Anda di halaman 1dari 3

Bagaimana mekanisme pingsan dalam kasus ini?

Pingsan, yang dalam bahasa medis disebut dengan syncope diartikan sebagai kehilangan
kesadaran dan tonus postural episodik serta ketidakmampuan untuk berdiri akibat berkurangnya
aliran darah ke otak. Perasaan akan pingsan biasanya digunakan untuk menjelaskan hilangnya
kekuatan secara tiba-tiba yang menggambarkan pingsan inkomplit, atau dalam istilah medisnya
disebut denganpresyncope.
Mekanisme terjadinya syncope/pingsan
1. Syncope yang diperantarai saraf (neurogenic syncope)
Merupakan jenis syncope tersering pada pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit
jantung. Disebut juga dengan vasofagal atau reflex syncope. Refleks yang diaktifkan oleh
stimulasi mekanoreseptor arteri atau viseral menyebabkan syncope jenis ini. Mekanoreseptor
yang terletak pada organ viseral seperti buli-buli, traktus gastrointestinal atau sinus karotid
mengirimkan pesan aferen kepada batang otak, yang pada gilirannya mentransmisikan sinyal
eferen melalui nervus vagus ke node sinus jantung, menyebabkan bradikardia. Vasodilatasi juga
merupakan bagian dari refleks ini dan semakin menurunkan tekanan darah, mungkin karena
berkurangnya aktivitas simpatis eferen.
Refleks jenis ini dapat dipicu oleh nyeri tiba-tiba atau perubahan emosional. Selain itu
juga dapat disebabkan oleh keadaan seperti berdiri atau berjalan. Pada kondisi ini,
adanya pooling vena pada esktremitas bawah menyebabkan berkurangnya pengisian ventrikel
kiri. Sebagai kompensasi, saraf simpatis teraktivasi dan menyebabkan peningkatan denyut
jantung dan menjaga curah jantung agar tetap normal. Namun, kontraksi cepat dan tiba-tiba dari
ventrikel kiri yang tidak terisi penuh dapat mengaktifkan mekanoreseptor, sehingga akhirnya
menyebabkan refleks bradikardi dan vasodilatasi periferal (fenomena paradoks).
Syncope neurogenik dapat terjadi pada orang yang berdiri atau bahkan berbaring, namun
sering terjadi pada orang yang berdiri dalam jangka waktu yang lama, terutama dalam ruangan
yang panas, ramai serta tubuhnya mengalami dehidrasi. Gejala presyncope berupa nausea,
pandangan kabur, diaphoresis, kelemahan tergeneralisasi, dan merasa akan hilang kesadarannya.
Pasien kemudian kehilangan kesadaran dan akhirnya jatuh.

Apa dampak pingsan dalam kasus ini?
Jika tidak ditangani :
Jika orang itu tidak beganti posisi maka ia dapat mati karena efek trauma suspensi.
Menurut sebuah studi, seseorang yang mengalami episode pingsan memiliki resiko
kematian akibat serangan jantung 1,3 kali lipat dari yang tidak pernah pingsan.

Jika ditangani :
Pasien akan segera sadar dan keadaannya bisa berangsur-angsur pulih.

Apa hubungan aktivitas ujian semester akhir (stress) dan tidak makan siang dengan
keadaan pingsan pada kasus ini?
Aktivitas tidak makan siang pada kasus ini sangat berdampak negatif pada Nona karena
dia mengidap diabetes tipe 1. Diabetes tipe 1 terjadi karena berkurangnya sekresi insulin akibat
kerusakan sel -pankreas. Walaupun demikian ia telah mendapat injeksi insulin untuk mengatasi
masalah ini.
Dengan tidak makan siang artinya tidak ada pasokan karbohidrat yang masuk ke
tubuhnya, padahal aktivitas yang dia lakukan seperti berlari, berdiri dalam waktu yang cukup
lama dan berdesak-desakkan dalam bus membutuhkan pasokan glukosa yang lebih banyak untuk
respirasi seluler yang ada ditubuhnya.
Sedangkan ujian semester akhir akan meningkatkan stress dan merangsang hormone
epinefrin, norepinefrindisekresikan kelenjar adrenal yang akan meningkatkan laju perombakan
glikogen dalam hati dan otot rangka serta pelepasan glukosa kedalam darah oleh sel-sel hati.
Hormone ini juga akan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap kardiovaskuler dan sistem
respirasi yang akan meningkatkan laju pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh.

Apa penyebab gejala yang dialami pada kasus ini (Nona tampak lemas, kelihatan bingung
dan tidak tahu berada dimana, berjalan terhuyung-huyung dan akhirnya terjatuh) ?
Bila aktivitas > 20 menit produksi ATP didominasi oleh glikolisis anaerobik dengan
sumber utamanya adalah glikogen atau glukosa sehingga glukosa darah akan menurun secara
signifikan.
Selama latihan fisik yang berat kontraksi otot didominasi dan tergantung dari karbohidrat
(glikogen atau glukosa) serta sistem energi yang dominan digunakan yaitu anaerob.
Saat latihan fisik pula terjadi peningkatan uptake glukosa dan terjadi peningkatan
glukogenesis, peningkatan produksi katekolamindan hormon pertumbuhan serta 40% glukosa
darah diambil untuk energi sehingga menimbulkan hipoglikemia. Sementara glukagon dan
kortisol lebih sedikit menurun

Apa interpretasi dari gejala-gejala lemas, kelihatan bingung dan tidak tahu berada
dimana, berjalan terhuyung-huyung dan akhirnya terjatuh?
Itu merupakan gejala pingsan dan hipoglikemik

Apa hubungan homeostatis glukosa dengan penyakit diabetes melitus?
Kadar glukosa yang rendah, yaitu hipoglikemia dicegah dengan pelepasan glukosa dari
simpanan glikogen hati yang besar melalui jalur glikogenolisis dan sintesis glukosa dari laktat,
gliserol, dan asam amino di hati melalui jalur glukonoegenesis dan melalui pelepasan asam
lemak dari simpanan jaringan adiposa apabila pasokan glukosa tidak mencukupi.
Jalur penguraian serta sintesis glikogen diatur oleh perubahan rasio insulin/glikogen,
kadar glukosa darah, epnefrin sebagai respon terhadap olahraga, hipoglikemia, situasi stres, dan
apabila terjadi peningkatan kebutuhan yang segera akan glukosa darah (Aswani V., 2010).
Respon hipoglikemik tercetus apabila terjadi penurunan konsentrasi glukosa darah
sampai sekitar 18-54 mg/dl. Respon hipoglikemik terjadi akibat penurunan pasokan glukosa ke
otak dan berawal dengan kepala terasa ringan dan pusing dan dapat berkembang menjadi koma.
Kecepatan transpor glukosa melintasi sawar darah otak yang lambat pada kadar glukosa yang
rendah diperkirakan merupakan penyebab timbulnya respon hipoglikemik.
Hipoglikemia terjadi karena ketidakmampuan hati memproduksi glukosa.
Ketidakmampuan hati tersebut dapat disebabkan karena penurunan bahan pembentuk glukosa,
penyakit hati atau ketidakseimbangan hormonal.
Pada keadaan penurunan glukosa darah mendadak glukagon dan epinefrin yang berperan.
Kedua hormon tersebut akan memacu glikogenolisis dan glukenogenesis dan proteolisis di otot
dan liposis di jaringan lemak.

Anda mungkin juga menyukai