwick, Native Rosella (Hibiscus heterophyllus) yang merupakan
spesies lain dari rosella bisa menyebabkan kerusakan ginjal jika dikonsumsi
(Anonim, 2008).
Gambar 2.2. Bunga rosella Hibiscus sabdariffa L.
(sumber : http://blog-alternatifs.blogspot.com/2011/10/manfaat-
bunga-rosella.html)
13
2.3. Komposisi Kelopak Rosella
Kelopak bunga rosella memiliki komposisi kimia yang banyak (Tabel 2.2)
dan kandungan vitamin C yang tinggi mencapai 214,68 mg/100g bahan.
Tabel 2.2. Komposisi kimia kelopak bunga rosella per 100 g bahan
No Komposisi kimia Jumlah
1 Kalori (kal) 44
2 Air (g) 86,2
3 Protein (g) 1,6
4 Lemak (g) 0,1
5 Karbohidrat (g) 11,1
6 Serat (g) 2,5
7 Abu (g) 1,0
8 Kalsium (mg) 160
9 Fosfor (mg) 60
10 Besi (mg) 3,8
11 Betakaroten (g) 285
12 Vitamin C (mg) 214,68
13 Thiamin (mg) 0,04
14 Reboflavin (mg) 0,6
15 Niasin (mg) 0,5
(sumber: DEP.KES.RI.No.SPP.1065/35.15/05)
2.4. Vitamin C
2.4.1. Manfaat Vitamin C
Asam askorbat adalah vitamin yang larut dalam air dan sangat penting
untuk biosintesis kolagen, karnitin dan berbagai neurotransmitter. Kebanyakan
tumbuh-tumbuhan dan hewan dapat mensintesis asam askorbat untuk
kebutuhannya sendiri. Akan tetapi manusia dan hewan primata lainnya, tidak
mampu mensintesis asam askorbat karena tidak memiliki enzim gulonolactone
oxidase, begitu juga dengan marmut dan kelelawar pemakan buah. Oleh sebab itu,
pada manusia dan hewan asam askorbat harus disuplai dari luar tubuh terutama dari
buah, sayur atau tablet suplemen vitamin C. Banyak keuntungan di bidang
kesehatan yang diperoleh dari asam askorbat, misalnya sebagai anti oksidan, anti
atherogenik, imunomodulator dan mencegah flu (Naidu, 2003). Untuk dapat
14
berfungsi dengan baik sebagai antioksidan, maka kadar asam askorbat ini harus
terjaga agar tetap dalam kadar yang relatif tinggi dalam tubuh (Yi, 2007).
Komsumsi 100 150 mg Vitamin C sehari sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan organ.
2.4.2. Sumber-sumber Vitamin C
Asam askorbat banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran segar.
Buah yang banyak mengandung asam askorbat diantaranya adalah jeruk, rosella,
lemon, semangka, strawberi, mangga dan nenas. Sedangkan sayuran yang banyak
mengandung asam askorbat antara lain adalah sayuran yang berwarna hijau, tomat,
brokoli dan kembang kol. Kebanyakan tumbuhan dan hewan mensintesis asam
askorbat dari glukosa-D atau galaktosa-D. Sebagian besar hewan memproduksi
asam askorbat yang relatif tinggi dari glukosa yang terdapat di hati (Naidu, 2003).
Asam askorbat merupakan molekul yang labil, sehingga dapat hilang dari makanan
pada saat dimasak. Asam askorbat sintetis tersedia dalam berbagai macam
suplemen bentuknya bisa bermacam macam baik dalam bentuk tablet, kapsul,
tablet kunyah, bubuk kristal, dan dalam bentuk larutan. Baik asam askorbat yang
alami maupun yang sintetis memiliki rumus kimia yang identik dan tidak terdapat
perbedaan aktifitas biologi dan bioavailabilitasnya (Naidu, 2003).
2.4.3. Biokimia Vitamin C
Asam askorbat adalah merupakan 6 karbon lakton (Gambar 2.3.) yang
disintesis dari glukosa yang terdapat dalam hati (Sebastian, 2003). Nama kimia dari
asam askorbat 2-oxo-L-threo-hexono-1,4-lactone-2,3-enediol. Bentuk utama dari
asam askorbat yang dimakan adalah L-ascorbic dan dehydroascorbic acid (Naidu,
2003). Vitamin C merupakan donor elektron, yang mendonorkan dua elektron dari
dua ikatan antara karbon kedua dan ketiga dari 6 molekul karbon. Vitamin C
disebut sebagai antioksidan karena dengan mendonorkan elektronnya ia mencegah
zat zat komposisi yang lain teroksidasi. Bagaimanapun akibat dari reaksi ini secara
alamiah vitamin C juga akan teroksidasi. Setelah vitamin C mendonorkan
elektronnya, dia akan menghilang dan digantikan oleh radikal bebas
15
semidehydroaskorbic acid atau radikal ascorbyl, yang merupakan zat yang
terbentuk akibat asam askorbat kehilangan 1 elektronnya, bila dibandingkan
dengan radikal bebas yang lain, radikal ascorbyl ini relatif stabil dan tidak reaktif.
Hal inilah yang menyebabkan asam askorbat menjadi antioksidan pilihan, karena
radikal bebas yang reaktif dan berbahaya dapat berinteraksi dengan asam askorbat,
lalu direduksi dan radikal ascorbyl yang kemudian terbentuk menggantikannya
ternyata kurang reaktif bila dibandingkan dengan radikal bebas tersebut. Bila
radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid sudah dibentuk maka dia akan dapat
direduksi kembali menjadi asam askorbat sedikitnya dengan tiga jalur enzim yang
terpisah dengan cara mereduksi komponen yang terdapat di sistem biologi seperti
glutation, akan tetapi pada manusia hanya sebagian yang direduksi kembali
menjadi asam askorbat yang lain tidak dapat direduksi kembali menjadi asam
askorbat. Dehydroascorbic acid yang telah terbentuk kemudian dimetabolisme
dengan cara hidrolisis.
Gambar 2.3. Struktur bangun asam ascorbat
(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:L-Ascorbic_acid.svg)
2.4.4. Efek Vitamin C terhadap Fungsi Reproduksi
Asam askorbat memberikan efek baik kepada integitas dari struktur tubular
maupun terhadap fungsi sperma. Defisiensi asam askorbat telah lama dihubungkan
dengan jumlah sperma yang rendah, peningkatan jumlah sperma yang abnormal,
mengurangi motilitas dan aglutinasi. Pada penelitian dibuktikan bahwa asupan
asam askorbat dapat memperbaiki kualitas sperma. Efek yang menguntungkan dari
asam askorbat ini mungkin hasil dari pemecahan radikal bebas yang sering timbul
16
akibat polusi lingkungan dan metabolisme selular yang dapat menyebabkan
kerusakan oksidatif dari DNA (Agarwal, dkk., 2005).
Penelitian terhadap pasien infertil dengan keadaan oligosperma, motilitas
sperma rendah dan jumlah sperma bentuk normal yang rendah, setelah diberikan
suplemen vitamin C 1000 mg per hari selama 2 bulan, memperlihatkan
peningkatan jumlah sperma, motilitas sperma, dan jumlah sperma yang
morfologinya normal (Akmal, dkk., 2006).
Stres oksidatif dapat dibatasi dengan menggunakan antioksidan berupa
suplemen vitamin E dan C. Vitamin C dapat menetralisir radikal hidroksil,
superoksid, dan hydrogen peroksida dan mencegah aglutinasi sperma. Vitamin C
sedikit jumlahnya pada cairan semen laki-laki infertil. Vitamin C dapat
meningkatkan jumlah sperma in vivo pada laki-laki infertil dengan dosis sekitar
200-1000 mg/hari (Agarwal, dkk., 2005).
2.5. Mencit
2.5.1. Karakteristik Mencit
Mencit (Mus musculus L.) yang merupakan anggota dari Muridae memiliki:
memiliki data biologi normal seperti pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Data biologik normal mencit ( Mus Musculus L.)
Lama hidup 1-2 tahun, bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama bunting 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1 sampai 24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus kelamin Poliestrus
Siklus estrus (berahi) 4-5 hari
Lama estrus 12-14 jam
Perkawinan Pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus, spontan
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Segmentasi ovum menjadi
bastosel
2,5-4,0 hari
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
17
Berat dewasa 20-40 g jantan, 18-35 g betina
Berat lahir 0,5 -1,0 g
Jumlah anak Rata-rata 6, bisa 15
Suhu (rektal) 35-39
0
C (rata-rata 37,4
0
C)
Pernapasan 140-180/menit, turun menjadi 80 dengan
anestesi, naik sampai 230 dalam stress
Denyut jantng 600-650/menit, turun menjadi 350
dengan anestesi, naik sampai 750 dalam
stress
Tekanan darah 130-160 sistol, 102-110 diastol, turun
menjadi 110 sistol, 80 diastol dengan
anestesi
Aktivitas Nokturnal (malam)
Perkawinan kelompok 4 betina dengan 1 jantan
Kromoson 2n=40
Puting susu 10 puting, 3 pasang didada, 2 pasang
didaerah perut
(Smith,J. dan Mangkoewidjojo, 1988)
2.5.2. Fisiologi Reproduksi Mencit Jantan
Sistem reproduksi mencit jantan terdiri atas testis dan kantong skortum,
epididimis dan vas deferens, sisa sistem ekskretori pada masa embrio yang
berfungsi untuk transport sperma, kelenjar asesoris, uretra dan penis. Selain uretra
dan penis, semua struktur ini berpasangan.
a. Testis
Setiap testis ditutupi dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albugenia, bagian
tipisnya atau septa akan memasuki organ untuk membelah menjadi lobus yang
mengandung beberapa tubulus disebut tubulus seminiferus. Bagian tunika
memasuki testis dan bagian arteri testicular yang masuk disebut hilus. Arteri
memberi nutrisi setiap bagian testis, dan kemudian akan kontak dengan vena
testicular yang meninggalkan hilus.
Epitel tubulus seminiferus berada tepat dibawah membran basalis yang
dikelilingi oleh jaringan ikat fibrosa yang tipis. Antara tubulus adalah stroma
interstisial, terdiri atas gumpalan sel Leydig ataupun sel Sertoli dan kaya akan
darah dan cairan limfa. Sel interstisial, testis mempunyai inti bulat yang besar dan
mengandung granul yang kasar. Sitoplasma bersifat eosinofilik. Diyakini bahwa
jaringan interstisial menguraikan hormone jantan testosterone. Epitel seminiferus
18
tidak mengandung sel spermatogenik secara eksklusif, tetapi mempunyai nutrisi
yang menjaga sel sertoli, yang tidak dijumpai di tubuh lain. Sel sertoli bersentuhan
dengan dasarnya ke membrane basalis dan menuju lumen tubulus seminiferus.
Didalam inti sel sertoli terdapat nukleolus yang banyak. Satu bagian terdiri atas
badan yang bersifat basidofilik di perifer. Sel sertoli diperkirakan mempunyai
mempunyai banyak bentuk tergantung aktivitasnya. Pada masa istirahat
berhubungan dekat dengan membrane basalis di dekatnya dan inti ovalnya paralel
dengan membran. Sel sertoli sebagai sel penyokong untuk metamorphosis
spermatid menjadi spermatozoa dan retensi sementara dari spermatozoa matang,
panjang, piramid, dan intinya berada tegak lurus dengan membrane basalis.
Sitoplasma dekat lumen secara umum mengandung banyak kepala spermatozoa
yang matang sedangkan ekornya berada bebas dalam lumen.
b. Spermatogenesis
Sel germinal primordial mencit jantan muncul sekitar 8 hari kehamilan,
dengan jumlah hanya 100, yang merupakan awal dari jutaan spermatozoa yang
akan diproduksi dan masih berada di daerah ekstra gonad. Karena sel germinal
kaya akan alkalin fosfatase untuk mensuplai energi pergerakannya melalui jaringan
embrio, maka sel germinal dapat dikenal dengan teknik pewarnaan. Pada hari ke 9
dan 10 kehamilan sebagian mengalami degenerasi dan sebagian lain mengalami
proliferasi dan bahkan bergerak (pada hari ke 11 dan 12) kedaerah genitalia. Pada
saat itu jumlahnya mencapai sekitar 5000 dan identifikasi testis dapat dilakukan.
Proses proliferasi dan differensiasi berlangsung di daerah medulla testis. Pada
kasus steril, kehilangan sel germinal berlangsung selama perjalanan dari bagian
ekstra gonad menuju daerah genitalia. Menuju akhir masa fetus, aktivitas mitosis
sel germinal primordial dalam bagian genitalia berkurang dan beberapa sel mulai
degenerasi menjelang hari ke-19 kehamilan. Tidak berapa lamasetelah kelahiran,
sel tampak lebih besar, yaitu spermatogonia. Setelah itu akan ada spermatogonia
dalam testis mencit sepanjang hidupnya. Ada 3 jenis spermatogonia: tipe A, tipe
intermediet dan tipe B.
19
Tipe A adalah induk stem cell yang mampu mengalami mitosis sampai
menjadi spermatozoa. Spermatogonia tipe A yang paling besar dan mengandung
inti kromatin yang mirip partikel debu halus dan nukleolus kromatin tunggal
terletak eksentrik. Kromosom metafasenya panjang dan tipis. Dapat meningkat,
melalui spermatogonia intermediet menjadi spermatogonia B yang lebih kecil,
lebih banyak, dan mengandung inti kromatin serpihan kasar diatas atau dekat
permukaan dalam menbran inti. Terdapat plasmosom mirip nukleolus yang terletak
di tengah. Kromosom metafase biasanya pendek, bulat dan mirip kacang.
Spermatogonia tipe B membelah dua untuk meningkatkan jumlahnya atau berubah
menjadi spermatosit primer, lebih jauh dari membran dasar. Diperkirakan lamanya
dari metafase spermatogonia menjadi profase meiosis sekitar 3 sampai 9 hari,
menuju metafase kedua selama 4 hari atau kurang, dan menuju spermatozoa imatur
selama 7 hari atau lebih. Maka waktu dari metafase spermatogonia menjadi
spermatozoa imatur paling sedikit 10 hari.
Sel tipe A pertama kali muncul 3 hari setelah kelahiran. Ketika jumlahnya
meningkat, sel germinal primordial yang merupakan asalnya dan kemudian berada
di samping membrane dasar, akan berkurang jumlahnya. Pembelahan meiosis
dalam testis mulai 8 hari setelah kelahiran. Tanda pertama bahwa spermatogonia B
akan metamorfosis menjadi spermatosit primer adalah pembesaran dan bergerak
menjauhi membrane dasar. Spermatosit primer membelah menjadi 2 spermatosit
sekunder yang lebih kecil, yang kemudian membelah menjadi 4 spermatid. Mereka
mengalami memorfosis radikal menjadi spermatozoa matur dengan jumlah yang
sama, kehilangan sitoplasmanya dan berubah bentuk (pada gambar 2.4.).
20
Gambar 2.3. Spermatogenesis pada mencit (Mus musculus L.)
(sumber: http://pramareola14.files.wordpress.com/2007/07/picture1.jpg)
Antara tahap spermatosis primer dan sekunder, materi kromatin harus
membelah. Sintesis premeiotik DNA terjadi di spermatosit primer selama fase
istirahat fase istirahat dan berakhir sebelum onset profase meiosis, rata-rataselama
14 jam. Tidak ada pembentukan DNA terjadi pada tahap akhir spermatogenesis.
Proses spermatogenesis mencit pada dasarnya sama dengan mamalia lain. Satu
sikus epitel seminiferus selama 207 6 jam, dan 4 siklus yang mirip terjadi antara
spermatogonia A dan spermatozoa matur. Produksi spermatozoa matur dari sel
spermatogonia berlangsung 5 minggu pada mencit. Testis dan khususnya
spermatozoa dan khususnya spermatozoa matur, merupakan sumber hialuronidase
terkaya, dan enzim ini efektif membubarkan sel cumulus sekitar ovum matur pada
saat fertilisasi. Setiap spermatozoa membawa enzim yang cukup untuk
membersihkan jalan melaui sel cumulus menuju matriks jel ovum. Bahan asam
hialuronik semen cendrung bergabung ke sel granulosa sel cumulus, agar kepala
sperma dapat disuplai dengan enzim melimpah. (Rugh, 1967).
21
c. Kopulasi
Kopulasi terjadi pada saat mencit betina mengalami siklus estrus yang
ditandai dengan mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif, dalam keadaan
mencari perhatian kepada mencit jantan dan vagina yang berwarna merah dan
membengkak. Mencit jantan melakukan semacam panggilan ultrasonik (30 kHz
110kHz ) yang dilakukan saat pendekatan dengan mencit betina, sementara itu
mencit betina menghasilkan semacam pheromon yang dihasilkan oleh kelenjar
preputial yang diekskresikan melalui urin. Pheromon ini berfungsi untuk menarik
perhatian mencit jantan. Estrus biasanya dimulai sekitar tengah malam, maka
kopulasi umumnya terjadi sekitar jam 02.00 dini hari. Namun demikian, kopulasi
bisa terjadi pada pagi hari atau larut malam.
Kopulasi umumnya diikuti dengan pembentukan sumbat vagina (vaginal
plug), sehingga adanya sumbat vagina ini dapat dijadikan sebagai patokan untuk
menentukan telah terjadinya kopulasi. Perkawinan kelompok dapat terjadi antara 4
ekor dengan seekor jantan dan perilaku kawin berada di bawah pengaturan hormon
estrogen dan progesteron. Implantasi berlangsung 4 sampai 5 hari setelah
fertilisasi, dan proses ini berada di bawah kendali hormon estrogen dan
progesteron. Lama periode gestasi berkisar antara 18 -21 hari, tergantung strain dan
berat total atau volume fetus dan plasenta, bukan pada jumlah implant, yang
dikandung fetus (Rugh, 1968). Fetus dengan berat total yang lebih besar
berhubungan dengan periode gestasi yang lebih pendek dan sebaliknya. Selama
gestasi kebutuhan hormonal berasal dari hypofisis anterior (11 12 hari) dan
ovarium (18 19 hari).
22
2.6. Hipotesis
1. Hipotesis penelitian
a. Hipotesis nihil (Ho) : Pemberian ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) tidak memperbaiki tingkah laku reproduksi mencit jantan
dewasa (Mus musculus L.) yang dipapari oleh MSG secara kronis.
b. Hipotesis alternative (Ha) : Pemberian ekstrak kelopak bunga rosella
(Hibiscus sabdariffa L.) memperbaiki tingkah laku reproduksi mencit
dewasa (Mus musculus L.) yang dipapari oleh MSG secara kronis.
1. Hipotesis statistik
a. Hipotesis nihil (Ho)
X P
0
= X P
1
b. Hipotesis alternatif (Ha)
X P
0
> X P
1
Keterangan : P
0
= kelompok kontrol
P
1
=
kelompok perlakuan