Anda di halaman 1dari 14

1

A. Pendahuluan
Pada umumnya, baik laki-laki maupun perempuan mencapai usia akil baligh
atau puber adalah ketika usia mereka mencapai belasan tahun. Pubernya laki-laki
ditandai dengan pengalaman mimpi basah, sedangkan perempuan ditandai dengan
menstruasi.
Disamping itu laki-laki dan perempuan pun akan mengalami beberapa
perubahan fisik. Diantara perubahan itu adalah perkembangan fungsi serta fisik
organ reproduksi laki-laki dan perempuan.
Ada beberapa istilah tentang seks (Mani, Madi dan Madzi) yang perlu
diketahui serta bagaimana hukumnya menurut Islam.
Ketika seseorang baru mencapai akil baligh yang ditandai dengan keluarnya
cairan dari dzakarnya atau sering kita sebut dengan mimpi basah maka biasanya
akan timbul kebingungan bagaimana cara menghadapinya.
Maka dalam makalah ini, penulis akan membahas beberapa hal yang berkaitan
dengan mani, wadi dan madzi, seperti; hukumnya, perbedaannya dan bagaimana
cara mensucikannya.

B. Pengertian
Ada beberapa istilah tentang seks seperti mani, wadi dan madzi yang perlu
diketahui, agar ketika mengalami hal tersebut tidak muncul kebingungan.
a) Mani


Dari ungkapan di atas, berarti mani adalah air yang berwarna putih lagi pekat
yang keluar secara terpancar (seperti air yang keluar dari pistol air mainan anak-
anak) karena ada rangsangan syahwat yang kuat. Orang yang mengeluarkannya

2

merasakan kenikmatan dan setelah keluar, badan menjadi letih serta lemas,
warnanya mirip dengan putih telur.
Dari pengertian tersebut maka, dapat diketahui beberapa cirri-ciri tentang
mani, yaitu sebagai berikut:
a. Berwarna putih dan terkadang sedikit kekuning-kuningan dan umumnya
kental seperti putih telur.
b. Air mani keluar karena dorongan syahwat yang sangat kuat.
c. Keluarnya terpancar beberapa kali pancaran (seperti air yang keluar dari
pistol).
d. Apabila keluar, menimbulkan rasa enak dan nikmat serta mengurangi
syahwat.
e. Apabila air ini keluar, maka badan menjadi letih dan lemas dan syahwat
berkurang bahkan hilang sama sekali. Namun untuk wanita, umumnya air
tersebut keluar tidak seperti laki-laki, dia keluar tidak terpancar tapi mengalir
seperti air biasa dan aromanya tidak seperti aroma air mani laki-laki. Namun,
keduanya sama-sama kleuar menimbulkan kenikmatan dan mengurangi
syahwat serta badan menjadi letih dan lemas.
f. Baunya seperti adonan tepung (al-ajin) dan apabila telah mengering baunya
seperti aroma telur.
1

b) Madzi

Jadi Madzi adalah air yang berwarna putih, lembut (tidak terlalu kental),
keluarnya bukan karena syahwat yang kuat (ada syahwat tapi tidak terlalu kuat),
contohnya, ketika membayangkan jima (hubungan suami istri) kemudian keluar
cairan yang tidak terlalu kental.

1
Hasan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi& Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Rajawali, 2008), hlm.22

3

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri madzi adalah
sebagai berikut:
a. Berwarna putih lembut dan tidak kental.
b. Apabila dipegang terasa sedikit kasar.
c. Keluar bukan karena syahwat yang kuat tapi syahwat yang kecil
dan biasa, seperti saat menghayalkan jima saja.
d. Keluarnya tidak menimbulkan kenikmatan dan tidak mengurangi
syahwat.
e. Setelah air ini keluar, badan tidak tersa letih dan tidak pula terasa
lemas.
2

c) Wadhi

Dari pengertian di atas maka Wadi adalah air yang berwarna putih tapi keruh,
kotor, pekat dan biasanya keluar setelah buang air kecil atau karena kecapaean
ataupun karena telah membawa beban yang sangat berat.
Dari pengertian tersebut, maka cirri-ciri wadi adalah sebagai berikut:
a. Airnya berwarna putih, pekat, tapi sedikit keruh.
b. Keluarnya tidak menimbulkan rasa nikmat dan tidak pula
mengurangi syahwat.
c. Keluarnya tidak terpancar, tapi keluar biasa seperti air mengalir.
d. Umumnya keluar setelah buang air kecil atau karena kecapean
setelah mengangkat beban yang sangat berat.
e. Setelah air ini keluar, badan tidak terasa letih dan tidak pula terasa
lemas.
3



2
Ibid, hlm. 23
3
Ibid, hlm.23

4

C. Dasar Umum Pembahasan
Sebagaimana diketahui, bahwa ketika menginjak usia akil baligh (dewasa),
maka hal pertama yang harus diketahui adalah mengenai mani, wadi dan madzi.
sebab usia baligh (dewasa) ditandai dengan keluarnya mani. Oleh sebab itu, akan
dibahas bagaimana hukum mani dan cara mensucikannya, begitu pula dengan
wadi dan madzi.
4

1. Mani
Sebenarnya ketika berbicara mengenai mani, ada beberapa problematika atau
masalah-masalah yang perlu dibahas, yaitu sebagai berikut:

a) Hukum mani
Dikalangan masyarakat, masih banyak yang mempertanyakan apakah mani itu
termasuk najis atau suci?
b) Penyebab Keluarnya Mani
Penyebab keluarnya mani adalah sebagai berikut:
1) Karena mimpi
2) Karena Onani/Masturbasi
3) Karena berhubungan suami istri
Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan adalah ketika masturbasi/onani apakah
tetap diwajibkan mandi wajib atau tidak?. Kemudian pertanyaan selanjutnya
adalah apakah orang yang telah melakukan hubungan suami istri tapi tidak
mengeluarkan mani tetap diwajibkan mandi atau tidak?.
c) Apakah mungkin mani itu keluar tanpa syahwat, atau bisa saja yang
keluar bukan mani akan tetapi wadi atau madzi?. hal ini juga masih menjadi
pertanyaan dikalangan masyarakat.

4
Muhamad Dainuri, Kajian Kitab Kuning Terhadap Ajaran Islam(Magelang :Sinar Jaya
Offset,1996), hlm. 43

5

d) Hukum Menelan Air Mani
Kasus ini juga masih sering menjadi pertanyaan dikalangan masayrakat,
bagaimanakah hukum menelan mani (sperma)

2. Wadhi
Ketika berbicara mengenai wadhi, tidak banyak persoalan yang muncul, hanya
sebatas pada apa hukumnya dan bagaimana cara mensucikannya apakah
diwajibkan mandi atau cukup dengan dicuci.
3. Madzi
Seperti halnya dengan wadhi, madzi juga tidak banyak persoalan yang
muncul, hanya saja yang masih menjadi pertanyaan di kalangan masyarakat adalah
apakah madzi najis atau tidak dan bagaimana cara mensucikannya.
5


D. Pendapat Para Ulama
Pembahasan terkait dengan mani, madzi dan wadi tidak terlepas dari
pandangan dan pendapat para ulama. Dalam bab ini, penulis akan memaparkan
beberapa pandangan ulama dan beberapa hadits yang membahas terhadap ketiga
hal tersebut, yaitu sebagai berikut:
6

1. Mani
Hadits riwayat Aisyah r.a


Artinya: Dari Aisyah r.a bahwasanya beliau pernah mengerik air mani yang
menempel pada baju Rasulullah Saw, kemudian Rasulullah pergi dan shalat

5
Ibid, hlm. 44
6
Ibnu Hajar Al-Asqolani, Bulughul Marram. Hasyim Putra: Semarang, 773-852 H, hlm. 33

6

dengan memakai baju tersebut. (Muttafaq Alaih) (Bulughul Marram, Hadits ke
30)
Namun ada perbedaan pendapat beberapa ulama mengenai mani yang keluar
bukan karena syahwat tapi karena sakit ataupun dingin, menjadi dua pendapat.
a. Pendapat yang mengatakan bahwa tidak wajib mandi sebagaimana pendapat
Imam Malik dan Abu Hanifah, mereka berdalil bahwa hadits Nabi SAW
yang berbunyi jika air keluar dengan memancar maka wajib mandi janabat
dan jika tidak memancar tidak wajib mandi (Hasan Shahih dalam buku
Irwaul Ghalil). Imam Syaukani berkata: memancar adalah menyembur,
dan tidaklah akan demikian jika tidak disertai syahwat, oleh sebab itu Syaikh
Abdul Azhim Badawi berkata; di dalam hadits ini terdapat peringatan
tentang mani yang keluar bukan karena syahwat baik karena sakit ataupun
dingin maka tidak wajib mandi.
b. Sedangkan pendapat yang mengatakan wajib mandi adalah Imam SyafiI,
beliau berdalil bahwa dari hadits Abu Said Al-Khudri berkata: Rasulullah
SAW bersabda: air (untuk mandi) karena air (mani)
diriwayatkan oleh Muslim.
7

Hadits riwayat Abu Said Al-Khudri
:
) ( ,
Artinya: Dari Abu Said Al-Khudri r.a berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda: sesungguhnya air itu dari sebab air. (H.R Muslim)
Sedangkan untuk jima meskipun tidak mengeluarkan mani, menurut hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a adalah sebagai berikut:
:

7
Ibid, hlm, 35

7

- ) (
Artinya: Apabila laki-laki telah duduk diantara anggota tubuhnya yang empat
kemudian ia bersungguh-sungguh (memasukkan kemaluannya), maka wajiblah
mandi. (Muttafaqqun Alaih dengan tambahan dari Muslim walaupun tidak
keluar mani)
Sedangkan mengenai kasus apakah boleh menelan mani (sperma), Imam An-
Nawawi Berkata:
:

Bolehkah menelan mani (sperma) yang suci? Ada dua pendapat, dan yang
paling masyhur bahwasanya itu tidak halal karena mustakhbats (menjijikkan).
(Al-Majmu 2/575)
2. Madzi
Dari sahabat Ali r.a berkata

- ,

) (
Artinya: Aku termasuk orang yang sering keluar madzi. Namun aku malu
menanyakan hal ini kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dikarenakan
kedudukan anaknya (Fatimah) di sisiku. Lalu aku pun memerintahkan pada Al
Miqdad bin Al Aswad untuk bertanya pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Lantas beliau memberikan jawaban pada Al Miqdad, Cucilah kemaluannya
kemudian suruh ia berwudhu. (HR. Al-Bukhari)
3. Wadi
Sedangkan masalah wadi, Ibnu Abbas mengatakan,


) (



8

Artinya: Mengenai mani, madzi dan wadi; adapun mani, maka diharuskan
untuk mandi. Sedangkan wadi dan madzi, Ibnu Abbas mengatakan, Cucilah
kemaluanmu, lantas berwudhulah sebagaimana wudhumu untuk shalat. (HR. Al-
Baihaqi).
8

Para ulama bersepakat bahwa keluarnya mani menyebabkan mandi wajib,
sedangkan wadi dan madzi cukup dengan berwudhu.

E. Analisis Materi
Dari beberapa pendapat ulama serta beberapa hadits yang membahas tentang
mani, wadi dan madzi, maka pada sub bab ini, penulis akan mencoba menganalisis
masalah tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Mani
Sebagaimana yang telah dibahas di atas bahwa mani adalah cairan berwarna
putih yang keluar memancar dari Dzakar, biasanya keluarnya cairan ini diiringi
dengan rasa nikmat dan dibarengi dengan syahwat. Dari beberapa problematika
yang terjadi di masyarakat yang telah dituliskan di awal tadi, maka akan dirinci
sebagai berikut:
a) Hukum mani
Mellihat beberapa hadits yang telah dikutip, maka hukum mani adalah suci.
sebagaimana hadits dari Aisyah r.a yang mengatakan bahwa beliau pernah
mengerik mani yang menempel dipakaian Nabi, kemudian Nabi berangkat untuk
menunaikan Shalat. Ini menandakan bahwa hukum mani adalah suci, hanya saja
diwajibkan untuk mandi.
b) Penyebab keluarnya mani (Secara tidak sengaja dan disengaja)
1) Keluarnya Mani Secara Tidak Sengaja

8
Ibid, hlm. 36

9

Keluarnya mani secara tidak sengaja adalah ketika mengalami mimpi yang
sering kita sebut dengan mimpi basah, kemudian cara mensucikannya adalah
dengan mandi wajib sebagaiman hadits dari Ummu Salamah bahwa Ummu Sulaim
berkata: wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu terhadap kebenaran,
apakah wajib bagi wanita mandi jika mereka bermimpi? Rasulullah menjawab:
iya jika kamu melihat adanya air (mani), (Muttafaq Alaih)
(tripod.com).
Namun ada perbedaan para ulama mengenai hukum mani yang keluar bukan
karena syahwat, apakah wajib mandi atau tidak? Penulis berpendapat bahwa
seseorang ketika mengeluarkan mani bukan karena syahwat akan tetapi karena
sedang sakit atau karena kedinginan tidak diwajibkan untuk melakukan mandi
wajib, sebab syarat utama dikenai hukum mandi wajib ketika keluarnya mani
adalah ketika terpancar dan dibarengi dengan syahwat yang kuat.
Selain itu penulis juga berpegang pada kaidah fiqih yang mengatakan
yang berarti segala kemudharatan harus dihilangkan, ketika orang yang sakit
mengeluarkan mani dan harus melakukan mandi wajib dikhawatirkan dia akan
semakin bertambah sakit.
2) Keluarnya Mani Secara Sengaja
keluarnya mani secara sengaja disebabkan karena:
a) Melakukan Onani/Masturbasi
Ketika seseorang telah melakukan onani/masturbasi, maka dia tetap
diwajibkan untuk mandi, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Said
Al-Khudri yang mengatakan bahwa sesungguhnya air itu dari sebab air, artinya
seseorang diwajibkan untuk mandi karena keluarnya air (mani), jadi keluarnya
mani karena bantuan tangan alias onani/masturbasi tetap dikenai hukum mandi
wajib, karena dilakukan secara sadar dan keluarnya mani secara fisik dan tentu
dibarengi dengan rasa nikmat.

10

b) Melakukan Hubungan Suami Istri
Sama halnya dengan onani/masturbasi ataupun mimpi basah, mani yang
keluar karena melakukan hubungan suami istri wajib untuk mandi, akan tetapi
muncul pertanyaan, bagaimana jika melakukan hubungan suami istri tapi tidak
keluar mani? Khusus untuk kasus ini, meskipun tidak sempat mengeluarkan mani
hukumnya tetap wajib disebabkan semata karena tengelamnya dzakar kedalam
vagina, sebagaimana hadits yang diriwyatkan oleh Abu Hurairah r.a
:
- ) (
Artinya: Apabila laki-laki telah duduk diantara anggota tubuhnya yang empat
kemudian ia bersungguh-sungguh (memasukkan kemaluannya), maka wajiblah
mandi. (Muttafaqqun Alaih dengan tambahan dari Muslim walaupun tidak
keluar mani)
3) Mungkinkah mani itu keluar tanpa syahwat?
Keluarnya mani tanpa syhawat itu bisa saja terjadi, ketika sedang sakit
ataupun karena kedinginan, akan tetapi jika seseorang itu dalam keadaan normal
artinya dia sedang tidak sakit ataupun kedinginan maka yang lazim keluar adalah
wadi ataupun madzi, wadi keluar biasanya bersamaan dengan air kencing
sedangkan madzi keluar ketika sedang bercumbu rayu antara pasangan suami istri
atau sedang berkhayal, selain itu air mani tidak keluar kecuali dengan syahwat
yang kuat dan rasa nikmat.
4) Hukum Menelan Air Mani
Kasus ini termasuk dalam kategori muamalah, pada dasarnya muamalah itu
mubah (dibolehkan) kecuali ada dalil yang menyelisihinya (melarangnya),
sebagaimana dalam kaidah fiqh:


11

Artinya: pada dasarnya muamalah itu boleh kecuali ada dalil yang
menyelisihinya (melarangnya).
Jadi selama tidak ada dalil yang melarang untuk menelan mani, maka hukum
awalnya boleh untuk melakukan itu, tapi menurut penulis, ketika keluarnya mani,
mungkin saja mani tercampur dengan wadhi ataupun madzi bahkan kencing,
padahal sesuatu yang najis haram hukumnya untuk dimakan.
Selain itu mani, juga termasuk hal yang menjijikkan. Dalam QS. Al-Araf:
157 Allah SWT melarang memakan sesuatu yang menjijikkan/kotor
.... Og474 O_
ge4:jO-C- N@OO474
O)_^1U4 E+j^4:EC^- .....
Artinya: Dan dia (Rasulullah SAW) menghalalkan yang baik-baik dan
mengharamkan perkara-perkara yang khabits (sangat kotor/jelek. (Q.S Al-
Araf:157)
Imam An-Nawawi juga mengatkan dalam bukunya Al-Majmu: 2/575:
:

Bolehkah menelan mani (sperma) yang suci? Ada dua pendapat, dan yang
paling masyhur bahwasanya itu tidak halal karena mustakhbats (menjijikkan).
(Al-Majmu 2/575)
Namun muncul beberapa pendapat yang mengatakan bahwa jika kita tidak
jijik, maka hal itu boleh dilakukan karena tidak ada ukuran untuk merasakan
sesuatu yang jijik.
Akan tetapi, sebagian ahli kesehatan mengatakan bahwa secara kedokteran
ternyata perbuatan ini apabila dilakukan berulang-ulang akan membahayakan
karena air mani yang hidup tersebut bisa melukai dinding lambung sehingga

12

mengakibatkan pendarahan di lambung.
Oleh sebab itu penulis dengan menggunakan metode Istishlah, maka hukum
menelan mani adalah tidak dibolehkan karena dapat merusak kesehatan.
2. Madzi
Madzi sebagaimana telah dibahas bahwa Madzi adalah air yang berwarna
putih, lembut (tidak terlalu kental), keluarnya bukan karena syahwat yang kuat
(ada syahwat tapi tidak terlalu kuat), contohnya, ketika membayangkan jima
(melakukan hubungan suami istri) kemudian keluar cairan yang pekat.
Dengan mencermati beberapa hadits di atas mengenai madzi, maka menurut
penulis madzi termasuk najis yang dapat membatalkan wudhu, dan cara
mensucikannya tidak dengan mandi wajib akan tetapi cukup dengan berwudhu dan
membersihkan bagian-bagian yang terkena madzi, sebagaimana hadits yang
diriwayatkan oleh sahabat Ali r.a, yaitu:

- ,

) (



Artinya: Aku termausk orang yang sering keluar madzi. Namun aku malu
menanyakan hal ini kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dikarenakan
kedudukan anaknya (Fatimah) di sisiku. Lalu aku pun memerintahkan pada Al
Miqdad bin Al Aswad untuk bertanya pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Lantas beliau memberikan jawaban pada Al Miqdad, Cucilah kemaluannya
kemudian suruh ia berwudhu. (HR. Al-Bukhari)

3. Wadi
Sebagaimana penjelasan di atas bahwa wadi adalah air yang berwarna putih
tapi keruh, kotor, pekat dan biasanya keluar setelah buang air kecil atau karena
kecapaean ataupun karena telah membawa beban yang sangat berat.

13

Seperti halnya Madzi, wadi juga termasuk najis yang dapat membatalkan
wudhu, dan cara mensucikannya sama seperti dengan madzi yaitu cukup dengan
berwudhu dan membersihkan pakaian atau bagian-bagian yang terkena oleh wadi,
sebagaimana
Hadits yang diriwayatkan oleh al-baihaqi.


) (


Artinya: Mengenai mani, madzi dan wadi; adapun mani, maka diharuskan
untuk mandi. Sedangkan wadi dan madzi, Ibnu Abbas mengatakan, Cucilah
kemaluanmu, lantas berwudhulah sebagaimana wudhumu untuk shalat. (HR. Al-
Baihaqi).

F. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, terkait dengan pembahasan mani,madzi dan wadi
maka secara garis besar dapat disimpulkan bahwa, ketiga hal tersebut dapat
membatalkan wudhu, dan cara mensucikannya jika itu mani maka wajib dilakukan
mandi wajib dan mani tidaklah termasuk najis, sedangkan wadi dan madzi
keduanya termasuk najis meskipun cara mensucikannya tidak dengan mandi wajib
akan tetapi cukup dengan berwudhu dan membersihkan pakaian serta bagian-
bagian yang telah terkena keduanya dengan menggunakan air.
Selain itu, hukum menelan mani adalah tidak diperbolehkan dengan
menggunakan metode Istishlah, yaitu demi menjaga kemaslahatan diri karena
mani dapat merusak dinding lambung.
Semoga dengan pembahasan ini, kita khususnya penulis bisa lebih paham
tentang apa itu mani,wadi dan madzi, seperti apa perbedaannya dan bagaimana
cara mensucikannya sehingga ketika mengalami hal tersebut tidak muncul
kebingungan lagi bagaimana cara menyelesaikannya. Wallahu Alam.

14

Daftar Pustaka

Al-Asqolani, Ibnu Hajar. Bulughul Marram. Semarang : Hasyim Putra, 773-852
H.

Dainuri, Muhamad. Kajian Kitab Kuning Terhadap Ajaran Islam(Magelang :Sinar
Jaya Offset,1996).

Saleh, Hasan. Kajian Fiqh Nabawi& Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Rajawali, 2008).

Mubarok, Modifikasi Hukum Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002).

Anda mungkin juga menyukai