Anda di halaman 1dari 2

Edi si 89/Tahun IX/Juni 2008 Gemari Gemari 66

ENYEBUTAN negara yang berpenduduk


struktur tua tersebut karena jumlah
penduduk lanjut usia Indonesia sudah di
atas 7%, dan Indonesia merupakan negara
tertinggi dalam pertumbuhan penduduk lanjut
usia (414% dalam kurun waktu 1990-2010) serta
negara keempat dalam hal berpenduduk struktur
tua setelah China, India, Amerika Serikat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mensurvai bahwa
jumlah Lansia di Indonesia sebanyak 17.717,800
jiwa atau 7,90% (BPS-Susenas 2006), dan
jumlahnya pada tahun 2010 diprakirakan sebesar
23.992.552 (9,77%) dan pada tahun 2020 sebesar
28.822.879 (11,34%).
Keadaan Lansia Indonesia, sebanyak
2.426.191 (15%) terlantar, dan sebanyak 4.658.279
(28,8%) rawan terlantar. Di tingkat perdesaan dan
perkotaan, jumlah Lansia yang tidak/belum
pernah sekolah sebesar 35,53%, yang tidak tamat
SD sebesar 30,77% dan yang tamat SD sebesar
21,27% (BPS-Susenas 2006). Permasalahan akan
timbul karena jumlah Lansia yang tidak mem-
punyai kemampuan membaca dan menulis
sebesar 35,87% (BPS-Susenas 2006).
Lantas apa yang harus
dilakukan oleh semua kom-
ponen bangsa dalam rangka
mengantisipasi kemungkinan
timbulnya permasalahan keter-
gantungan, kesehatan, atau
upaya meningkatkan kesejah-
teraan Lansia ? Jika hal ini tidak
dilakukan sejak dini, maka
tunggu saja problema ini akan
merupakan bom waktu yang
akan mendatangkan perma-
salahan bangsa pada waktu
yang akan datang. Kalaulah
pada era tahun tujuh puluhan
sampai dengan sekarang ini
masalah pengendalian ke-
lahiran menjadi fokus pelak-
sanaan program di bidang
kependudukan, maka bisa jadi
jika program tersebut kurang
berhasil pelaksanaannya maka bangsa ini akan
menghadapi sekaligus dua permasalahan di
bidang kependudukan yaitu pengendalian
angka kelahiran dan sekaligus masalah per-
tumbuhan serta meningkatnya jumlah pendu-
duk Lansia yang begitu tinggi.
Upaya pengendalian kelahiran dewasa ini
juga menghadapi permasalahan yang cukup
besar. Setelah adanya otonomi daerah, tingkat
kelahiran dari tahun ke tahun terus meningkat
di mana pada tahun 2002 sebesar 2,24, tahun 2003
sebesar 2,23, dan pada tahun 2004 sebesar 2,39.
Selanjutnya akan menjadi lebih sulit mengatasi
permasalahannya karena anak-anak yang
dilahirkan pada tahun 1990-an akan menjadi
remaja pada 2015 di mana mereka siap memasuki
jenjang perkawinan. Kemungkinan terjadi baby
boom adalah sesuatu yang di depan mata dan
akan menambah permasalahan bagi bangsa ini.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 Ten-
tang Kesejahteraan Lanjut Usia dijelaskan bahwa
pemberdayaan adalah setiap upaya mening-
katkan kemampuan fisik, mental spiritual, sosial,
pengetahuan, dan keterampilan agar para lanjut
P
Oleh: Heru Martono *)
Gerakan Nasional Pemberdayaan Lanjut Usia
Sudah menjadi pengetahuan umum baik pemerintahan maupun anggota masyarakat lain
yang terhimpun dalam organisasi profesi, LSM, yayasan bahkan perkumpulan arisan di
kampung-kampung bahwa usia harapan hidup (UHH) yang meningkat mempunyai dampak
terhadap jumlah lanjut usia (Lansia) yang dari tahun ke tahun terus bertambah secara pasti. Oleh
karenanya Indonesia disebut memasuki era berstruktur lanjut usia (ageing structured).
Undang-undang Nomor
13 Tahun 1998 Tentang
Kesejahteraan Lanjut
Usia dijelaskan bahwa
pemberdayaan adalah
setiap upaya mening-
katkan kemampuan fisik,
mental spiritual, sosial,
pengetahuan, dan
keterampilan agar para
lanjut usia siap
didayagunakan sesuai
dengan kemampuan
masing-masing.
[FOTO: HARIS]
67 Edi si 89/Tahun IX/Juni 2008 Gemari Gemari
usia siap didayagunakan sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
Secara sepintas arah pemberdayaan tersebut
sepertinya hanya memberdayakan para lanjut
usia agar mempunyai kemampuan, mental spiri-
tual, sosial, pengetahuan dan keterampilan. Oleh
karena itu, bagaimana pemberdayaan tidak saja
terhadap para lanjut usia, dan keluarganya
namun juga kepada seluruh komponen bangsa
ini agar diberdayakan sehingga upaya-upaya
peningkatan kesejahteraan lanjut usia dapat
terwujud. Pemberdayaan harus diselenggarakan
menjadi suatu gerakan.
Pemberdayaan mempunyai tahapan-tahapan
yaitu mulai penyadaran, pengembangan potensi,
dan pendayagunaan.
Pemerdayaan sebagai suatu gerakan nasional
Mengapa memberdayakan seluruh kom-
ponen bangsa ? Sudah menjadi rahasia umum
bahwa di republik ini banyak departemen/
kementerian/instansi dan bahkan institusi,
yayasan, dan lembaga swadaya masyarakat yang
kegiatan operasionalnya sampai ke tingkat desa/
kelurahan. Intitusi yang sampai di akar rumput
itu seperti PKK, Karang Taruna, Posyandu, Ka-
rang Lansia. Selain itu banyak petugas lapangan
yang dahulu dimiliki oleh berbagai instansi yang
saat ini masih ada dan membina desa seperti
Petugas Sosial Masyarakat (PSM), Petugas
Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), Penyuluh
Pertanian Lapangan (PPL). Selain itu juga banyak
instansi yang memberikan pemberdayaan
kepada masyarakat di bidang ekonomi produktif
ataupun kelompok-kelompok binaan berbagai
instansi seperti Yayasan, Kelompok Usaha
Bersama (KUBE), Usaha Ekonomi Produktif
(UEP), UP2K, UPPKS, Bina Keluarga Lansia, dan
persatuan/ perkumpulan lanjut usia, serta ang-
gota masyarakat lainnya.
Kepada kelompok-kelompok tersebut perlu
diberikan kesadaran dan bekal pengetahuan
bagaimana seharusnya membina para lanjut usia.
Menyadarkan dan pemberian bekal pengetahuan
ini sangat pentingnya sehingga pada akhirnya
mereka menjadi relawan-relawan yang dapat
membantu para lanjut usia.
Potensi tersebut sebenarnya ada, namun
bagaimana cara mengembangkan dan mengge-
rakkannya? Untuk dapat mengembangkan dan
menggerakkan kelompok-kelompok dari berba-
gai instansi, pertama-tama yang harus diberikan
kepada baik masyarakat maupun kelompok agar
mereka sadar bahwa masalah lanjut usia adalah
masalah bangsa yang harus ditangani dengan
segera. Kemudian tahap berikutnya adalah penge-
tahuan tentang bagaimana merawat lanjut usia
dan bentuk-bentuk kegiatan apa yang dapat dibe-
rikan kepada lanjut usia sehingga mereka tetap
menjadi aktif, berdayaguna, dan
keberadaannya bermanfaat bagi
keluarga dan lingkungannya.
Agar kesejahteraan lanjut usia
dapat meningkat, maka seluruh
departemen/kementerian/
instansi pemerintah lainnya, PKK,
Karang Taruna, Posyandu, PSM,
PLKB, PPL, Karang Lansia, ke-
lompok-kelompok masyarakat
harus diberdayakan sehingga
kegiatan pemberdayaan tersebut
menjadi suatu gerakan secara
nasional.
Pemberdayaan berbasis masya-
rakat
Selain itu harus pula disadari
oleh seluruh masyarakat bahwa
pemerintah mempunyai keterbatasan.
Keikutsertaan masyarakat, sebenarnya bukanlah
semata-mata karena keterbatasan yang dimiliki
pemerintah, namun ada aspek lain yaitu karena jika
pemberdayaan tersebut berbasis masyarakat maka
masyarakat haruslah peduli kepada lanjut usia
yang ada di lingkungannya (home care). Oleh
karena itu diharapkan masyarakat tidak akan
terburu-buru menitipkan orang tuanya ke panti
sosial tresna werda. Penitipan orang tua ke panti
sosial tresna werda membawa dampak negatif
karena akan memutuskan hubungan emosional
dengan anak cucunya. Banyak kasus setelah orang
tua bermukim di panti, anak dan cucunya sangat
jarang mengunjunginya bahkan ada yang tidak
pernah dikunjungi sama sekali.
Agar masyarakat menjadi peduli kepada or-
ang tua yang berada di lingkungannya, maka harus
diberi pengetahuan bagaimana merawat, menyan-
tuni lahir dan batin lanjut usia. Pembekalan kepada
anggota masyarakat ini adalah sebagai salah satu
kunci keberhasilan gerakan nasional pemberdayaan
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan lanjut
usia. Dengan diberikannya pengetahuan bagaimana
merawat lanjut usia, diharapkan akan banyak
relawan-relawan yang peduli terhadap lanjut usia.
Dengan demikian keberadaan panti bukanlah
sebagai tempat hunian bagi lanjut usia untuk
selamanya, namun sebagai tempat rehabilitasi dan
setelah lanjut usia direhabilitasi dikembalikan
kepada keluarga dan masyarakatnya.
Perlu diberi catatan bahwa pemberdayaan
yang disertai dengan kepedulian, pembekalan
pengetahuan, sosialisasi, dan dorongan untuk
menjadi relawan adalah suatu kunci sehingga
upaya mempersiapkan hari esok yang baik
bukan sesuatu yang harus ditakuti oleh kita yang
pasti akan menjadi lanjut usia juga.
*)Penulis adalah Asdep Pemberdayaan Penca
dan Lansi Kemenko Kesra/H.Nur)
Agar pemberdayaan dapat
berhasil maka seluruh
komponen bangsa harus ambil
bagian mulai departemen/
kementerian/instansi,
organisasi profesi, yayasan,
institusi masyarakat, PKK,
Posyandu, Karang Taruna,
Karang Lansia, dan seluruh
petugas lapangan dari jajaran
instansi pemerintah serta
anggota masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai