Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol 1, No 1, Desember 2012, hal 16-21

www.junal.untan.ac.id
16

PEMANFAATAN TEPUNG CANGKANG TELUR SEBAGAI SUBSTITUSI
KAPUR DAN KOMPOS KELADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
CABAI MERAH PADA TANAH ALUVIAL
USING OF EGGSHELL POWDER AS SUBSTITUTION OF A LIME AND A
COMPOST TARO FOR GROWTH AND RESULTS OF RED CHILI ON
ALLUVIAL SOIL
Nurjayanti
1
, Dwi Zulfita
2
dan Dwi Raharjo
2


ABSTRACT
Eggshell is household waste that can be processed and used as substitutes lime to raise
the soil pH. Taro can be processed into compost that can substitute for chemical
fertilizers provide nutrients for plants. Red chilli is one of the vegetables that have high
economic value and contains high nutrition. This study aimsto determine the effect of
compost and eggshell powder for the growth and yield of red pepper on alluvial soil and
determine the best dose of compost for the growth and yield of red chili and then to
know the interaction of compost and eggshell powder on the growth and yield of red
chili on alluvial soil. The experimental units were arranged in completely randomized
design factorial with two factors, the first treatment giving of compost (K) consisting of
3 level is k
1
(358 g / polybag), k
2
(892 g / polybag), k
3
(1425 g / polybag) and the
second factor giving the eggshell powder (T) consisting of 3 level, namely t
1
(1.35 g
dolomite lime / polybag), t
2
(1.49 g / polybag), k
3
(2.98 g / polybag). The variables
observed in this study were plant height, dry weight, root volume, number of fruits per
plant, weight of fruit per plant, environment observation. The results showed that giving
compost and starchy tuber growth and the eggshell gives similar results to the chili
plants on alluvial soil. Compost taro The effective dose of compost taro to be given to
plant red chili is 358 g / polybag and efficient dose of eggshell powder as a substitute
for lime to raise the soil pH is 1.49 g / polybag.

Keywords: Alluvial, Compost taro, Eggshells Flour, Lime, Red Chili

ABSTRAK
Cangkang telur merupakan limbah rumah tangga yang dapat diolah dan dijadikan bahan
pengganti kapur untuk meningkatkan pH tanah. Keladi dapat diolah menjadi kompos
pengganti pupuk kimia yang dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman. Cabai merah
merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan
mengandung gizi yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
pemberian kompos dan tepung cangkang telur terhadap pertumbuhan dan hasil cabai
merah pada tanah aluvial dan mengetahui dosis kompos yang terbaik untuk
pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah serta mengetahui interaksi kompos dan
tepung cangkang telur terhadap pertumbuhan dan hasil cabai merah pada tanah aluvial.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial, yang terdiri dari
2 faktor perlakuan yaitu faktor pertama pemberian kompos keladi (K) yang terdiri dari 3
taraf yaitu k
1
(358 g/polybag), k
2
(892 g/polybag), k
3
(1425 g/polybag) dan faktor kedua
pemberian tepung cangkang telur (T) yang terdiri dari 3 taraf yaitu t
1
(1,35 g kapur
dolomit/polybag), t
2
(1,49 g /polybag), k
3
(2,98 g/polybag). Variabel yang diamati
Nurjayanti, et all Pemanfaatan Tepung Cangkang Telur Sebagai Substitusi Kapur
dan Kompos Keladi terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Cabai Merah Pada Tanah Aluvial
17

dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, berat kering, volume akar, jumlah buah per
tanaman, berat buah per tanaman, pengamatan lingkungan. Hasil penelitian
menunjukkan pemberian kompos keladi dan tepung cangkang telur memberikan
pertumbuhan dan hasil yang sama terhadap tanaman cabai merah pada tanah aluvial.
Dosis kompos keladi yang efektif untuk diberikan pada tanaman cabai merah adalah
358 g/polybag dan dosis tepung cangkang telur yang efisien sebagai pengganti kapur
untuk meningkatkan pH tanah adalah 1,49 g/polybag.

Kata kunci : Aluvial, Cabai Merah, Kapur, Kompos Keladi, Tepung Cangkang Telur

PENDAHULUAN
Cabai merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi dan mempunyai daya adaptasi yang luas, sehingga lokasi produksinya
tersebar cukup luas di Indonesia. Kalimantan Barat mempunyai potensi yang cukup
besar dalam upaya untuk mengembangkan tanaman sayur - sayuran khususnya tanaman
cabai merah pada tanah aluvial. Menurut Badan Statistik Kalimantan Barat (2007) tanah
aluvial merupakan jenis tanah yang luas penyebarannya sebesar 1512,2 ha atau 10,29 %
dari luas Kalimantan Barat. Oleh karena itu, tanah aluvial berpotensi untuk perluasan
areal budidaya tanaman cabai.
Pemanfaatan tanah aluvial sebagai lahan pertanian dihadapkan pada beberapa
kendala, diantaranya tingkat kemasaman tanah yang tinggi, struktur tanah yang kurang
baik, bahan organik yang kurang tersedia dan kandungan unsur hara seperti nitrogen
(N), fosfor (P), dan kalium (K) yang sedikit, hal ini sangat tidak menguntungkan untuk
media tanam cabai merah, sehingga diperlukan suatu perlakuan untuk memperbaiki
kondisi tanah aluvial tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi tanah aluvial tersebut
adalah dengan pemberian kapur untuk menurunkan kemasaman tanah dan pemberian
pupuk untuk menambah unsur hara tanah. Akan tetapi kapur dan pupuk cukup mahal
harganya dipasaran, salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah denagn mengganti
kapur dan pupuk dengan bahan yang lain. Tepung cangkang telur dan kompos keladi
dapat digunakan untuk menggantikan bahan tersebut. Tepung cangkang telur
mengandung kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) yang dapat meningkatkan pH tanah
dan kompos keladi mengandung bahan organik yang dapat menambah unsur hara pada
tanah aluvial. Menurut Umar (2000), cangkang telur mengandung hampir 95,1% terdiri
atas garam-garam organik, 3,3% bahan organik (terutama protein), dan 1,6% air.
Sebagian besar bahan organik terdiri atas persenyawaan Calsium karbonat (CaCO
3
)
sekitar 98,5% dan Magnesium karbonat (MgCO
3
) sekitar 0,85%. Menurut Stadelman
and Owen (1989), jumlah mineral didalam cangkang telur beratnya 2,25 gram yang
terdiri dari 2,21 gram kalsium, 0,02 gram magnesium, 0,02 gram fosfor serta sedikit
besi dan Sulfur.
Perumusan masalah yang dapat diketahui adalah:
1. Tanah aluvial merupakan tanah mineral yang kurang menguntungkan untuk
budidaya tanaman cabai merah karena mempunyai tingkat kemasaman sangat
masam, kandungan unsur hara seperti N, P dan K yang kurang tersedia.
2. Ketersediaan kapur yang terbatas dan harganya relative mahal.
3. Menekan penggunaan pupuk an organik dalam budidaya.

Nurjayanti, et all Pemanfaatan Tepung Cangkang Telur Sebagai Substitusi Kapur
dan Kompos Keladi terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Cabai Merah Pada Tanah Aluvial
18

Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba menjawab pertanyaan:
a. Apakah tepung cangkang telur dapat digunakan sebagai pengganti kapur untuk
menaikkan pH tanah aluvial.
b. Apakah kompos keladi dapat meningkatkan hasil tanaman cabai merah.
c. Bagaimana interaksi antara perlakuan kompos dan tepung cangkang telur yang
diberikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung cangkang
telur terhadap pH tanah aluvial, mengetahui pengaruh tepung cangkang telur dengan
kompos keladi dan interaksi dari kedua faktor tersebut terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman cabai merah pada tanah aluvial serta mengetahui dosis kompos keladi yang
terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah pada tanah aluvial.
Diduga dengan pemberian tepung cangkang telur dan penambahan berbagai dosis
kompos limbah keladi akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan
dan hasil cabai merah pada tanah aluvial.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan yaitu dari tanggal 13 Januari sampai
15 Juni 2012, yang dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura Pontianak.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari, benih horison, tanah
aluvial, keladi, cangkang telur, decomposer, pupuk, polybag, gelas aqua. Sedangkan alat
yang digunakan terdiri dari; sendok, sekop, cangkul, thermometer, penggaris, meteran,
parang, pisau, gembor, timbangan, dan alat tulis menulis.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) pola Faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu faktor pemberian
kompos keladi (K) dan faktor pemberian tepung cangkang telur (T). Setiap perlakuan
terdiri dari 3 ulangan. Faktor pertama adalah kompos keladi yang terdiri dari 3 taraf
yaitu k
1
(10 % bahan organik setara dengan 358 g/polybag), k
2
(15 % bahan organik
setara dengan 892 g/polybag), k
3
(20 % bahan organik setara dengan 1425 g/polybag),
faktor kedua adalah tepung cangkang telur yang terdiri dari 3 taraf yaitu t
1
(Kontrol
dengan pemberian dolomit 1,35 g/polybag), k
2
(Pemberian tepung cangkang telur 1,49
g/polybag), t
3
(Pemberian tepung cangkang telur 2,98 g/polybag).
Pelaksanaan penelitian : Sebelum dilakukan penanaman, tanah dicampur dengan
kompos dan tepung cangkang telur sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.
Pemeliharaannya (penyiraman, penyiangan, perempelan, pengendalian hama dan
penyakit) dan panen.
Pengamatan: Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, berat kering
tanaman, volume akar, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, pengamatan
lingkungan.
Analisis data: Analisis data dengan menggunakan ANOVA kemudian data yang
berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan kompos keladi memberikan pengaruh yan tidak nyata terhadap volume
akar, berat kering, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, berat buah per tanaman,
dan berpengaruh nyata terhadap jumlah buah per tanaman. Sedangkan perlakuan tepung
Nurjayanti, et all Pemanfaatan Tepung Cangkang Telur Sebagai Substitusi Kapur
dan Kompos Keladi terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Cabai Merah Pada Tanah Aluvial
19

cangkang telur memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua variabel
pengamatan, dan tidak terjadi interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut.
Untuk mengetahui pengaruh dari dosis kompos keladi terhadap jumlah buah per
tanaman dapat dilakukan uji BNJ yang hasilnya disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Uji Beda Nyata Jujur Pemberian Kompos Keladi Terhadap Jumlah Buah Per
Tanaman
Kompos Keladi (g) Rerata
358 10,11 ab
892

8,89 b
1425

14,46 a
BNJ 5% = 4,81
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%

Hasil uji BNJ pada tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah buah tanaman cabai merah
dengan pemberian 358 g kompos keladi/polybag berbeda tidak nyata dibandingkan
dengan jumlah buah tanaman cabai merah yang diberi 892 g kompos keladi/polybag dan
pemberian 1425 g kompos keladi/polybag. Jumlah buah tanaman cabai merah dengan
perlakuan 1425 g kompos keladi/polybag berbeda nyata dibandingkan dengan jumlah
buah cabai merah yang diberi 892 g kompos keladi/polybag.
Rerata jumlah buah yang tertinggi dihasilkan oleh tanaman dengan perlakuan
pemberian 1425 g kompos keladi/polybag, hal ini diduga dengan banyaknya bahan
organik yang diberikan ke tanaman dapat menjadikan tanaman tersebut tumbuh dengan
subur dan menghasilkan banyak buah. Menurut Darjanto dan Satifah (1990) jumlah
buah yang terbentuk dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya persentase bunga yang
mengalami penyerbukan dan pembuahan serta persentase buah muda yang dapat
tumbuh terus hingga menjadi buah masak.
Unsur hara yang paling berperan dalam proses pembentukan buah adalah unsur
hara kalium. Hasil analisis kompos keladi, kandungan kalium dalam kompos keladi
sebesar 0,95%, sehingga semakin tinggi dosis kompos keladi yang diberikan pada
tanaman maka semakin tinggi juga unsur hara kalium yang dapat diserap oleh tanaman
tersebut dan semakin banyak pula buah yang dapat dihasilkan. Menurut Lingga (1998)
pertumbuhan buah juga memerlukan unsur hara terutama nitrogen, fosfor dan kalium.
Nitrogen diperlukan untuk pembentukan klorofil yang berguna dalam proses
fotosintesis, selain itu berfungsi dalam pembentukan protein dan lemak. Unsur fosfor
berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, membantu asimilasi dan pernafasan
sekaligus mempercepat pembungaan, pembentukan buah dan pemasakan buah dan biji.
Unsur kalium dapat memperlancar pengangkutan karbohidrat dan memegang
peranan penting dalam pembelahan sel, dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan buah sampai buah masak serta berperan dalam memperkuat tubuh
tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Kegiatan fotosintesis akan
menurun dengan menurunnya kadar kalium.
Adanya pengaruh yang tidak nyata dari perlakuan yang diberikan baik terhadap
pertumbuhan maupun hasil tanaman cabai merah pada tanah aluvial, dikarenakan oleh
ada faktor lain yang mempengaruhinya, seperti keadaan tanah yang digunakan sebagai
media tumbuh. Keadaan yang dimaksud adalah pH tanah yang sebelum diberi perlakuan
Nurjayanti, et all Pemanfaatan Tepung Cangkang Telur Sebagai Substitusi Kapur
dan Kompos Keladi terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Cabai Merah Pada Tanah Aluvial
20

sudah mendekati pH yang diingkan oleh tanaman cabai merah yaitu 5,13 sedangkan pH
ideal untuk tanaman cabai merah berkisar antara 5,5 - 6,8, sehingga tanah yang diberi
perlakuan menunjukkan pH yang sama yaitu 6 7. Hasil dari pengukuran pH tanah
setelah diinkubasi, diketahui bahwa pemberian tepung cangkang telur dengan berbagai
dosis dapat menaikkan pH tanah aluvial. Menurut Kamprath (1971), bahwa pH tanah
berhubungan erat dengan kejenuhan basa. Jika kejenuhan basa kurang dari 100% maka
dengan meningkatnya pH tanah tersebut dapat meningkatkan jumlah Cad an Mg dalam
tanah, sebab Ca dan Mg merupakan basa-basa yang dapat ditukar secara dominan.
Pemberian tepung cangkang telur diharapkan dapat meningkatkan pH tanah, akan
tetapi dari hasil penelitian pemberian tepung cangkang telur dengan dosis 2,98
g/polybag menunjukkan hasil yang rendah terhadap variabel volume akar tanaman cabai
merah dibandingkan dengan pemberian dolomit yang menghasilkan volume akar
tertinggi. Hal ini diduga karena tepung cangkang telur yang diberikan selain
mengandung unsur Ca dan Mg juga mengandung unsur lain seperti seng, besi, sehingga
dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai merah. Selain faktor tanah, faktor
serangan hama juga mempengaruhi hasil tanaman cabai merah, adanya serangan hama
lalat buah (Bactrocera sp.) menyebabkan buah cabai banyak yang busuk dan dilakukan
panen sebelum buah masak.
Selain itu suhu udara juga berpengaruh pada proses fisiologis tanaman yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Rerata suhu harian
selama penelitian adalah 27,25
0
C 30,12
0
C. Menurut Dwijoseputro (1989) suhu
berpengaruh terhadap mekanisme membuka dan menutupnya stomata. Apabila suhu
ekstrim yang terjadi pada siang hari maka stomata akan menutup untuk mengurangi laju
transpirasi dari daun. Membukanya stomata akan memudahkan CO
2
ke dalam daun
sehingga dapat meningkatkan laju fotosintesis. Jika pada fase pembungaan suhu udara
cocok, maka bunga tidak akan mudah rontok. Pada fase pembentukan buah, suhu udara
yang cocok menyebabkan buah berukuran besar dan bentuknya normal. Menurut
Nawangsih dkk. (2003), suhu untuk pembungaan tanaman cabai merah berkisar 24
0
C
27
0
C, artinya suhu udara pada saat penelitian tergolong tinggi dalam pembentukan
buah.
Selain suhu udara, kelembaban udara juga dapat mempengaruhi pembesaran
buah. Dalam pertumbuhannya, tanaman cabai merah menghendaki kelembaban udara
85%. Sedangkan kelembaban udara relatif selama penelitian berlangsung rata-rata 61%
- 79%. Kelembaban udara ini tergolong rendah. Menurut Nawangsih dkk. (2003) pada
budidaya cabai merah, kelembaban udara menjadi lebih penting diperhatikan karena
berkaitan erat dengan proses penyerbukan dan pembuahan. Selain itu juga berkaitan
dengan kesehatan tanaman terutama berhubungan dengan perkembangan
mikroorganisme pengganggu tanaman.

SIMPULAN
1. Pemberian tepung cangkang telur dapat dijadikan pengganti kapur karena dapat
menaikkan pH tanah aluvial.
2. Pemberian tepung cangkang telur dan kompos keladi dapat memberikan pertumbuan
dan hasil tanaman cabai merah yang sama.
3. Pemberian tepung cangkang telur dan kompos keladi menunjukkan tidak adanya
interaksi pada semua variabel pengamatan.
Nurjayanti, et all Pemanfaatan Tepung Cangkang Telur Sebagai Substitusi Kapur
dan Kompos Keladi terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Cabai Merah Pada Tanah Aluvial
21

4. Perlakuan kompos keladi dengan dosis 358 g/polybag yang efektif untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai merah.
DAFTAR PUSTAKA
Anomim, 2007, Kalimantan Barat Dalam Angka 2007, Badan Pusat Statistik
Kalimantan Barat.
Darjanto dan S. Satifah, 1990, Biologi Bunga dan Teknik Penterbukan Silang Buatan,
Gramedia, Jakarta.
Kamprath, E. J., 1971, Soil Aciditi and Liming NationalAcademy Of Sciences,
Washington.
Lingga, Pinus, 1989, Petunjuk Penggunaan Pupuk, Penebar Swadaya, Jakarta.
Nawangsih, A., H. P. Imdaddan W. Agung, 1999,Cabai Hot Beauty, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Umar, 2000, Kualitas Fisik Telur Ayam Kampung di Pasar Tradisional, Swalayan dan
Peternak di kotamadya Bogor, Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai